5 Moment Cuci Tangan
5 Moment Cuci Tangan
1. Meminta para pengunjung untuk mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun
saat akan membesuk atau setelah selesai membesuk.
2. Usahakan tidak menyimpan terlalu banyak barang di ruang rawat agar sirkulasi
udara dalam ruangan tidak terhambat dan tumpukan barang tidak menimbulkan
suasana lembap.
3. Menjaga kebersihan diri, keluarga yang menemani, dan segala perlengkapan
pribadi yang dibawa ke rumah sakit.
Metode pemberian oksigen dapat dibagi menjadi 2 teknik yaitu: sistem aliran rendah dan sistem
aliran tinggi.
Keuntungan:
Pemberian oksigen stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan nyaman serta
dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap.
Kerugian:
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih baik dari 45 %, teknik memasukkan
kateter nasal lebih sulit daripada kanula nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi
iritasi selaput lender nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 liter permenit dapat menyebabkan
nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung, serta kateter mudah tersumbat.
Merupakan alat pemberian oksigen kontinyu atau selang seling 5-8 liter permenit dengan
konsentrasi oksigen 40-60%.
Keuntungan:
Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, system
humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlubang besar, dapat digunakan
dalam pemberian terapi aerosol.
Kerugian:
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%, dapat menyebabkan
penumpukan CO2 jika aliran rendah.
Merupakan suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 60-80% dengan
aliran 8-12 liter permenit. Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak
mengeringkan selaput lender.
Kerugian :
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jika aliran rendah dapat menyebabkan
penumpukan CO2 dan kantong oksigen bias terlipat.
Merupakan teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen mencapai 99% denganaliran
8-12 liter permenit dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi.
Keuntungan :
Konsentrasi oksigen dapat mencapai 100%, tidak mengeringkan selaput lender.
Kerugian :
Prinsip pemberian oksigen dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan menuju ke
sungkup yang kemudian akan dihimpit untuk mengatur suplai oksigen sehingga tercipta tekanan
negative, akibatnya udara luar dapat dihisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak.
Aliran udara pada alat ini sekitar 4-14 liter permenit dengan konsentrasi 30-55%.
Keuntungan :
Konsentrasi oksigen yang diberikan konsttan sesuai dengan petunjuk pada alat dan tidak
dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2, suhu dan kelembaban gas dapat dikontrol
serta tidak terjadi penumpukan CO2.
Kerugian:
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jika aliran rendah dapat menyebabkan
penumpukan CO2, kantong oksigen bias terlipat.
1) Fase Koagulasi
Setelah luka terjadi, terjadi perdarahan pada daerah luka yang diikuti dengan aktivasi kaskade
pembekuan darah sehingga terbentuk klot hematoma. Proses ini diikuti oleh proses selanjutnya
yaitu fase inflamasi.
2) Fase Inflamasi
3) Fase Proliferasi
Fase proliferasi bercirikan terbentuknya jaringan granulasi yang disertai kekayaan jaringan
pembuluh darah baru, fibroblast, dan makrofag dalam jaringan penyangga yang longgar. Fase
proliferatif terjadi dari hari ke 4-21 setelah trauma. Keratinosit disekitar luka mengalami perubahan
fenotif. Regresi hubungan desmosomal antara keratinosit pada membran basal menyebabkan sel
keratin bermigrasi ke arah lateral. Keratinosit bergerak melalui interaksi dengan matriks protein
ekstraselular (fibronectin, vitronectin, dan kolagen tipe I). Faktor proangiogenik dilepaskan oleh
makrofag, vascular endothelial growth factor (VEGF) sehingga terjadi neovaskularisasi dan
pembentukan jaringan granulasi.
Fase terakhir adalah fase remodeling yang bercirikan keseimbangan antara proses pembentukan
dan degradasi kolagen. Remodeling merupakan fase yang paling lama pada proses penyembuhan
luka,terjadi pada hari ke 21-hingga 1 tahun. Terjadi kontraksi luka, akibat pembentukan aktin
myofibroblas dengan aktin mikrofilamen yang memberikan kekuatan kontraksi pada penyembuhan
luka. Pada fase ini terjadi juga remodeling kolagen. Kolagen tipe III digantikan kolagen tipe I yang
dimediasi matriks metalloproteinase yang disekresi makrofag, fibroblas, dan sel endotel. Pada masa
3 minggu penyembuhan, luka telah mendapatkan kembali 20% kekuatan jaringan normal.