Anda di halaman 1dari 10

BAHAN DEBAT

“ TENTANG HAM ”
Untuk Menyelesaikan Tugas Mata Pelajaran ______________________
Guru Mata Pelajaran ________________________

Disusun
Oleh

NAMA KELOMPOK
1. ________________
2. ________________
3. ________________
4. ________________
5. ________________

Kelas
X Mipa

SMA NEGERI 1 WONGGEDUKU


WONGGEDUKU – WONGGEDUKU BARAT – KONAWE
A. Makna Sila Kelima (Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia)

Inti sila kelima yaitu “keadilan” yang mengandung makna sifat-sifat dan keadaan

NegaraIndonesiaharus sesuai dengan hakikat adil, yaitu pemenuhan hak dan wajib pada kodrat

manusia. Hakikat keadilan ini berkaitan dengan hidup manusia, yaitu hubungan keadilan antara

manusia satu dengan lainnya, dalam hubungan hidup manusia dengan tuhannya, dan dalam hubungan

hidup manusia dengan dirinya sendiri (notonegoro). Keadilan ini sesuai dengan makna yang

terkandung dalam pengertian sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Selanjutnya

hakikat adil sebagaimana yang terkandung dalam sila kedua ini terjelma dalam sila kelima, yaitu

memberikan kepada siapapun juga apa yang telah menjadi haknya oleh karena itu inti sila keadilan

social adalah memenuhi hakikat adil.

Realisasi keadilan dalam praktek kenegaraan secara kongkrit keadilan social ini mengandung cita-cita

kefilsafatan yang bersumber pada sifat kodrat manusia monodualis , yaitu sifat kodrat manusia sebagai

individu dan makhluk social. Hal ini menyangkut realisasi keadilan dalam kaitannya dengan

NegaraIndonesiasendiri (dalam lingkup nasional) maupun dalam hubungan NegaraIndonesiadengan

Negara lain (lingkup internasional)

Dalam lingkup nasional realisasi keadilan diwujudkan dalam tiga segi (keadilan segitiga) yaitu:

1. Keadilan distributive, yaitu hubungan keadilan antara Negara dengan warganya. Negara wajib

memenuhi keadilan terhadap warganya yaitu wajib membagi-bagikan terhadap warganya apa

yang telah menjadi haknya.

2. Keadilan bertaat (legal), yaitu hubungan keadilan antara warga Negara terhadap Negara. Jadi

dalam pengertian keadilan legal ini negaralah yang wajib memenuhi keadilan terhadap

negaranya.

3. Keadilan komulatif, yaitu keadilan antara warga Negara yang satu dengan yang lainnya, atau

dengan perkataan lain hubungan keadilan antara warga Negara.

Nilai-nilai keadilan tersebut haruslah merupakan suatu dasar yangyang harus diwujudkan dalam hidup

bersama kenegaraan untuk mewujudkan tujuan negara yaitu mewujudkan kesejahteraan seluruh

warganya serta melindungi seluruh warganya dan seluruh wilayahnya, mencerdaskan seluruh

warganya. Demikian pula nilai-nilai keadilan tersebut sebagai dasar dalam pergaulan antar negara

sesama bangsa didunia dan prinsip ingin menciptakan ketertiban hidup bersama dalam suatu
pergaulan antar bangsa di dunia dengan berdasarkan suatu prinsip kemerdekaan bagi setiap bangsa,

perdamaian abadi serta keadilan dalam hidup bersama (keadilan sosial).

Selain itu secara kejiwaan cita-cita keadilan tersebut juga meliputi seluruh unsur manusia, jadi juga

bersifat monopluralis . sudah menjadi bawaan hakikatnya hakikat mutlak manusia untuk memenuhi

kepentingan hidupnya baik yang ketubuhan maupun yang kejiwaan, baik dari dirinya sendiri-sendiri

maupun dari orang lain, semua itu dalam realisasi hubungan kemanusiaan selengkapnya yaitu

hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lainnya dan hubungan

manusia dengan Tuhannya.

B. Pengertian Dan Ciri Pokok Hakikat HAM

1. Pengertian HAM

Hak asasi manusia merupakan hak-hak dasar yang dimilki oleh manusia, sesuai dengan

kodratnya. Hak asasi manusia meliputi hak hidup, hak kemerdekaan atau kebebasan, hak milik

dan hak-hak dasar lain yang melekat pada diri pribadi manusia dan tidak dapat diganggu gugat

oleh orang lain. Hak asasi manusia hakikatnya semata-mata bukan dari manusia sendiri tetapi

dari Tuhan Yang Maha Esa. Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Hak Asasi Manusia

menurut Ketetapan MPR nomor XVII/MPR/1988, bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak

dasar yang melekat pada diri manusia secara kodrat, universal, dan abadi sebagai anugerah

Tuhan Yang Maha Esa.

Adapun pengertian Hak Asasi Manusia menurut para tokoh-tokoh lainnya, yaitu :

 Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching Human Rights,

United Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak

yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai

manusia.

 John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang

Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. (Mansyur Effendi, 1994).

 Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak

Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia

sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,

dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi

kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”


2. Ciri Pokok Hakikat HAM

Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang beberapa ciri pokok

hakikat HAM yaitu:

 HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM adalah bagian dari manusia secara

otomatis.

 HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis, pandangan

politik atau asal-usul sosial dan bangsa.

 HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar

hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah Negara membuat hukum yang

tidak melindungi atau melanggar HAM (Mansyur Fakih, 2003).

3. HAM Dalam Perundang-Undangan Nasional

Dalam perundang-undangan RI paling tidak terdapat bentuk hukum tertulis yang memuat aturan

tentang HAM. Pertama, dalam konstitusi (UUD Negara). Kedua, dalam ketetapan MPR (TAP MPR).

Ketiga, dalam Undang-undang. Keempat, dalam peraturan pelaksanaan perundang-undangan seperti

peraturan pemerintah, keputusan presiden dan peraturan pelaksanaan lainnya.

Kelebihan pengaturan HAM dalam konstitusi memberikan jaminan yang sangat kuat karena

perubahan dan atau penghapusan satu pasal dalam konstitusi seperti dalam ketatanegaraan di

Indonesia mengalami proses yang sangat berat dan panjang, antara lain melalui amandemen dan

referendum, sedangkan kelemahannya karena yang diatur dalam konstitusi hanya memuat aturan yang

masih global seperti ketentuan tentang HAM dalam konstitusi RI yang masih bersifat global.

Sementara itu bila pengaturan HAM dalam bentuk Undang-undang dan peraturan pelaksanaannya

kelemahannya, pada kemungkinan seringnya mengalami perubahan.

C. HAM Dalam Tinjauan Islam

Adanya ajaran tentang HAM dalam Islam menunjukan bahwa Islam sebagai agama telah

menempatkan manusia sebagai makhluk terhormat dan mulia. Oleh karena itu, perlindungan dan

penghormatan terhadap manusia merupakan tuntutan ajaran itu sendiri yang wajib dilaksanakan oleh

umatnya terhadap sesama manusia tanpa terkecuali. Hak-hak yang diberikan Allah itu bersifat

permanent, kekal dan abadi, tidak boleh dirubah atau dimodifikasi (Abu A’la Almaududi, 1998).

Dalam Islam terdapat dua konsep tentang hak, yakni hak manusia (hak al insan) dan hak Allah. Setiap

hak itu saling melandasi satu sama lain. Hak Allah melandasi manusia dan juga sebaliknya.
Konsep islam mengenai kehidupan manusia didasarkan pada pendekatan teosentris (theocentries) atau

yang menempatkan Allah melalui ketentuan syariatnya sebagai tolak ukur tentang baik buruk tatanan

kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat atau warga bangsa.

Dengan demikian konsep Islam tentang HAM berpijak pada ajaran tauhid. Konsep tauhid

mengandung ide persamaan dan persaudaraan manusia. Konsep tauhid juga mencakup ide persamaan

dan persatuan semua makhluk yang oleh Harun Nasution dan Bahtiar Effendi disebut dengan ide

perikemakhlukan. Islam datang secara inheren membawa ajaran tentang HAM, ajaran islam tentang

HAM dapat dijumpai dalam sumber utama ajaran islam yaitu al-Qur’an dan al-Hadits yang merupakan

sumber ajaran normative, juga terdapat praktek kehidupan umat islam.

Dilihat dari tingkatannya, ada 3 bentuk HAM dalam Islam, pertama, Hak Darury (hak dasar). Sesuatu

dianggap hak dasar apabila hak tersebut dilanggar, bukan hanya membuat manusia sengsara, tetapi

juga eksistensinya bahkan hilang harkat kemanusiaannya. Sebagai misal, bila hak hidup dilanggar

maka berarti orang itu mati. Kedua, hak sekunder (hajy) yakni hak-hak yang bila tidak dipenuhi akan

berakibat hilangnya hak-hak elementer misalnya, hak seseorang untuk memperoleh sandang pangan

yang layak maka akan mengakibatkan hilangnya hak hidup. Ketiga hak tersier (tahsiny) yakni hak

yang tingkatannya lebih rendah dari hak primer dan sekunder (Masdar F. Mas’udi, 2002)

Mengenai HAM yang berkaitan dengan hak-hak warga Negara, Al Maududi menjelaskan bahwa

dalam Islam hak asasi pertama dan utama warga negara adalah :

1. Melindungi nyawa, harta dan martabat mereka bersama-sama dengan jaminan bahwa hak ini

tidak kami dicampuri, kecuali dengan alasan-alasan yang sah dan ilegal.

2. Perlindungan atas kebebasan pribadi. Kebebasan pribadi tidak bisa dilanggar kecuali setelah

melalui proses pembuktian yang meyakinkan secara hukum dan memberikan kesempatan kepada

tertuduh untuk mengajukan pembelaan

3. Kemerdekaan mengemukakan pendapat serta menganut keyakinan masing-masing

4. Jaminan pemenuhan kebutuhan pokok bagi semua warga negara tanpa membedakan kasta atau

keyakinan. Salah satu kewajiban zakat kepada umat Islam, salah satunya untuk memenuhi

kebutuhan pokok warga negara.

D. Pelanggaran HAM dan Pengadilan HAM

Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara

baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi dan atau mencabut HAM seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-

Undang ini, dan tidak didapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum

yang berlaku (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM). Sedangkan bentuk pelanggaran HAM

ringan selain dari kedua bentuk pelanggaran HAM berat itu.

Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk

menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis dan

kelompok agama. Kejahatan genosida dilakukan dengan cara membunuh anggota kelompok,

mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota kelompok,

menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik

seluruh atau sebagiannya, memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di

dalam kelompok, dan memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain

(UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM).

Sementara itu kejahatan kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian

dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut tujukan secara

langsung terhadap penduduk sipil berupa pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, pengusiran atau

pemindahan penduduk secara paksa, perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain

secara sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional,

penyiksaan, perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan

seksual lain yang setara, penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang

didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan

lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional,

penghilangan orang secara paksa, dan kejahatan apartheid.

Pelanggaran terhadap HAM dapat dilakukan oleh baik aparatur negara maupun bukan aparatur

negara (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM). Karena itu penindakan terhadap pelanggaran

HAM tidak boleh hanya ditujukan terhadap aparatur negara, tetapi juga pelanggaran yang dilakukan

bukan oleh aparatur negara. Penindakan terhadap pelanggaran HAM mulai dari penyelidikan,

penuntutan, dan persidangan terhadap pelanggaran yang terjadi harus bersifat non-diskriminatif dan

berkeadilan. Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan pengadilan

umum.
E. Contoh-Contoh Kasus Pelanggaran HAM

1. Parapedagang yang berjualan di trotoar merupakan pelanggaran HAM terhadap para pejalan kaki,

sehingga menyebabkan para pejalan kaki berjalan di pinggir jalan sehingga sangat rentan terjadi

kecelakaan.

2. Orang tua yang memaksakan kehendaknya agar anaknya masuk pada suatu jurusan tertentu

dalam kuliahnya merupakan pelanggaran HAM terhadap anak, sehingga seorang anak tidak bisa

memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatnya.

3. Dosen yang malas masuk kelas atau malas memberikan penjelasan pada suatu mata kuliah kepada

mahasiswa merupakan pelanggaran HAM ringan kepada setiap mahasiswa.

4. Parapedagang tradisioanal yang berdagang di pinggir jalan merupakan pelanggaran HAM ringan

terhadap pengguna jalan sehingga para pengguna jalan tidak bisa menikmati arus kendaraan yang

F. Masalah Pelanggaran HAM

Di bawah ini adalah salah satu contoh Kasus yang melanggar HAM yakni tentang pemerasan terhadap

TKI/TKW asal Daerah.

LSM CSPD Daerah

Daerah, 25 Pebruari 2002 14:38

TKW asal Daerah Jabar yang jumlahnya ribuan- sepulang dari negara tempat mereka bekerja,

mengeluhkan ulah calo dari perusahaan jasa pemulangan TKI/TKW di Kabupaten Daerah. Mereka

diperas Rp 1,6 juta per orang, dari ongkos resmi Rp 160 ribu. Demikian diungkapkan Direktur Centra

Studi Pemberdayaan Daerah (CSPD) Yudi Junadi, Senin (25/2) di Daerah.

Menurutnya, sejak sebulan terakhir, lembaga yang dipimpinnya kebanjiran pengaduan para

TKI/TKW yang merasa diperas saat akan pulang ke desanya.

“Kami berharap, Pemerintah Kabupaten Daerah tidak tutup mata terhadap persoalan nasib TKI/TKW

ini, karena berdasarkan pengaduan yang kami terima, mereka dipungut biaya pemulangan hingga Rp

2,5 juta per orang,” ungkap Yudi, yang juga mantan Ketua LBH Daerah.

Advokat Senior ini menceritakan, sejak awal 2002, broker jasa pemulangan dan pemberangkatan

TKI/TKW di Daerah terus menggembar-gemborkan, mereka akan memberikan perlindungan

terhadap para TKW/TKI. Ironisnya, di antara mereka ada yang berkolaborasi dengan sejumlah

lembaga swadaya masyarakat (LSM), sehingga menimbulkan kerancuan.


Berdasarkan pemantauan CSPD, sejumlah TKI/TKW yang baru turun dari Terminal III Bandara

Soekarno-Hatta, terus dibuntuti para broker dan diminta menggunakan jasanya. Seperti sudah ada

kerjasama dengan pihak bandara, para TKI/TKW itu dibingungkan oleh sulitnya transportasi untuk

kepulangan mereka, sehingga mereka terpaksa menggunakan jasa mereka.

Namun, para pekerja yang rata-rata dari kampung itu, yang biasanya hanya membayar Rp 160.000

per orang, ternyata diharuskan membayar antara Rp 1,6 hingga Rp 2,5 juta per orang. Bukan hanya

itu, mereka juga dipaksa untuk menukarkan cek gajinya kepada mereka dengan nilai yang sangat

rendah.

“Salah satunya menimpa korban Ny. Komariah (34), asal Desa Peuteuy Condong Kec. Cibeber, Kab.

Daerah. Uang gajinya yang masih berupa cek dipaksa ditukarkan dengan harga Rp 7.000 per dolar

AS. Padahal, saat itu nilai rupiah terhadap dolar lebih dari Rp 10.000, ” papar Yudi.

Menurut pemantauan CSPD, ada tiga titik penampungan sementara TKI/TKW yang baru pulang ke

Daerah, yakni di Cipanas, di samping Harimart Daerah Kota, dan di sebuah asrama.

Anehnya, meski aksi pemerasan ini berjalan cukup lama, polisi mengaku belum mengetahui kejadian.

Padahal, berita tentang pemerasan terhadap TKI/TKW ini hampir terjadi setiap hari, sesalnya.

Sementara itu, Agum, salah seorang pengurus Asosiasi Jasa Pemulangan dan Pemberangkatan

TKI/TKW Daerah (Apjatic), ketika dikonfirmasi membantah pihaknya melakukan pemerasan

terhadap TKI/TKW yang baru pulang kampung. “Kami justru memberikan perlindungan terhadap

para TKI/TKW itu supaya tidak diperdaya oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab,” bela

Agum.

Dia berdalih, kalau pada akhirnya seorang TKI/TKW memberikan ongkos lebih, itu disebabkan puas

atas pelayanannya, bukan berarti pemerasan. Mereka akan merasa nyaman dan aman sampai di tempat

tujuan,” kilah Agum.

