PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kebanyakan bayi adalah matur, sehat dan terbentuk sempurna pada saat
lahir, tetapi dalam presentase kecil tidaklah demikian. Bagi mereka yang mengalami
hal demikian, deteksi dan penanganan awal terhadap masalah adalah penting.
Namun belakangan ini teknologi kedokteran sangat maju. Jaman dulu bayi
prematur yang lahir usia 6 bulan ke bawah (25 minggu atau kurang) hamper tidak ada
harapan hidup sama sekali. Boleh dibilang hampir semuanya mati. Karena kemajuan
kedokteran sekarang, bayi lahir prematur sekitar 6 bulan bisa dipertahankan
hidupnya.
B. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Definisi
Persalinan preterm adalah yang berlangsung pada umur kehamilan 20-37 minggu dihitumg
dari hari pertama haid terakhir (ACOG 1995).
Badan kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa bayi prematur adalah bayi yang lahir pada
usia kehamilan37 minggu atau kurang.
Secara garis besar, kelahiran prematur mengacu pada pelahiran bayi yang
berlangsung antara usia kehamilan 24+0 dan 36+6 minggu. Persalinan prematur dengan
selaput ketuban utuh terjadi pada lebih 50% kasus yang ditemukan di unit maternitas.
c. Kelahiran luar biasa prematur. Berlangsung antara usia kehamilan 24 dan 28 minggu.
Pelahiran yang lebih dini lagi biasanya disebut dengan keguguran karena usia viabilitas
terkini adalah 24 minggu, kecuali bayi telah menunjukan tanda-tanda kehidupan pada saat
kelahiran.
Berat lahir dan usia kehamilan merupakan faktor penting yang perlu dipertimbangkan
dalam penatalaksanaan bayi prematur setelah bayi dilahirkan :
C. Etiologi
Penyebab kelahiran prematur dapat digolangkan menjadi penyebab fisiologis dan non
fisiologis.
1. Fisiologis.
a. Infeksi.
Beberapa ibu dapat menderita penyakit, seperti infeksi saluran kemih, pielonefritis,
appendisitis atau pneumonia, dan semuanya berkaitan dengan persalianan prematur.
Pada kasus tersebut, persalinan prematur mungkin disebabkan oleh penyebaran
infeksi melalui darah langsung ke rongga uterus, penyebaran tak langsung melalui
produk samping kimiawi, baik yang dari mikroorganisme maupun dari respon
peradangan tubuh.
b. Overdistensi.
c. Masalah Vaskuler.
Hemoragi antepartum dan solusio merupakan manifestasi yang sering kali dilaporkan
terjadi menjelang pelahiran prematur spontan. Darah yang mengiritasi miometrium,
melemahkan membran, dan akan menyebabkan kontraksi uterus.
d. Lemah Serviks.
Lemah serviks, atau yang dahulu disebut inkompetensi serviks, dapat menyebabkan
keguguran prematur. Mungkin akan ditemukan dilatasi serviks dengan atau tanpa
kontraksi uterus atau pecah ketuban spontan.
e. Penyebab Latrogenik.
Hampir 30% kelahiran prematur disebabkan oleh indikasi medis atau induksi
persalianan atau perlahiran melalui prosedur bedah. Indikasi yang paling sering
ditemukan adalah preeklamsia fulminan pada ibu, atau tanda-tanda hambatan
pertumbuhan intrauterus yang serius pada janin tunggal atau salah satu janin kembar.
f. Penyebab Idiopatik.
Panjang serviks.
Fibronektin.
a. Usia Ibu.
Banyak faktor sosial ekonomi dinyatakan sebagai resiko prediposisi untuk kelahiran
prematur. Wanita yang berpenghasilan rendah, atau wanita yang mendapat sedikit
atau kurang mendapat dukungan finansial dari pasangan, berisiko tinggi mengalami
persalinan prematur dan melahirkan bayi kecil masa kehamilan, serta mengalami
komplikasi kehamilan yang lebih berat.
Pasangan yang tinggal bersama tanpa menikah dan kehidupan sebagai ibu tunggal
berisiko tinggi menyebabkan kelahiran prematur. Kurang harmonisnya hubungan
dengan suami atau pasangan menyebabkan ibu berisiko tinggi melahirkan bayi
dengan berat lahir rendah.
d. Berat Badan Ibu Kurang atau Lebih.
Ibu yang berat badannya kurang akibat anoreksia nervosa yang dialami lebih rentan
mengalami persalinan prematur dan melahirkan bayi dengan berat rendah. Disisi lain
ibu yang masuk kategori obes secara klinis juga berisiko mengalami persalinan dan
perlahiran prematur, sebab mereka cenderung menyandang diabetes gestasional
selama kehamilan. Terlebih, ibu juga berisiko tinggi mengalami preeklamsia yang
berkaitan erat dengan pelahiran prematur.
Apabila ibu sebelumnya memiliki riwayat persalinan dan perlahiran prematur yang
tidak diketahui jelas penyebabnya, risiko ibu untuk kembali mengalami perlahiran
prematur akan meningkat tajam.
Sters maternal mungkin merupakan faktor utama yang memicu persalinan prematur
melalui satu atau dua alur fisiologis. Pertama, mereka menetapkan bahwa stres
maternal dapat mempengaruhi alur neurondokrin, yang akan mengaktivasi sistem
endokrin meternal plasenta janin yang mendorong parturisi. Lockwood dan Kuczynksi
(1999) berteori bahwa aktivasi aksis hipotalamus hipofisis adrenal (HPA), yang
disebabkan oleh stres, dapat menginduksi persalinan dan kelahiran prematur. Kedua,
alur imun inflamasi mungkin turut berperan dalam proses ini. Stres maternal dapat
mempengaruhi imunitas sistemik dan lokal untuk meningkatkan kerentanan terhadap
proses infeksi inflamasi janin dan intrauterin, dan menyebabkan parturisi melalui
mekanisme proinflasmasi yang telah diidentifikasikan sebelumnya (Wadhwa et al.,
2001).
Penelitian menemukan bahwa semakin dekat jarak antar kehamilan, semakin besar
risiko ibu mengalami persalinan dan perlahiran prematur.
D. Manifestasi Klinis
a. Awitan spontan kontraksi uterus yang teratur dan nyeri atau tanpa nyeri disertai pecah
ketuban spontan.
E. Patofisiologi
Penyebab terjadinya kelahiran bayi prematur belum diketahui secara jelas. Data statistik
menunjukkan bahwa bayi lahir prematur terjadi pada ibu yang memiliki sosial ekonomi rendah.
Kejadian ini dengan kurangnya perawatan pada ibu hamil karena tidak melakukan antenatal care
selama kehamilan. Asupan nutrisi yang tidak adekuat selama kehamilan, infeksi pada uterus dan
komplikasi obstetrik yang lain merupakan pencetus kelahiran bayi prematur. Ibu hamil dengan usia
yamg masih muda, mempunyai kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol juga menyebabkan
terjadinya bayi prematur. Faktor tersebut bisa menyebabkan terganggunya fungsi plasenta menurun
dan memaksa bayi untuk keluar sebelum waktunya. Karena bayi lahir sebelum masa gestasi yang
cukup maka organ tubuh bayi belum matur sehingga bayi lahir prematur memerlukan perawatan yang
sangat khusus untuk memungkinkan bayi beradaptasi dengan lingkungan luar.
F. Pathway
TERLAMPIR
G. Pemeriksaan Penunjang
2. Pemantauan gas darah arteri.Normal untuk analisa gas darah apabila kadar PaO2 50
– 70 mmHg dan kadar PaCO2 35 – 45 mmHg dan saturasi oksigen harus 92 – 94 %.
Cara utama untuk mengurangi risiko persalinan preterm dapat dilakukan sejak awal, sebelum tanda-
tanda persalinan muncul.Dimulai dengan pengenalan pasien yang berisiko, untuk diberi penjelasan
dan dilakukan penilaian klinik terhadap persalinan preterm serta pengenalan kontraksi sedini
mungkin, sehingga tindakan pencegahan dapat segera dilakukan.
Beberapa indikator dapat dipakai untuk meramalkan terjadinya persalinan preterm, sebagai berikut.
a. Indikator Klinik
Indikatro klinik yang dapat dijumpai seperti timbulnya kontraksi dan pemendekan serviks
(secara manual maupun ultrasonogafi).Terjadinya ketuban pecah dini juga meramalkan
akan terjadinya persalinan preterm.
b. Indikator laboratorik
Beberapa indikator laboratorik yang bermakna antara lain adalah : jumlah leukosit dalam
air ketuban (20/ ml atau lebih), pemeriksaan CRP (> 0,7 mg/ml), dan pemeriksaan
leukosit dalam serum ibu (> 13.000/ml).
c. Indikator Biokimia
Fibronektin Janin : Peningkatan kadar fribronektin janin pada vagina, serviks, dan air
ketuban memberikan indikasi adanya gangguan pada hubungan antara korion dan
desidua. Pada kehamilan 24 minggu atau lebih, kadar fibronektin janin 50 ng/ml atau
lebih mengindikasikan resiko persalinan preterm.
Corticotropin releasing hormone (CRH) : peningkatan CRH dini atau pada trimester
dua merupakan indikator kuat untuk terjadinya persalinan preterm.
Sitokin Inflamasi : seperti IL-1β, IL-6, IL-8, dan TNF-α telah diteliti sebagai mediator
yang mungkin berperan dalam sintesis protaglandin.
Isoferitin plasenta : pada keadaan normal (tidak hamil) kadar insoferitin sebesar 10
U/ml. Kadarnya meningkat secara bermakna selama kehamilan dan mencapai
puncak pada trimester akhir yaitu 54,8 ± 53 U/ml. Penurunan kadar dalam serum
akan berisiko terjadinya persalinan preterm.
Feritin : rendahnya kadar feritin merupakan indikator yang sensitif untuk keadaan
kurang zat besi. Peningkatan ekspresi feritin berkaitan dengan berbagai keadaan
reaksi fase akut termasuk kondisi inflamasi. Beberapa peneliti menyatakan ada
hubungan antara peningkatan kadar feritin dan kejadian penyakit kehamilan,
termasuk persalinan preterm.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah persalinan preterm antara lain
sebagai berikut.
I. Penatalaksanaan Terapi
1. Tokolisis
Meski beberapa macam obat telah dipakai untuk menghambat persalinan, tidak ada yang
benar-banar efektif.Namun, pemberian tokolisis masih perlu dipertimbangkan bila
dijumpai kontraksi uterus yang regular dengan perubahan serviks.
2. Kortikosteroid
Obat yang diberikan adalah : deksametason atau betametason. Pemberian steroid ini
tidak diulang karena risiko terjadinya pertumbuhan janin terhambat. Pemberian siklus
tunggal kortikosteroid adalah :
3. Antibiotika
Antiiotika iberikan bilamana kehamilan mengandung risiko terjadinya infeksi seperti pada
kasus KDP. Obat diberikan per oral, yang di anjurkanadalah : erotrominin 3x500 mg selama
3 hari. Obat pilihan lain adalah ampisilin 3x500 mg selama 3 hari, atau dapat
menggunakan antibiotika lain seperti klindamisin. Tidak dianjurkan pemberian ko-
amoksiklaf.
J. Penatalaksanaan Persalinan
1. Komunikasi.
Komunikasi yang efektif sangat penting dalam perawatan dan penatalaksanaan ibu
selama persalinan prematur. Menurut Code of Profisional Conduct NMC (2004), ibu dan
keluarga harus mendapat informasi jelas tentang risiko yang terdapat pada setiap alur
perawatan yang berbeda yang mungkin diambil dan penatalaksanaan selanjutnya untuk
bayi prematur.
2. Analgesia.
Pemantauan ketat tanda-tanda vital ibu dan janin sangat penting dilakukan untuk
menjamin keselamatan ibu dan bayi, khususnya ibu yang sejak awal sudah memiliki
masalah fisiologis.
4. Penatalaksanaan Membran.
Membran sedapat mungkin harus tetap utuh selama persalinan agar cairan ketuban dapat
berfungsi sebagai buffer untuk menahan tekanan intrauterin yang ditimbulkan oleh
kontraksi uterus. Cairan ini dapat membantu melindungi tubuh janin yang rapuh dan
khusunya kepala janin dari trauma lahir.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Upaya memprediksi, mencegah, dan mengelola persalinan dan perlahiran prematur hingga
kini masih menjadi tantangan tersendiri bagi tenaga kesehatan profesional. Tujuan perawatan adalah
:
B. Saran
Penulis menyadari masih banyakterdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat
lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya
dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Holmes, debbie dan philiph N. Baker. 2011. Buku Ajar Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC