Anda di halaman 1dari 14

LBM 1

Step 1
 Trad-CAM: pengobatan non konvensional yg bertujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang meliputi promotif preventif kuratif dan rehabilitative yg
diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas keamanan dan
keefektifitasan yg tinggi berdasarkan pada ilmu biomedik yg belum diterima dalam
kedokteran konvensional
 Terapi komplementer: terapi tambahan diluar terapi medis. Berfungsi sebagai terapi
pendukung untuk mengontrol gejala dan meningkatkan kualitas hidup.
o Katergori (NIA):
 Biological based practice
 Contoh: suplemen, obat herbal
 Main body technique
 Contoh: yoga, meditasi
 Manipulative and body based practice
 Contoh: pijat
 Energy theraphys
 Contoh: mendan magnet
 Ancient medical system
 Contoh: terapi dari racikan cina-cina
 Terapi alternative: terapi pengganti dari terapi medis dan pasien tidak melakukan
terapi medis
 Obat tradisional: suatu obat onbata yg diolah secara tradisional, turun temurun,
bersifat adat istiadat, bersifat magic maupun pengetahuan tradisional.
Sudah dilakukan uji praklinik maupun klinik seperti obat herbal berstandart,
fitofarmaka, untuk menjembatani obat tradisional ke pelayanan kesehatan masyarakat.

Step 2
1. Apakah perbedaan definisi pengobatan komplementer dan pengobatan alternative?
2. Apasaja jenis pengobatan komplementer alterative berdasarkan permenkes th. 2007?
3. Apa perbedaan dari trad cam, obat tradisional, obat modern?
4. Apa saja jenis pengobatan trad cam? Dan tujuan dan ruang lingkup trad-cam?
5. Macam-macam pengobatan beserta perbedaannya?
6. Tahapan pengembangan obat tradisional menjadi fitfarmaka?
7. Apa saja uji untuk menentukan suatu bahan merupakan obat tradisional atau bukan?
8. Apa saja kelemahan dan kelebihan dari obat tradisional?
9. Siapa saja yg boleh melaksanakan prakterk trad cam?
10. Apa definisi, persyaratan, dan karakteristik dari jamu, obat herbal terstandart,
fitifarmaka?
11. Apa persamaan dan perbedaan antara jamu, obat herbal terstandart, fitofarmaka?
Dalam aspek persyaratan bahan baku, persyaratan uji atau penelitian, dan
penggunaannya secara formal
Step 3
1. Apakah perbedaan definisi pengobatan komplementer dan pengobatan alternative?
Terapi komplementer: terapi tambahan diluar terapi medis. Berfungsi sebagai terapi
pendukung untuk mengontrol gejala dan meningkatkan kualitas hidup. Tujuan untuk
meningkatkan fisiologis dan psikososial dari pasien.
a. Katergori (NIA):
 Biological based practice
Contoh: suplemen, obat herbal
 Main body technique
Contoh: yoga, meditasi
 Manipulative and body based practice
Contoh: pijat
 Energy theraphys
Contoh: mendan magnet
 Ancient medical system
Contoh: terapi dari racikan cina-cina
Terapi alternative: terapi pengganti dari terapi medis dan pasien tidak melakukan
terapi medis

2. Apasaja jenis pengobatan komplementer alterative berdasarkan permenkes th. 2007?


a. Permenkes no. 2 1009
 Interfensi tubuh dan pikiran
1. Contoh: hipnoterapy, yoga
 System pelayanan pengobatan alternative
1. Contoh, akupuntur, acupressure
 Cara penyembuhan manual
1. Contoh: cyropractice, shihatsu, pijat urut
 Pengobatan farmakologi dan biologi
1. Contoh: jamu
 Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan
1. Contoh: diet rendah garam, tinggi protein
 Cara lain untuk diagnose dan pengobatan
1. Contoh: hyperbaric, terapi ozone
3. Apa perbedaan dari trad cam, obat tradisional, obat modern?
 Obat tradisional
o Kandungan senyawa kimia: campuran banyak senyawa alami
o Zat aktif: belum pasti (dipengaruhi banyak faktor: letak geografis, cara
memanen, proses pengeringan)
o Kendali mutu: lebih sulit
o Efektifitas: belum ada uji ilmiah
o Obat tradisional yg popular = obat herbal
o Efek samping tidak ada, tapi ada DOC (direction of cure)
o Sifatnya probiotik
 Obat modern:
o Kandungan senyawa kimia: ada 1 zat atau beberapa (sintetik)
o Zat aktif: jelas
o Kendali mutu: relative mudah
o Efektifitas: jelas karena sudah melalui uji ilmiah
o Sudah dikemas di pabrik
o Telah di registrasi di depkes
o Simptomatik treatment
o Efek samping ada
o Sifatnya antibiotik
 Trad cam:
o Obat tradisional yg ada di seluruh dunia (secara umum). Obat
komplementer dan alternative termasuk trad cam
4. Apa saja jenis pengobatan trad cam? Dan tujuan dan ruang lingkup trad-cam?
 Ruang lingkup trad-cam:
 Interfensi tubuh dan pikiran
 Contoh: hipnoterapy, yoga
 System pelayanan pengobatan alternative
 Contoh, akupuntur, acupressure
 Cara penyembuhan manual
 Contoh: cyropractice, shihatsu, pijat urut
 Pengobatan farmakologi dan biologi
 Contoh: jamu
 Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan
 Contoh: diet rendah garam, tinggi protein
 Cara lain untuk diagnose dan pengobatan
 Contoh: hyperbaric, terapi ozone
 Tujuan:
o Memberikan perlindungan kepada pasien
o Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
o Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat kepada pengobatan
komplementer

 Hypnoterapi sebaiknya ada pendamping karena bisa memungkinkan ada


penyalahgunaan doktrin

5. Macam-macam pengobatan beserta perbedaannya?


 Jamu
o Nama lain obat tradisional Indonesia
o Kriteria:
 Aman sesuai syarat yg ditetapkan
 Klaim khasiat
 Memenuhi persyaratan mutu yg berlaku
o Biasanya digambarkan dengan tulisan jamu dan ranting daun yg
terletak dalam lingkaran
 Obat herbal terstandart (OHT)
o Syarat:
 Aman
 Memenuhi persyaratan mutu
 Khasiat dibuktikan secara ilmiah atau praklinik
 Bahan baku yg digunakan terstandart
o Ciri: ada logo dan tulisan obat herbal terstandart, ada gambar jari-jari
daun dalam lingkaran
 Fitofarmaka
o Syarat
 Aman
 Sudah dibuktikan khasiat secara ilmiah melalui uji praklinik
dan klinik
 Sudah terstandarisasi bahannya
o Ciri: ada logo dan tulisan fitofarmaka, ada logo jari jari daun
membentuk bindang terletak dalam lingkaran

Berdasarkan garis besarnya


 Pengobatan konvensional: berbasis pada ilmu kedokteran konvensional yg telah lama
berkembang sebelum abad 19
 Pengobatan non konvensioal: tradcam, jamu, fitofarmaka

6. Tahapan pengembangan obat tradisional menjadi fitfarmaka?


a. Seleksi calon fitofarmaka
 Kriteria:
1. Diharakan obat dapat enyembuhkan prevalensi obat yg teratas
2. Berdasarkan pengalaman atau tumbuhan herbal untuk penyakit
tertentu
3. Merupakan alternative yg jarang untuk penyakit tertentu
b. Biological screening
c. Tahap pemilihan farmako dinamik calon fitofarmaka
 Preklinik: cek invivo dan invitro
 Toksisitas: cek toksisitas akut, kronik, khas. Untuk melihat keamanan
tumbuhan itu terhadap manusia
 Uji farmako dinamik: untuk memprediksi efeknya terhadap manusia

Uji toksisitas:
1. Akut: dalam 1 bulan
2. Subkronik: dalam 1-3 bulan
3. Kronik: >6 bulan
4. Khusus:
a. Kriteria selektif:
i. Obat tradisional memiliki efek khusus untuk
kanker atau cacat bawaan
ii. Obat tradisional potensial untuk wanita usia
subur
d. Tahap pengujian toksisitas lanjut
e. Tahap pengembangan sediaan bahan
f. Tahap uji klinik pada manusia
 Fase:
1. Dilakukan pada sukarelawan yg sehat. Untuk menguji
keamanan dan toleransi obat pada tubuh
2. Dilakukan pada sekelompok pasien terbatas ( fase 2 awal)
Dilakukan pada kelompok terbatas dengan pembanding (fase 2
akhir)
3. Pada pasien yg jumlahnya lebih besar dari yg kedua
4. Post-marketing surveillance

7. Apa saja kelemahan dan kelebihan dari obat tradisional?


Kelemahan:
 Diagnosis harus jelas terlebih dahulu
 Rentan adanya kontaminasi mikroorganisme (terkena polusi, serangga
yg memberikan efek pada tubuh)
 Belum memiliki standart yg jelas
 Efek tidak sebaik dengan kimia, namun bisa menjadi alternative untuk
mengobati
 Belum sampai pada tahap uji klinis, masih sampai katanya (isu)
Kelebihan:
 Jika digunakan secara benar akan memiliki efek yg baik dan dampak
yg kecil
 Murah, bisa didapatkan dimana saja, bisa di tanam di rumah
 Merupakan gabungan dari beberapa tumbuhan, bisa memberikan efek
yg lebih baik
 Sangat efektif dibanding dengan obat obat kimia (karena obat kimia
banyak efek samping)
 Apabila berada di tempat terpencil tidak ada akses obat, bisa
menggunakan tanaman obat untuk mengobati
8. Siapa saja yg boleh melaksanakan prakterk trad cam?
Dokter, dokter gigi, atau pernah belajar di pendidikan formal, memiliki ijin
praktik, memiliki dasar hukum

Harus memiliki syarat:


 Surat bukti registrasi tenaga pengobatan komplementer
alternative (SBRTPKA). Diperoleh dengan megajukan
permohonan kepada kepala dinas kesehatan provinsi
 Harus memiliki surat tenaga pengobatan komplementer
alternative (STTPKA). Dikeluarkan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota
 Surat ijin prakter (SIK).
9. Apa definisi, persyaratan, dan karakteristik dari jamu, obat herbal terstandart,
fitifarmaka?
 Jamu
o Definisi: obat tradisional yg bahan bakunya simpliciae yg sebagian
besar belum mengalami standarisasi dan belum pernah diteliti, BSO
masih sederhana berwujud serbuk seduhan dan rajangan dll
o Nama lain obat tradisional Indonesia
o Kriteria:
 Aman sesuai syarat yg ditetapkan
 Klaim khasiat
 Memenuhi persyaratan mutu yg berlaku
o Biasanya digambarkan dengan tulisan jamu dan ranting daun yg
terletak dalam lingkaran
o Peralatan lebih sederhana
o Berdasarkan peninggalan leluhur. Tidak ada perubahan
 Obat herbal terstandart (OHT)
o Definisi: obat yg simpliciaenya telah dilakukan standarisasi dan telah
dilakukan uji praklinik. Standarisasinya berupaya upaya menyeluruh:
pemilihan lahan, kapan pemanenan, cara pengolahan seperti apa
o Syarat:
 Aman
 Memenuhi persyaratan mutu
 Khasiat dibuktikan secara ilmiah atau praklinik
 Bahan baku yg digunakan terstandart
o Ciri: ada logo dan tulisan obat herbal terstandart, ada gambar jari-jari
daun dalam lingkaran
o Alat-alat lebih rumit
o Berdasarkan peninggalan leluhur namun dengan penelitian
 Fitofarmaka
o Definisi: sediaan obat bahan alam yg telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinis dan uji klinis bahan baku
serta produk jadinya telah ada evidence basednya. Setara dengan obat
modern
o Syarat
 Aman
 Sudah dibuktikan khasiat secara ilmiah melalui uji praklinik
dan klinik
 Sudah terstandarisasi bahannya
 Ciri: ada logo dan tulisan fitofarmaka, ada logo jari jari daun
membentuk bindang terletak dalam lingkaran
 Bisa menjelaskan biomedik pada tubuh
 Sudah jelas, telah berstandart dengan uji klinis dan uji coba di lab yg
lengkap
10. Apa persamaan dan perbedaan antara jamu, obat herbal terstandart, fitofarmaka?
Dalam aspek persyaratan bahan baku, persyaratan uji atau penelitian, dan
penggunaannya secara formal

STEP 7
1. Apakah perbedaan definisi pengobatan komplementer dan pengobatan alternative?
Terapi komplementer adalah pengobatan tradisional yang sudah diakui dan dapat
dipakai sebagai pendamping terapi konvensional medis. Pelaksanaannya dapat
dilakukan bersamaan dengan terapi medis.
Erry., Susyanty, A.L., Raharni., Rini, S.H. 2014. Kajian Implementasi Kebijakan Pengobatan
Komplementer Alternatif Akupuntur. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol. 17 No.3

Perbedaannya terapi komplementer dan terapi alternatif adalah:


a. Terapi komplementer merupakan terapi tambahan di luar terapi utama (medis)
dan berfungsi sebagai terapi pendukung untuk mengontrol gejala, meningkatkan
kualitas hidup, dan berkontribusi terhadap penatalaksanaan pasien secara
keseluruhan.
Menurut National Institute of Health (NIH), terapi komplementer dikategorikan
menjadi 5, yaitu :
 Biological Based Practice : herbal, vitamin, dan suplemen lain
 Mind-body techniques : meditasi
 Manipulative and body-based practice : pijat, refleksi
 Energy therapies : terapi medan magnet
 Ancient medical systems : obat tradisional chinese, ayurvedic, akupunktur
b. Terapi alternatif merupakan terapi pengganti dari terapi utama/medis dan
pasien tidak menjalani terapi medis. Contoh: penggunaan diet khusus untuk
penanganan kanker dibandingkan dengan cara operatif, radiasi, kemoterapi yang
telah direkomendasi oleh dokter konvensional.
Suardi, D. R. 2011. Peran dan Dampak Terapi Komplementer/ Alternatif bagi Pasien Kanker.

2. Apasaja jenis pengobatan komplementer alterative berdasarkan permenkes th. 2007?


Jenis pelayanan pengobatan Komplementer Alternatif berdasarkan Permenkes RI,
Nomor : 1109/Menkes/Per/2007 adalah :
 Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) : Hipnoterapi,
meditasi, penyembuhan spiritual, doa dan yoga.
 Sistem pelayanan pengobatan alternatif : Akupuntur, akupresur, naturopati,
homeopati, aromaterapi, ayurveda
 Cara penyembuhan manual : Chiropractice, healing touch, tuina, shiatsu,
osteopati, pijat urut
 Pengobatan farmakologi dan biologi : Jamu, herbal, dan gurah
 Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan : diet makro nutrient, mikro
nutrient
 Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan : Terapi ozon, Hiperbarik, EECP.
PERMENKES RI No: 1109/Menkes/PER/2007 Tentang Penyelenggaraan Pengobatan
Komplementer-Alternatif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
3. Apa perbedaan dari trad cam, obat tradisional, obat modern?
Perbedaan Obat Tradisional Indonesia dan Obat Modern:
PEMBEDA OBAT MODERN OBAT TRADISIONAL
Kandungan senyawa Satu atau beberapa Campuran banyak
kimia dimurnikan/sintetis senyawa alami
Zat aktif Jelas Sering tidak
diketahui/tidak pasti
Kendali mutu Relatif mudah Sangat sulit
Efektivitas dan keamanan Ada bukti ilmiah, uji Umumnya belum ada
klinik bukti ilmiah/uji klinik
Catatan:
Kandungan obat tradisional ditentukan oleh:
a. Letak geografis/tempat tumbuh tanaman
b. Iklim
c. Cara pembudidayaan
d. Cara dan waktu panen
e. Cara perlakuan paska panen (pengeringan, penyimpanan)
Dewoto, H. R. 2007. Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi Fitofarmaka. Majalah
Kedokteran Indonesia Vol. 57 No. 7

4. Apa saja jenis pengobatan trad cam? Dan tujuan dan ruang lingkup trad-cam?
Jenis pelayanan pengobatan Komplementer Alternatif berdasarkan Permenkes RI,
Nomor : 1109/Menkes/Per/2007 adalah :
 Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) : Hipnoterapi,
meditasi, penyembuhan spiritual, doa dan yoga.
 Sistem pelayanan pengobatan alternatif (Alternative systems of Medical Practice):
Akupuntur, akupresur, naturopati, homeopati, aromaterapi, ayurveda
 Cara penyembuhan manual (Manual Healing Methods): Chiropractice, healing
touch, tuina, shiatsu, osteopati, pijat urut
 Pengobatan farmakologi dan biologi (Pharmacologic and Biologic Treatments):
Jamu, herbal, dan gurah
 Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan (Diet and Nutrition the
Prevention and Treatment of Disease): diet makro nutrient, mikro nutrient
 Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan (Unclassified Diagnostic and
Treatment Methods): Terapi ozon, Hiperbarik, EECP.
PERMENKES RI No: 1109/Menkes/PER/2007 Tentang Penyelenggaraan Pengobatan
Komplementer-Alternatif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

5. Macam-macam pengobatan beserta perbedaannya?

PEMBEDA JAMU OHT FITOFARMAKA


Pembuktian khasiat Secara empiris Uji pre-klinik Uji pre-klinik dan uji
dan keamanan (turun menurun) klinik
Bahan baku Tidak Terstandarisasi Terstandarisasi
terstandarisasi
Tujuan Pengobatan Pengobatan Pelayanan kesehatan
sendiri sendiri formal
Ciri logo Pasal 5: Pasal 7: Pasal 8:
Harus Harus Harus
mencantumkan mencantumkan mencantumkan logo
logo dan tulisan logo dan tulisan dan tulisan “JAMU”
“JAMU” “OBAT
HERBAL Logo berupa
Logo berupa TERSTANDAR “RANTING DAUN
“RANTING ” TERLETAK
DAUN DALAM
TERLETAK Logo berupa LINGKARAN”,
DALAM “JARI-JARI dan ditempatkan
LINGKARAN”, DAUN (3 pada bagian atas
dan ditempatkan PASANG) sebelah kiri dari
pada bagian atas TERLETAK wadah/ pembungkus/
sebelah kiri dari DALAM brosur.
wadah/ LINGKARAN”,
pembungkus/ dan ditempatkan Logo dicetak dengan
brosur. pada bagian atas warna hijau di atas
sebelah kiri dari dasar warna putih
Logo dicetak wadah/ atau warna lain yang
dengan warna pembungkus/ menyolok kontras
hijau di atas dasar brosur. dengan warna logo.
warna putih atau
warna lain yang Logo dicetak Tulisan
menyolok kontras dengan warna “FITOFARMAKA”
dengan warna hijau di atas harus jelas dan
logo. warna putih atau mudah dibaca,
warna lain yang dicetak dengan
Tulisan “JAMU” menyolok kontras warna hitam di atas
harus jelas dan dengan warna dasar warna putih
mudah dibaca, logo. atau warna lain yang
dicetak dengan menyolok kontras
warna hitam di Tulisan “OBAT dengan tulisan
atas dasar warna HERBAL “FITOFARMAKA”
putih atau warna TERSTANDAR
lain yang ” harus jelas dan
menyolok kontras mudah dibaca,
dengan tulisan dicetak dengan
“JAMU” warna hitam di
atas dasar warna
putih atau warna
lain yang
menyolok kontras
dengan tulisan
“OBAT
HERBAL
TERSTANDAR

Dewoto, H. R. 2007. Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi Fitofarmaka. Majalah


Kedokteran Indonesia Vol. 57 No. 7
Kep. Kepala BPOM RI No. HK.00.05.4.2411 Tentang Ketentuan Pokok Pengelompokkan dan
Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia.

6. Tahapan pengembangan obat tradisional menjadi fitofarmaka?


Tahapan pengembangan obat tradisional menjadi fitofarmaka adalah sebagai berikut:
a. Tahap Seleksi
Pemilihan jenis obat tradisional/obat herbal yang akan diteliti dan dikembangkan.
Jenis obat tradisional/obat herbal yang diprioritaskan untuk diteliti dan
dikembangkan adalah:
 Diharapkan berkhasiat untuk penyakit yang menduduki urutan atas dalam
angka kejadiannya (berdasarkan pola penyakit)
 Berdasarkan pengalaman berkhasiat untuk penyakit tertentu
 Merupakan alternatif jarang untuk penyakit tertentu, seperti AIDS dan
kanker.

b. Tahap Uji preklinik (Uji Toksisitas dan Uji Farmakodinamik)


- Uji preklinik dilakukan secara in vitro dan in vivo pada hewan coba untuk
melihat toksisitas (melihat keamanannya) dan efek farmakodinamiknya
(memprediksi efek pada manusia).
- Bentuk sediaan dan cara pemberian pada hewan coba disesuaikan dengan
rencana pemberian pada manusia.
- Menurut pedoman pelaksanaan uji klinik obat tradisional yang dikeluarkan
Direktorat Jenderal POM Departemen Kesehatan RI hewan coba yang
digunakan untuk sementara satu spesies tikus atau mencit.
- WHO menganjurkan pada dua spesies.
UJI TOKSISITAS
Uji toksisitas dibagi menjadi:
 Uji toksisitas akut
- Untuk menentukan LD50 (lethal dose) yaitu dosis yang mematikan 50%
hewan coba  dilakukan untuk semua jenis obat yang akan diberikan
pada manusia.
- Menilai berbagai gejala toksis.
- Sprektum efek toksik pada organ.
- Cara kematian.
- Dosis yang diberikan adalah dosis tunggal.

 Uji toksisitas sub-kronik


- Untuk mengetahui efek toksik obat tradisional pada pemberian jangka
lama.
- Obat diberikan selama 1 atau 3 bulan.

 Uji toksisitas kronik


- Untuk mengetahui efek toksik obat tradisional pada pemberian jangka
lama.
- Obat diberikan selama 6 bulan atau lebih.

 Uji toksisitas khusus (uji teratogenisitas, mutagenisitas,


karsinogenisitas)
- Bukan merupakan syarat mutlak yang harus dilakukan pada setiap jenis
obat tradisional agar masuk ke tahap uji klinik.
- Dilakukan secara selektif jika:
o Obat tradisional berisi kandungan zat kimia yang potensial
menimbulkan efek khusus seperti kanker, cacat bawaan.
o Obat tradisional potensial digunakan oleh perempuan usia subur.
o Obat tradisional secara epidemiologi diduga terkait dengan penyakit
tertentu misal kanker.
o Obat digunakan secara kronik.

UJI FARMAKODINAMIK
 Bertujuan untuk meneliti efek farmakodinamik dan menelusuri mekanisme
kerja dalam menimbulkan efek dari obat tradisional tersebut.
 Dilakukan secara in vitro dan in vivo pada hewan coba.
 Cara pemberian obat tradisional dan bentuk sediaan: disesuaikan dengan cara
pemberiannya pada manusia.

c. Tahap Standarisasi sederhana, penentuan identitas dan pembuatan


 Standarisasi simplisia
 Penentuan identitas
 Bentuk sediaan:
- Bahan : bahan segar berbeda efeknya dibandingkan dengan bahan yang
telah dikeringkan.
- Proses pengolahan: direbus, diseduh.
- Proses ekstraksi: ekstrak yang diproduksi dengan jenis pelarut yang
berbeda dapat memiliki efek terapi yang berbeda karena zat aktif yang
terlarut berbeda.
d. Uji klinik
 Tahap ini dapat dilakukan pada manusia jika obat tradisional tersebut telah
terbukti aman dan berkhasiat pada uji preklinik.
 Sukarelawan harus mendapat keterangan yang jelas mengenai penelitian dan
memberikan inform consent sebelum penelitian dilakukan.

 Uji klinik dibagi menjadi 4 fase:


o Fase I : dilakukan pada sukarelawan sehat, untuk menguji
keamanan dan tolerabilitas obat tradisional.
o Fase II :
- Awal : dilakukan pada pasien dalam jumlah terbatas, TANPA
pembanding.
- Akhir : dilakukan pada pasien dalam jumlah terbatas,
DENGAN pembanding.
o Fase III : uji klinik definitif.
o Fase IV : pasca pemasaran, untuk mengamati efek samping yang
jarang atau yang lambat timbulnya.
Dewoto, H. R. 2007. Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi Fitofarmaka. Majalah
Kedokteran Indonesia Vol. 57 No. 7

7. Apa saja kelemahan dan kelebihan dari obat tradisional?

KELEBIHAN OBAT HERBAL KELEMAHAN OBAT HERBAL


ESO relatif rendah. Efek farmakologis lemah.
Dalam suatu ramuan dengan komponen Bahan baku belum terstandarisasi dan
berbeda memiliki efek yang saling bersifat higroskopis dan volumines.
mendukung.
1 tanaman memiliki >1 efek Belum dilakukan uji klinik dan mudah
farmakologi tercemar berbagai jenis mikroorganisme.
Katno. 2008. Tingkat Manfaat, Keamanan dan Efektifitas Tanaman Obat dan Obat Tradisional.
Jawa Tengah: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional
(B2P2TO-OT), Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI

8. Siapa saja yg boleh melaksanakan praktek trad cam?


Menurut Permenkes RI No: 1109/Menkes/Per/2007 tentang Penyelenggaraan
Pengobatan Komplementer-Alternatif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan BAB IV
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Pasal 10
(1) Tenaga pengobatan komplementer-alternatif hanya dapat melaksanakan
pengobatan komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat
digunakan untuk melaksanakan sinergi pelayanan pengobatan komplementer-
alternatif.
(2) Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Rumah Sakit Pendidikan
b. Rumah Sakit Non Pendidikan
c. Rumah Sakit Khusus
d. Rumah Sakit Swasta
e. Praktik Perorangan
f. Praktik Berkelompok
g. Puskesmas
(3) Fasililtas pelayanan kesehatan sebagimana dimaksud pada ayat (2) harus
memiliki izin penyelenggaraan fasilitaas pelayanan kesehatan sesuai ketentuan
yang berlaku.
(4) Praktik perorangan pengobatan komplementer-alternatif hanya dapat dilakukan
oleh dokter atau dokter gigi.
(5) Praktik berkelompok pengobatan komplementer-alternatif harus dipimpin oleh
dokter atau dokter gigi sebagai penanggung jawab secara medis dalam
pengobatan komplementer-alternatif.

Pasal 11
Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan hanya dapat memperkerjakan tenaga
pengobatan komplementer-alternatif yang memiliki SBR-TPKA dan ST-TPKA/SIK-
TPKA sesuai ketentuan peraturan ini.

BAB V
TENAGA PENGOBATAN KOMPLEMENTER-ALTERNATIF

Pasal 12
(1) Tenaga pengobatan komplementer-alternatif terdiri dari dokter, dokter gigi dan
tenaga kesehatan lainnya yang memiliki pendidikan terstruktur dalam bidang
pengobatan komplementer-alternatif.
(2) Tenaga pengobatan komplementer-alternatif dalam memberikan pengobatan
komplementer-alternatif harus sesuai dengan kompetensi tenaga kesehatan,
pengetahuan dan keterampilan komplementer-alternatif yang dimilikinya.
(3) Dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya yang memberikan pelayanan
pengobatan komplementer-alternatif tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan
biomedik maka yang bersangkutan dinyatakan sebagai pengobat tradisional.
(4) Tenaga sebagaimana dimaksud apada ayat (3) harus mengikuti ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang penyelenggaraan pengobatan tradisional.

Pasal 13
Dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya yang melakukan pengobatan
komplementer-alternatif harus memiliki kompetensi dan kewenangan yang sesuai
dengan standar yang dibuat oleh organisasi profesi terkait.

Pasal 14
(1) Dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnyahanya dapat melakukan
pengobatan komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan.
(2) Dalam pelaksnaan pengobatan komplementer-alternatif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) pembagian fungsi dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya
sebagai berikut:
a. Dokter dan dokter gigi merupakan pelaksana utama untuk pengobatan
komplementer-alternatif secara sinergi dan atau terintegrasi di fasilitas
pelayanan kesehatan.
b. Tenaga kesehatan lainnya mempunyai fungsi untuk membantu dokter atau
dokter gigi dalam melaksanakan pengobatan komplementer-alternatif secara
sinergi dan atau terintegrasi di fasilitas pelaynan kesehatan.
Permenkes RI No: 1109/Menkes/Per/2007 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer-
Alternatif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan BAB IV Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai