Anda di halaman 1dari 8

Catatan MA2252

Bab 9 AKAR PRIMITIF

1 Orde Bilangan Bulat dan Akar Primitif


Dari Teorema Euler, jika n adalah bilangan bulat positif, dan a bilangan bulat, maka aφ(n) ≡
1(mod n). Jadi terdapat bilangan bulat positif x yang memenuhi kekongruenan ax ≡ 1(mod n).
Menurut Aksioma Sifat Terurut dengan Baik, terdapat bilangan bulat positif terkecil yang me-
menuhi kekongruenan ini.

Definisi 1 Misalkan a dan n adalah bilangan bulat yang relatif prima, dengan a 6= 0 dan n
positif. Maka bilangan bulat positif terkecil x yang memenuhi ax ≡ 1(mod n) disebut orde dari
a modulo n, dan dituliskan sebagai ordn a.

Contohnya, untuk mendapatkan orde dari 2 modulo 7, perhatikan bahwa 21 ≡ 2(mod 7), 22 ≡
4(mod 7), 23 ≡ 1(mod 7). Jadi ord7 2 = 3.
Secara serupa, 31 ≡ 3(mod 7), 32 ≡ 2(mod 7), 33 ≡ 6(mod 7), 34 ≡ 4(mod 7), 35 ≡
5(mod 7), 36 ≡ 1(mod 7). Jadi ord7 3 = 6.
Untuk mendapatkan semua solusi dari kekongruenan ax ≡ 1(mod n), kita memerlukan
teorema berikut ini.

Teorema 1 Misalkan a dan n relatif prima, dengan a 6= 0 dan n > 0. Maka bilangan bulat
positif x adalah solusi dari kekongruenan ax ≡ 1(mod n) jika dan hanya jika ordn a|x.

Bukti. Jika ordn a|x maka x = k · ordn a, k ∈ N. Akibatnya

ax = ak·ordn a = (aordn a )k ≡ 1(mod n).

Sebaliknya, jika ax ≡ 1(mod n), maka dari algoritma pembagian dapat dituliskan x = q ·
ordn a + r, dengan 0 ≤ r < ordn a.

ax = aq·ordn a+r = aq·ordn a ar ≡ ar (mod n).

Karena ax ≡ 1(mod n) maka ar ≡ 1(mod n). Karena ordn a adalah bilangan bulat positif
terkecil yang memenuhi aordn a ≡ 1(mod n), maka haruslah r = 0, atau x = q · ordn a. Terbukti
ordn a|x.

1
Kita dapat gunakan Teorema 1 untuk memeriksa apakah x = 10 dan x = 15 adalah solusi
dari 2x ≡ 1(mod 7). Pada contoh sebelumnya kita dapatkan ord7 2 = 3. Karena 3 - 10, tetapi
3|15, maka berdasarkan Teorema 1 kita simpulkan x = 10 bukan solusi dari 2x ≡ 1(mod 7),
sedangkan x = 15 adalah solusi.
Teorema 1 memberikan akibat sebagai berikut.

Akibat 1 Jika a dan n relatif prima, dengan a 6= 0 dan n > 0, maka ordn a|φ(n).

Bukti. Karena a dan n relatif prima, dari Teorema Euler kita punyai, aφ(n) ≡ 1(mod n).
Akibatnya, menurut Teorema 1 ordn a|φ(n).
Dengan menggunakan akibat ini kita bisa menentukan orde dari suatu bilangan, seperti pada
contoh berikut.
Untuk menentukan orde dari 7 modulo 9, perhatikan bahwa φ(9) = 6. Karena faktor positif
dari 6 hanyalah 1, 2, 3, dan 6, maka nilai-nilai ini yang mungkin menjadi orde dari 7 modulo 9.
Karena 71 ≡ 7(mod 9), 72 ≡ 4(mod 9), 73 ≡ 1(mod 9), kita simpulkan ord9 7 = 3.
Untuk menentukan orde dari 5 modulo 17, perhatikan bahwa φ(17) = 16. Karena faktor
positif dari 16 adalah 1, 2, 4, 8, dan 16, maka nilai-nilai ini yang mungkin menjadi orde dari 5
modulo 17. Karena 51 ≡ 5(mod 17), 52 ≡ 8(mod 17), 54 ≡ 13(mod 17), 58 ≡ 16(mod 17), 516 ≡
1(mod 17), kita simpulkan ord17 5 = 16.
Teorema berikut ini akan digunakan dalam pembahasan berikutnya.

Teorema 2 Misalkan a dan n relatif prima dengan n > 0, maka ai ≡ aj (mod n), dimana i, j
bilangan bulat nonnegatif, jika dan hanya jika i ≡ j(mod ordn a).

Sebagai contoh, misalkan a = 3 dan n = 14. Menurut Teorema 2, 35 ≡ 311 (mod 14), tetapi
39 6≡ 320 (mod 14). Ini karena φ(14) = 6, dan 5 ≡ 11(mod 6), tetapi 9 6≡ 20(mod 6).

Definisi 2 Misalkan r dan n relatif prima dengan n > 0. Jika ordn r = φ(n), maka r disebut
akar primitif modulo n, atau akar primitif dari n, dan n dikatakan memiliki akar primitif.

Sebagai contoh, sudah kita tunjukkan bahwa ord7 3 = 6 = φ(7), jadi 3 adalah akar primitif dari
7. Dapat ditunjukkan juga bahwa ord7 5 = 6 = φ(7), jadi 5 adalah juga akar primitif dari 7.
Tidak semua bilangan bulat memiliki akar primitif. Sebagai contoh 8 tidak memiliki akar
primitif. Untuk melihat hal ini, perhatikan bahwa bilangan bulat yang kurang dari dan relatif
prima dengan 8 adalah 1, 3, 5, 7, dan ord8 1 = 1, ord8 3 = ord8 5 = ord8 7 = 2. Karena
φ(8) = 4, maka 8 tidak memiliki akar primitif.
Pada teorema berikutnya, kita akan lihat penggunaan akar primitif. Bukti teorema berikut
menggunakan Teorema2

Teorema 3 Misalkan r dan n relatif prima dengan n > 0. Jika r adalah akar primitif dari n,
maka bilangan-bilangan r1 , r2 , . . . , rφ(n) membentuk sistem residu tereduksi modulo n.

2
Sebagai contoh, dari Akibat 1, kita tahu ord9 2|φ(9) = 6. Jadi kemungkinan nilai untuk ord9 2
adalah 1, 2, 3, atau 6. Tetapi 21 = 2, 22 = 4, 23 = 8, tidak ada yang kongruen 1 modulo
9. Jadi haruslah ord9 2 = 6,atau 2 adalah akar primitif dari 9. Dengan menggunakan Teo-
rema 3, kita dapatkan sistem residu tereduksi dari 9 yaitu, 21 ≡ 2(mod 9), 22 ≡ 4(mod 9), 23 ≡
8(mod 9), 24 ≡ 7(mod 9), 25 ≡ 7(mod 9), 26 ≡ 1(mod 9).
Jika suatu bilangan memiliki akar primitif, maka biasanya ada lebih dari satu akar primitif.
Untuk membuktikan hal ini, kita memerlukan teorema berikut.

Teorema 4 Jika ordn a = t dan u adalah bilangan bulat positif, maka ordn au = t/ gcd(t, u).

Sebagai ilustrasi, telah kita tunjukkan bahwa ord7 3 = 6. Maka menurut Teorema 4, ord7 34 =
6/ gcd(6, 4) = 3.
Teorema 4 memberikan akibat berikut.

Akibat 2 Jika r adalah akar primitif dari n > 1, maka ru juga akar primitif dari n jika dan
hanya jika gcd(u, φ(n)) = 1.

Lebih jauh lagi Akibat 2 memberikan banyaknya akar primitif dari suatu bilangan.

Teorema 5 Jika n memiliki sebuah akar primitif, maka secara total terdapat φ(φ(n)) akar
primitif tak kongruen dari n.

Sebagai contoh, dapat ditunjukkan 2 adalah akar primitif dari 11. Karena φ(11) = 10, maka
terdapat φ(φ(11)) = φ(10) = 4 akar tak kongruen dari 11. Menurut Akibat 2, 2u adalah
akar primitif dari 11 jika dan hanya jika gcd(u, φ(11)) = gcd(u, 10) = 1. Jadi haruslah u =
1, 3, 7, 9. Jadi keempat akar primitif dari 11 adalah residu nonnegatif terkecil dari 21 , 23 , 27 , dan
29 , yaitu 2, 8, 7, dan 6.

2 Akar Primitif dari Bilangan Prima


Misalkan f (x) adalah polinom dengan koefisien bilangan bulat, c ∈ Z disebut akar dari f
modulo m jika f (c) ≡ 0(mod m). Jika c adalah akar dari f modulo m maka semua bilangan
yang kongruen dengan c modulo m juga merupakan akar dari f.
Sebagai contoh, polinom f (x) = x2 +x+1 mempunyai tepat dua akar tak kongruen modulo
7, yaitu x ≡ 2(mod 7) dan x ≡ 4(mod 7).
Polinom x2 + 2 tidak mempunyai akar modulo 5.
Menurut Teorema kecil Fermat, jika p prima, maka polinom h(x) = xp−1 − 1 mempunyai
tepat p − 1 akar tak kongruen, yaitu x ≡ 1, 2, . . . , p − 1(mod p).

Teorema 6 Teorema Lagrange


Misalkan f (x) = an xn + an−1 xn−1 + · · · + a1 x + a0 , dengan ai ∈ Z, dan p - an . Maka f (x)
memiliki paling banyak n akar tak kongruen modulo p.

3
Dua teorema berikut ini digunakan untuk membuktikan bahwa setiap bilangan prima memiliki
akar primitif.

Teorema 7 Misalkan p prima dan d faktor dari p − 1. Maka polinom xd − 1 memiliki tepat d
akar tak kongruen modulo p.

Teorema 8 Misalkan p prima dan d faktor dari p − 1. Maka banyaknya bilangan berorde d
adalah tepat φ(d).

Jika pada Teorema 8 untuk bilangan prima p kita pilih d = p − 1, maka banyaknya bilangan
berorde φ(p) = p − 1 adalah φ(p − 1) ≥ 1. Perdefinisi bilangan berorde φ(p) adalah akar
primitif dari p. Akibatnya kita dapatkan jaminan eksistensi akar primitif dari p.

Akibat 3 Setiap bilangan prima p memiliki akar primitif, dan banyaknya akar primitif adalah
φ(p − 1).

3 Eksistensi Akar Primitif


Teorema 9 Jika p prima ganjil dengan akar primitif r, maka salah satu dari r atau r+p adalah
akar primitif dari p2 . Lebih dari itu, ordp2 r = p − 1 atau ordp2 r = p(p − 1).

Sebagai contoh, 3 adalah akar primitif dari 7. Maka menurut Teorema 9, ord49 3 = 6 atau
ord49 3 = 42. Tetapi rp−1 = 36 6≡ 1(mod 49), jadi haruslah ord49 3 = 42. Jadi 3 adalah juga
akar primitif dari 49.
Misalkan p = 487 dengan akar primitif 10, dan 10486 ≡ 1(mod 4872 ). Jadi 10 bukanlah
akar primitif dari 4872 . Tetapi 10 + 487 = 497 adalah akar primitif dari 4872 .

Teorema 10 Jika p prima ganjil maka pk selalu memiliki akar primitif untuk setiap k bilangan
bulat positif. Lebih dari itu, jika r adalah akar primitif dari p2 maka r adalah akar primitif dari
pk untuk setiap k bilangan bulat positif.

Karena 3 adalah akar primitif dari 7 dan 72 , maka 3 juga akar primitif untuk 7k , k bilangan bulat
positif.
Bagaimana untuk p = 2? Jelas 2 dan 22 = 4 memiliki akar primitif yaitu 1 dan 3. Tetapi 2k ,
k > 2, tidak memiliki akar primitif, seperti yang diberikan pada teorema berikut. Dalam teo-
rema ini ditunjukkan bahwa orde modulo 2k dari sebarang bilangan ganjil tidak dapat mencapai
φ(2k ).

Teorema 11 Jika a adalah bilangan ganjil dan k ≥ 3 adalah bilangan bulat, maka
k )/2 k−2
aφ(2 = a2 ≡ 1(mod 2k ).

Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa nilai maksimum untuk orde modulo 2k , seperti yang diberikan
dalam Teorema 11 dapat dicapai.

4
Teorema 12 Jika k ≥ 3 adalah bilangan bulat, maka ord2k 5 = φ(2k )/2 = 2k−2 .

Sekarang kita lihat untuk bilangan lain yang bukan merupakan pangkat dari suatu bilangan
prima (disingkat pangkat prima).

Teorema 13 Jika n adalah bilangan bulat positif yang bukan pangkat prima atau bukan keli-
patan dua dari suatu pangkat prima, maka n tidak memiliki akar primitif.

Karena pada Teorema 10 dan 11 telah dibahas mengenai semua pangkat prima, pada teorema
berikut diberikan hasil untuk n = 2pt , untuk p suatu bilangan prima ganjil dan t bilangan bulat
positif.

Teorema 14 Jika p adalah suatu bilangan prima ganjil dan t bilangan bulat positif, maka 2pt
memiliki akar primitif. Lebih jauh lagi, misalkan r adalah akar primitif dari pt . Jika r ganjil,
maka r juga akar primitif dari 2pt . Jika r genap, maka r + pt adalah akar primitif dari 2pt .

Pada contoh sebelumnya telah kita dapatkan bahwa 3 adalah akar primitif dari 7t , t ∈ N. Karena
3 ganjil, maka menurut Teorema 14, 3 adalah juga akar dari 2 · 7t , t ∈ N. Sebagai contoh, 3
adalah akar primitif dari 14.
Serupa dengan itu, kita peroleh 2 adalah akar primitif dari 5t , t ∈ N. Karena 2 genap, maka
2 + 5t adalah akar primitif dari 2 · 5t , t ∈ N. Contohnya, 27 adalah akar primitif dari 50.
Jika kita rangkum semua hasil yang diberikan dalam Akibat 3, Teorema 10, 11, 13, dan 14
kita peroleh teorema berikut yang memberikan syarat cukup dan perlu agar suatu bilangan
memiliki akar primitif.

Teorema 15 Bilangan bulat positif n memiliki akar primitif jika dan hanya jika n = 2, 4, pt ,
atau 2pt , untuk p suatu bilangan prima ganjil dan t bilangan bulat positif.

4 Logaritma Diskrit dan Aritmatika Indeks


Pada bagian ini kita akan pelajari bagaimana menggunakan akar primitif untuk mengerjakan
aritmatika dalam modulo. Misalkan r adalah akar primitif dari m > 0 yang memenuhi Teo-
rema 15. Dari Teorema 3, kita tahu bahwa r, r2 , . . . , rφ(m) membentuk sistem residu tereduksi
modulo m. Akibatnya, jika a adalah bilangan yang relatif prima dengan m, terdapat bilangan
bulat x yang unik, dengan 1 ≤ x ≤ φ(m) sehingga rx ≡ a(mod m). Dari sini kita dapatkan
definisi berikut.

Definisi 3 Misalkan m adalah bilangan bulat positif dengan akar primitif r, dan a adalah bi-
langan bulat positif dengan gcd(a, m) = 1. Bilangan bulat yang unik x yang unik, dengan
1 ≤ x ≤ φ(m) sehingga rx ≡ a(mod m) disebut indeks (logaritma diskrit) dari a dalam basis
r modulo m, dinotasikan dengan indr a.

5
Dari definisi jelas bahwa rindr a ≡ a(mod m). Perhatikan juga bahwa jika a dan b relatif prima
dengan m maka a ≡ b(mod m) jika dan hanya jika indr a = indr b.
Sebagai contoh, untuk m = 7, kita tahu 3 adalah akar primitifnya, dan 31 ≡ 3(mod 7), 32 ≡
2(mod 7), 33 ≡ 6(mod 7), 34 ≡ 4(mod 7), 35 ≡ 5(mod 7), 36 ≡ 1(mod 7). Jadi, modulo 7,

ind3 1 = 6, ind3 2 = 2, ind3 3 = 1, ind3 4 = 4, ind3 5 = 5, ind3 6 = 3.

Dengan menggunakan 5 sebagai akar primitif dari 7, kita peroleh,

ind5 1 = 6, ind5 2 = 4, ind5 3 = 5, ind5 4 = 2, ind5 5 = 1, ind5 6 = 3.

Indeks memiliki sifat yang serupa dengan logaritma, tetapi hubungan = diganti dengan
hubungan ≡ modulo φ(m).

Teorema 16 Misalkan m adalah bilangan bulat positif dengan akar primitif r, dan a, b adalah
bilangan bulat positif dengan gcd(a, m) = gcd(b, m) = 1. Maka

1. indr 1 ≡ 0(mod φ(m)),

2. indr (ab) ≡ indr a + indr b(mod φ(m)),

3. indr (ak ) ≡ k · indr a(mod φ(m)), jika k ∈ N.

Dari contoh sebelumnya, modulo 7, ind5 2 = 4 dan ind5 3 = 5. Karena φ(7) = 6, menurut
bagian (ii) Teorema 16

ind5 6 ≡ ind5 (2 · 3) ≡ ind5 2 + ind5 3 = 4 + 5 = 9 ≡ 2(mod 6),

sesuai dengan nilai yang telah diketahui untuk ind5 6.


Menurut bagian (iii) Teorema 16 ind5 34 ≡ 4 · ind5 3 ≡ 4 · 5 ≡ 20 ≡ 2(mod 6), sesuai
dengan perhitungan langsung ind5 34 = ind5 81 = ind5 4 = 2.
Kita akan gunakan indeks untuk menyelesaikan kekongruenan

6x12 ≡ 11(mod 17).

Perhatikan bahwa 3 adalah akar primitif dari 17 (karena 31 , 32 , 34 6≡ 1(mod 17), tetapi 38 ≡
−1(mod 17)). Indeks basis 3 modulo 17 diberikan pada tabel berikut.
a 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
ind3 a 16 14 1 12 5 15 11 10 2 3 7 13 4 9 6 8
Dengan mengambil indeks basis 3 modulo 17 di kedua ruas, kita peroleh kekongruenan
modulo φ(17) = 16, yaitu

ind3 (6x12 ) ≡ ind3 11 = 7(mod 16).

Dari bagian (ii) dan (iii) Teorema 16, kita peroleh

ind3 (6x12 ) ≡ ind3 6 + 12 · ind3 x = 15 + 12 · ind3 x(mod 16).

6
Atau

15 + 12 · ind3 x ≡ 7(mod 16)


12 · ind3 x ≡ −8 ≡ 8(mod 16)
3 · ind3 x ≡ 2(mod 4)
−1 · ind3 x ≡ −2(mod 4)
ind3 x ≡ 2(mod 4).

Jadi ind3 x ≡ 2, 6, 10, 14(mod 16). Akibatnya x ≡ 32 , 36 , 310 , 314 (mod 17). Karena 32 ≡
9, 36 ≡ 15, 310 ≡ 8, 314 ≡ 2(mod 17), maka x ≡ 9, 15, 8, 2 adalah empat solusi tak kongruen
dari 6x12 ≡ 11(mod 17). Karena setiap dua langkah berurutan dalam argumen tadi bersifat
bolak-balik (ekivalen), maka kita telah mendapatkan semua solusinya.
Pada contoh berikutnya kita akan tentukan semua solusi dari kekongruenan

7x ≡ 6(mod 17.).

Dengan mengambil indeks basis 3 modulo 17 di kedua ruas, kita peroleh kekongruenan modulo
φ(17) = 16, yaitu
ind3 (7x ) ≡ ind3 6 = 15(mod 16).
Dari bagian (iii) Teorema 16, kita peroleh

ind3 (7x ) ≡ x · ind3 7 ≡ 11x(mod 16).

Jadi
11x ≡ 15(mod 16).
Karena 3 adalah invers dari 11 modulo 16, maka didapat

x ≡ 3 · 15 ≡ 45 ≡ 13(mod 16).

Karena setiap dua langkah berurutan dalam argumen tadi bersifat bolak-balik (ekivalen), maka
solusi dari 7x ≡ 6(mod 17) adalah x ≡ 3 · 15 ≡ 45 ≡ 13(mod 16).
Indeks berguna untuk mempelajari kekongruenan dalam bentuk xk ≡ a(mod m), dimana
m adalah bilangan bulat positif dengan akar primitif, dan gcd(a, m) = 1.
Definisi 4 Jika m dan k adalah bilangan bulat positif dan a relatif prima dengan m, maka kita
katakan a adalah residu pangkat k dari m jika kekongruenan xk ≡ a(mod m) memiliki solusi.
Jika m memiliki akar primitif, maka pada teorema berikut diberikan kriteria agar suatu bilangan
a merupakan residu pangkat k dari m.
Teorema 17 Misalkan m adalah bilangan bulat positif yang memiliki akar primitif. Misalkan
pula k adalah bilangan bulat positif, dan a bilangan bulat yang relatif prima dengan m. Kekon-
gruenan xk ≡ a(mod m) memiliki solusi jika dan hanya jika aφ(m)/d ≡ 1(mod m), dengan
d = gcd(k, φ(m)). Lebih jauh lagi, jika kekongruenan ini memiliki solusi, maka terdapat tepat
d solusi tak kongruen.

7
Sebagai contoh, kita tinjau lagi kekongruenan

6x12 ≡ 11(mod 17) ⇔ x12 ≡ 16(mod 17).

Perhatikan bahwa d = gcd(12, φ(17)) = gcd(12, 16) = 4. Karena 16φ(16)/4 = 164 ≡ (−1)4 ≡
1(mod 17), maka kekongruenan ini memiliki tepat 4 solusi tak kongruen. Ini sesuai dengan
hasil sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai