PEMBAHASAN
2.1.1. UREUM
2.1.1. Definisi Ureum
Ureum adalah salah satu produk dari pemecahan protein dalam tubuh
yang disintesis di hati dan 95% dibuang oleh ginjal dan sisanya 5% dalam
feses. Secara normal kadar ureum dalam darah adalah 7 – 25 mg dalam 100
mililiter darah. Kadar ureum di luar negeri sering disebut sebagai Blood Urea
Nitrogen (BUN) dan jika akan dikonversi menjadi ureum maka rumus yang
digunakan adalah
1
sebagai urea yang disintesis dalam hati, dilepaskan ke dalam darah dan
dibersihkan oleh ginjal. Urea merupakan 80-90% dari nitrogen yang
dieksresikan.
Protein akan dipecah menjadi asam amino. Asam amino akan dipecah dan
dipakai untuk energi atau disimpan terutama sebagai lemak. Pemecahan ini
terjadi hampir seluruhnya di dalam hati. Dan dimulai dengan proses
deaminasi (pengeluaran gugus amino dari asam amino). Amonia yang
dilepaskan selama deaminasi dikeluarkan dari darah hampir seluruhnya
dengan diubah menjadi ureum (dua molekul amonia dengan satu molekul
karbon dioksida). Sesudah reaksi pembentukan ureum,ureum berdifusi dari
sel hati ke dalam cairan tubuh dan diekskresikan oleh ginjal.
Ureum direabsorpsi secara pasif dari tubulus. Bila terjadi kekurangan air,
dan konsentrasi ADH dalam darah tinggi, sebagian besar ureum direabsorpsi
secara pasif dari bagian dalam medula duktus koligentes masuk ke dalam
interstitium. Pada umumnya kecepatan ekskresi ureum terutama ditentukan
oleh konsentrasi ureum dalam plasma dan LFG.
Sewaktu ureum memasuki tubulus proksimal, terjadi reabsorpsi sejumlah
kecil ureum, tetapi meskipun demikian, konsentrasi ureum cairan tubulus
meningkat karena ureum idak sepermeabel air. Konsentrasi ureum semakin
meningkat sejalan dengan aliran cairan tubulus ke segmen tipis ansa henle.
Segmen tebal ansa henle, tubulus distal dan tubulus koligentes semuanya
relatif impermeabel terhadap ureum. Saat ureum berada dalam duktus
koligentes bagian dalam medula, konsentrasi ureum yang tinggi
menyebabkan ureum berdifusi ke dalam intestisium medula. Sebagian ureum
akan berdifusi ke dalam segmen tipis ansa henle sehingga terjadi resirkulasi
ureum.
Resirkulasi tersebut menyediakan suatu mekanisme tambahan untuk
pembentukan medula ginjal yang hiperosmotik. Karena ureum adalah produk
buangan yang banyak dan harus dibuang ginjal, mekanisme ini akan
melakukan pemekatan ureum sebelum dikeluarkan yang bermanfaat untuk
menjaga cairan tubuh bila suplai air hanya sedikit.
Proses sintesis urea melalui beberapa reaksi yaitu :
2
a. Sintesis karbamoil fosfat
Sintesis karbamoil fosfat ini terbentuk dari kondensasi ion amonium,
karbondioksida, dan fosfat (berasal dari ATP) dengan bantuan enzim
Carbamoil Phosphat Sintase (CPS).
b. Sintesis sitrulin
Terjadi pemindahan gugus karbamoil dari karbamoil fosfat ke ornitin
membentuk Sitrulin + Pi dengan bantuan enzim L-Ornitin
Transcarbamoilase.
c. Sintesis argininosuksinat
Aspartat dan sitrulin diikat bersamaan melalui gugus amino aspartat
dengan bantuan enzim argininosuksinat sintase menghasilkan
argininosuksinat.
d. Pembelahan argininosuksinat menjadi arginin dan fumarat
Proses pembelahan ini dikatalisis oleh argininosuksinase.
e. Pembelahan arginin menjadi ornitin dan urea
3
Adanya proses reabsorbsi urea dalam tubulus ginjal menurunkan
kegunaan BUN sebagai indikator LFG . Selain itu nilai ureum baru meningkat
pada keadaan gagal ginjal jika kerusakan yang terjadi di ginjal lebih dari 60%
sehingga penilaian gangguan ginjal tidak dapat dideteksi lebih dini.
Kadar ureum dapat meningkat pada keadaan :
Diet tinggi protein
Perdarahan gastrointestinal bagian atas
Peninggian katabolisme protein misalnya akibat luka bakar, infeksi,
penggunaan steroid, dan fase awal dari keadaan starvasi
Dehidrasi
4
Pada LFG yang akan diukur filtrasi glomerulus, sedangkan yang
ditampung adalah urin yang keluar dari uretra, maka zat yang dipakai harus
memenuhi persyaratan tertentu yaitu:
1. Difiltrasi bebas oleh glomerulus
2. Tidak boleh direabsorpsi
3. Tidak boleh disekresi di tubulus
4. Tidak terikat protein plasma
Klirens ureum juga pada dasarnya hampir mirip dengan klirens kreatinin,
walaupun keduanya difiltrasi dan direabsorpsi dan bervariasi dengan keadaan
hidrasi dan diet. Klirens urea, bagaimanapun juga, lebih sedikit dibandingkan
dengan laju filtrasi glomerulus. Jika asupan protein dan metabolismenya
konstan, kadar dalam plasma akan meningkat seiring penurunan laju filtrasi
glomerulus. Jadi tidak ada adaptasi tubulus yang mampu memodifikasi kadar
ureum karena ureum diekskresi terutama oleh filtrasi glomerulus.
Penggunaan klirens ureum sebagai pengganti LFG harus berhati-hati,
karena ureum mengalami reabsorpsi di tubulus, sehingga kadar ureum urin
lebih kecil daripada ureum urin yang difiltrasi glomerulus. Dengan demikian
hasil klirens ureum hanya + 70% daripada LFG yang sebenarnya. Pada
keadaan penurunan fungsi ginjal yang berat, karena klirens kreatinin memberi
angka yang melebihi LFG karena disekresi ditubulus dan klirens ureum yang
lebih kecil dari LFG karena di reabsorpsi maka untuk mendapatkan angka
yang mendekati LFG hasil klirens ureum dan kreatinin dijumlahkan dan dibagi
dua.
5
1. Peningkatan katabolisme protein jaringan disertai dengan
keseimbangan nitrogen yang negatif. Misalnya terjadi demam, penyakit
yang menyebabkan atrofi, tirotoksikosis, koma diabetika atau setelah
trauma ataupun operasi besar. Karena sering kasus peningkatab
katabolisme kecil dan tidak ada kerusakan ginjal primer atau sekunder,
maka ekskresi ke urin akan membuang kelebihan urea dan tidak ada
kenaikan bermakna dalam plasma.
2. Pemecahan protein darah yang berlebihan
pada leukimia, pelepasan protein leukosit menyokong urea plasma
yang tinggi.
3. Pengurangan ekskresi urea
Merupakan penyebab utama dan terpenting serta bisa prerenal dan
renal atau postrenal. Penurunan tekanan darah perifer (seperti syok)
atau bendunga vena (seperti payah jantung kongestif) atau volume
plasma yang rendah dan hemokonsentrasi (seperti pada deplesi
natrium oleh sebab apapun termasuk penyakit addison), mengurangi
aliran plasma ginjal. Filtrasi glomerulus untuk ure turun da terdapat
peningkatan urea plsam, pada kasus yang ringan, bila tak ada
kerusakan struktur ginjal yang permanen, maka urea plasma akan
kembali normal bila keadaan prerenal dipulihkan ke yang normal.
4. Penyakit ginjal yang disertai dengan penurunan laju filtrasi glomerulus
yang menyebabkan urea plasma menjadi tinggi.
5. Obstruksi saluran keluar urin misalnya kelenjar prostat yang membesar
menyebabkan urea plasma menjadi tinggi.
6
oleh kecepatan anabolisme protein yang tinggi, bisa timbul selama
pengobatan dengan androgen yang intensif misalnya untuk karsinoma
payudara, juga pada malnutrisi protein jangka panjang.
7
b. UV Auto Fast-rate
Prinsip pemeriksaan ureum metode UV Auto Fast-rate adalah urea
ditambah air dengan adanya urease untuk membentuk 2 amonium dan
2HCO3, kemudian amonium bereaksi dengan 2 oxoglutarate dan NADH
dengan adanya GLDH menjadi L-Glutamate dan NAD+ serta air,
perjalanan reaksi konstan selama 60 detik, peningkatan absorban dari
GLDH sebanding dengan kadar urea dalam sampel, dan dibaca pada
photometer DTN 410 dengan λ 340nm.
Keunggulan metode UV Auto Fast-rate
a. Tidak memerlukan waktu yang lama untuk inkubasi, hanya 60 detik.
b. Dapat diprogram pada alat automatik analizer maupun photometer
c. Hasil cepat dan akurat
d. Pengerjaannya mudah dan praktis
e. Mampu membaca kadar ureum sampai dengan 300mg/dl
Kelemahan metode UV Auto Fast-rate
a. Biaya lebih tinggi dibandingkan dengan colorimeteri
b. Pembacaan pada photometer memerlukan waktu 2 menit, sehingga
apabila pemeriksaan dalam jumlah banyak memerlukan waktu yang
lama.
2.1. KREATININ
Definisi Kreatinin
Kreatinin merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati dan
terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk
kreatin fosfat (creatin phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi. Dalam
sintesis ATP (adenosine triphosphate) dari ADP (adenosine diphosphate), kreatin
fosfat diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim kreatin kinase (creatin kinase,
CK). Seiring dengan pemakaian energi, sejumlah kecil diubah secara ireversibel
menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan
dalam urin.
8
2.1.2. Rumus kreatinin
Rumus bangun kreatinin adalah
9
Gambar Metabolisme biokimia kreatinin
Keterangan:
1. Reaksi pertama adalah proses transamidanasi dari arginin menjadi glisin
untuk membentuk guanidoasetat (glikosiamina). Proses ini terjadi di dalam
ginjal.
2. Reaksi kedua adalah metilasi glikosiamin oleh metionin aktif dalam hati
menjadi fosfokreatin (kreatin fosfat).
3. Reaksi terakhir adalah reaksi non enzimatik di dalam otot untuk merubah
fosfokreatin menjadi kreatin.
Umumnya kecepatan sintesis kreatinin tetap konstan dan kadar dalam serum
mencerminkan kecepatan eliminasi ginjal.
Transfer asam amino arginin dan glisin untuk menghasilkan L-ornitin dan
asam guanidinoasetik (GAA) merupakan tahap pertama biosintesis kreatin.
Selanjutnya produk dari kedua asam amino ini akan dikatalisa oleh enzim
metiltransferase dan kemudian dimetilasi menjadi keratin. Kreatinin yang terjadi dari
10
proses ini selanjutnya akan mengalami reaksi non enzimatik untuk menghilangkan
gugus forfornya dan menjadi kreatinin.
Beberapa jalur degradasi yang perlu diketahui:
1) Sekitar 68% kreatinin yang dimetabolisme mungkin diubah kembali menjadi
kreatin. Kreatinin dieksresikan ke dalam usus dimana akan diubah oleh
kreatinase bakteri menjadi kreatin yang nantinya akan kembali diserap ke
dalam darah (siklus enterik).
2) Degradasi bakteri kreatinin dalam usus tidak hanya menjadi kreatin tetapi
diproses lebih lanjut menjadi 1-metilhidantoin, kreatin, sarcosine, metilamin
dan glikolat.
3) Dua jalur degradasi oksidatif kreatinin dengan pembentukan metilguanidin
dan metilurea. Penelitian in vivo dan in vitro menunjukkan kreatinin diubah
menjadi metilguanidin dengan kreatol, kreatone A dan kreatone B.
11
Asupan makanan daging matang (well cooked) dalam jumlah banyak juga
akan meningkatkan kadar kreatinin serum karena terjadi penambahan
kreatinin eksogen. Setiap 1 gram daging yang dimakan akan menghasilkan
3,5 – 5 mg kreatin. Proses memasak merubah sekitar 65% kreatin
menjadi kreatinin yang akan diabsorbsi dari saluran cerna.
Pengaruh obat-obatan misalnya beberapa jenis antibiotik (trimethoprim),
probenesid dan H-2 blocker.
12
Gambar Mean Serum kreatinin pada anak menurut umur
13
kreatinin. Kelemahan lainnya adalah bahwa kreatinin baru meningkat apabila LFG
telah menurun dibawah 60-70% dari normal, sehingga tidak dapat dipakai untuk
mendeteksi dini kerusakan ginjal .
Gambaran kreatinin yang lebih tepat dapat dengan memakai salah satu dari
beberapa formula dan normogram. Sebagian besar formula tersebut didasari pada
korelasi antara LFG (mL/min/1,73m2) dengan kadar kreatinin serum yang dapat
diperoleh dari rumus Schwartz.
14
tes. pembalut mungkin ditempatkan atas wilayah tersebut jika ada perdarahan
apapun (National Institutes of Health, 2007).
Persiapan Uji
Penyedia perawatan kesehatan mungkin mengatakan kepada Anda untuk
berhenti minum obat tertentu yang dapat mempengaruhi pengujian. obat tersebut
mencakup:
Aminoglikosida (misalnya, gentamisin)
Cimetidine
Obat kemoterapi berat logam (misalnya, Cisplatin)
Ginjal merusak obat-obatan seperti sefalosporin (misalnya, cefoxitin)
Trimethoprim (National Institutes of Health, 2007).
Uji Will Feel
Ketika jarum dimasukkan untuk mengambil darah, beberapa orang merasa
nyeri sedang, sementara yang lain merasa hanya tusukan atau sensasi
menyengat. Setelah itu, mungkin ada beberapa berdenyut (National Institutes of
Health, 2007).
Tujuan Pengujian
Pengujian dilakukan untuk mengevaluasi fungsi ginjal. Kreatinin dikeluarkan
dari tubuh sepenuhnya oleh ginjal. Jika fungsi ginjal normal, kadar kreatinin akan
meningkat dalam darah (karena kreatinin kurang dilepaskan melalui urin Anda).
Tingkat kreatinin juga bervariasi berdasarkan ukuran seseorang dan massa otot
(National Institutes of Health, 2007).
Normal Hasil
DEWASA : Laki-laki : 0,6-1,3 mg/dl. Perempuan : 0,5-1,0 mg/dl. (Wanita sedikit
lebih rendah karena massa otot yang lebih rendah daripada pria) (Riswanto, 2010).
ANAK : Bayi baru lahir : 0,8-1,4 mg/dl. Bayi : 0,7-1,4 mg/dl. Anak (2-6 tahun): 0,3-
0,6 mg/dl. Anak yang lebih tua : 0,4-1,2 mg/dl. Kadar agak meningkat seiring
dengan bertambahnya usia, akibat pertambahan massa otot(Riswanto, 2010).
LANSIA : Kadarnya mungkin berkurang akibat penurunan massa otot dan
penurunan produksi kreatinin(Riswanto, 2010).
15
Hasil Abnormal
Tingkat yang lebih tinggi dari normal dapat menunjukkan:
Akut tubular nekrosis
Dehidrasi
Diabetes nefropati
Eklamsia (suatu kondisi kehamilan yang meliputi kejang)
Glomerulonefritis
Gagal ginjal
Penyakit otot menyusun
Preeklampsia (kehamilan-induced hipertensi)
Pielonefritis
ginjal Berkurangnya aliran darah (syok, gagal jantung kongestif)
Rhabdomyolysis
Obstruksi saluran kemih (National Institutes of Health, 2007).
Tingkat lebih rendah dari normal dapat menunjukkan:
Muscular dystrophy (tahap akhir)
Myasthenia gravis
16