Anda di halaman 1dari 18

NAMA : YUNITA ELLIAN MIDA

NIM : 1601100040
PRODI : D-III KEPERAWATAN MALANG

GEJALA GANGGUAN JIWA

1. Gangguan Kesadaran
Adapun kesadaran itu merupakan kemampuan individu mengadakan hubungan
dengan lingkungannya, serta dengan dirinya sendiri (melalui panca inderanya) dan
mengadakan pembatasan terhadap lingkungan serta terhadap dirinya sendiri (melalui
perhatian). Bila kesadaran itu baik adanya maka akan terjadi orientasi (tentang waktu,
tempat dan orang) dan pengertian yang baik serta pemakaian informasi yang masuk
secara efektif
a. Penurunan kesadaran
1. Apati
Mengantuk dan acuh-tak-acuh terhadap rangsang yang masuk; diperlukannya
rangsang yang sedikit lebih keras dai biasanya untuk menarik perhatiannya.
2. Somnolensi
Jelas sudah lebih mengantuk dan rangsang yang lebih keras lagi diperlukan untuk
menarik perhatiannya.
3. Sopor
Hanya berespon dengan rangsang yang keras; ingatan, orientasi, dan
pertimbangan sudah hilang.
4. Subkoma dan koma
Tidak ada lagi respons terhadap rangsang yang keras; bila sudah dalam sekali,
maka reflek pupil (yang sudah melebar) dan reflex muntah hilang lalu timbullah
reflex patologik.
b. Kesadaran yang meninggi Kesadaran yang meninggi adalah keadaan dengan respons
yang meninggi terhadap rangsang: suara-suara terdengar lebih keras, warna-warni
kelihatan lebih terang: disebabkan oleh berbagai zat yang merangsang otak.
c. Tidur Gangguan tidur dapat berupa: insomnia, berjalan waktu tidur, mimpi buruk,
narkolepsi, kelumpuhan tidur.

1
d. Hipnosa Kesadaran yang sengaja diubah (menurun dan menyempit, artinya menerima
rangsang hanya dari sumber tertentu saja) melalui sugesti; mirip tidur dan ditandai
oleh mudahnya disugesti; setelah itu timbul amnesia.
e. Disosiasi Adalah sebagian tingkah laku atau kejadian memisahkan dirinya secara
psikologik dari kesadaran. Kemudian terjadi amnesia sebagian atau total. Disosiasi
dapat berupa: trans, senjakala histerik, fugue, serangan histerik, sindroma ganser,
menulis otomatis.
f. Kesadaran yang berubah Tidak normal, tidak menurun, tidak meninggi, bukan
disosiasi, tetapi kemampuan mengadakan hubungan dengan dan pembatasan terhadap
dunia luar dan dirinya sendiri sudah terganggu pada taraf “tidak sesuai dengan
kenyataan.• (secara kwalitatif), seperti pada psikosa fungsional.
g. Gangguan Perhatian Tidak mampu memusatkan (memfokus) perhatian pada hanya
satu hal/keadaan, atau lamanya memusatkan perhatian itu berkurang daya konsentrasi
terganggu.

2. Gangguan Ingatan
Ingatan berdasarkan tiga proses utama, yaitu pencatatan atau registrasi, penahanan
atau resistensi, dan pemanggilan kembali atau recall. Gangguan ingatan terjadi bila
terdapat gangguan pada salah satu atau lebih dari ketiga unsur tersebut. Sering satu
faktor memengaruhi pencatatan dan pemanggilan kembali kedua-duanya misalnya
gangguan emosi dan kelelahan.
a. Gangguan ingatan umum
Gangguan ingatan tidak terbatas pada suatu waktu tertentu saja dan dapat meliputi:
1. Kejadian yang baru saja terjadi (ingatan segera) : kejadian beberapa menit yang
lampau
2. Kejadian yang terjadi beberapa jam atau minggu lalu (ingatan jangka pendek)
3. Kejadian yang sudah lama berselang terjadi, beberapa bulan atau puluhan tahun
lalu (ingatan jangka panjang)
b. Amnesia
Adalah ketidakmampuan mengingat kembali pengalaman, mungkin bersifat sebagian
atau total. Mungkin retrograd(meliputi pengalaman sebelum gangguan itu terjadi) atau
anterograd(meliputi pengalaman sesudah gangguan yang menyebabkan amnesia).
Amnesia mungkin terjadi karena rudapaksa kepala, gangguan emosi (misalnya
amnesia histerik), ataupun sesudah hipnosis dan trans.

2
c. Paramnesia
Adalah ingatan yang keliru karena distorsi pemanggilan kembali (recall). Misalnya :
1. Dja vu : seperti sudah pernah melihat tetapi sebenarnya belum pernah
2. Jamais vu : seperti belum pernah melihat tetapi sebenarnya sudah pernah.
3. Fausse reconnaissance : pengenalan kembali yang keliru, merasa pasti bahwa
yang dialami itu benar, tetapi sesungguhnya tidak benar sama sekali.
4. Konfabulasi : secara tidak sadar mengisi lubang-lubang dalam ingatannya dengan
cerita yang tidak sesuai dengan kenyataan, akan tetapi pasien percaya akan
kebenarannya.
d. Hipermnesia
Adalah penahanan dalam ingatan(retensi) dan pemanggilan kembali (arecall) yang
berlebihan baiknya.

3. Gangguan Orientasi
Orientasi adalah kemampuan seseorang untuk mengenal lingkungannya serta
hubungannya dalam waktu dan ruang terhadap dirinya sendiri dan juga hubungan dirinya
sendiri dengan orang lain. Disorientasi atau gangguan orientasi timbul sebagai akibat
gangguan kesadaran dan dapat menyangkut waktu, tempat, atau orang.

4. Gangguan Afek Emosi


Afek adalah nada perasaan, menyenangkan, atau tidak menyenangkan, yang
menyertai suatu pikiran dan biasanya berlangsung lama serta kurang disertai oleh
komponen fisiologik. Emosi adalah manifestasi afek ke luar dan disertai oleh banyak
komponen fisiologik, lagi pula biasanya berlangsung relatif tidak lama (misalnya:
ketakutan, kecemasan, depresi dan kegembiraan). Bilamana afek dan emosi itu sudah
begitu keras, sehingga fungsi individu itu terganggu, maka dikatakan telah terjadi
gangguan afek atau emosi yang dapat berupa:
a. Depresi
Depresi dengan komponen psikologik, misalnya: rasa sedih, susah, rasa tak berguna,
gagal, kehilangan, tak ada harapan, putus asa, penyesalan yang patologis; dan
komponen somatik, misalnya: anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin),
tekanan darah dan nadi menurun sedikit.
b. Kecemasan dan ketakutan

3
Kecemasan dapat dibedakan kecemasan (tidak jelas cemas terhadap apa) dari
ketakutan atau fear (jelas atau tahu takut terhadap apa). Komponen psikologiknya
dapat berupa: khawatir, gugup, tegang, cemas, rasa tak aman, takut, lekas terkejut,
sedangkan komponen jenis somatiknya misalnya: palpitasi, keringat dingin pada
telapak tangan, tekanan darah meninggi, respons kulit terhadap aliran listrik galvanik
berkurang, peristaltik bertambah, lekositosis. Kecemasan dapat berupa:
1. Kecemasan yang mengambang ( free-floating anxiety); kecemasan yang menyerap
dan tidak ada hubungannya dengan suatu pemikiran;
2. Agitasi: kecemasan yang disertai kegelisahan motorik yang hebat;
3. Panik: serangan kecemasan yang hebat dengan kegelisahan, kebingungan dan
hiperaktivitas yang tidak terorganisasi.
c. Efori
Rasa riang, gembira, senang, bahagia yang berlebihan; bila tidak sesuai dengan
keadaan maka ini menunjukkan adanya gangguan jiwa; jika lebih keras lagi
dinamakan elasiâ dan jika keras sekali dinamakan exaltasiâ.
d. Anhedonia
Ketidakmampuan merasakan kesenangan, tidak timbul perasaan senang dengan
aktivitas yang biasanya menyenangkan baginya.
e. Kesepian
Merasa dirinya ditinggalkan.
f. Kedangkalan
Kemiskinan afek dan emosi secara umum (berkurang, secara kwantitatif); dapat
digambarkan juga sebagai datar, tumpul, atau dingin yang sama maksudnya; istilah-
istilah ini tidak menunjukkan gradasi. Umpamanya kedangkalan emosi ialah tidak
atau hanya sedikit merasa / kelihatan gembira atau sedih dalam keadaan atau
mengenai sesuatu hal yang benar-benar menggembirakan atau menyedihkan.
g. Afek atau emosi tak wajar
Tak wajar atau tak patut dalam situasi tertentu (terganggu secara kwalitatif),
umpamanya ketawa terkikih-kikih waktu wawancara. Bila extrim akan menjadi
inadequate, yaitu afek dan emosi yang bertentangan dengan keadaan atau isi pikiran
dan dengan isi bicara.
h. Afek atau emosi labil
Berubah-ubah secara cepat tanpa pengawasan yang baik, umpamanya tiba-tiba marah-
marah atau menangis.

4
i. Variasi afek atau emosi sepanjang hari
Perubahan afek dan emosi mulai sejak pagi sampai malam hari. Umpanya, pada
psikosa manik-depresi maka jenis depresinya lebih keras pada pagi hari dan menjadi
lebih ringan pada sore hari.
j. Ambivalensi
Emosi dan afek yang berlawanan timbul bersama-sama terhadap seorang, suatu obyek
atau suatu hal.
k. Apati
Berkurangnya afek dan emosi terhadap sesuatu atau terhadap semua hal dengan
disertai rasa terpencil dan tidak peduli.
l. Amarah, kemurkaan, dan permusuhan
Sering dinyatakan dalam sifat agresi. Bila ditujukkan kepada pemecahan masalah dan
dipakai sebagai pembelaan terhadap suatu serangan yang yata, maka agresi itu
konstruktif sifatnya. Agresi itu menjadi: patologik bila tidak realistik, menghancurkan
dirinya sendiri, tidak ditujukan kepada pemecahan masalah dan jika merupakan hasil
konflik emosional yang belum dapat diselesaikan.

5. Gangguan Psikomotor
Psikomotor adalah gerakan badan yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa: jadi
merupakan efek bersama yang mengenai badan dan jiwa. Juga dinamakan konasi,
perilaku motorik atau aspek motorik dari perilaku. Gerakan reflex seperti refleks lutut
dan refleks pupil bukan gerakan psikomotorik.Gangguan psikomotorik dapat berupa:
a. Kelambanan
Secara umum gerakan dan reaksi menjadi lambat, secara umum :
1. Hipokinesia, hipoaktivitas, gerakan atau aktivitas berkurang.
2. Sub-stupor katatonik. Reaksi terhadap lingkungan seperti berkurang, gerakan dan
aktivitas menjadi sangat lamban, kelihatan seperti pasien sama sekali tidak
memperhatikan lingkungannya.
3. Katalepsi : mempertahankan secara kaku posisi badan tertentu juga bila hendak
diubah oleh orang lain.
4. Fleksibilitas serea : mempertahankan posisi badan yang dibuat orang lain padanya.
b. Peningkatan
Aktivitas dan reaksi umum meningkat.
1. Hiperkinesis, hiperaktivitas, : gerakan atau aktivitas yang berlebihan.

5
2. Gaduh gelisah katatonik : aktivitas motorik yang kelihatannya tidak bertujuan,
yang berkali-kali dan seakan-akan tidak dipengaruhi oleh rangsangan luar.
c. Tik (tic)
Gerakan involunter, sekejap serta berkali-kali mengenai sekelompok otot atau bagian
badan yang relatif kecil.
d. Bersikap aneh
Dengan sengaja mengambil sikap atau posisi badan yang tidak wajar, yang aneh atau
bizar.
e. Grimas
Mimik yang aneh dan berulang-ulang.
f. Stereotipi
Gerakan salah satu anggota badan yang berkali-kali dan tidak bertujuan.
g. Pelagakan (mannerism)
Pergerakan atau lagak yang stereotip dan teatral (seperti sedang bermain sandiwara).
h. Ekhopraxia
Langsung meniru pergerakan orang lain pada saat dilihatnya; ekholalia: langsung
mengulangi atau meniru apa yang dikatakan orang lain.
i. Automatisma perintah (command automatism)
Menuruti sebuah perintah secara otomatis tanpa memikir dulu.
j. Automatisma
Berbuat sesuatu secara otomatis sebagai pernyataan (expresi) simbolik aktivitas tak
sadar.
k. Negativisme
Menentang nasihat atau permintaan orang lain atau melakukan yang berlawanan
dengan itu.
l. Kataplexia
Tonus otot menghilang dengan mendadak dan sejenak, juga timbul kelemahan umum
dengan atau tanpa penurunan kesadaran, yang dapat disebabkan oleh berbagai
keadaan emosi.
m. Gangguan somatomotorik pada reaksi konversi
Menggambarkan secara simbolik suatu konflik emosional dan dapat berupa:
1. Kelumpuhan
2. Pergerakan yang abnormal, umpamanya tremor, tik, kejang-kejang atau ataxia
3. Astasia-abasia: tidak dapat duduk, berdiri dan berjalan.

6
n. Verbigerasi
Berkali-kali mengucapkan sebuah kata yang sama.
o. Berjalan
Tidak tegap, kaku (rigid) atau lambat
p. Gangguan motorik
Yang sebenarnya bukan merupakan gangguan psikomotor, yang mungkin sekali
disebabkan oleh: pemakaian obat (umpamanya: tremor, hipokinesa, diskinesa,
akatisia, karena neroleptika), gangguan ortopedik atau gangguan nerologik.
q. Kompulsi
Suatu dorongan yang mendesak berkali-kali, biarpun tidak disukai, agar berbuat yang
bertentangan dengan keinginannya sehari-hari atau dengan kebiasaan serta norma-
norma.
r. Gagap
Berbicara dengan terhenti-henti karena spasme otot-otot untuk bicara, mulai dari
berbicara sangat ragu-ragu sampai dengan berbicara explosif.

6. Gangguan Proses Berpikir


Proses berpikir dinyatakan dengan bicara dan menulis. Kita harus membedakan antara
gangguan berbicara dan berbahasa dengan gangguan dalam proses berpikir. Sebelum
menyatakan gangguan proses berpikir harus disingkirkan adanya gangguan berbicara dan
berbahasa ini. Tiga kriteria dapat dipakai untuk membantu mengevaluasi proses berpikir,
yaitu konsep kata, tightnes of association dan goal directedness.
Proses berpikir dibagi menjadi proses atau bentuk dan isi. Proses atau bentuk
menunjukkan dimana seseorang dapat menyatukan ide dan asosiasi dalam bentuk
pikirnya. Proses pikir dan bentuk pikir dapat logis dan koheren atau tak logis bahkan
tidak dapat dipahami sama sekali. Bentuk proses berpikir dinilai dari produktivitas dan
kontinuitasnya atau arus berpikirnya. Isi menunjuk pada apa yang sesungguhnya menjadi
pemikiran sesorang tentang ide-idenya, kepercayaannya/keyakinannya, preokupasinya,
obsesinya.
Adapun proses berpikir itu meliputi proses pertimbangan (judgment), pemahaman
(comprehension), ingatan serta penalaran (reasoning). Proses berpikir yang normal
mengandung arus idea, symbol dan asosiasi yang terarah kepada tujuan dan yang
dibangkitkan oleh suatu masalah atau tugas. Yang menghantarkan kepada suatu
penyelesaian yang berorientasi kepada kenyataan.

7
Berbagai macam faktor memengaruhi proses berpikir misalnya faktor
somatik(gangguan otak, kelelahan), faktor psikologis (gangguan emosi, psikosis), dan
faktor sosial (kegaduhan dan keadaan sosial yang lain) yang sangat memengaruhi
perhatian atau konsentrasi individu.
a. Gangguan bentuk pikiran
Dalam kategori ini termasuk semua penyimpangan dari pemikiran rasional, logik dan
terarah kepada tujuan.
1. Dereisme atau pikiran dereistik
Titik berat pada tidak adanya sangkut paut terjadi antara proses mental individu
dan pengalamannya yang sedang berjalan. Proses mentalnya tidak sesuai dengan
atau tidak mengikuti kenyataan, logika atau pengalaman.
2. Pikiran autistik
Penyebab distorsi arus asosiasi adalah dari dalam pasien itu sendiri dalam bentuk
lamunan, waham, atau halusinasi. Cara berpikir seperti ini hanya memuaskan
keinginannya yang tak terpenuhi tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya, hidup
dalam alam pikirannya sendiri. Kadang-kadang istilah ini dipakai juga untuk
pikiran dereistik.
3. Bentuk pikir yang non-realistik
Bentuk pikir yang sama sekali tidak berdasarkan kenyataan, umpamanya:
menyelidiki sesuatu yang spektakuler/ revolusioner bila ditemui; mengambil
kesimpulan yang aneh serta tidak masuk akal. (merupakan gejala yang menonjol
pada skizofernia hebefreni disamping tingkah laku kekanak-kanakan). Dibedakan
dari pikiran dereistik dan autistik tetapi kadang-kadang ketiga gangguan bentuk
pikiran ini dijadikan satu dengan salah satu istilah itu.
b. Gangguan arus pikir /kontinuitas dinilai relevan atau irelevan (ii pikiran atau ucapan
yang tidak ada hubungannya dengan pertanyaan atau dengan hal yang sedang
dibicarakan), goal directed atau tidak (berbicara dengan terarah pada tujuan), logis
atau tidak (berbicara sesuai logika). Gangguan kontinuitas yang tampak dalam arus
pikiran yaitu tentang cara dan lajunya proses asosiasi dalam pemikiran yang timbul
dalam berbagai jenis:
1. Perseverasi
Berulang-ulang menceritakan suatu frasa atau idea, kata-kata, pikiran atau tema
secara berlebihan diluar konteks.
2. Benturan/ penghalang (blocking)

8
Jalan pikiran tiba-tiba berhenti atau berhenti ditengah sebuah kalimat. Teejadi
hambatan yang tiba-tiba dari proses pikir dalam mengeluarkan arus ide. Pasien
tidak dapat menerangkan mengapa ia berhenti.
3. Tangensial
Memberikan jawaban sesuai dengan topik umum tetapi tidak secara langsung
menjawab pertanyaan.
4. Pikiran berputar-putar (circumstantiality)
Menuju secara tidak langsung kepada idea pokok dengan menambahkan banyak
hal yang remeh-remeh yang menjemukan dan yang tidak relevan.
5. Rombling
Menceritakan dengan bertele-tele.
6. Logorea
Banyak bicara, kata-kata dikeluarkan bertubi-tubi tanpa kontrol, mungkin koheren
ataupun incoherent.

Penilaian yang lain pada produktivitas dapat berupa berpikir berlebihan, proses
pikir yang berjalan dengan cepat, proses pikir yang lambat, proses pikir yang ragu-
ragu, kemiskinan isi atau ide pikiran bahkan sampai tidak jelas dan kosong, pikiran
terobosan. Pikiran melayang (flight of ideas) yaitu perubahan yang mendadak lagi
cepat dalam pembicaraan, sehingga suatu idea yang belum selesai diceritakan sudah
disusul oleh idea yang lain atau proses pikir yang tidak dapat mengarah pada tujuan.
Dinilai pula ada tidaknya hendaya berbahasa, seperti berikut :

1. Asosiasi longgar
Mengatakan hal-hal yang tidak ada hubungannya satu sama lain.
2. Inkoherensi
Gangguan dalam bentuk bicara, sehingga satu kalimatpun sudah sukar ditangkap
atau diikuti maksudnya.
3. Asosiasi bunyi (lang association)
Mengucapkan perkataan yang mempunyai persamaan bunyi, umpamanya pernah
didengar.
4. Neologisme
Membentuk kata-kata baru yang tidak dipahami oleh umum.
5. Main-main dengan kata-kata
Membuat sajak secara tidak wajar.

9
6. Atau punning
Bermain dengan kata yang mempunyai arti ganda.
c. Gangguan isi pikiran : dapat terjadi baik pada isi pikiran non-verbal, maupun pada isi
pikiran yang diceritakan, mislanya :
1. Kegembiraan yang luar biasa atau ekstasi
Dapat timbul secara mengambang pada orang normal selama fase permulaan
narkosis (anasthesia umum). Boleh juga disebabkan oleh narkotika atau kadang-
kadang timbul sejenak lalu pada skizofenia. Semua orang yang mengalami hal ini
mengatakan bahwa isi pikiran mereka tidak dapat diceritakan.
2. Fantasi
Isi pikiran tentang suatu keadaan atau kejadian yang diharapkan atau diinginkan,
tetapi dikenal sebagai tidak nyata. Fanytasi yang kreatif menyiapkan individu
untuk bertindak sesudahnya. Fantasi dalam lamunan merupakan pelarian dan
keinginan yang tidak dapat dicapai.
3. Fobi
Rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau keadaan yang tidak dapat
dihilangkan biarpun pasien berusaha dan tau bahwa hal itu irasional. Ini perlu
dibedakan dari kecemasan yang mengambang atau kecemasan terhadap keadaan
umum.
4. Obsesi
Isi pikiran yang kukuh timbul, biarpun tidak dikehendakinya dan diketahuinya
bahwa hal itu tidak wajar atau tidka mungkin. Obsesi dapat menimbulkan
kompulsi.
5. Preokupasi
Pikiran terpaku hanya pada sebuah ide saja yang biasanya berhubungan dengan
keadaan bernada emosional yang kuat. Ini belum merupakan, tetapi dapat menjadi
obsesi.
6. Pikiran yang tidak memadai
Pikirang yang eksentrik, tidak cocok dengan banyak hal, terutama dalam
pergaulan dalam pekerjaan seseorang.
7. Pikiran bunuh diri
Mulai dari kadang-kadang memikirkan hal bunuh diri sampai terus-menerus
memikir akan cara bagaimana ia dapat melakukan bunuh diri.
8. Pikiran hubungan

10
Pembicaraan orang lain, benda-benda, atau suatu kejadian dihubungkan dirinya.
9. Pikiran pengaruh
Pikiran atau keyakinan tentang orang lain atau kekuatan lain mentrol beberapa
aspek dari perilaku seseorang.
10. Rasa terasing
Perasaan bahwa dirinya sudah menjadi lain, berbeda, asing.
11. Pikiran isolasi sosial
Rasa terisolasi, tersekat, terkunci, terpencil dari masyarakat : rasa ditolak, tidka
disukai orang lain, rasa tidak enak bila berkumpul dengan orang lain, lebih suka
menyendiri. Ini dibedakan dari menarik diri yang menunjukkan tingkah laku dan
dari isolasi sebagai mekanisme pembelaan psikologis.
12. Pikiran rendah diri
Merendahkan, menghinakan dirinya sendiri, menyalahkan dirinya tentang suatu
hal yang pernah atau tidka pernah dilkaukannya.
13. Merasa dirugikan orang lain
Mengira atau menyangka ada orang lain yang telah merugikannya, sedang
mengambil keuntungan dari dirinya atau yang sedang mencelakaknnya.
14. Merasa dingin dalam bidang seksual
Acuh tak acuh tentang hal seksual, kegairahan seksual berkurang seara umum. Ini
dibedakan dari disfungsi ereksi dan frigiditas.
15. Rasa salah
Sering mengatakan bahwa ia bersalah. Ini bukan waham dosa.
16. Pesimisme
Mempunyai pandangan yang suram mengenai banyak hal dalam hidupnya.
17. Sering curiga
Ketidakpercayaan pada orang lain. Ini bukan waham curiga.
18. Waham (delusi)
Keyakinan tentang sutau isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan tau tidak
cocok dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaan, biarpun dibuktikan
kemustahilan itu.
19. Kekhawatirang yang tidak wajar tentang kesehatan fisiknya
Takut kalau kesehatan fisiknya tidak sesuai lagi dengan keadaan badannya yang
sebenarnya.
20. Ide-ide tidak wajar

11
Masih berupa ide dari proses berpikir yang tidak sekukuh waham.
21. Isi pikiran yang miskin
Isi pikiran yang tidak kaya ide, hanya minimal ide-idenya.
d. Gangguan pertimbangan : ada hubungannya dengan keadaan mental yang
menghindari kenyataan yang menyakitkan. Pertimbangan adalah kemmapuan
mengevaluasi keadaan serta langkah yang dapat diambil, alternatif yang dapat dipilih,
atau kemampuan menarik kesimpulan yang wajar berdasarkan pengalaman. Bila
langkah atau suatu kesimpulan yang diambil sesuai dengan kenyatan seperti yang
dinilai dengan ukuran orang dewasa yang matang, maka pertimbangan itu utuh, baik
atau bermoral adanya. Gangguan ini dapat timbul dalam keadaan sebagi berikut :
1. Dalam hubungan keluarga : dalam keluarga inti atau luas. Misal tidak sadar bahwa
tingkah lakunya mengganggu keluarganya.
2. Dalam hubungan sosial lain : misal merasa dirinya dirugikan atau dihalangi secara
terus-menerus.
3. Dalam pekerjaan : misalnya harapan yang tidak realistik mengenai pekerjaannya.
4. Dalam rencana untuk masa depan : pasien tidka mempunyai rancangan apapun.

7. Gangguan Persepsi
Persepsi normal berawal dari stimulasi reseptor sensorik. Halusinasi terjadi bila ada
persepsi tanpa adanya stimulasi sensorik dari luar. Tipe halusinasi tergantung pancaindra
pasien yang terlibat. Jenisnya : halusinasi lihat, dengar, penciuman, perabaan,
penegcapan, kinestetik, somatik. Pasien dapat mempunyai insight terhadap
halusinasinya. Ada 5 tahap insight terhadap halusinasi :
5. Dahulu didapatkan halusinasi dan sekarang tidak pernah ada lagi. Pasien mengalami
kesadaran menyeluruh terhadap halusinasinya.
6. Pernah mengalami halusinasi pada waktu lampau tetapi tidak pada saat sekarang dan
pasien mempersepsi dan mempercayai hal itu sebagai suatu kenyataan yang benar.
7. Halusinasi dialami baru-baru ini tetapi pasien menolak untuk membicarakannya.
Tampaknya pasien menyadari kontraindikasi antara persepsi psikotik dengan realitas.
8. Pasien membicarakan halusinasinya tetapi tidak mengikuti dengan perilaku tentang
halusinasinya.
9. Pasien melaksanakan halusinasinya sebgaai bentuk respons dan perintah.

12
Persepsi adalah daya mengenal benda, kwalitas atau hubungan serta perbedaan antara
hal ini melalui proses mengamati, mengetahui dan mengartikan setelah panca inderanya
mendapat rangsang. Jadi persepsi itu dapat terganggu oleh gangguan otak, oleh gangguan
jiwa, oleh pengaruh lingkungan sosial budaya.
a. Halusinasi
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apa pun pada pancaindra dan
terjadi dalam keadaan sadar/bangun. Dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik,
ataupun histerik. Isi halusinasi itu merupakan tema halusinasi termasuk interpertasi
pasien tentang halusinasinya (mengancam, menyalahkan, keagamaan, menghina,
kebesaran, seksual, membesarkan hati, membujuk, atau yang baik baik saja).
Keyakinan tentang halusinasi adalah sejauh manakah pasien itu yakin bahwa
halusinasinya merupakan kejadian yang benar. Halusiasi dapat timbul pada
skizofernia dan pada psikosis bipolar, pada sindrom otak organik, epilepsi, neurosis
histerik, intoxikasi atropin atau kecubung, zat halusinogenik dan pada deprivai
sensorik.
b. Ilusi
Ilusi adalah interpertasi atau penilaian yang salah tentang pencerapan yang sungguh
terjadi (ada rangsang pada pancaindera). Adapun ilusi sangat dipengaruhi oleh emosi
pada waktu itu dan biasanya yang bersangkutan dapat mengoreksi sesudahnya. Ilusi
dibedakan dari halusinasi, dari pikiran hubungan dan dari disorientasi.
c. Depersonalisasi
Merupakan perasaan aneh pada dirinya atau perasaan bahwa pribadinya sudah tidak
seperti biasanya lagi, tidak sesuai dengan kenyataan. Ini dibedakan dari waham
hipokhondrik dan dari disorientasi terhadap dirinya sendiri. Depresionalisasi ada
kalanya ditemukan pada sindrom lobus parietalis juga.
d. Derealisasi
Adalah perasaan aneh tentang lingkungannya dan tidak sesuai kenyataan. Misalnya
segala sesuatu dialaminya seperti mimpi. Ini dibedakan dari kesadaran yang berubah.
e. Gangguan somatosensorik pada reaksi konversi
Sering secara simbolik menggambarkan suatu konflik emosional, dibedakan dari
gangguan psikofisiologis, dari penipuan atau simulasi, dan dari gangguan neurologis.
Jika sudah pasti bahwa reaksi itu merupakan reaksi konversi, baru dicatat dan
dicantumkan jenis reaksi itu. Misalnya :

13
1. Anasthesia : kehilangan indra peraba pada kulit pasien tetapi tidak sesuai anatomis
saraf.
2. Paresthesia : indra peraba yang berubah. Misalnya seperti ditusuk dengan jarum,
seperti ada semut berjalan atau sebagainya.
3. Gangguan penglihatan dan pendengaran.
4. Perasaan nyeri.
5. Makropsia : benda-benda kelihatan lebih besar dari yang sebenarnya, kadang-
kadang begitu besar sehingga mengerikan, terdapat pada neurosis histerik.
6. Mikropsia : benda-benda kelihatan lebih kecil dari yang sebenarnya, dapat
berganti-ganti dengan mikropsia pada histeria.
f. Gangguan psikofisiologis
Gejala atau gangguan pada bagian tubuh yang disarafi oleh susunan saraf vegetatif
dan yang disebabkan oleh gangguan emosi. Perubahan fisiologis ini biasanya
menyertai keadaan emosi tertentu, pada umumnya reversibel, dan biasanya tidak
mengakibatkan kerusakan jaringan yang permanen.
g. Agnosia
Agnosia adalah ketidakmampuan untuk mengenal dan mengartikan pencerapan
sebagai akibat kerusakan otak.

8. Gangguan Intelegensi
Intelegensia adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang baru melalui
pemikiran dan pertimbangan. Berbagai hal dapat mengurangi atau menghambat
kemampuan. Misalnya: kerusakan otak, karena psikosis (skizofernia, bipolar ataupun
sindrom otak organik). Mungkin juga kemampuan ini tidak dapat dimanifestasikan
karena berbagai faktor sosial budaya.
Retardasi mental ialah terutama kekurangan intelegensi, sehingga daya guna sosial
dan dalam pekerjaan seseorang menjadi terganggu. Demensia adalah terutama
kemunduran intelegensi, karena suatu kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki lagi
(irreversibel).
Adapun tingkat intelegensia itu dapat dibagi menurut rumus hasil bagi intelegensi (HI
atau IQ), menurut skala nilai patokan sosial atau menurut norma pendidikan.

14
9. Gangguan Kepribadian
Kepribadian menunjuk kepada keseluruhan pola pikiran, perasaan dan perilaku yang
sering digunakan oleh seseorang dalam usaha adaptasi yang terus menerus terhadap
hidupnya.
Suatu gangguan kepribadian dianggap telah terjadi bilamana sebuah atau lebih sifat
kepribadian itu menjadi sedemikian rupa sehingga indivu itu merugikan dirinya sendiri
atau masyarakat disekitarnya. Gangguan kepribadian masuk dalam klasifikasi diagnosis
gangguan jiwa. Ada bermacam-macam gangguan kepribadian, misalnya :
1. Gangguan keperibadian paranoid
2. Gangguan keperibadian skizoid
3. Gangguan keperibadian disosial
4. Gangguan keperibadian emosional tak stabil
5. Gangguan keperibadian histrionik
6. Gangguan keperibadian anankastik
7. Gangguan keperibadian cemas (menghindar)
8. Gangguan keperibadian dependen

10. Gangguan Penampilan


Deskripsi singkat tentang penampilan pasien secara umum baik fisik serta psikis
maupun perilaku dan aktivitas motorik.
Penampilan pasien secara fisik apakah tampak sesuai dengan umur yang tercatat,
postur tubuh, mesomorfik(atletik), ektomorfik(leptosom), roman muka (lebih tua/ lebih
muda/ sesuai umur), dandanan (rapi/wajar/nyentrik/berlebihan), pakaian
(lusuh/rapi/wajar/tak sepadan), perawatan dan kebersihan diri, rambut, kuku (bersih
yerawat/ kotor/ berbau tidak sedap), warna rambut, kondisi kulit (normal/bertato/needle
tracks/wrist cutting), penampilan gender(kewanita-wanitaan/kelaki-lakian/sesuai gender),
dan kebugaran(tampak sehat/sakit). Hal lain yang perlu diperhatikan adalah raut dan
ekspresi wajah, kontak mata dengan pemeriksa. Adakah ciri-ciri tertentu, kesan
kesehatan umum, dan status gizi.
Penampilan psikis misalnya tidak tenang, lamban bereaksi, pandangan kosong, sangat
gembira, tegang, cemas, takut, tidak ramah, sinis, permusuhan, marah curiga, apatis,
bingung, canggung, seduksi, murung, menangis, dan lain lain. Terlalu kritis, teliti, atau
rewel mungkin sebuah tanda obsesif-kompulsif. Kemunduruan dalam tingkat kebersihan
dan kerapian dapat merupakan tanda adanya depresi dan skizofernia. Bila seorang wanita

15
berpakaian, bersolek, dan berperilaku sedemikian rupa seakan-akan hendak
membangkitkan rangsangan seksuak maka perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya
histeria. Seorang wanita yang mempunyai ketakutan seksual mungkin berpakaian netral
atau tak menarik agar orang lain tidak tertarik padanya. Cara berpakaian kekanak-
kanakan menunjukkan adanya regresi ke masa kanak-kanak. Beberapa orang pria
homoseksual dikenal karena pakaiannya exhibisionistik. Bau badan yang tidak enak
karena tidak mandi merupakan tanda dini suatu gangguan jiwa. Seorang penderita
paranoid mungkin memakai kacamata hitam agar dapat memata-matai orang lain tanpa
dapat dimata-matai orang lain.
Perilaku dan aktivitas motorik misalnya wajar, gemulai, kaku, terhambat, canggung,
kidal, asimetri psikomotor, chimpsy, sempoyongan, mannerism, perilaku stereotipik,
ekopraksia, hiperaktivitas, gesir, restlessnes, agitasi, permusuhan, regiditas,
negativitisme, letargi, katalepsi, kataplexi, stupor, tiks, tremor, gerakan chorea-atetosis,
ada gerakan spontan, sikap curiga terdapat paranoida, sikap seduktif pada histeria, apatis
pada gangguan konversasi/berbahasa, punning(permainan kata kata yang mempunyai arti
ganda), pada sindroma lobus frontalis juga diperhatikan gaya berjalan, gerak motorik
halus dan motorik kasar.
Sikap pasien terhadap pemeriksa yaitu ada tidaknya kontak mata. Menghindari kontak
mata dapat mencermikan hostilitas, rasa malu, atau kecemasan. Tetapan mata yang terus
menerus mungkin menyingkap suatau kecurigaan. Bila keadaan tepat, dapat
menanyakan pada pasien tentang tanda-tanda ini. Gerakan mata yang tidak biasa terdapat
pada gangguan kognitif, halusinasi visual, mania. Tatapan mata yang menjelajah
mencermikan kebingungan. Sikap korpoeratif, bersahabat, perhatian, berminat, terus
terang, merayu, berusaha supaya disenangi, seduksi, berhati-hati, defensif, mengelak,
curiga, bermusuhan, agresif, bergurau, merendahkan, sinis, kebingungan, apatis.
Terlalu kritis, teliti atau rewel mungkin merupakan tanda obsesif-kompulsif.
Kemunduran dalam tingkat kebersihan dan kerapian dapat merupakan tanda adanya
depresi atau skizoprenia.

11. Gangguan Pola Hidup


Gangguan pola hidup mencakup gangguan-gangguan hubungan natara manusia dan
sifat-sifat dalam keluarga, pekerjaan, rekreasi, dan masyarakat. Gangguan ini masuk
dalam klasifikasi gangguan jiwa dimasukkan kode V.
a. Keluarga

16
Didalam kelompok keluarga kita mengenal : suami, istri, anak, ayah, ibu,
nenek, kakek, ptra, putri, kakak, dan adik. Tiap peran mereka itu meliputi kemampuan
dan tanggung jawab yang kompleks.
Seorang suami bukan saja pencari nafkah, tetapi harus juga dapat berperan
sebagai pasangan seksual dan teman hidup bagi istrinya. Bilamana harapan ini tidak
terpenuhi,maka akan terjadi goncangan dalam keseimbangan hidup perkawinan.
Gangguan potensi pun dapat mengakibatkan efek yang merusak terhadap kebahagiaan
keluarga. Bila sang istri dingin dan tak sanggup mendapatkan kepuasan seksual,
biarpun potensi seksual suaminya normal, maka ini dapat merusak rasa harga diri
suaminya dan dapat mempengaruhi secara tidak baik prestasi keseluruhannya.
Penukaran peran sering terlihat dalam rumahtangga yang terganggu oleh
seorang ayah atau ibu yang mempunyai tuntutan yang tidak realistik terhadap seorang
anaknya. Anak anak harus dapat mengembangkan rasa aman dan percaya terhadap
orangtua mereka. Jika hal ini tidak ada, maka perkembangan sosial, intelektual, dan
emosional mereka dapat terganggu. Mereka itu dapat melakukan sesuatu secara keras
dan kejam.
b. Pekerjaan
Banyak orang bekerja jauh dibawah kemampuan mereka karena banyak
hambatan pekerjaan yang mengganggunya. Ada yang merusak dirinya sendiri karena
merasa bersalah, ada yang menggagalkan dirinya sendiri karena takut akan berhasil.
Ada pula yang terbelakang karena harus berontak dalam mencari identitasnya. Kalau
terjadi di sekolah, maka hal ini akan mengakibatkan gangguan belajar dan masalah
putus bersekolah.
c. Rekreasi
Ada orang yang secara kompulsif, marah-marah dan cemas melakukan
rekreasi atau permainan. Bila mereka kalah, mereka menjadi depresif.
d. Masyarakat
Seorang dewasa yang sudah matang secara emosional mempunyai rasa
tanggung jawab terhadap masyarakat. Dirinya dilibatkan ke dalam usaha sosial, amal,
pendidikan, atau politik untuk melayani orang lain tanpa bayaran. Akan tetapi tidak
sedikit pula orang yang melibatkan dirinya ke dalam kegiatan tersebut karena alasan
patologis, yaitu sebab merasa bersalah, menarik perhatian, exhibisionik atau
kebutuhan akan dicintai dan akan harga diri yang berlebihan. Dalam hal demikian,

17
maka tujuan pokok dan tujuan resmi dari kelompok dapat bertentangan dengan
kebutuhan patologis individu.

18

Anda mungkin juga menyukai