Sko Cangkang
Sko Cangkang
Cangkang adalah bentuk struktural berdimensi tiga yang kaku dan tipis serta mempunyai permukaan lengkung. Permukaan
cangkang dapat mempunyai bentuk sembarang. Bentuk yang umum adalah permukaan yang berasal dari kurva yang diputar
terhadap suatu sumbu (misalnya, permukaan bola, elips, kerucut dan parabola), permukaan translasional yang dibentuk
menggeserkan kurva bidang di atas kurva bidang lainnya (misalnya permukaan parabola eliptik dan silindris), permukaan yang
dibentuk dua ujung segmen garis pada dua kurva bidang (misalnya permukaan hiperbolik paraboloid dan konoid), dan berbagai
bentuk yang merupakan kombinasi dari yang telah disebutkan di atas. bentuk cangkang tidak harus selalu memenuhi persamaan
matematis sederhana. Segala bentuk cangkang mungkin saja digunakan untuk suatu struktur. Bagaimanapun, tinjauan
konstruksional mungkin akan membatasi hal ini.
Sebagai akibat cara elemen struktur ini memikul beban dalam bidang (terutama dengan cara tarik dan tekan), struktur cangkang
dapat sangat tipis dan mempunyai bentang yang relatif besar. Perbandingan bentang-tebal sebesar 400 atau 500 dapat saja
digunakan [misalnya tebal 3 in. (8cm) mungkin saja digunakan untuk kubah yang berbentang 100 sampai 125 ft (30 sampai 38 m)].
Cangkang setipis ini menggunakan material yang relatif baru dikembangkan, misalnya beton bertulang yang didesain khusus untuk
membuat permukaan cangkang. Bentuk-bentuk tiga dimensi lain, misalnya kubah pasangan (bata), mempunyai ketebalan lebih
besar, dan tidak dapat dikelompokkan sebagai struktur tebal seperti ini, momen lentur sudah mulai dominan.
Bentuk tiga dimensional juga dapat dibuat dari batang-batang kaku dan pendek. Struktur seperti ini pada hakekatnya adalah struktur
cangkang karena perilaku strukturalnya dapat dikatakan sama dengan permukaan cangkang menerus, hanya saja tegangannya
tidak lagi menerus seperti pada permukaan cangkang, tetapi terpusat pada setiap batang. Struktur demikian baru pertama kali
digunakan pada awal abad XIX. Kubah Schwedler, yang terdiri atas jaring-jaring batang bersendi tak teratur, misalnya, diperkenalkan
pertama kali oleh Schwedler di Berlin pada tahun 1863, pada saat ia mendesain kubah dengan benteng 132 ft (48 m). Struktur baru
lainnya adalah menggunakan batang-batang yang diletakkan pada kurva yang dibentuk oleh garis membujur dan melintang dari satu
permukaan putar. Banyak kubah besar di dunia ini yang menggunakan cara demikian.
Aksi Membran
Cara yang baik untuk mempelajari permukaan cangkang yang dibebani adalah memandangnya sebagai analogi diri membran, yaitu
elemen permukaan yang sedemikian tipisnya hingga gaya tarik yang timbul padanya. Gelemung sabun atau lembaran tipis dari karet
adalah contoh-contoh membran. Membran yang memikul beban tegak lurus dari permukaannya akan berdeformasi secara tiga
dimensional disertai terjadinya gaya tarik pada permukaan membran. Aksi pikul bebannya serupa dengan yang ada pada sistem
kabel menyilang. Mekanisme pikul beban dasar dari cangkang kaku yang geometrinya sama, analog dengan yang ada pada
membran terbalik. Yang penting adalah adanya dua kumpulan gaya internal pada permukaan membran yang mempunyai arah saling
tegak lurus. Hal yang juga penting adalah adanya tegangan geser tangensial pada permukaan membran, yang juga berfungsi
memikul beban.
Pada cangkang, gaya-gaya dalam-bidang (in-plane forces) yang berarah meridional (disebut gaya meridional) diakibatkan oleh
beban penuh. Ini sama dengan yang terjadi pada pelengkung analoginya. Pada kondisi beban sebagian, bagaimanapun, aksi
cangkang sangat berbeda dengan yang terjadi pada pelengkung karena cangkang ada aksi dalam arah melingkar. Gaya melingkar
(hoop forces) ini berarah tegak lurus dengan gaya meridional. Gaya melingkar menahan jalur meridional dari gerakan ke arah
keluar-bidang yang cenderung terjadi untuk kondisi pembebanan sebagian (lentur pada pelengkung terjadi disertai gerakan seperti
ini). Pada cangkang, tekanan yang diberikan oleh gaya-gaya melingkar tidak menyebabkan timbulnya momen lentur dalam arah
meridional (juga dalam arah melingkar untuk kasus ini). Dengan demikian, cangkang dapat memikul variasi beban cukup dengan
tegangan-tegangan dalam-bidang. Geser plat yang telah disebutkan di atas juga memberikan kontribusi dalam memikul beban.
Yang perlu diperhatikan pada desain struktur cangkang adalah masalah derajat kelengkungannya. Pada cangkang berprofil rendah
atau yang mempunyai permukaan yang relative datar, permukaannya mudah mengalami tekuk ke dalam . Tekuk adalah jenis
keruntuhan yang terjadi ada cangkang, tekuk dapat terjadi secara local (hanya terjadi pada sebagian kecil permukaan cangkang),
dapat pula terjadi secara menyeluruh. Sementara cangkang dengan derajat kelengkungan besar relative lebih sulit mengalami tekuk,
karena itulah sebaiknya cangkang yang demikian yang dipakai. Hal yang harus dihindari dalam desain cangkang adalah lubang,
karena akan mengganggu kontinuitas juga mengurangi efisiensi permukaan cangkang. Tetapi bila lubang tidak bisa dihindari, ini bisa
saja tetapi pada sisi lubang harus diperkuat.
Perhatikan segmen kubah seperti terlihat pada Gambar. Anggap bahwa struktur ini menerima beban mati yang berasal dari berat
sendiri cangkang dan lapisan penutupnya. Apabila beban mati total tersebut kita sebut W dan gaya internal dalam-bidang per satuan
panjang yang ada pada permukaan cangkang adalah N , maka tinjauan keseimbangan akan menghasilkan ekspresi sebagai
Dengan adalah sudut yang mendefinisikan potongan cangkang dan a adalah jari-jari kelengkungan sesaat di titik tersebut. Gaya
N pada cangkang adalah gaya tekan dalam-bidang yang terjadi pada potongan horizontal yang didefinisikan dengan .
Komponen vertikal dari gaya ini (dianggap merata pada keliling cangkang) adalah N sin . Karena gaya N dinyatakan sebagai
gaya per satuan panjang (misalnya Ib/ft atau kN/m) di sepanjang potongan, maka gaya total yang disosialisasikan dengan N
adalah keliling potongan (diberikan oleh 2 a )dikalikan dengan N sin (atau dengan perkataan lain, panjang total dikalikan
dengan gaya per satuan panjang menghasilkan gaya total). Gaya ke atas ini harus sama besar dengan gaya ke bawah yang ada,
jadi W = N sin (2 a ). Eskpresi ini dapat dinyatakan pula dalam jari-jari ( ( 2R sin ) . Dengan demikian, kita peroleh :
W
N
2 pR sin 2
Apabila beban total yang bekerja ke bawah (W) ditentukan, maka gaya internal pada cangkang dapat diperoleh secara langsung.
Karena gaya-gaya internal ini dinyatakan dalam gaya per satuan panjang, maka tegangan internal yang dinyatakan dalam gaya per
satuan luas (misalnya 1b/in2 atau kN/mm2) dapat diperoleh dengan membaginya dengan tebal cangkang. Jadi f N / tL dengan L
mempunyai satuan panjang dan N mempunyai satuan gaya per satuan panjang.
Apabila beban per satuan luas yang bekerja ke bawah pada cangkang disebut w, maka keseimbangan dalam arah vertikal akan
menghasilkan :
FY 0 :
2
w(2R sin )R d N sin (2R sin ) 0
1
dengan 1 dan 2 mendefinisikan segmen cangkang yang ditinjau. Suku sebelah kiri adalah W. untuk 1 = 0, maka:
Rw
N
1 cos
Ekspresi ini pada kenyataannya identik dengan N W / 2R sin 2 . Kedua ekspresi tersebut menunjukkan gaya meridional yang
ada pada potongan horizontal.
r
N r2 ( w cos ) - 2 N
r1
Untuk bola, r1 = r2 = R, dan mensubstitusikan ekspresi N , maka kita peroleh:
1
N Rw cos
1 cos
Ini adalah ekspresi sederhana untuk gaya melingkar yang dinyatakan dalam jari-jari bola (R) dan beban ke bawah (w).
Diagram benda bebas element cangkang pada sudut 90 Diagram benda bebas di puncak element cangkang
Distribusi Gaya
Distribusi gaya melingkar dan meridional dapat diperoleh dengan meplot persamaan kedua gaya tersebut. Jelas terlihat bahwa gaya
meridional selalu sifat tekan, sementara gaya melingkar mengalami transisi pada sudut 15 049’ diukur dari garis vertikal. Potongan
cangkang di atas batas ini selalu mengalami tekan, sedangkan bawahnya dapat timbul tarik dalam arah melingkar. Tegangan-
tegangan tersebut selalu relatif kecil.
Cara yang menarik dalam meninjau perilaku susunan kubah dan cincin terlihat pada gambar 12.5dibawah ini. Sebagaimana yang
terjadi pada struktur lain, momen eksternal pada setiap potongan harus dapat diimbangi oleh momen tahanan internal (dalam hal ini
diberikan oleh koperl yang dibentuk antara gaya melingkar dan gaya cincin). Dengan cara demikian, kita dapat mempelajari
distribusi tegangan melingkar tarik pada kubah.
Kesimpulan
Dalam mendesain cangkang selain yang telah dibahas di atas. Salah satu faktor kritis itu adalah keharusan menjamin bahwa
cangkang tidak akan mengalami tekuk. Seperti telah disebutkan, masalah ini adalah masalah kestabilan. Apabila kelengkungan
permukaan cangkang relatif datar, maka dapat terjadi tekuk snap-through atau tekuk lokal. Sebagaimana yang terjadi pad kolom
panjang, ketidakstabilan dapat terjadi pada taraf tegangan rendah. Hal ini dapat dicegah dengan menggunakan permukaan yang
berkelekungan tajam. Keharusan menggunakan kelengkungan tajam ini tentu saja menyebabkan kita tidak dapat menggunakan
cangkang berprofil rendah dan berbentang besar (cangkang tersebut dari elemen-elemen linear kaku (misalnya kubah goedesik).