Anda di halaman 1dari 5

EFEKTIVITAS TEKNIK BARESCLERA DENGAN AUTOGRAF TERHADAP

KEJADIAN INFLAMASI PADA PTERIGIUM

Studi Observasional di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang

Disusun oleh

Maya Shabrina

30101306990

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2016
EFEKTIVITAS TEKNIK BARESCLERA DENGAN AUTOGRAF TERHADAP
KEJADIAN INFLAMASI PADA PTERIGIUM

Studi Observasional di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Pterigium merupakan pertumbuhan jaringan fibromuskular yang
sering dimulai dari area konjungtiva medial menuju ke arah kornea
biasanya sering terjadi karena paparan sinar matahari yang berlebihan.
Penyakit ini juga berpotensi menyebabkan kebutaan apabila sudah
parah. Selain itu juga bisa mengganggu estetika pada wajah. Pada
stadium lanjut memerlukan tindakan operasi untuk memperbaiki
visus.
Dewasa ini kasus pterigium banyak dijumpai di Indonesia. Hal ini
terjadi karena insiden penyakit tersebut sering dijumpai di daerah
tropis daripada daerah non-tropis. Berdasarkan letak geografisnya
negara tersebut memiliki banyak wilayah air dan memiliki tanah yang
subur sehingga banyak masyarakat yang bekerja sebagai nelayan dan
petani . Adapun penyebab pterigium antara lain iritasi kronik karena
sinar matahari, debu dan angin. Dari penelitian yang dilakukan oleh
Gazzard pada tahun 2007 telah dibuktikan bahwa faktor resiko juga
mempengaruhi timbulnya penyakit tersebut seperti faktor usia ,
pekerjaan dan jenis kelamin.
Penatalaksaan pterigium dilakukan dengan cara operasi.
Permasalahan yang sering muncul yaitu pada tingkat kekambuhannya.
Permasalahan pada penatalaksanaan pterigium ini yaitu terjadi tumbuh
ulangnya jaringan fibrovaskular. Faktor-faktor yang berperan terjadi
tumbuh ulang antara lain jenis pterigium dengan jaringan
fibrovaskular
yang tebal dan terjadi inflamasi yang lebih lama pascabedah
pterigium. Salah satu teknik yang masih digunakan sampai saat ini
adalah teknik bare sclera. Dalam penggunaannya metode bare sclera
ternyata menunjukkan tingkat kekambuhan yang tinggi
(Ekantini,2006). Adapun metode lain yaitu teknik tandur konjungtiva
bulbi otograf merupakan baku emas atau gold standard
penatalaksanaan pterigium dan memiliki angka tumbuh ulang yang
rendah (Tan DTH,2002).
Penelitian terdahulu tentang teknik baresclera dan teknik autograf
hanya membahas tentang tingkat kekambuhan, namun saat ini belum
banyak diketahui tentang kejadian inflamasi yang timbul pasca operasi
kedua teknik tersebut. Sehingga peneliti tertarik untuk membuktikan
keefektivitasan teknik baresclera dan teknik autograf terhadap
kejadian inflamasi pada pterigum.

1.2.Rumusan Masalah
“ Apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap timbulnya
kejadian inflamasi pasca tindakan operasi dengan teknik baresclera dan
teknik autograf pada pterigium ? ”

1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum
1.3.1.1.Untuk mengetahui perbedaan timbulnya reaksi
inflamasi pasca tindakan operasi antara teknik
baresclera dan teknik autograf pada pterigium
1.3.2. Tujuan kusus
1.3.2.1.Untuk mengetahui ada tidaknya reaksi inflamasi
(merah,gatal,bengkak,panas) pasca tindakan operasi
teknik baresclera
1.3.2.2.Untuk mengetahui ada tidaknya reaksi inflamasi
(merah,gatal,bengkak,panas) pasca tindakan operasi
teknik autograf
1.3.2.3.Untuk mengetahui lama sembuhnya inflamasi pasca
tindakan operasi teknik baresclera
1.3.2.4.Untuk mengetahui lama sembuhnya inflamasi pasca
tindakan operasi teknik autograf

1.4. Manfaat
1.4.1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat di gunakan sebagai
referensi bagi penelitian selanjutnya.
1.4.2. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah
pengetahuan kepada masyarakat bahwa terdapat teknik
operasi yang lebih efektif pada pterigium.

1.5.a
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.k
2.2.k
2.3.

Anda mungkin juga menyukai