Anda di halaman 1dari 11

Sungai Kapuas, Kalimantan

Seoul, 13th of April 2014


Tinjauan Umum Modul 8
Secara umum, Modul 8 akan membahas tentang metode pengambilan keputusan dalam keadaan yang pasti
dan dalam keadaan yang belum tentu.

Modul 8 terdiri dari dua kegiatan belajar:


• Kegiatan Belajar 1 – Pengambilan Keputusan dalam Keadaan yang Pasti;
• Kegiatan Belajar 2 – Pengambilan Keputusan dalam Keadaan yang Belum Tentu.

Setelah mempelajari Modul 8, diharapkan dapat melakukan pengambilan keputusan berdasarkan data-data
yang ada dengan cepat.

Secara khusus, setelah mempelajari Modul 8, diharapkan dapat memanfaatkan data untuk melakukan
pengambilan keputusan dengan cara yang tepat dalam keadaan yang pasti, mengandung risiko, maupun
yang tidak pasti.

2
Keadaan Pasti
A. Pengambilan Keputusan dengan Tujuan Tunggal
Dalam keadaan ini, kita hanya memiliki satu tujuan, sehingga kita akan memilih alternatif yang akan
mengoptimalkan tujuan tersebut.
Contoh 1:
Suatu perusahaan akan menentukan saat penggantian mesin yang dimiliki, diganti setiap satu tahun,
dua tahun, tiga tahun, atau empat tahun. Harga beli mesin tersebut adalah Rp 5.000.000. Data-data lain
mengenai mesin adalah sebagai berikut (dalam ribuan Rp):
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4
Harga Jual 3.000 2.600 2.000 1.600
Biaya Pemeliharaan 500 800 1.000 2.000

Biaya rata-rata: Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4
Harga Jual 3.000 2.600 2.000 1.600
Penurunan Harga Mesin 2.000 2.400 3.000 3.400
Biaya Pemeliharaan (kum) 500 1.300 2.300 4.300
Jumlah 2.500 3.700 5.300 7.700
Rata-rata 2.500 1.850 1.766,67 1.925
3
Keadaan Pasti
A. Pengambilan Keputusan dengan Tujuan Tunggal
Contoh 2:
Suatu perusahaan akan meningkatkan volume penjualannya dengan salah satu usaha di bawah ini.
Jumlah anggaran maksimal adalah Rp 100.000.000. Data-data-datanya adalah sebagai berikut (dalam
ribuan Rp):
Kenaikan Persentase Kenaikan
Tindakan Biaya
Volume Penjualan Penjualan (%)
Advertency 50 600 1.200
Potongan Harga 40 700 1.750
Undian Berhadiah 30 500 1.670
Personal Selling 70 1.000 1.430

4
Keadaan Pasti
B. Pengambilan Keputusan dengan Tujuan Ganda
Apabila ada lebih datri satu tujuan, maka kita gunakan bobot untuk pada masing-masing tujuan
dengan bobot yang lebih banyak pada tujuan yang menjadi prioritas utama.
n
N1  a
j 1
1 jb j N1  a11b1  a12b2    a1n bn

n
N2  a
j 1
2 jb j N 2  a21b1  a22b2    a2 n bn

 

n
Nm  a
j 1
mj b j N m  am1b1  am 2b2    amn bn

Ni adalah persentase kenaikan/pengurangan hasil yang diperoleh.


aij adalah hasil yang diperoleh dari strategi/alternatif ke-j.
bj adalah bobot untuk strategi/alternatif ke-j.

5
Keadaan Pasti
B. Pengambilan Keputusan dengan Tujuan Ganda
Contoh:
Suatu perusahaan akan memasang iklan untuk menaikkan volume penjualan, menaikkan laba usaha,
dan menaikkan harga sahamnya di pasar modal. Iklan akan dimuat di salah satu surat kabar A, B, C,
dan D. Bobot setiap tujuan adalah: 1 untuk kenaikan saham, 2 untuk kenaikan penjualan, dan 4 untuk
kenaikan harga saham. Data-data yang ada adalah sebagai berikut (dalam ribuan Rp):

Perhitungan:
 5.000   2.000   500 
A  2  100%   4  100%   1  100%   3.700
 500   500   500 
 4.500   1.800   400 
B  2  100%   4  100%   1  100%   4.150
 400   400   400 
 9.900   5.400   700 
C  2  100%   4  100%   1  100%   4.677,78
 900   900   900 
 6.000   2.400   420 
D  2  100%   4  100%   1  100%   3.670
 600   600   600  6
Keadaan Belum Tentu
Keadaan yang belum tentu berarti keadaan di mana informasi yang diperoleh untuk mempertimbangkan
(sebagai dasar pengambilan keputusan) sifatnya belum tentu terjadi, misalnya informasi mengenai laju
inflasi tahun depan bisa 5%, 4%, atau 2.4%. Keadaan yang belum tentu ini terbagi menjadi dua:
1. Keadaan yang mengandung risiko terjadi apabila probabilitas terjadinya dapat diasumsikan diketahui.
2. Keadaan yang tidak pasti (uncertain) terjadi apabila probabilitas terjadi tidak diketahui.
Namun dalam Modul ini hanya dibahas mengenai keadaan yang mengandung risiko.

A. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai harapan.


Dalam pendekatan ini, kita memilih alternatif dengan nilai harapan tertingi.
n
NH1  P j 1
1j X j NH1  P11 X 1  P12 X 2    P1n X n

n
NH 2  P
j 1
2jX j NH 2  P21 X 1  P22 X 2    P2 n X n

 

n
NH m  P
j 1
mj X j NH m  Pm1 X 1  Pm 2 X 2    Pmn X n

7
Keadaan Belum Tentu
A. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai harapan.
Contoh:
Seorang pengusaha sirkus akan mengadakan pertunjukan di tiga kota. Kalau cuaca baik, maka laba
yang diperoleh kalau mengadakan pertunjukan di Medan adalah Rp 50 juta, di Surabaya Rp 40 juta, di
Ambon Rp 60 juta. Namun kalau cuaca tidak baik, maka labanya adalah sebagai berikut: Medan Rp 10
juta, Surabaya Rp 30 juta, dan Ambon Rp 5 juta. Probabilitas keadaan cuaca baik = 0.6 dan cuaca
tidak baik = 0.4. Perhitungannya adalah sebagai berikut (dalam jutaan Rp):

Cuaca Baik Cuaca Baik Nilai Harapan


Kota
(P = 0.6) (P = 0.4)
Medan 50 10 0.6(50) + 0.4(10) = 34
Surabaya 40 30 0.6(40) + 0.4(30) = 36
Ambon 60 5 0.6(60) + 0.4(5) = 38

8
Keadaan Belum Tentu
B. Pohon Keputusan.
Apabila alternatif yang akan dipilih terdiri dari beberapa alternatif lagi, maka akan lebih mudah
apabila digambar pohon keputusan.
Contoh:
Suatu perusahaan menghadapi kesulitan untuk membeli mesin dengan kapasitas besar atau kecil,
dengan didasarkan pertimbangan kalau kemungkinan akan terjadi kenaikan permintaan barang
(dengan probabilitas 0.75 dan tidak terjadi kenaikan permintaan dengan probabilitas 0.25).
1. Membeli Mesin dengan Kapasitas Besar
Kalau permintaan meningkat maka laba yang diperoleh Rp 1 juta dan bila tidak Rp 200 ribu.
2. Membeli Mesin dengan Kapasitas Kecil
Kalau permintaan meningkat, maka pada tahun pertama laba yang diperoleh Rp 100 ribu. Pada
tahun kedua, pemerintah akan memberikan kredit pembelian mesin dengan probabilitas 0,8 dan
laba yang dihasilkan Rp 800 ribu. Namun kalau pemerintah tidak memberikan kredit maka
perusahaan tetap membeli mesin dan laba yang dihasilkan Rp 700 ribu. Kalau perusahaan tidak
membeli mesin lagi maka laba yang diperoleh hanya Rp 400 ribu.
Kalau permintaan tidak meningkat, maka laba yang dihasilkan Rp 300 ribu.

9
Keadaan Belum Tentu
B. Pohon Keputusan.

• Nilai Harapan Membeli Mesin Besar (NH1) = 0.75(1.000.000) + 0.25(200.000) = 800.000


• Nilai Harapan Membeli Mesin Kecil (NH2) = 0.75(100.000+780.000) + 0.25(300.000) = 735.000
– Nilai Harapan Membeli Mesin Baru di Tahun kedua (NH2a) = 0.80(800.000) + 0.20(700.000) = 780.000
– Nilai Harapan Tidak Membeli Mesin Baru di Tahun Kedua (NH2b) = 400.000

10
Terima Kasih

감사합니다

Sampai Bertemu Lagi di Pertemuan Selanjutnya

Sungai Kapuas, Kalimantan

Seoul, 6th of April 2014

Anda mungkin juga menyukai