Namun demikian, Agum tidak menyangkal banyaknya pemerasan terhadap TKI/TKW asal Daerah.

Menurutnya, hal itu disebabkan tidak adanya lembaga resmi yang mengatur pemulangan TKI/TKW,

sehingga memancing oknum untuk melakukan pemerasan.

Kabupaten Daerah merupakan salah satu daerah pemasok TKI/TKW terbesar se-Jawa Barat. Setiap

hari sedikitnya 130 TKI/TKW pulang ke kampung halamannya di berbagai daerah di Kabupaten

Daerah.
Guna menghindari pemerasan, TKI/TKW asal Daerah Selatan ada yang memilih tinggal di rumah

kerabatnya di Daerah, sebelum pulang ke desanya. Sebab, jika langsung pulang ke desa, kata salah

seorang dari mereka, bisa-bisa dijadikan bulan-bulanan para broker pemulangan TKI/TKW.

G. Sebab-Sebab Pelanggaran HAM

Berikut ini adalah beberapa penyebab terjadinya pelanggaran HAM yang terjadi di Daerah, yaitu

sebagai berikut :

1. Kurangnya menghormati hak asasi orang lain, moral, etika, dan tata tertib kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2. Masyarakat warga yang belum berdaya.

3. Interprestasi dan penerapan yang salah dari norma–norma agama dan perintah (intruksi)

4. Good Governence masih bersifat retorika.

5. Corporete Governence masih bersifat retorika .

H. Cara-Cara Penanggulangan Pelanggaran HAM

Berikut ini adalah Cara penanggulangan pelanggaran HAM yang terjadi di Daerah, yaitu sebagai

berikut :

1. Membawa kasus–kasus pelanggaran hak asasi manusia ke pengadilan hak asasi manusia dengan

tetap menerapkan asas praduga tak bersalah.

2. Membangun budaya hak asasi manusia.

3. Berdayakan mekanisme perlindungan hak asasi manusia yang ada dan membentuk lembaga–

lembaga khusus yang mengenai masalah masalah khusus.

4. Mempergiat sosialisasi hak asasi manusia kepada semua kelompok dan tingkat dalam masyarakat

dengan mengikut sertakan LSM dalam kemitraan dengan pemerintah.

5. Mencabut dan merivisi semua undang–undang peraturan yang bertentangan dengan hak asasi

manusia.

6. Memberdayakan aparat pengawas.

7. Mengembangkan managemen konflik oleh lembaga–lembaga perlindungan hak asasi manusia.

8. Memprioritaskan penyusunan prosedur pengaduan dan penanganan kasus–kasus pelanggaran hak

asasi manusia.
9. Membentuk lembaga–lembaga yang membantu korban pelanggaran hak asasi manusia dalam

mengurus kompensasi dan rehabilitasi.

10. Mengembangkan lembaga-lembaga dan program–program yang melindungi korban dan saksi

pelanggaran hak asasi manusia.

I. Kewajiban dan Tanggung Jawab Pemerintah

Berikut ini adalah kewajiban dan tanggung jawab Pemerintah menurut UU No. 39 Tahun 1999, yaitu

sebagai berikut:

1. Pemerintah Wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakkan dan

memajukan hak asasi manusia yang diatur dalam undang-undang ini, peraturan peundang-

undangan lain dan hukum internasional tentang hak asasi manusia yang diterima oleh negara RI.

2. Kewajiban dan tanggung jawab pemerintah sebagaimana dimaksud meliputi langkah

implementasi yang efektif dalam bidang hukum, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan

keamanan negara dan bidang lain.

3. Hak dan kebebasan yang diatur dalam undang-undang ini hanya dapat dibatasi oleh dan

berdasarkan undang-undang, semata-mata untuk menjamin pengakuan dann penghormatan

terhadap hak asasi manusia serta kebebasan dasar orang lain, kesusilaan, ketertiban umum dan

kepentingan bangsa.

4. Tidak satu ketentuan pun dalam undang-undang ini boleh diartikan bahwa pemerintah, partai,

golongan atau pihak manapun dibenarkan mengurangi, merusak atau menghapuskan hak asasi

manusia atau kebebasan dasar yang diatur dalam undang-undang ini

Anda mungkin juga menyukai