TIMPANOSKLEROSIS
Disusun oleh :
1102013010
Pembimbing :
1
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2
dan jika meluas dapat mempengaruhi pendengaran. Timpanosklerosis ini
diklasifikasikan sebagai berikut :
- Myringosclerosis, hanya mengenai membran timpani
- Intratympanic tympanosclerosis, mengenai bagian telinga tengah lain.2,4
2.2. Anatomi
Membran timpani merupakan pembentuk utama dinding lateral telinga
tengah, berupa lapisan tipis, resisten, semitransparan, abu-abu mengkilat, dan
mirip kerucut (cone-like). Apeks membran timpani terletak pada umbo, yang
mana berhubungan dengan bagian terbawah dari tangkai malleus. Kebanyakan
keliling membran timpani menebal untuk membentuk suatu cincin fibrokartilago,
annulus timpani, yang terletak pada alur tulang timpani yang disebut dengan
sulkus timpani.5
3
sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas belakang, bawah depan, dan bawah-
belakang. Hal ini berguna untuk menyatakan letak perforasi dari membrane
timpani.6
2.3. Etiologi
Etiologi dari timpanosklerosis belum diketahui dengan pasti, mungkin
dibentuk dari sisa-sisa/bekas yang berhubungan dengan inflamasi kronis telinga
tengah. Faktor-faktor lain yang mungkin berhubungan antara lain :
- Otitis media supurativa kronis (OMSK) dan otitis media dengan efusi.
- Insersi Grommet (timpanostomi tuba) meningkatkan resiko terjadinya
timpanosklerosis
- Sklerosis sistemik
- Kemungkinan berhubungan dengan atheroma karotis atau aterosklerosis
- Hubungan dengan cholesteatoma masih diperdebatkan, meskipun dua keadaan
ini dapat muncul bersamaan.4
2.5. Patogenesis
Timpanosklerosis secara histologi tampak sebagai hialinisasi jaringan
penyangga subepitelial membran timpani dan telinga tengah, pada kebanyakan
kasus dapat ditemukan kalsifikasi. Osteogenesis juga dapat muncul bersamaan
dengan lesi yang terjadi. Saat plak muncul pada membrane timpani, plak tersebut
hanya terbatas pada lamina propia. Hussl dan Lim menemukan bahwa plak ini
merupakan proses degenerative yang mengakibatkan terjadinya kalsifikasi pada
jaringan penyangga pada telinga tengah. Mereka membuat hipotesa bahwa OME
atau OMA mengakibatkan terjadinya proses destruktif pada jaringan penyangga,
yang mana akan memicu untuk terjadinya degenarasi dari jaringan kolagen dan
kalsifikasi distropik. Degenerasi kolagen dapat merupakan akibat langsung dari
inflamasi atau infeksi yang terjadi pada telinga tengah (oleh proteinase dan
kolagenase bakteri). Wielinga dan kawan-kawan, menemukan bahwa pada kasus
4
sumbatan tuba eustachius, tanpa infeksi, dapat mengakibatkan timpanosklerosis
pada percobaan dengan tikus, dari sana mereka membuat hipotesa bahwa hanya
dengan deformasi cukup untuk mendukung pembentukan plak. Penyebab lain
yang mungkin adalah proses autoimun yang terjadi pada membran timpani. Hussl
and Lim mengemukakan 2 kemungkinan mekanisme terbentuknya plak
timpanosklerosis:7
2.6. Diagnosis
Timpanosklerosis diduga merupakan komplikasi dari otitis media, pasca
trauma, dan tindakan pembedahan yang mana ditemukan lapisan hialin yang
aselular dan akumulasi deposit kalsium pada membran timpani dan submukosa
telinga tengah. Pada kebanyakan pasien, gejala yang ditimbulkan tidak begitu
signifikan secara klinis dan mengakibatkan sedikit atau tidak ada gangguan
pendengaran. Pada pemeriksaan otoskopi, timpanosklerosis memberikan
5
gambaran semisirkuler atau seperti sepatu kuda yang berwarna putih pada
membrane timpani.7
Gambar 4. (A) Telinga kanan, plak timpanosklerosis pada rantai osiikular, (B)
Telinga kiri, perforasi total dengan timpano sklerosis.8
6
gangguan pendengaran atau penyakit telinga ten gah lain. Namun, pemeriksaan
penunjang yang dapat membantu antara lain:7
- Audiometri, dapat menentukan derajat dan tipe gangguan pendengaran
- Timpanometri, hasil timpanogram dapat dipengaruhi oleh adanya
timpanosklerosis
- CT Scan dapat membantu menegakkan diagnosis terutama bila disertai dengan
kelainan pada kavitas telinga tengah.7
2.7. Penatalaksanaan
Timpanosklerosis pada telinga tengah secara histologi mirip dengan
timpanosklerosis pada membran timpani, tapi lebih sering menyebabkan tuli
konduktif dikarenakan terjadinya fiksasi osikular. Dalam beberapa buku
dinyatakan bahwa timpaniosklerosis cenderung berulang setelah tindakan
pembuangan dengan operasi. Smyth dan kawan-kawan melaporkan hasil yang
memuaskan pada 79% kasus timpanisklerosis yang dilakukan rekonstruksi
osikular (stapedektomi dan reseksi osikular total) yang dilakukan dalam 2 tahap.7
Timpanosklerosis mungkin dapat ditemukan dibelakang membran timpani
yang intak. Plak yang kecil tidaklah membahayakan dan dapat dibiarkan saja.
Lapisan yang luas/besar pada sisa-sisa membran timpani harus dihilangkan karena
materi avaskular ini dapat menghambat integrasi dari graft, dan dapat juga
memberikan dapak pada rantai osikular terutama kepala malleus dan incus pada
epitympanum. Mobilisasi tidaklah disarankan karenan refiksasi sering terjadi.9
Timpanoplasti dan rekonstruksi osikular dapat dilakukan sebagai
penatalaksanaan pada pasien-pasien dengan timpanosklerosis, namun resiko untuk
kerusakan kokhlea lebih tinggi dibandingkan dengan yang disebabkan oleh
penyakit telinga tengah lain, ini dikarekan oleh tindakan diseksi luas yang
dibutuhkan pada kasus timpanosklerosis dan terdapatnya erosi dari labirin.7
BAB 3
KESIMPULAN
7
3. Etiologi timpanosklerosis belum diketahui dengan pasti, namun faktor-
faktor yang mungkin berhubungan antara lain OMSK, otitis media dengan
efusi, insersi Grommet, sklerosis sistemik, atheroma karotis atau
aterosklerosis, dan cholesteatoma.
4. Jika proses timpanosklerosis ini hanya pada membran timpani biasanya
tidak mempengaruhi pendengaran, namun bila proses ini telah mencapai
telinga tengah dapat menyebabkan terjadinya tuli konduktif.
5. Gambaran timpanosklerosi pada pemeriksaan otoskopi adalah semisirkuler
atau seperti sepatu kuda yang berwarna putih pada membran timpani
6. Pemeriksaan penunjang yang dapat membantu antara lain audiometri,
timpanometri, dan CT Scan.
7. Plak timpanosklerosis yang kecil tidaklah membahayakan dan dapat
dibiarkan saja.
8. Timpanoplasti dan rekonstruksi osikular dapat dilakukan sebagai
penatalaksanaan.
DAFTAR PUSTAKA
8
Otolaryngology Head and Neck Surgery. 5th Edition. China : Mosby-Year
Book Inc; 2010.
8. Menner AL. Pocket Guide to Ear. 1st Edition. New York : Thieme Inc; 2003.
9. Hildmann H, Sudhoff H. Middle Ear Surgery. 1st Edition. New York :
Springer- Verlag; 2006.