Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. G DENGAN DIARE


DI RUANG ANAK
RUMAH SAKIT BINA SEHAT JEMBER

Disusun Oleh :
Candra Puspita
1801032009

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2018
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN An G Y DENGAN DIARE


DI RUANG ANAK
RS BINA SEHAT JEMBER

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

(Erlinda Saimuntiana, Amd. Kep) (Ns. Resti Utami.,M.Kep)

Mengetahui,

Kepala Ruang Anak PJMK Departemen Anak


RS Bina Sehat

(Erlinda Saimuntiana, Amd. Kep) (Ns.Zuhrotul Eka Yulis.,S.Kep.,M.Kep)


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah 5 tahun) terbesar
didunia. Menurut cacatan UNICEF, setiap detik satu balita meninggal karena diare. Diare sering
kali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global dan nasional fakta menunjukan
sebaliknya. Menurut WHO diare membunuh 2 juta anak didunia setiap tahun, sedangkan di
Indonesia diare merupakan salah satu penyebab kematian ke-2 terbesar pada balita (Surkesnas,
2001).
Berdasarkan data RinKesDas 2007 dari Kementrian Kesehatan , tingkat kematian bayi berusia
29 hari hingga 11 bulan akibat diare mencapai 31,4 persen. Adapun kematian bayi pada usia 1-4
tahun sebanyak 25,2 persen. Bayi meninggal karena kekurangan cairan tubuh yang disebabkan
oleh diare masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Kematian akibat penyakit diare di
Indonesia juga terukur lebih tinggi dari pneumonia yang selama ini didegungkan sebagai
penyebab tipikal kematian bayi.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi dan memberikan asuhan keperawatan kepada An. G dengan diare
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui konsep teori pada diare
b) Mengetahui pathway dari diare
c) Mengetahui cara penangulangan diare
d) Mengetahui cara pencegahan diare
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Diare
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan
dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali
atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011).

Diare dapat disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal
dalam usus. Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang
menderita diare setiap tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak
yang hidup di negara berkembang berhubungan dengan diare serta
dehidrasi. Gangguan diare dapat melibatkan lambung dan usus
(Gastroenteritis), usus halus (Enteritis), kolon (Kolitis) atau kolon dan
usus (Enterokolitis) (Wong, 2008).

Klasifikasi Diare
Menurut Simadibrata (2006), diare dapat diklasifikasikan berdasarkan:
1. Lama waktu diare
a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari,
sedangkan menurut World Gastroenterology Organization Global
Guidelines (2005) diare akut di definisikan sebagai passase tinja
yang cair dan lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal,
berlangsung kurang dari 14 hari, dan akan mereda tanpa terapi
yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi (Wong 2009).

b. Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.

2. Mekanisme patofisiologi
a. Osmolalitas intraluminal yang meninggi, disebut diare sekretorik.
b. Sekresi cairan dan elektrolit meninggi.
c. Malabsorbsi asam empedu.
d. Defek sistem pertukaran anion atau transport elektrolit aktif di
enterosit.
e. Motilitas dan waktu transport usus abnormal.
f. Gangguan permeabilitas usus.
g. Inflamasi dinding usus disebut diare inflamatorik.
h. Infeksi dinding usus.
3. Penyakit infektif atau noninfektif.

4. Penyakit Organik atau fungsional

Etiologi Diare
Rotavirus merupakan etiologi paling penting yang menyebabkan diare
pada anak dan balita. Infeksi rotavirus biasanya terdapat pada anak umur 6
bulan- 2 tahun (Suharyono,2008). Infeksi Rotavirus menyebabkan
sebagian besar perawatan rumah sakit karena diare berat pada anak- anak
kecil merupakan infeksi nasokomial yang signifikan oleh mikroorganisme
pathogen. Salmonella, Shigella dan Campylobacter merupakan bakteri
pathogen yang paling sering di isolasi. Mikroorganisme Giardia lamblia
dan Cryptosporodium merupakan parasit yang paling sering menimbulkan
diare infeksius akut (Wong,2009). Selain Rotavirus, telah ditemukan juga
virus baru yaitu Norwalk virus. Virus ini lebih banyak pada kasus orang
dewasa dibandingkan anak- anak (Suharyono, 2008). Kebanyakan
mikroorganisme penyebab diare disebarluaskan lewat jalur fekal oral
melalui makanan, air yang terkontaminasi atau ditularkan antar manusia
dengan kontak yang erat (Wong, 2009).

Patogenesis
Mekanisme yang menyebabkan timbulnya diare adalah gangguan osmotik,
gangguan sekresi, dan gangguan motilitas usus (Suraatmaja, 2007).

Pada diare akut, mikroorganisme masuk ke dalam saluran cerna, kemudian


mikroorganisme tersebut berkembang biak setelah berhasil melewati asam
lambung, mikroorganisme membentuk toksin (endotoksin), lalu terjadi
rangsangan pada mukosa usus yang menyebabkan terjadinya
hiperperistaltik dan sekresi cairan tubuh yang mengakibatkan terjadinya
diare (Suraatmaja, 2007).

Patofisiologi
Dasar dari semua diare adalah gangguan transportasi larutan usus,
perpindahan air melalui membran usus berlangsung secara pasif dan hal
ini ditentukan oleh aliran larutan secara aktif maupun pasif, terutama
natrium, klorida, dan glukosa (Ulscen, 2000).
Faktor Risiko

Faktor risiko yang menyebabkan diare seperti faktor lingkungan, faktor


prilaku masyarakat rendahnya pengetahuan masyarakat tentang diare serta
malnutrisi. Contoh dari faktor lingkungan berupa sanitasi yang buruk serta
sarana air bersih yang kurang. Faktor prilaku masyarakat seperti tidak
mencuci tangan sesudah buang air besar serta tidak membuang tinja
dengan benar. Tidak memberi ASI secara penuh 4-6 bulan pertama
kehidupan bayi mempunyai risiko untuk menderita diare lebih besar, ini
akibat kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya ibu tentang diare
(Adisasmito, 2007).

Diare merupakan penyebab utama malnutrisi. Setiap episode diare dapat


menyebabkan kehilangan berat badan (Tanchoro, 2006). Semakin buruk
keadaan gizi anak, semakin sering dan semakin berat diare yang
dideritanya (Suharyono,2008). Ada 2 masalah yang berbahaya dari diare
yaitu kematian dan malnutrisi. Diare dapat menyebabkan malnutrisi dan
membuat lebih buruk lagi karena pada diare tubuh akan kehilangan nutrisi,
anak- anak dengan diare mungkin merasa tidak lapar serta ibu tidak
memberi makan pada anak ketika mengalami diare (WHO, 2005).
Bakteri, virus, parasit

Masuk dalam saluran


cerna

Berkembangbiak di usus

Reaksi pertahanan dari


E.Coli
Pertahanan tubuh

Inflamasi usus Hipertermia

Makanan, zat tidak dapat Peningkatan sekresi air Hiperperistaltik usus


diserap dan elektrolit

Penurunan absorsi dalam Penurunan fungsi usus


Tekanan osmotik dalam
usus dalam mengabsorsi
rongga usus
makanan
Diare Diare
Pergeseran air dan
elektrolit dam rongga usus
Kurang pemasukan Pola defekasi terganggu
makanan
Isi rongga usus berlebih
Ketidakseimbangan Risiko Gangguan
Merangsang usus untuk nutrisi kurang dari Integritas Kulit (ANUS)
mengeluarkannya kebutuhan tubuh

Pertanyaan orangtua Kembung


Risiko Defisiensi Volume
pasien tentang penyakit
Cairan
Gangguan Rasa Nyaman
Kurang Pengetahuan
Gangguan Cairan dan
Eletrolit

Syok Hipovolemik
B. Balita
Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan
dan perubahan fisik yang cepat disertai dengan perubahan dalam
kebutuhan zat gizi (Notoadtmodjo,2007). Selama periode ini, bayi
sepenuhnya tergantung pada perawatan dan pemberian makan oleh
ibunya.

Nursalam,dkk (2005) mengatakan bahwa tahapan pertumbuhan pada masa


bayi dibagi menjadi masa neonatus dengan usia 0-28 bulan dan masa pasca
neonatus dengan usia 29-12 bulan. Masa bayi merupakan bulan pertama
kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap
lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta mulai berfungsinya organ-
organ tubuh dan pada pasca neonatus bayi akan mengalami pertumbuhan
yang sangat cepat (Perry dan Potter,2005).

Balita
Balita adalah anak yang telah menginjak usia diatas 1 tahun atau lebih
popular dengan pengertian anak usia di bawah 5 tahun (Muaris H,2006).
Menurut Sutomo. B. dan Anggreani, DY. (2010), balita adalah istilah
umum bagi anak usia 1- 3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun).
Saat usia batita, anak masih tergantung penuh pada orang tua untuk
melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan
Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun
kemampuan lain masih terbatas.

Karakteristik balita
Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas
menyusu sampai usia prasekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan
perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami
perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya pun harus
disesuaikan dengan keadaannya. Berdasarkan karakteristiknya balita usia
1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua yaitu, anak yang berumur 1-3
tahun yang dikenal dengan Batita yang merupakan konsumen pasif.
Sedangkan usia prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif (Uripi
2004).

C. Penatalaksanaan Diare
Pengobatan adalah suatu proses yang menggambarkan suatu proses normal
atau fisiologi, dimana diperlukan pengetahuan, keahlian sekaligus berbagai
pertimbangan profesional dalam setiap tahan sebelum membuat suatu
keputusan (Dewi Sekar, 2009).

Adapun tujuan dari penalataksanaan diare terutama pada balita adalah:


1. Mencegah dehidrasi.
2. Mengobati dehidrasi.
3. Mencegah ganngguan nutrisi dengan memberikan makan selama dan
sesudah diare.
4. Memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat.

Prinsip dari penatalaksanaan diare


Prinsip dari tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS DIARE, yang
didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dengan rekomendasi
WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi
memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan /
menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga
menjadi cara untuk mengobati diare untuk itu Kementrian Kesehatan telah
menyusun Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE) yaitu:
1. Rehidrasi menggunakan oralit osmolaritas rendah
2. Zinc selama 10 hari berturut-turut
3. Pemberian ASI dan makanan
4. Pemberian antibiotik sesuai indikasi
5. Nasihat pada ibu/ pengasuh anak
Oralit
Oralit adalah campuran garam elektrolit yang terdiri atas Natrium klorida
(NaCl), Kalium Klorida (KCl), sitrat dan glukosa. Oralit osmolaritas
rendah telah direkomedasikan oleh WHO dan UNICEF (United Nations
International Children's Emergency Fund).

Tabel. 1 Kandungan Oralit Osmolaritas Rendah

Oralit Osmolaritas Rendah


WHO/UNICEF 2004

NaCl 2,6 g
Na Citrate 2,9 g
KCL 1,5 g
Glucose 13,5 g
Na+ 75 mEq/L
K+ 20 mEq/L
Citrate 10 mmol/L
Cl- 65mEq/L
Glucose 75 mmol/L
Osmolaritas 245mmol/L

Manfaat Oralit
Berikan oralit segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengobati
dehidrasi sebagai pengganti cairan dan elekrolit yang terbuang saat diare.
Sejak tahun 2004, WHO/UNICEF merekomendasikan Oralit osmolaritas
rendah. Berdasarkan penelitian dengan Oralit osmolaritas rendah diberikan
kepada penderita diare akan:
a. Mengurangi volume tinja hingga 25%
b. Mengurangi mual muntah hingga 30%
c. Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena
sampai 33%.
a. Cuci tangan dengan air dan sabun
b. Sediakan 1 gelas air minum yang telah dimasak (200cc)
c. Masukkan satu bungkus Oralit 200cc
d. Aduk sampai larut benar
e. Berikan larutan Oralit kepada balita.

a. Berikan dengan sendok atau gelas


b. Berikan sedikit-sedikit sampai habis atau hingga anak tidak kelihatan
haus
c. Bila muntah, dihentikan sekitar 10 menit, kemudian lanjutkan dengan
sabar sesendok setiap 2 atau 3 menit.
d. Walau diare berlanjut, Oralit tetap diteruskan
e. Bila larutan Oralit pertama habis, buatkan satu gelas larutan Oralit
berikutnya.
Mempercepat kesembuhan
Bagi seorang ibu/keluarga tentunya akan sangat khawatir jika balitanya
mengalami diare dan tidak sembuh (diare terus menerus). Semakin
panjang durasi diare maka semakin tinggi risiko balita mengalami
dehidrasi, terutama bagi balita malnutrisi, jika mengalami dehidrasi
karena diare, bisa menyebabkan kematian.
Selama bertahun- tahun WHO membuat penelitian- penelitian yang dapat
menurunkan parahnya diare dan mempercepat kesembuhan.

ZINC
Zinc baik dan aman untuk pengobatan diare. Berdasarkan hasil penelitian
Departement of Child and Adolescent Health and Development, World
Health Organization yaitu:
a. Zinc sebagai obat diare
a) 20% lebih cepat sembuh jika anak diare diberi Zinc (Penelitian di
India)
b) 20% risiko diare lebih dari 7 hari berkurang
c) 18%-59% mengurangi jumlah tinja
d) Mengurangi risiko diare berikutnya 2-3 bulan ke depan
b. Zinc pencegahan dan pengobatan diare berdarah
a) Pemberian Zinc terbukti menurunkan kejadian diare berdarah
c. Zinc dan Penggunaan Antibiotik irasional
1. Sampai saat ini pemakaian antibiotik pada diare masih 80%
sedangkan jumlah diare yang seharusnya diberi antibiotik tidak
lebih dari 20% sangat tidak rasional, (data sesuai dari hasil
presentasi dr.M.Juffrie,PhD,SpA(K) dalam kongres XIV IKA dan
Bidan Indonesia, Padang, 2008).
2. Pemakaian Zinc sebagai terapi diare apapun penyebabnya akan
menurunkan pemakaian antibiotik irasional.
d. Zinc mengurangi biaya pengobatan
1. Mengurangi jumlah pemakaian antibiotik dan
2. Mengurangi jumlah pemakaian Oralit
e. Zinc aman diberikan pada anak.
1. Pastikan semua anak yang menderita diare mendapat obat Zinc
selama 10 hari berturut-turut.
2. Larutkan tablet dalam 1 sendok air minum atau ASI (tablet mudah
larut kira-kira 30 detik, segera berikan ke anak).
3. Bila anak muntah sekitar setengah jam setelah pemberian obat
Zinc, ulangi pemberian dengan cara potong lebih kecil dilarutkan
beberapa kali hingga 1 dosis penuh.
4. Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus,
tetap berikan obat Zinc segera setelah anak bisa minum atau
makan.

Teruskan ASI dan Makanan


Memberikan makanan kepada balita selama diare (usia 6 bulan ke atas)
akan membantu anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya
berat badan. Anak yang terkena diare jika tidak diberikan asupan makanan
yang sesuai umur akan menyebabkan anak kurang gizi. Bila anak kurang
gizi akan meningkatkan risiko terkena diare kembali. Oleh karena itu perlu
diperhatikan:
a. Bagi ibu yang menyusui bayinya, dukung ibu agar tetap menyusui
bahkan meningkatkan pemberian ASI selama diare dan selama masa
penyembuhan (Bayi 0-24 bulan atau lebih).
b. Dukung ibu untuk memberikan ASI ekslusif kepada bayi berupa 0-6
bulan, jika bayinya sudah diberikan makanan lain atau susu formula
berikan konseling kepada ibu agar kembali menyusui esklusif. Dengan
menyusu lebih sering maka produksi ASI akan meningkat dan
diberikan kepada bayi untuk mempercepat kesembuhan karena ASI
memiliki antibodi yang penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh
bayi.
c. Anak usia 6 bulan keatas, tingkatkan pemberian makan: makanan
pendamping ASI (MP ASI) sesuai umur pada bayi 6-24 bulan dan
sejak balita berusia 1 tahun sudah dapat diberikan makanan keluarga
secara bertahap.
d. Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2
minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.

Pemberikan makan sesuai umur sangat penting saat sakit maupun sehat
a. Bayi berusia 0-6 bulan
Saat usia ini, bayi hanya diberikan ASI saja sesuai keinginan anak,
paling sedikit 8 kali sehari: pagi, siang maupun maupun malam hari.
Jangan berikan makanan atau minuman lain selain ASI.
Jika ibu memberikan susu formula atau makanan lain:
1. Bangkitnya rasa percaya diri ibu untuk hanya memberikan ASI
saja, jelaskan keuntungan ASI dan dengan member ASI saja
memncukupi kebutuhan bayi sedang diare.
2. Susui bayi lebih sering, lebih lama: pagi, siang maupun malam.
3. Secara bertahap mengurangi pemberian susu formula atau makanan
lain.
b. Bayi berusia 6-24 bulan
1. Teruskan pemberian ASI
2. Mulai memberikan makanan pendamping ASI (MP ASI) yang
teksturnya lembut seperti bubur, susu, pisang.
3. Secara bertahap sesuai pertambahan umur berikan bubur tim lumat
ditambah kuning telur/ayam/ikan/tempe.
4. Setiap hari berikan makanan sebagai berikut:
5. Usia 6 bulan: 2 x 6 sdm peres
Usia 7 bulan: 2-3 x 7 sdm peres
Usia 8 bulan: 3 x8 sdm peres
c. Balita umur 9 sampai 12 bulan
1. Teruskan pemberian ASI.
2. Berikan MP ASI lebih padat dan kasar seperti nasi tim, bubur nasi.
3. Tambahkan telur/ayam/ikan/tempe/wortel/sapi/kacang hijau.
4. Setiap hari berikan makanan sebagai berikut:
o Usia 9 bulan: 3 x 9 sdm peres.
o Usia 10 bulan: 3 x 10 sdm peres.
o Usia 11 bulan: 3 x 11 sdm peres.
5. Berikan selingan 2 kali sehari diantara waktu pemberian makan
sesuai umur sangat penting saat sakit maupun sehat.
d. Balita umur 12 sampai 24 bulan
1. Teruskan pemberian ASI.
2. Berikan makanan keluarga secara bertahap sesuai dengan
kemampuan anak.
3. Berikan 3 kali sehari sebanyak 1/3 porsi makan orang dewasa
terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur, buah.
4. Berikan makanan selingan kaya gizi 2x sehari diantara waktu
makan.
5. Sejak umur 12 bulan, anak sudah bisa makan makanan keluarga.
e. Balita umur 2 tahun atau lebih
6. Berikan makanan keluarga 3 kali sehari sebanyak 1/3 – ½ porsi
makan orang dewasa.
7. Berikan makanan selingan kaya gizi 2xsehari diantara waktu
makan.
Anjuran Makan untuk Diare Persisten
a. Jika anak masih mendapat ASI: Berikan lebih sering dan lebih lama,
pagi, siang dan malam.
b. Jika anak mendapat susu selain ASI
1. Kurangi pemberian susu tersebut dan tingkatkan pemberian ASI
2. Gantikan setengah bagian susu dengan bubur nasi di tambah
tempe,
3. Jangan diberikan susu kental manis.
4. Untuk makanan lain, ikuti anjuran pemberian makan sesuai dengan
kelompok umur.

Antibiotik secara selektif


Antibiotik jangan diberikan kecuali atas indikasi misalnya pada diare
berdarah dan kolera, pemberian antibiotik yang tidak tepat akan
memperpanjang lamanya diare karena akan mengganggu flora usus. Selain
itu pemberian antibiotik yang tidak tepat akan mempercepat resistensi
kuman terhadap antibiotik dan menambah resistensi kuman.

Nasihat pada orang tua/pengasuh


Nasihat diberikan kepada orang tua/ pengasuh bagaimana memberikan
pengobatan diare di rumah, pemberian makan dan segera kembali ke
petugas kesehatanan /puskesmas bila terdapat tanda bahaya yang berupa
demam, tinja berdarah, muntah berulang, makan atau minum sedikit,
sangat haus dan diare makin sering.

Prosedur penatalakssanaan diare


1. Riwayat penyakit
Di sini perlu ditanyakan:
1. Berapa lama anak sudah mengalami diare?
2. Berapa kali anak buang air besar dalam satu hari?
3. Apakah tinjanya ada darah?
4. Apakah anak muntah?
5. Apakah ada penyakit lainnya?
2. Penilaian derajat dehidrasi
1. Bagaimana keadaan umum anak?
2. Sadar atau tidak sadar?
3. Lemas atau terlihat sangat mengantuk?
4. Apakah anak gelisah?
5. Berikan minum apakah dia mau minum? Jika iya, apakah ketika
dia minum ia tampak sangat haus atau malasa minum?
6. Apakah matanya cekung atau tidaks cekung?

Lakukan cubitan kulit perut (turgor) apakah kulitnya kembali segera,


lambat atau sangat lambat lebih dari 2 detik?
Tabel 2. Penilaian derajat dehidrasi dan rencana terapi Depkes RI 2011

A B C

PENILAIAN
BILA TERDAPAT 2 TANDA ATAU LEBIH

1. Lihat Keadaan Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai atau


umum tidak sadar
Sangat cekung
Mata Normal Cekung dan
kering
Rasa Haus Minum biasa, Haus ingin Malas
tidak haus minum banyak minum/tidak bisa
minum
Periksa Turgor
2. Kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat
lambat
3. Derajat Dehidrasi Tanpa dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi berat
ringan/sedang
Rencana
4. Pengobatan Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C

3. Penentuan rencana terapi


Rencana pengobatan diare dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan derajat
dehidrasi yang dialami penderita.
a. Rencana Terapi A, jika penderita diare tidak mengalami dehidrasi
yaitu diare yang jika terjadi dan melibatkan dua atau lebih tanda
berikut yaitu: Keadaan umum baik, sadar, mata tidak cekung,
minum biasa,tidak haus dan cubitan kulit perut/turgor kembali
segera.
b. Rencana Terapi B, jika penderita mengalami dehidrasi ringan –
sedang yaitu diare yang terjadi dan melibatkan dua atau lebih tanda
di bawah ini yaitu: Gelisah dan rewel, mata cekung, ingin minum
terus, ada rasa haus dan cubitan kulit perut/turgor kembali lambat.
c. Rencana Terapi C, jika penderita diare mengalami dehidrasi berat
yaitu diare yang terjadi dan melibatkan dua atau lebih tanda di
bawah ini yaitu: Lesu dan lunglai/tidak sadar, mata cekung, malas
minum dan cubitan kulit perut/turgor kembali sangat lambat > 2
detik. (Panduan Sosialisasi Tatalaksanan Diare pada Balita
Kemenkes RI 2011).
Tabel 3. Rencana Terapi A

RENCANA TERAPI A
UNTUK TERAPI DIARE TANPA DEHIDRASI
MENERANGKAN 5 LANGKAH TERAPI DIARE DI RUMAH

1 BERI CAIRAN LEBIH BANYAK DARI BIASANYA

a. Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama


Anak yang mendapat ASI ekslusif, beri ORALIT atau air matang sebagai
b. tambahan
c. Anak yang tidak mendapat ASI ekslusif, beri susu yang biasa diminum
dan ORALIT atau cairan rumah tangga sebagai tambahan (kuah sayur,
air tajin, air matang dsb)
Beri ORALIT sampai diare berhenti.
d. Bila muntah tunggu 30 menit dan lanjutkan sedikit demi sedikit
1. Umur <1 tahun diberi 50-100 ml setiap kali berak
2. Umur >1 tahun diberi 100-200 ml setiap kali berak
e. Anak harus diberi 6 bungkus ORALIT (200ml) di rumah bila:
1. Telah diobati dengan rencana terapi B atau C
2. Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan jika direnya memburuk
f. Ajari ibu cara mencampur dan memberikan ORALIT

2 BERI OBAT ZINC


Beri ZINC 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti.
Dapat diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam satu sendok air
matang atau ASI
a. Umur < 6bulan diberi 10mg (1/2 tablet) perhari
b Umur > 6bulan diberi 20 mg (1tablet) perhari

3 BERI ANAK MAKANAN UNTUK MENCEGAH KURANG GIZI


a. Beri makanan sesuai umur anak dengan menu yang sama waktu anak sehat
b. Tambahkan 1 - 2 sendok the minyak sayur setiap porsi makan
c. Beri makanan kaya kalsium seperti buah segar, pisang, air kelapa
muda Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih
kecil setiap hari
d. (setiap 3 - 4 jam)
Setelah diare berhenti beri makanan yang sama dan makanan tambahan
selama
e. 2 minggu

4 BERI ANTIBIOTIK SELEKTIF


Antibiotik hanya diberikan pada diare berdarah dan kolera

5 NASIHAT IBU/PENGASUH
Untuk membewa anak kembali ke petugas kesehatan bila:
a. Berak cair lebih sering
b. Muntah berulang
c. Sangat haus
d. Makan dan minum sangat sedikit
e. Timbul demam
f. Berak berdarah
g. Tidak membaik dalam 3 hari
Tabel 4. Rencana Terapi B

RENCANA TERAPI B
UNTUK TERAPI DIARE DEHIDRASI RINGAN/BERAT

JUMLAH OBAT YANG DIBERIKAN DALAM 3 JAM PERTAMA DI


SARANA KESEHATAN

ORALIT yang diberikan = 75 ml x BERAT BADAN anak

a. Bila BB tidak diketahui berikan ORALIT sesuai tabel dibawah ini:


2-5
Umur sampai <4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan tahun
12-19
Berat Badan <5 kg 5-10 kg 10-12 kg kg
900-
Jumlah cairan 200-400 400-700 700-900 1400

b. Bila anak menginginkan lebih banyak ORALIT, berikan


c. Bujuk ibu untuk meneruskan ASI
Untuk bayi <6 bulan, tunda pemberian makanan selama 3 jam kecuali ASI
dan ORALIT
d. Beri obat ZINC selama 10 hari berturut – turut

AMATI ANAK DENGAN SEKSAMA DAN BANTU IBU


MEMBERIKAN ORALIT
a. Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan
b. Berikan sedikit demi sedikit tapi sering dari gelas
c. Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah
Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian ORALIT dan berikann
anak air masak atau ASI
d. Beri ORALIT sesuai Rencana Terapi A bila pembengkakan telah hilang
SETELAH 3 - 4 JAM, NILAI KEMBALI ANAK MENGGUNAKAN
BAGAN PENILAIAN, KEMUDIAN PILIH RENCANA TERAPI A,B
ATAU C UNTUK MELANJUTKAN TERAPI
Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A.
a. Bila dehidrasi telah hilang, anak biasanya kencing kemudian mengantuk dan
tidur
b. Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulangi Rencana Terapi B
c. Anak mulai diberi makanan, susu dan sari buah
d. Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana Terapi C

BILA IBU HARUS PULANG SEBELUM SELESAI RENCANA TERAPI B


a. Tunjukkan jumlah ORALIT yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di rumah
b. Berikan ORALIT 6 bungkus untuk persediaan di rumah
c. Jelaskan 5 langkah Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah
Tabel 5. Rencana Terapi C

RENCANA TERAPI C
UNTUK TERAPI DIARE DEHIDRASI BERAT DI SARANA KESEHATAN
Ikuti tanda panah a. Beri cairan intravena segera:
Ringer Laktat atau NaCl 0,9% (bila RL tidak
Jika jawaban "YA" tersedia) 100ml/kgBB, dibagi sebagai berikut:
Lanjutkan ke Pemberian I 30 Kemudian
KANAN
Umur
ml/kgBB 70ml/kgBB
B
ayi<1
1 jam* 5 jam
tahun

30 menit* 2 1/2 jam


Anak >2
tahun
* Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau
tidak teraba
Dapatkah saudara

memberikan cairan YA →
Nilai kembali tiap 15 - 30 menit. Bila nadi belum
intravena
a. teraba, beri tetesan lebih cepat
Juga beri ORALIT (5ml/kg/jam) bila penderita
bisa
minum; biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 102
jam
b. (anak)
c. Berikan obat ZINC selama 10 hari berturut- turut
Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi
TIDAK d. derajat dehidrasi
Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai (A, B
atau
↓ C) untuk melanjutkan terapi
Adakah terapi
terdekat (dalam 30
menit) YA → f. Rujuk penderita untuk terapi intravena
Bila penderita bisa minum, sediakan ORALIT dan
tunjukkan cara memberikannya selama di
TIDAK g. perjalanan

Apakah saudara Mulai rehidrasi dengan ORALIT melalui
Nasogastrik/Orogastrik. Berikan sedikit demi
dapat menggunakan sedikit,
pipa YA → h. 20 ml/kgBB/jam
nasogastrik/orogast
rik untuk dehidrasi i. Nilai setiap 1-2 jam
Bila muntah atau perut kembung,
TIDAK ● berikan cairan lebih lambat
Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3

● jam rujuk untuk terapi intravena
Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana
terapi
j. yang sesuai (A, B, atau C)
Mulai rehidrasi dengan ORALIT melalui mulut.
Apakah penderita Berikan sedikit demi sedikit, 20 ml/kg BB/jam
bisa minum → k. selama 6 jam
YA
l. Nilai setiap 1- 2 jam:
Bila muntah atau perut kembung,
● berikan cairan lebih lambat
Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3
TIDAK ● jam rujuk untuk terapi intravena
Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana
m terapi
↓ . yang sesuai
Catatan:
Bila mungkin amati penderita sedikitnya 6 jam
setelah rehidrasi untuk memastikan bahwa ibu
Segera rujuk anak dapat
menjaga mengembalikan cairan yang hilang
untuk rehidrasi dengan
melalui nasogastrik/ YA → ● memberi ORALIT
orogastrik atau Bila umur anak diatas 2 tahun dan kolera baru saja
berjangkit di daerah saudara, pikirkan
intravena kemungkinan
kolera dan berikan antibiotika yang tepat secara
oral
● begitu anak sadar
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Ruang : Anak Rumah Sakit : Bina Sehat
Tgl/ MRS : 21 /11/2018 No Rm :351961
Diagnosa : Diare Yang Merujuk :-
Pengkajian : Candra Puspita Tgl Pengkajian : 21/11/2018

1. Biodata
Nama Klien : An. G Y Nama Ortu : Tn. S
Umur : 11 bulan Umur : 25 tahun
Alamat : Mumbul sari Pekerjaan : Kary. Swasta
Pendidikan : S1
Alamat : Mumbul sari

2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Diare cair + ampas mulai tadi malam lebih dari 5x
b) Riwayat penyakit sekarang
Panas mulai tadi malam, muntah
c) Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada
d) Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada

3. Airway (B1)
RR : 24 x/mnt SPO2 : 99% ekspansi dada : adekuat
4. Blood / Cardiovaskuler (B2)
Nadi : 136 x/mnt Akral : hangat CRT : 2 detik
Suhu : 389 oc turgor : 2 detik dehidrasi ringan
UUC : positif Mata cekung Intake :
Kebutuhan cairan : 9,2 x 100cc/kgBB/hari = 920cc/hari
IWL (Insensible Water Loss) : 25% dari kebutuhan cairan = 230 cc/hari
30cc/kgBB/hari = 276 cc/hari
Cairan Infus : ∑ cairan x 60 (faktor tetesan) 920 x 60
= = 38,3
Waktu x 60 (menit) 24 x 60

Imunisasi lengkap reaksi imunisasi : panas


5. Brain / Persyarafan (B3)
K/U : cukup GCS : 4-5-6 rewel / gelisah
6. Bladder / Perkemihan (B4)
BAK : 3x/hari Warna : kuning Bau : Khas
7. Bowel / Pencernaan (B5)
Gigi susu Muntah BAB ± 5x cair
Susu formula kembung BBL : 2,85 Kg
BBI : 3 x 2,85 = 8,55Kg BB sakit : 9,2 Kg BB sebelum sakit : 9,3 Kg
Kebutuhan Nutrisi : 9,2 x 100 kkal/kgBB/hari = 920 kkal/hari BU : 12 X/menit
8. Bone / Muskuloskeletal (B6)
Kulit besih Rambut bersih
9. Breast : Seksualitas (B7)
Tidak ASI eksklusif Kehamilan pertama Usia kehamilan 38 mgg
Lahiran : Bidan BBL : 2850 gram
10. Bonding attachment : Psikologis (B8)
IMD : positif Orangtua sering bertanya Orangtua cemas
Orangtua bertanya hal yang sama Anak rewel
Kunj. Posyandu Tidak rutin Reflek rooting (+) reflek genggam (+)
Reflek babinski (+)
11. Behavior and Community (B9)
12. Blood Examination (B10)
Terapi :
Inf. D5 1/4 8 tpm Sanmol 75mg K/P Cefo 3 x 300mg (21/11/18)
Inf. RL 40 tpm (1-3 jam) Sanmol 100mg K/P Interlac 1 x 5mg sdt Zinc Sirup 1x1 sdt
Norages 3 x 5 ml (22/11/18)
Laboratorium :
Feses Lengkap :
Makroskopis Warna : Kuning
Makroskopis Konsistensi : Lembek
Makroskopis Darah : Negatif
Makroskopis Lendir : Negatif
Makroskopis Eritrosit : 0 – 1 (0 – 1)
Makroskopis Lekosit : 0 – 1 (0 – 2)
Makroskopis Amuba : Negatif (Negatif)
Kista Amuba : Negatif (Negatif)
Makroskopis Telur Cacing : Negatif (Negatif)
Makroskopis Jamur : Negatif (Negatif)
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : keluarga mengatakan anaknya diare Diare Penyalahgunaan
cair 5x dan muntah Laksatif
DO : Turgor 2 detik
Anak rewel
Nadi 136x/mnt
Mata cekung
BAK 5x cair
BU : 12 X/menit
2. DS : keluarga mengatakan anaknya Hipertermia Proses penyakit
panas mulai tadi malam
DO : Suhu : 389o c
Nadi : 136 x/mnt
Akral hangat

3. DS : Keluarga bertanya tentang keadaan Kurangnya Kurangnya informasi


anaknya Pengetahuan
DO : Cemas
Keluarga sering bertanya

Prodi Ners
Unmuh Jember
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
SESUAI PRIORITAS

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diare b/d Penyalahgunaan Laksatif

2. Hipertermia b/d Proses Penyakit

3. Kurangnya Pengetahuan b/d Kurangnya Informasi

Prodi Ners
Unmuh Jember
IMPLEMENTASI

TGL/JAM Dx. NO TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF


21/11/18 1 1. Observasi tanda-tanda dehidrasi
R/ Mata cowong, rewel
2. Observasi BAB
R/ BAB 4x cair
3. Ajarkan cuci tangan 6 langkah
R/ keluarga mengerti tetapi tidak sesuai urutan
1,2 4. Anjurkan untuk menyimpan tempat makan/minum di
tempat yang higiens
R/ Botol dot di kotak plastik dg posisi terbalik
5. Kolaborasi dengan tim medis
R/ inf. D5 1/4 8 tpm
Cefotaxime 3 x 300mg
Sanmol 75mg K/p
1,2,3
6. Anjurkan untuk mengganti susu rendah gula
R/ mengganti susu LML
7. Ciptakan lingkungan nyaman
R/ Keluarga yang menemani 2 orang
21/11/18 2 1. Obseravasi suhu, akral dan nadi
R/ Suhu : 389 Akral hangat
Nadi : 136
2. Anjurkan beri pakaian tipis
R/ Pasien memakai pakaian tipis
3. Anjurkan pasien untuk dikompres hangat
R/ Pasien dikompres di bagian dahi
4. Anjurkan keluarga segera melapor jika pasien panas
R/ Keluarga mengerti
21/11/18 3 1. Kaji pengetahuan keluarga tentang penyakit pasien
R/ Keluarga tidak terlalu mengerti tentang
penanganan pada penyakit diare
2. Jelaskan keadaan pasien
R/ Pasien dehidrasi ringan
3. Jelaskan perjalanan penyakit
R/ Keluarga mengerti

4. Observasi tingkat kecemasan keluarga


R/ Keluarga mengatakan kecemasan berkurang
5. Kolaborasi Dengan Keluarga Dalam Pemberian Obat
R/ Zinc Sirup 1x1 Sdt

22/11/18 1 1. Obsevasi Tanda-Tanda Dehidrasi


R/ Mata cowong, rewel
2. Observasi BAB
R/ BAB 3x cair
3. Kolaborasi dengan tim medis
R/ inf RL 45 tpm (1-3 jam)
Norages 3 x 5 ml
Interlac 1 x 5 mg
22/11/18 2 1. Observasi suhu, akral dan nadi
R/ Suhu : 371 Akral hangat
Nadi : 120
2. Anjurkan kompres hangat jika pasien panas
R/ Keluarga mengerti
3. Anjurkan keluarga segera melapor jika pasien panas
R/ Keluarga mengerti
22/11/18 3. 1. Observasi tingkat kecemasan keluarga
R/ Ibu pasien mengatakan tidak cemas karena pasien
sudah membaik

Prodi Ners
Unmuh Jember
EVALUASI

TGL/JAM DIAGNOSA CATATAN PERKEMBANGAN PARAF


KEPERAWATAN
S : Keluarga mengatakan diare 4x cair
O : Mata cowong, rewel, turgor 2 detik
21/11/18 1.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

S : Keluarga mengatakan pasien panas


O : Suhu: 389 Nadi: 136
21/11/18 2. Akral hangat
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
S : keluarga mengatakan kecemasannya
berkurang
O : Keluarga lebih tenang
21/11/18 3. Keluarga ikut serta dalam pengobatan
pasien
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
S : Keluarga mengatakan diare 3x cair
O : Mata cowong, rewel
22/11/18 1
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
S : Keluarga mengatakan tidak panas lagi
O : Suhu : 371 Akral hangat
22/11/18 2 Nadi : 120
A : Masalah belum tertasi
P : Lanjutkan intervensi
S : Ibu pasien mengatakan tidak cemas lagi
karena anaknya membaik
O : Wajah ibu rileks
Keluarga ikut serta dalam pengobatan
pasien

22/11/18 3 A : Masalah teratasi


P : Hentikan intervensi
RENCANA KEPERAWATAN KEPERAWATAN

TGL/JAM DIAGNOSA TUJUAN DAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL PARAF


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
Kekurangan volume cairan b/d Keseimbangan cairan dan 1. Nursing tratment 1. Nursing treatment
kehilangan berlebih melalui elektrolit dapat a. Ajarkan cara cuci tangan 6 langakah pada a. Mencengah bakteri/virus masuk ke
feses dan muntah dipertahankan secara keluarga dalam percernaan pasien dengan
optimal dalam waktu b. Ajarkan untuk dapat menyimpan alat cara waktu pemberian susu
3x24 jam dengan kriteria makan atau alat minum pasien secara formula
hasil : higiens b. Higiens dapat mencengah diare
1. Tidak ada tanda-tanda c. Ciptakan lingkungan nyaman bertambah parah
dehidrasi 2. HE c. Lingkungan nyaman akan
2. Konsistensi BAB a. Anjurkan untuk mengganti susu dengan membuat pasien tenang dan dapat
liat/lembek 1x sehari susu yang rendah gula istirahat
3. Monitoring 2. HE
a. Observasi tanda-tanda dehidrasi a. Gula dapat mengikat cairan dan
b. Observasi jumlah BAB dalam sehari tetap diare
4. Kolaborasi b. Untuk mengetahui status diare
a. Dengan tim medis dalam pemberian cairan pasien
intravena 3. Monitoring
b. Dengan tim medis dalam pemberian terapi a. Untuk mengetahui tingkat
dehidrasi pasien
b. Untuk mengetahui perkembangan
pasien
4. Kolaborasi
a. Pemebrian cairan intravena
dapat menghidari pasien
dehidrasi
b. Dengan cara pemberian obat
probiotik dapat mengembalikan
fungsi pencernaan kembali baik
TGL/JAM DIAGNOSA TUJUAN DAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL PARAF
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
Hipertermia b/d proses Pasien tidak mengalami 1. Nursing tratment 1. Nursing treatment
penyakit hipertermi dalam waktu a. Ajurkan pasien diberikan pakaina tipis dan a. Pakaian tipis dapat mempermudah
2x24 jam dengan kriteria tidak diberi selimut tibal dalam proses penguapan panas
hasil : b. Ajurkan kompres hangat dalam tubuh
1. S : 36 – 37
5 5 oC
c. Ciptakan lingkungan nyaman b. Dapat mempercepat menurunkan
2. Nadi : 100 – 160 2. HE suhu tubuh
x
/mnt a. Anjurkan untuk segera melapor jika pasien c. Semakin sedikit pengunjung udara
3. Akral dingin tiba-tiba panas ruangan semakin segar.
3. Monitoring 2. HE
a. Observasi suhu dan nadi a. Untuk segera dilakukan tindakna
b. Observasi akral oleh petugas
4. Kolaborasi 3. Monitoring
a. Dengan tim medis dalam pemberian terapi a. Untuk mengetahui perkembangan
antipiretik pasien
b. Akral hangat tanda-tanda hipertemi
4. Kolaborasi
a. Antipiretik berfungsi untuk
menurunkan demam
TGL/JAM DIAGNOSA TUJUAN DAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL PARAF
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
Kurangnya Pengetahuan b/d Keluarga dapat 1. Nursing tratment 1. Nursing treatment
kurangnya informasi mengontrol rasa cemas a. Jelaskan keadaan pasien kepada keluarga a. Agar keluarga tahu keadaan pasien
dan takut dalam waktu b. Kaji pengetahuan keluarga tentang b. Untuk mengetahui tingkat
1x24 jam dengan kriteria penyakit pasien pengetahuan keluarag tentang
hasil : c. Beritahu rencana tindakan yang akan penyakit pasien
1. Wajah rileks dilakukan c. Supaya keluarga mengetahui
2. Keluarga 2. HE rencana tindakan yang dilakukan
berpastisipasi dalam a. Jelaskan pernjalan penyakit pasien kepada kepada pasien
program pengobatan keluarga 2. HE
3. Monitoring a. Untuk menambah pengetahuan
a. Observasi kecemasan keluarga keluarga
4. Kolaborasi 3. Monitoring
a. Dengan tim medis dalam rencana tindakan a. Untuk mengetahui tingkat
selanjutnya pemahaman keluarga tentang
b. Dengan keluarga dalam keteraturan penjelasan petugas terhadap
pemberian obat per oral keadaan pasien
b. Untuk mengetahui perkembangan
pasien
4. Kolaborasi
a. Untuk mengetahui apa saja
rencana selajutnya yang akan
dilakukan
b. Untuk menerapkan 5 benar
BAB IV
PEMBAHASAN

Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja
dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011).
Diare terbagi menjadi 2 yaitu diare akut yang lama diarenya kurang dari 14 hari, akan sembuh tanpa
terapi jika diarenya tidak disertai dehidrasi dan diare kronik yang lama diarenya lebih dari 14 hari.
Diare pada anak, bayi dan balita sangat penting untuk dipahami dan segera diberikan
penanganan karena bayi, balita dan anak tidak sekuat orang dewasa untuk melawan bakteri, parasit atau
virus penyebab diare. Karena itu diare menjadi salah satu penyakit penyebab kematian terbanyak
setelah pneumoni, karena diare menyebabkan penderita mengalami dehidrasi dan jika terlambat dalam
penanganannya akan mengalami syok hipovolemik yang mengakibatkan kematian pada penderitanya.
Dari hasil pengkajian pada kasus An. G Y mengalami diare dengan dehidrasi ringan yang di
tandai dengan anak diare 5 kali, muntah 3 kali, panas mulai 3 hari lalu rewel dan mata cowong. Ibu
pasien tidak memberikan ASI eksklusif, anaknya hanya 3 bulan mendapatkan ASI kemudian
menggunakan susu formula karena anaknya tidak mau diberikan ASI. Untuk imunisasi lengkap dengan
respon terhadap imunisasi peningkatan suhu tubuh.
Pada pengkajian didapatkan hasil bahwa keadaan umum bayi baik, keluarga kooperatif dalam
semua tindakan yang dilakukan oleh petugas para medis dan keluarga juga ikut serta dalam upaya
pengobatan pasien seperti memberikan kompres jika pasien panas dan memberikan obat sirup. Setelah
dilakukan perawatan selama 2 hari pasien tidak hipertemi lagi dan tingkat kecemasan keluarga teratasi.
Pasien masih diare setelah dilakukan perawatan selama 2 hari, konsistensi diare pasien berkurang
namun tetap diare cair maka dilakukan rehidrasi dengan cara mengganti cairan infus RL dengan 45 tpm
untuk menghindari pasien terjadi diare dan memberikan sirup norages sebagai antipiretik.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa
air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari
(Depkes RI 2011).
Diare pada anak / balita sangatlah penting untuk tahu cara penanganan / penalaksanaan
diare mulai dari mencegah dehidrasi, mengobati dehidrasi, mencegah gangguan nutrisi dengan
memberikan makan selama dan sesudah diare dan memperpendek lamanya sakit dan mencegah
diare menjadi lebih berat. Karena kematian pada anak / balita yang disebabkan oleh penyakit
diare masih tinggi maka penting bagi kita tahu cara penatalaksanaan terhadap penyakit diare
pada anak / balita.

B. SARAN
Diharapkan laporan ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan
pelayanan keperawatandan dapat menerapaknnya dalam kehidupan sehari-hari. Dan untuk tim
medis agar dapat meningkatkan pengetahuan dan pelayanan kesehatan khususnya dam bidang
keperawatan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan health care dalam
perawatan pada kasus diare
DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare Edisi ketiga, Depkes RI, Direktorat Jendral PPM dan
PL tahun 2007
Ngastiah, editor Setiawan , S.Kep.(1997) Buku Keperawatan Anak Sakit EGC. Jakarta,
Mansjoer Arif dkk. 2000. Kapita Selecta Edisi Jilid 4. Media Aescalapius FKUI.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai