Karakteristik Peserta Didik
Karakteristik Peserta Didik
KARAKTERITIK SISWA
Sunaryo Soenarto
A. PENDAHULUAN
Kemampuan kognitif siswa yang ada dalam satu kelas sering kali
sangat heterogen. Sebagian kelompok siswa sudah begitu familier dan mahir
dalam mengerjakan pokok bahasan tertentu, namun tak jarang kelompok
siswa yang lain begitu sulit memahami pokok bahasan tersebut. Gambaran
heterogenitas kemampuan kognitif siswa tersebut, merupakan salah satu
fenomena dari beragamnya karakteristik siswa (tak terkecuali pada siswa
SMK yang sedang mengikuti pembelajaran ). Keberagaman ini juga terjadi
pada kemampuan psikomotor, sikap, motivasi, minat, perhatian, persepsi,
ingatan, retensi dan transfer siswa.
Keberagaman karakteristik siswa yang berada dalam satu kelompok
atau kelas harus menjadikan informasi penting bagi guru. Manakala kegiatan
pengidentifikasian karakteristik siswa tidak dilakukan di awal kegiatan
pembelajaran, maka guru akan mengalami kesulitan dalam mengelola
pembelajaran secara baik. Dengan pengidentifikasian perilaku dan
karakteristik awal siswa, maka guru akan dapat melakukan beberapa strategi
penyesuaian. Strategi penyesuaian dapat dilakukan melalui beberapa
pendekatan.
Pendekatan pertama, siswa dikelompok berdasarkan kemampuan
kognitif yang relatif sama, sehingga diperoleh pengaturan kelas yang
homogen. Dengan pengaturan kelas yang demikian, akan memudahkan guru
dalam mengembangkan bahan ajar yang sesuai dengan kemampuan kognitif
siswa. Permasalahan yang muncul dalam pembelajaran klasikal adalah
pengelompokan berdasarkan kemampuan kognitif yang relatif sama, belum
2
tentu akan memberikan jaminan bahwa kelompok tersebut juga akan memiliki
kemampuan psikomotor, sikap, motivasi yang sama pula. Pendekatan ini
memerlukan seleksi berupa tes untuk merekrut siswa.
Pendekatan kedua, kelas dibiarkan apa adanya, artinya berbagai
tingkatan kemampuan kognitif siswa dapat dikelompokkan dalam satu kelas.
Jadi kemampuan kognitif siswa dapat heterogen. Dengan pengaturan kelas
yang demikian, siswa yang menyesuaikan dengan materi ajar yang akan
disajikan guru. Pendekatan ini hampir tidak memerlukan seleksi bagi siswa
yang akan mengikuti suatu program pendidikan atau program pembelajaran.
Pada dasarnya, siapa saja boleh masuk dan mengikuti pelajaran.
Pendekatan kedua belum biasa dilakukan oleh sistem pendidikan yang
memberikan pembelajaran secara klasikal, karena beban guru akan semakin
berat dalam memenuhi daya serap siswa sesuai dengan standar yang
ditetapkan kurikulum.
Dari uraian singkat di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku dan
karakteristik awal siswa penting untuk diketahui guru diawal kegiatan
program pembelajaran, karena mempunyai implikasi terhadap penyusunan
bahan ajar dan strategi pembelajaran yang akan digunakan guru.
B. KARAKTERISTIK SISWA
Untuk dapat memperlancar proses belajar siswa, seorang guru yang
profesional perlu memperhatikan faktor yang terdapat di dalam diri siswa
maupun faktor lingkungan yang perlu dimanipulasinya. Faktor yang terdapat
pada diri siswa (lazim disebut sebagai karakteristik siswa), penting untuk
diketahui oleh seorang guru karena hal tersebut amat mempengaruhi
efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran. Karakteristik siswa tersebut
meliputi : 1) kemampuan awal siswa, 2) motivasi, 3) perhatian, 4) persepsi,
5) retensi, 6) transfer, dan 7) sikap.
Di bawah ini akan dibicarakan aspek-aspek tersebut secara singkat,
serta bagaimana guru dapat memanipulasinya di dalam proses belajar
mengajar sehari-hari.
1. Kemampuan Awal Siswa
Setiap individu mempunyai kemampuan belajar yang berlainan.
Kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang telah dipunyai oleh
siswa sebelum ia mengikuti pembelajaran yang akan diberikan (Dick &
3
2. Motivasi
Motivasi dapat didefinisikan sebagai tenaga pendorong yang
menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu
(Morgan,1986). Adanya motivasi dapat diobservasi oleh kuatnya tingkah
laku siswa untuk mencapai tujuan. Apabila siswa mempunyai motivasi
4
tidak mau, apabila mereka yakin bahwa tugas tersebut sulit untuk
dilaksanakan. Dengan demikian terlihat bahwa di dalam bekerja mereka
tidak bersifat untung-untungan, dan semua tujuan mereka adalah realistis.
Apabila berhasil maka mereka akan cenderung untuk meningkatkan
aspirasinya sehingga dapat meningkat ke arah tugas-tugas yang lebih
sulit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai
motivasi berprestasi tinggi justru akan menurun motivasinya apabila
selalu memperoleh keberhasilan di dalam melaksanakan tugas.
Sebaliknya apabila mereka kadang-kadang mengalami kegagalan maka
hal ini justru akan dapat meningkatkan motivasinya kembali (Gage &
Berliner,1979).
Dari paparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa seorang
guru perlu mengetahui sejauhmana kebutuhan siswanya untuk
berprestasi. Dengan demikian mereka akan dapat memanipulasi motivasi,
atau memberikan tugas-tugas yang sesuai untuk masing-masing
siswanya.
b. Motivasi Kompetensi
Teori motivasi kompetensi menyatakan bahwa setiap manusia
mempunyai keinginan untuk menunjukkan kompetensi dengan
menaklukkan lingkungannya. Motivasi belajar pada siswa misalnya
merupakan dorongan internal ke tingkah laku yang membawanya ke arah
kemampuan dan penguasaan.
Guru dapat meningkatkan motivasi kompetensi siswa dengan
menerapkan pendekatan internal sehingga unjuk kerja siswa dapat
berubah, dan siswa dapat mengontrol prestasinya. Ini dapat dilakukan
dengan jalan 1) memberi kesempatan kepada siswa untuk melihat diri
sendiri secara obyektif; 2) menyesuaikan tingkat kesukaran tugas dengan
kemampuan siswa sehingga siswa mempunyai harapan untuk berhasil; 3)
memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan tugas yang
mempunyai nilai tinggi dan membangkitkan minat; 4) tugas disesuaikan
dengan minat dan pengalaman siswa sebelumnya; 5) materi yang
disajikan harus disusun dan diberikan sedemikian rupa sehingga menarik
perhatian dan mengikutsertakan siswa; 6) memberi kesempatan kepada
6
siswa untuk melakukan penguatan pada diri sendiri atas usaha dan
ketahanannya.
Berdasarkan beberapa teori motivasi yang telah dijelaskan di
muka, di bawah ini diberikan saran-saran bagaimana guru dapat
meningkatkan motivasi siswanya :
1) Setiap materi subyek yang diajarkan perlu dibuat menarik. Setiap
proses belajar harus membuat siswa aktif, yaitu dengan mengajak
siswa menemukan atau membuktikan sesuatu, dan sedapat mungkin
berguna.
2) Terapkan teknik-teknik modifikasi tingkah laku untuk membantu siswa
bekerja keras.
3) Siswa harus tahu apa yang harus dikerjakan dan bagaimana mereka
dapat mengetahui bahwa tujuan telah tercapai.
4) Guru harus memperhitungkan perbedaan kemampuan individual antar
siswa, latar belakang, dan sikap siswa terhadap sekolah atau subyek
tertentu.
5) Usahakan untuk memenuhi kebutuhan defisiensi siswa, yaitu
kebutuhan fisiologis, rasa aman, diakui oleh kelompoknya, serta
penghargaan, dengan jalan :
a) memperhatikan kondisi fisik siswa,
b) memberi rasa aman,
c) menunjukkan bahwa guru memperhatikan mereka,
d) mengatur pengalaman belajar sedemikian rupa sehingga setiap
siswa pernah memperoleh kepuasan dan penghargaan,
e) mengarahkan pengalaman belajar ke keberhasilan, dan buat
siswa mempunyai tingkat aspirasi yang realistik, mempunyai
orientasi ke prestasi serta mempunyai konsep diri yang positif
dengan jalan :
(1) memberikan tujuan-tujuan belajar yang menantang tetapi dapat
dicapai oleh siswa,
(2) memberitahukan hasil belajar dengan memberikan tekanan
pada hal-hal yang positif,
(3) membiarkan siswa mengatur sendiri proses belajarnya.
7
100 %
d
i 80
i
n 60 20 menit, 58%
g
a 40 80 menit, 44%
t 1 hari , 33%
20
0
5 10 15 20 25
hari setelah belajar
Gambar 1 Kurva retensi
Hasil penelitian mengenai retensi menunjukkan (Thorburg, 1984):
a. Materi pelajaran yang bermakna akan lebih mudah diingat siswa
dibandingkan dengan materi yang tidak bermakna.
b. Benda yang jelas dan konkrit akan lebih mudah diingat siswa
dibanding dengan yang bersifat abstrak.
c. Retensi akan lebih baik untuk materi yang bersifat kontekstual.
d. Tingkat IQ tidak berkorelasi dengan retensi yang telah dipelajari siswa,
seperti ditunjukkan grafik berikut :
9,2
9,0
8,8 IQ Tinggi
8,6
JUMLAH BENAR
( X = 129 )
8,4
8,2 IQ Sedang
8,0 (X = 106 )
7,8
7,6 IQ Rendah
7,4 ( X = 67 )
7,2
8. Minat siswa
Hurlock (1993) menjelaskan bahwa minat adalah sumber motivasi
yang mendorong seorang siswa untuk melakukan apa yang ingin dilakukan
ketika masih bebas memilih. Ketika seorang siswa menilai bahwa melakukan
sesuatu akan bermanfaat, maka ysb akan berminat, kemudian hal tersebut
akan mendatangkan kepuasan. Apabila kepuasan kemudian menurun, maka
minatnya juga akan menurun. Dengan demikian minat tidak bersifat
permanen, namun dapat berubah-ubah. Crow and Crow (1984) menjabarkan
bahwa minat dapat menunjukkan kemampuan untuk memperhatikan
seseorang, suatu barang atau kegiatan/sesuatu yang dapat memberi
pengaruh terhadap pengalaman yang telah distimuli oleh kegiatan itu sendiri.
15
BAHAN DISKUSI:
1. Apa yang seharusnya dilakukan guru, jika para siswa yang diajarnya kelihatan
bersikap acuh tak acuh; mereka sering berbicara dengan teman sebelahnya?
2. Sebagian besarnya siswa klas XI yang diajarkan mata kuliah mesin listrik tidak
paham dengan materi dasar mesin listrik. Sdr. sebagai calon pendidik Bidang
Keahlian Listrik, lakukan analisis secara sistematis!
16
3. Pak Ali guru telah mengajar SMK selama 15 tahun. Dalam mengembangkan
strategi mengajar, beliau sering membuat interaksi pembelajaran yang
beragam. Namun akhir-akhir ini, beliau mulai kehabisan akal dengan
menurunnya antusiusme siswa dalam menjawab pertanyaan. Sebagai calon
pendidik professional, lakukan analisis secara komprehensif !.