OLEH : KELOMPOK II
HURUN AIN
YESI DWI WAHYU W
PUJI RAHAYU
RONDHIANTO
FARIDA HAYATI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Menjelaskan aplikasi teori model Adaptif Holistic System dalam asuhan
keperawatan pada anak usia 1-3 tahun (todler) dengan masalah stress
hospitalisasi
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep perkembangan todler
b. Menjelaskan konsep stress hospitalisasi pada todler
c. Menjelaskan konsep teori model Adaptif Holistic System
d. Menganalisis aplikasi teori model adaptasi Adaptif Holistic System dalam
asuhan keperawatan pada anak usia 1-3 tahun (todler) dengan masalah stress
hospitalisasi
3
BAB 2
TINJAUAN TEORI
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot
2) Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang
Focal
Cognator Physiologic
(intellectual) integrity
Regulator
(autonomic Inter
nervus) dependence
2) Proses
Roy menggunakan istilah mekanisme koping untuk menjelaskan proses
control dari individu sebagai suatu system adaptasi. Beberapa mekanisme koping
adalah genetic seperti sel darah putih sebagai system pertahanan terhadap bakteri
yang menyerang tubuh. Mekanisme yang lain yang dipelajari seperti penggunaaan
antiseptic untuk membersihkan luka. Roy memperkenalkan konsep ilmu
keperawatan yang unik yaitu mekanisme control. Mekanisme control ini disebut
Regulator dan Cognator. Roy menganggap mekanisme koping regulator dan
cognator adalah subsistem.
Subsistem Regulator mempunyai komponen : input, proses internal, dan
output. Input stimulus bias internal atau eksternal. Transmitter regulator system
adalah chemical, neural, atau endokrin. Autonomic reflex adalah respon neural dan
brain system dan spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku output dari regulator
sub system. Banyak respo fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku regulator
subsistem.
Contoh : beberapa mekanisme umpan balik respirasi yang dapat diidentifikasi
; peningkatan CO2 adalah akhir dari metabolism, dimana CO2 akan merangsang
chemoreseptor di dalam medulla untuk meningkatkan pernafasan. Rangsangan
yang kuat pada pusat pernafasan dapat meningkatkan ventilasi 6 sampai 7 kali lipat
Contoh lain proses regulator adalah bila ada stimulus yang berbahaya dari
luar diterima dan dikirim melalui syaraf optic ke pusat otak dan pusat autonomic
otak, maka efek dari syaraf simpatik adalah peningkatan tekanan darah dan denyut
jantung
Cognator subsistem. Stimulus untuk cognator subsistem bias eksternal
maupun internal. Perilaku output dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus
umpan balik untuk cognator subsystem. Cognator control proses berhubungan
dengan fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau
proses informasi berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi,
mencatat, dan memori. Belajar berkorelasi dengan proses imitasi, reinforcement
(penguatan) dan insight (pengertian yang mendalam). Pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan adalah proses internal yag berhubungan dengan penilaian
11
Chemical
Internal
stimuli
Pathways dan Proses
apparatus untuk
untuk proses seleksi,
perceptual/ atensi,
informasi coding,
memori
Learning Imitasi, Respon Effektor Respon
reinforcement psikomotor
dan insight
Judgment Problem
solving,
ecision
making
4) Output
Perilaku seseorang berhubungan dengan mode adaptasi, perawat dapat
mengidentifikasi adaptif atau ketidakefektifan rrespon (sakit). Koping yang tidak
konstruktif berdampak terhadap distress hospitalisasi yang ditunjukkan dengan
menolak untuk diobati, ketakutan dan ingin pulang. Kondisi tersebut akan
memperburuk status imunitas pasien anak yang akhirnya memperlambat proses
penyembuhan dan memperlama hari perawatan
5) Stimulus (kinerja perawat)
Stimulus yang diberikan perawat adalah meningkatkan respon adaptasi
berhubungan dengan 4 mode respon adaptasi. Kondisi koping seseorang atau
keadaan koping seseorang merupakan tingkat adaptasi seseorang. Tingkat adaptasi
seseorang akan ditentukan oleh stimulus focal, contextual, dan residual. Focal
adalah suatu respon yang diberikan secara langsung terhadap ancaman/ input yang
masuk. Penggunaan focal pada umumnya tergantung tingkat perubahan yang
berdampak pada seseorang. Stimulus contextual adalah semua stimulus lain
seseorang baik internal maupun ekstrenal yang mempengaruhi situasi dan dapat
diobservasi, diukur, dan secara subyektif disampaikan oleh individu. Stimulus
residual adalah karakteristik/ riwayat dari seseorang yang ada dan timbul relevan
dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit diukur secara obyektif
Kinerja perawat pada tahap ini adalah memberikan stimulus atau memfasilitasi
koping pasien agar menjadi konstruktif. Kegiatan yang dilakukan meliputi :
1. Membantu memenuhi gangguan peenuhan kebutuhan fisiologis dan
ketergantungan
2. Memperlakukan pasien secara manusiawi
3. Melakukan komunikasi terapeutik
4. Mengembangkan hubungan terapeutik
2. Tujuan Keperawatan
Roy menegaskan tujuan kperawatan adalah meningkatkan respon adaptasi
dalam hubungannya dengan 4 adaptive mode. Respon adaptive mempunyai
pengaruh positif terhadap kesehatan. Menurut Helson yang dikutip Roy adalah
sangat bermakna mengerti konsep adaptasi dalam hubungannya dengan kualitas
manusia yang holistic. Dia berpendapat bahwa adaptasi seseorang terhadap
15
perubahan tergantung pada stimulus yang masuk dan tingkat adaptasi orang
tersebut
Perubahan internal dan eksternal stimulus, status koping seseorang aadalah
elemen lain yang bermakna dalam proses adaptasi. Tingkat adaptasi seseorang akan
menentukan apakah respon positif akan didapat terhadap internal atau eksternal
stimulus. Tingkat adaptasi seseorang ditentukan oleh focal, contextual, dan residual
stimuli. Stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang disebut focal stimuli
yang mempunyai pengaruh kuat terhadap seseorang. Contextual stimuli adalah
semua stimuli lain yang dialami seseorang baik internal maupun eksternal yang
mempengaruhi situasi dan ia dapat diobservasi, diukur dan secara subyektif
dilaporkan. Residual stimuli adalah cirri-ciri tambahan yang ada dan relevan
dengan situasi yang ada tapi sukar diobservasi
Contoh Bapak A yang megalami sakit pada dada kirinya. Stimulus yang
segera berhadapan dengan Bapak A adalah kurangnya suplai oksigen ke otot
jantung, ini disebut focal stimuli. Contextual stimuli adalah udara panas, sensasi
nyeri, umur Bapak A, berat badan, gula darah, tingkat kekuatan dari pembuluh
darah arteri. Sedangkan residual stimuli adalah kebiasaan merokok dan stress di
tempat kerja
Aktifitas Keperawatan
Aktifitas keperawatan digambarkan oleh model yaitu dengan meningkatkan
respon adaptive pada situasi sehat maupun sakit. Perawat dapat mengambil
tindakan untuk memanipulasi focal, contextual atau residual stimuli. Dengan
melakukan analisa maka situasi akan jatuh ke daerah adaptasi. Bila memungkinkan
focal stimuli dimanipulasi. Untuk orang yang mengalami sakit dada, focal stimuli
adalah ketidakseimbangan kebutuhan tubuh akan oksigen dengan suplai oksigen
yang dapat diberikan oleh jantung. BIla focal stimuli tidak dapat diubah, maka
perawat meningkatkan respon adaptif dengan memanipulasi contextual dan residual
stimuli
Perawat dapat mengatisipasi seseorang yang punya kemungkinan untuk
secara sekunder berespon tidak efektif terhadap stimulus yang mungkin ada pada
situasi khusus. Perawat bertindak untuk mempersiapkan seseorang mengantisipasi
perubahan melalui penguatan regulator, cognator, mekanisme koping yang lain
16
3. Konsep Sehat
Sebelumnya Roy mendefinisikan sehat merupakan rangkaian kesatuan paling
sehat sampai ke kamatian. Tapi ini tidak digunakan lagi pada model yang baru.
Baru-baru ini Roy mendefinisikan sehat sebagai “suatu keadaan dan proses
terintegrasi di dalam tubuh seseorang secara keseluruhan”. Integritas seseorang
diekspresikan melalui kemampuan melaksnakan tujuan untuk kelangsungan
kehidupan, perkembangan, reproduksi, dan keunggulan. Perawat yang
menggunakan model Roy tetang konsep sehat sebagai tujuan mengetahui perilaku
seseorang. Bila jumlah energy yang digunakan untuk koping tidak seimbang, maka
kekurangan energy tersedia untuk melaksanakan tujuan untuk kelangsungan
kehidupan, perkembangan, reproduksi, keunggulan. Tujuan keperawatan untuk
meningkatkan kesehatan seseorang dengan meningkatkan respon adaptif. Energi
yang bebas dari perilaku yang tidak efektif dapat dipakai untuk meningkatkan
kesehatan
4. Konsep Lingkungan
Stimulus dari diri seseorang dan dari sekitarnya menggambarkan elemen dari
lingkungan. Lingkungan didefinisikan oleh Roy sebagai “semua kondisi, keadaan,
dan pengaruh-pengaruh sekitar dan mempengaruhi perkembangan dan perilaku
seseorang dan kelompok”
Biasanya stimulus lingkungan internal dan eksternal merupakan area studi
keperawatan. Contoh bila klien usai masuk panti jompo karena stimulus lingkungan
eksternal yang bermakna menimpa mereka, maka perawat membantunya untuk
meningkatkan adaptasi terhadap perubahan ini, menentukan intervensi yang dapat
mengurangi resiko karena masuk panti tersebut. Perawat meningkatkan keterlibatan
mereka dalam panti untuk meingkatkan kesehatan, memberikan pendidikan,
memberikan kerajinan. Keterlibatan mereka dapat merubah stimulus lingkungan ke
situasi sehat dari keadaan sakit dan jauh dari jangkauan fasilitas kesehatan
5. Proses keperawatan
Teori adaptasi Roy memberikan petunjuk bagi perawat dalam
mengembangkan proses keperawatan. Elemen dalam proses keperawatan menurut
Roy meliputi pengkajian tahap pertama dan kedua, diagnose, tujuan, intervensi, dan
evaluasi.
17
mengalami sakit dada, bekerja di udara terbuka yang panas. Untuk kasus ini diagnose
yang sesuai adalah “kegagalan peran sehubungan dengan keterbatasan kemampuan fisik
(myocardial) untuk bekerja di udara terbuka yang panas”
d. Tujuan
Tujuan adalah akhir perilaku yang diharapkan dapat dicapai oleh seseorang.
Perilaku klien adalah indikasi resolusi terhadap masalah. Tujuan jangka panjang
seharusnya menggambarkan resolusi adaptasi terhadap masalah dan tersedianya energy
untuk mencapai tujuan (kelangsungan kehidupan, perkembangan, reproduksi,
keunggulan). Tujuan jangka pendek mengidentifikasi perilaku kien yang
mengindikasikan regulator atau cognator koping. Tujuan bila memungkinkan dibuat
bersama-sama klien. Tujuan yan dibuat bersama ini menghargai hak-hak klien
e. Rencana Implementasi
Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan merubah atau
memanipulasi fokal, contextual dan residual stimuli. Implementasi dapat juga untuk
memperluas kemampuan koping seseorang atau zona adaptasi sehingga stimuli
berkurang dan klien mampu beradaptasi
Intervensi Keperawatan
Aspek Psikologis
Fokus intervensi keperawatan pada masalah psikologis meliputi penanganan
respon akibat perpisahan mulai dari fase (protes, despair, dan denial) dengan melakukan
rooming-in yaitu melibatkan keluarga dalam perawatan anak agar anak merasa aman
dan mendapat perhatian dari keluarganya. Peran keluarga pada saat rooming-in meliputi
: memandikan, memakaikan baju, membentu member makan, meniapkan tempat tidur,
menciptakan suasana nyaman dan tenang bagi anak. Meskipun demikian peran perawat
tetap diperlukan khususnya dalam tindakan-tindakan invasive
Tujuan akhir dari penanganan aspek ini adalah penderita mempunyai koping
yang positif sehingga akan membantu penyembuhan. Menurut Roy mekanisme koping
terbentuk melalui proses belajar dan mengingat. Belajar di sini adalah kemampuan
menyesuaikan diri (adaptasi) pada pengaruh factor internal dan eksternal (Nursalam,
2003). Menurut Roy mekanisme belajar merupakan suatu proses di dalam system
adaptasi (cognator) yang meliputi mempersepsikan suatu informasi, baik dalam bentuk
implicit maupun eksplisit. Belajar implicit umumnya bersifat reflektif dan tidak
memerlukan kesadaran (focal) sebagaimana terlihat pada gambar. Keadaan ini
ditemukan pada perilaku kebiasaan, sensitisasi dan keadaan. Padahabituasi timbul suatu
penurunan dari transmisi sinar pada neuron sensoris sebagai akibat dari penurunan
jumlah neurotransmitter yang berkurang yang dilepas oleh terminal presinaps (Bear,
1996; Notosoedirjo, 1998). Pada habituasi menuju ke depresi homosinaptik untuk suatu
aktivitas dari luar yang terangsang terus enerus (Bear, 1996).
Proses ingatan jangka panjang yang terjadi pada keadaan stress yang kronis akan
menimbulkan perubahan adaptasi dan jaringan atau sel. Adaptasi dari jaringan atau sel
imun yang memiliki hormone kortisol dapat terbentuk bila dalam waktu lain menderita
stress, dalam teori adaptasi Roy dkenal dengan mekanisme regulator
Koping yang efektif menempati tempat yang sentral terhadap ketahanan tubug
dan daya penolakan tubuh terhadap gangguan maupun serangan suatu penyakit baik
bersifat fisik mauun psikis, social, spiritual. Perhatian terhadap koping tidak hanya
terbatas pada sakit ringan tetapi justru penekanannya pada kondisi sakit yang berat
(Notosoedirjo, 1998)
21
Aspek Sosial
Aspek social yang penting dalam memberikan asuhan keperawatan pada
penderita anak adalah (1) menciptakan lingkungan perawatan yang terapeutik, dan (2)
orientasi lingkungan saat penderita masuk rumah sakit
1. Lingkungan yang terapeutik
Lingkungan perawatan harus mendukung suasana yang penuh dengan keakraban
dan kehangatan antara anak, keluarga dan petugas kesehatan. Hal lain yang harus
dimodifikasi oleh perawat anak adalah membuat lingkungan perawatan semenraik
mungkin mulai dari warna tembok, warna seragam perawat (sedapat mungkin hindari
warna putih-putih). Tindakan medis harus dilakukan di ruangan tertentu (bukan di
tempat tidur pasien) untuk member kesan bahwa tempat tidur pasien adalah tempat yang
menyeangkan dan aman. Ruang untuk bermain dirancang sedemikian rupa sehingga
pasien merasa terhibur dan aman
2. Orientasi
Hal penting yang harus dilakukan oleh perawat adalah orientasi ruangan kepada
penderitavdan pengasuh untuk menghindari sesuatu yang mencemaskan dan
menakutkan. Orentasi meliputi pengenalan ruangan, alat-alat, peraturan, pergantian shif
perawat dll.
(3) Aspek Ketergantungan dan Spiritual
Asuhan keperawatan pada aspek spiritual ditekankan pada penerimaan pasien dan
keluarga terhadap sakit yang dideritanya sehingga anak dan keluarga akan dapat
menerima dengan ikhlas terhadap sakit yang dialami dan mampu mengambil hikmah.
Asuhan keperawatan yang dapat diberikan difokuskan pada keluarga penderita adalah :
1. Mengontrol diri
Kemampuan mengontrol diri akan dapat memperkuat koping keluarga, perawat
harus menguatkan kontol diri keluargadengan melakukan :
a. Membantu keluarga mengidentifikasi masalah dan seberapa jauh dia dapat
mengontrol diri
b. Meningkatkan perilaku penyelesaian masalah
c. Membantu meningkatkan rasa percaya diri bahwa keluarga akan mendapatkan
hasil yang lebih baik
d. Memberi kesempatan pada keluarga untuk mengambil keputusan
22
1) Meyakinkan kepada pasien bahwa dia adalah tetap sebagai individu yang
berguna bagi keluarga dan masyarakat
2) Mendukung upaya kegiatan atau kreatifitas pasien
3) Melibatkan pasien dalam segala kegiatan, terutama dalam pengobatan
pada dirinya
4) Melibatkan pasien dalam mengambil keputusan yang menyangkut dirinya
5) Bersifat terbuka dan komunikatif kepada pasien
6) Mengijinkan keluarga untuk member dukungan kepeda pasien
7) Perawat dan keluarga selalu memberikan pujian atas sikap pasien yang
dilakukan secara benar dalam perawatan
8) Perawat dan keluarga selalu bersikap halus dan menerima jika ada sikap
yang negative dari pasien
f. Evaluasi
Proses keperawatan dilengkapi dengan evaluasi. Perilaku yang diharapkan
dibandingkan dengan perilaku output seseorang dan bergerak maju atau keluar dari
pencapaian tujuan yang ditentukan. Penilaian kembali tujuan dan intervensi dibuat
berdasarkan hasil evaluasi
25
BAB 3
TINJAUAN KASUS
i. Endokrin : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid ataupun kelenjar getah bening.
Tidak mempunyai riwayat diabetes mellitus
2) Konsep Diri (psikis)
Orangtua klien cemas dan sering bertanya tentang penyakit dan kondisi klien
saat ini. Orangtua mengatakan tidak tahu sama sekali tentang penyakit klien karena
belum pernah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti klien
3) Fungsi peran (social)
Ayah klien mengatakan pekerjaannya terganggu dengan adanya salah satu
anggota keluarga yang sakit. Ibu klien juga bingung bagaimana anak-anaknya yang
di rumah tidak ada yang mengurus karena ibu harus menunggu klien di rumah sakit
bergantian dengan ayah.
4) Interdependent (spiritual)
Orangtua klien mengatakan sangat membutuhkan bantuan dari orang lain terkait
dengan apa dan bagaimana cara merawat anaknya karena aorangtua tidak tahu apa
yang harus dilakukan terhadap anaknya yang sakit
c. Stimulus residual :
Jika stress anak dan keluarga tidak ditangani dengan tepat maka secara fisiologis
ini akan memicu kelenjar adrenal untuk mengeluarkan hormone kortisol yang
lebih banyak sebagai respon terhadap stress, kadar kortisol dalam darah akan
semakin meningkat. Ini menyebabkan supresi sistem imun, akibatnya waktu
penyembuhan anak akan semakin lama.
Pengalaman hospitalisasi yang pertama bagi keluarga sehingga keluarga perlu
diberikan informasi yang adekuat tentang kondis dan perawatan klien
3. Interdependensi
Perilaku klien : Keluarga membutuhkan bantuan langsung untuk mengatasi masalah
anaknya.
a. Stimulus fokal :
Kurang pengetahuan tentang penyakit klien dan perawatannya
b. Stimulus kontekstual :
Hospitalisasi merupakan krisis situasi bagi anak dan keluarga
c. Stimulus residual :
Keluarga belum pernah menjalani hospitalisasi sebelumnya sehingga
membutuhkan informasi yang akurat tentang keadaan anaknya.
3.2.3 Tujuan
3.2.3.1 Tujuan Jangka Panjang
Anak dan keluarga mempunyai koping yang positif sehingga akan membantu
penyembuhan
3.2.3.2 Tujuan Jangka Pendek
1) Anak dan keluarga mampu belajar beradaptasi dengan kondisi sakitnya
2) Anak dan keluarga menunjukka perilaku adaptif terhadap kondisi sakitnya
3.2.4 Intervensi Keperawatan
1) Aspek Fisik
a. observasi tanda-tanda vital secara rutin
b. penanganan suhu tubuh
c. membantu tindakan invasive dan pemeriksaan diagnostic;
d. memenuhi kebutuhan aktivitas;
e. memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi
f. Mengetahui karakteristik tumbuh kembang berdasarkan umur
g. Mengetahui dan menerapkan prosedur tindakan keperawatan yang diperlukan
pada anak (pengukuran dan penurunan suhu; tindakan invasive, dan persiapan
pembedahan)
32
3.2.5 Evaluasi
1. Klien tidak menunjukkan perilaku agresif
2. Klien dapat kooperatif dan tenang
3. Keluarga mengerti tentang kondisi klien
4. Secara verbal keluarga dapat mengungkapkan perasaannya
5. Secara verbal keluarga mengatakan tidak cemas/menurun, tidak bingung
6. Keluarga mampu menunjukkan tindakan yang adaptif
7. Mekanisme koping berjalan dengan adaptif
8. Sumber koping dimanfaatkan secara maksimal
34
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Analisis Model Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Pendekatan Konsep
Stress Adaptasi Sister Callista Roy
Anak sakit yang menjalani hospitlisasi mengalami beberapa perubahan pemenuhan
kebutuhan dasar yang kompleks mulai dari aspek fisiologis, psikologis, peran, social,
dll. Tidak hanya anak yang sakit yang mengalami perubahan tersebut tetapi juga
keluarga yang merawatnya yang merupakan satu kesatuan dengan anak. Salah satu
perubahan yang selalu terjadi pada anak yang menjalani hospitalsidsi dan keluarganya
alah stress yang diakibatkan proses hospitalisasi. Asuhan keperawatan pada anak tidak
hanya berfokus pada anak tetapi juga pada keluarga yang dikenal dengan prinsip family
centered care oleh karena jika ada salah satu anggota keluarga yang sakit maka akan
berdampak pada anggota keluarga yang sakit baik secara langsung maupun tidak
langsung
Kondisi stress akan memberikan stimulus kepada hypothalamus kemudian
hypothalamus akan mempengaruhi hipofisis untuk mengekspresikan adreno crticotropic
hormone (ACTH). kadar ACTH yang tinggi merupakan stimulus kepada kelenjar
adrenal untuk memproduksi hormone kortisol lebih banyak. Apabila stress yang dialami
anak tidak mendapatkan penanganan yang tepat maka stress anak akan berkelanjutan
dan kelenjar adrenal akan terus memproduksi kortisol dalam jumlah banyak sehingga
dapat menekan sistem imun (Clancy, 1998). Adanya penekanan sistem imun inilah yang
berakibat pada terhambatnya proses penyembuhan sehinggan memerlukan waktu
perawatan yang lebih lama
Konsep adaptif holistic system yang dikembangkan oleh S.C Roy bekerja melalui 4
mode yaitu mode fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan interdependent. Tingkat
adaptasi seseorang akan ditentukan oleh stimulus focal, contextual, dan residual. Model
pendekatan ini lebih menekankan bagaimana membantu pasien dan keluarga untuk
dapat beradaptasi secara fisiologis, psikologis, peran dan interdependen terhadap
kondisi yang saat ini dialaminya.
Proses adaptasi yang berlangsung dengan baik akan membantu klien dan keluarga
keluar dari perasaan stress fisik dan emosional yang secara fisiologis ini akan
35
berpengaruh terhadap modulasi respon imun sehingga ketahanan tubuh anak menjadi
lebih baik sehingga proses penyembuhan dapat berlangsung lebih cepat.
Peran perawat dalam meminimalkan dampak stress hospitalisasi sesuai dengan
konsep teori holistic adaptive system adalah meningkatkan respon adaptasi berhubungan
dengan 4 mode respon adaptasi. Kondisi koping seseorang atau keadaan koping
seseorang merupakan tingkat adaptasi seseorang. l. Focal adalah suatu respon yang
diberikan secara langsung terhadap ancaman/ input yang masuk. Penggunaan focal pada
umumnya tergantung tingkat perubahan yang berdampak pada seseorang. Stimulus
contextual adalah semua stimulus lain seseorang baik internal maupun ekstrenal yang
mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur, dan secara subyektif disampaikan
oleh individu. Stimulus residual adalah karakteristik/ riwayat dari seseorang yang ada
dan timbul relevan dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit diukur secara obyektif
Kinerja perawat pada tahap ini adalah memberikan stimulus atau memfasilitasi
koping pasien agar menjadi konstruktif. Kegiatan yang dilakukan meliputi :
9. Membantu memenuhi gangguan peenuhan kebutuhan fisiologis dan ketergantungan
10. Memperlakukan pasien secara manusiawi
11. Melakukan komunikasi terapeutik
12. Mengembangkan hubungan terapeutik
Berikut ini akan dijelaskan dalam bentuk bagan bagaimana korelasi antara teori
model holistic adaptive system dengan pendekatan asuhan keperawatan anak yang
mengalami stress hospitalisasi
36
Input : Stress
Stressor Hospitalisasi
Hipotalamus
Process Coping
(+) (-)
Effector 1. Fisik
2. Psikologis
3. Sosial (peran)
4. Ketergantungan
Output Distress:
Gangguan adaptasi
Stimulus Memfasilitasi :
(Model Askep Adaptasi
Anak)
Prosedur Stimulus :
tindakan kep
Focal, contextual &
Mencegah
residual
kecemasan&
takut Proses : Coping (+) Perilaku (+)
Melibatkan klrg
Learning, Judgement, Emosi (+)
(Rooming in)
Ketergantungan emotion
Stress (-)
Adaptasi (+)
Bagan 4.1 Model Pendekatan Asuhan Keperawatan Anak dengan modifikasi konsep
holistic adapti system S.C Roy (dikutip dari Nursalam, 2004)
37
Penjelasan bagan:
Prinsip pendekatan asuhan keperawatan pada penderita anak adalah pemenuhan
kebutuhan fisik dengan mencegah terjadinya trauma : psikis (memfasilitasi koping yang
konstruktif); dukungan keluarga dalam membantu menciptakan lingkungan perawatan
yang konstruktif, dengan mengadakan rooming-in, dan membantu ketergantungan
penderita (fisik dan spiritual) sehingga penderita akan mempunyai koping dan perilaku
yang positif. Keadaa tersebut akan membantu dalam mengurangi stress penderita dan
mempercepat proses adaptasi selama hospitalisasi.
Berdasarkan analisis tersebut di atas maka menurut kelompok teori model
holistic adaptive system dari S.C Roy sangat tepat diaplikasikan sebagai model
pendekatan pengkajian keperawatan pada anak yang mengalami stress hospitalisasi
dengan alasan bahwa model ini lebih berfokus pada bagaimana perawat dapat
membantu adaptasi klien terhadap kondisi yang dialaminya saat ini. Ini sejalan dengan
masalah yang dialami oleh klien anak yang menjalani hospitalisasi beserta keluarganya
yang sangat membutuhkan bantuan orang lain di dalam proses beradaptasi.
38
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Teori hoslistic adaptif system menurut hasil analisis kelompok sangat sesuai jika
digunakan sebagai pendekatan pengakajian pada anak yang megalami stress
hospitalisasi
5.2 Saran
Perlu adanya modifikasi dengan teori model keperawatan yang lain mengingat di
dalam teori model ini kurang mengakomodir masalah fisiologis klien misalnya teori self
care deficit dari Orem
39
DAFTAR PUSTAKA
Erickson, H.C., Tomlin, E.M., & Swain, M.A. (2005) (8th Printing). Modeling and role-
modeling: A theory and paradigm for nursing. Cedar Park TX: EST Company.
(Original printing by Prentice Hall, 1983).
Erickson, H. (Ed). (2006) Modeling and role-modeling: a view from the client’s world.
Cedar Park TX: Unicorns Unlimited.
Erickson, H. (1990). Theory based nursing. In H. Erickson & C. Kinney (Ed). Modeling
and role-modeling: theory, practice and research. Vol 1(1), pp. 1-27. Cedar
Park TX: The Society for the Advancement of Modeling and Role-Modeling
Julia B. George RN, PHD, 1990. Nursing Theories (The base for Professional Nursing
Practice), 3rd ed, Prenice-Hall International Inc
Whaley & Wong’s. (1996), Pediatric Nursing, Ins St.Louis Missouri : MosbiyYear
Book.
Whaley & Wong’s. (1999), Nursing Care Of Infant and Children, Inc. St. Louis
Missoun : Mosby Year Book