TuBes 1
TuBes 1
Oleh:
NABILA NUR H. (12314014)
FRITZ SIAGIAN (12314015)
MISSELA YOSEPHIN (12314024)
ASISTEN :
DISHA EKAPUTRI (12313015)
AHMAD PUJI ARDI (12313079)
1.3 Tujuan
1. Membuat program simulasi numerik penjalaran gelombang seismik.
2. Membuat model struktur kecepatan dengan metode finite difference.
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Struktur Geologi
Struktur geologi adalah suatu struktur atau kondisi geologi yang ada di suatu daerah sebagai
akibat dari terjadinya perubahan-perubahan pada batuan oleh proses tektonik atau proses
lainnya. Dengan terjadinya proses tektonik, maka batuan (batuan beku, batuan sedimen, dan
batuan metamorf) maupun kerak bumi akan berubah susunannya dari keadaannya semula.
I. Strike dan Dip
Strike dan Dip adalah sikap atau karakteristik dalam batuan yang dihasilkan oleh
forces geologi maupun sekarang setelah batuan terlipat (ditekuk) atau faulted (retak
dan bergerak di sepanjang celah jarak yang cukup jauh)
a) Strike adalah garis imajiner dengan arah kompas membangun pada permukaan
tempat sedimen atau kesalahan di mana semua titik pada garis yang elevasi setara
- arah kompas biasanya ditunjukkan sebagai bantalan
b) Dip adalah garis imajiner membangun menuruni lereng di tempat sedimen atau
fault arah dip tegak lurus terhadap arah strike dan biasanya dinyatakan dalam
bantalan dan sudut kemiringan (dip) diukur dari bidang horizontal ke bagian atas
tempat atau fault, sudut dip tidak boleh melebihi 90 derajat.
II. Struktur lipatan (Fold)
Lekukan-lekukan di lapisan batuan dan terjadi atas bended, bawah, atau kekuatan
tekanan samping adalah penyebab utama dari lipatan. Lipatan adalah perubahan
bentuk dan volume pada batuan yang ditunjukkan dengan lengkungan atau
melipatnya batuan tersebut akibat pengaruh suatu tegangan (gaya) yang bekerja pada
batuan tersebut. Pada umumnya, refleksi pelengkungan ditunjukkan pada pelapiasn
pada batuan-batuan sedimen atau foliasi pada batuan metamorf. Lipatan adalah
penyebab penting dari pembentukan gunung. Jenis lipatan:
a) Antiklin
Serangkaian lapisan atas melengkung dengan bagian sisi (kaki) mencelupkan
kearah yang berlawanan dari bagian tengah lipatan. Perpecahan dengan plane
(disebut bidang aksial) diamati pada puncak pandangan sebagai sumbu lipatan.
Permukaan yang tererosi ini menunjukkan batuan yang semakin muda adalah
batuan yang jauh dari sumbu lipatan.
b) Sinklin
Serangkaian lapisan bawah melengkung dengan kaki mencelupkan ke dalam.
Arah yang berlawanan terhadap sumbu lipatan permukaan yang tererosi
menunjukkan batuan yang semakin tua adalah batuan yang jauh dari sumbu
lipatan.
a) Crest Point
Titik tertinggi pada lipatan
b) Hinge Point
Titik maksimum pelengkungan pada lapisan yang terlipat
c) Crestal line
Garis yang melalui titik-titik crest point
d) Axial line (garis sumbu lipatan)
e) Crestal plane
Bidang yang melalui crestal line dan pusat perlipatan
f) Axial plane (bidang sumbu)
Bidang yang melalui garis sumbu dan garis pusat perlipatan dan membagi sama
besar sudut yang dibentuk sayap-sayapnya
g) Limb (Sayap lipatan)
Bagian sebelah menyebelah dari sisi lipatan
h) Trough point dan trough line
Titik dan garis terendah pada lipatan
Keterangan untuk rumus diatas adalah: ℎ adalah jarak mesh dari titik ke titik, 𝑆𝐵𝑖 adalah
1
slowness ( 𝑉 ) di titik B1 – B4, sedangkan 𝑆𝐴 adalah slowness di titik A. Yang perlu dihitung
yang menghubungkan antara gradient travel time dengan struktur kecepatan. Koordinat
sumbu adalah 𝑥 dan 𝑧, serta 𝑠 adalah slowness. Aproksimasi dari kedua persamaan diatas
adalah:
𝜕𝑡 1
= (𝑡 + 𝑡2 − 𝑡1 − 𝑡3 )
𝜕𝑥 2ℎ 0 (3)
Dan
𝜕𝑡 1
= (𝑡 + 𝑡1 − 𝑡2 − 𝑡3 )
𝜕𝑧 2ℎ 0 (4)
Apabila kedua persamaan diatas digabungkan pada persamaan eikonal, akan didapatkan
𝑡3 = 𝑡0 + √2(ℎ𝑠)2 − (𝑡2 − 𝑡1 )2 (5)
Persamaan diatas akan menghasilkan travel time titik C1 menggunakan travel time pada
titik A, B1, dan B2 di sebuah aproksimasi gelombang bidang. Untuk persamaan ini, titik A
tidak harus selalu menjadi source point.
Persamaan ekstrapolasi kedua akan mengasumsikan circular wavefront.
𝑡0 = 𝑡1 + 𝑠√𝑥𝑠2 + 𝑧𝑠2 (6)
dan
Kedua metode interpolasi tidak mempengaruhi travel time secara signifikan, dapat dilihat dari
kesamaan pola dan amplitudo gelombang yang dihasilkan, dan metode interpolasi
menghasilkan medan kecepatan yang berbedaa di kecepatan variabel, tetapi menghasilkan
medan kecepatan yang sama di kecepafan sejenis.
Kesimpulannya, bila menggunakan persamaan 5, besar error adalah 0,1%. Tetapi, apabila
menggunakan persamaan 6,7, dan 8 digunakaan saat wavefront membengkok secara tajam,
maka errornya menjadi maksimal 0,03%. Ketepatan meningkat seiring grid diperkecil.
Skema finite difference ini tidak hanya akurat, tetapi juga mampu menemukan travel time di
empat lokasi dimana raytracer gagal (kemungkinan shadow zone), dan satu lokasi dimana ray
tracer tidak menemukan first arrival time. Finite difference menemukan travel time di semua
titik grid 128x128, sedangkan raytracing hanya menemukan travel time di 128 titik permukaan
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA