Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dimensi dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar yang kerap kebanyakan
para juru dakwah mengabaikan adalah dimensi pemberdayaan potensi
masyarakat atau jama’ah. Umat Islam yang sudah mencapai jumlah satu
miliar di dunia ini masih dalam kategori umat yang lemah dalam ekonomi.
Kemiskinan dan keterbelakangan masih menyelimuti umat Islam diberbagai
penjuru dunia sampai pelosok desa.
Dampak yang dirasakan adalah kebodohan, kesehatan yang tidak
terjamin, ekonomi yang menghimpit. Jika ini berlarut maka kekhawatiran
adalah pada pendangkalan akidah atau kekufuran. Tepat dengan ucapan Ali
bin Abi Thalib bahwa kefakiran dapat menjerumuskan pada kekufuran.
Sebagai agama yang memiliki arti tentram, damai dan sejahtera sudah
selayaknya ada upaya menanggulangi persoalan keumatan dari kemiskinan
dan keterbelakangan. Persoalan inilah yang sedang dihadapi oleh masyarakat
Desa Datar Kec. Sumbang Kab. Banyumas. Dimana keadaan lingkungan
hidup yang berada di tepi bukit, pekerjaan yang rata-rata sebagai buruh
serabutan. Sehingga kehidupan ekonomi masyarakat boleh dikategorikan
sebagai masyakarat kurang mampu. Sehingga sangat mempengaruhi
kesadaran dan semangat menjalankan ajaran agama Islam.
Banyak hal sebenarnya yang bisa dilakukan untuk dakwah baik dalam
bentuk keterampilan, pembukaan lapangan kerja, pemberdayaan potensi
ekonomi umat berupa pertanian, peternakan, dan perdagangan atau berupa
pelatihan teknologi tepat guna.
Upaya tersebut mesti segera dilakukan dengan menjalin kerjasama
dengan pihak-pihak terkait yang peduli akan kesejahteraan umat. Baik dengan
lembaga pemerintah maupun non pemerintah, ormas Islam dan para pelaku
usaha produktif. Bila ini bisa dilakukan maka tujuan dakwah untuk
mensejahterakan umat baik secara lahir maupun bathin, jasmani dan rohani
dapat terwujud. Sebaliknya kemiskinan, keterpurukan, kebodohan,
keterbelakangan dapat diatasi sedemikian rupa.
Bila keadaan lahir sejahtera maka akan sangat mendukung ketenangan
dan kekhusukan dalam beribadah. Benarklah sebuah ungkapan bahwa
dakwah bagi orang
2
yang kelaparan adalah dengan memberinya makan, bukan dengan
memberikan nasehat atau ceramah.
Inilah tantangan dakwah bagi para juru dakwah atau Da’i Da’iyah,
muballligh muballighat termasuk dalam ranah tugas penyuluh agama Islam
Kementerian Agama. Para penyuluh sudah seharunya mendalami persoalan-
persoalan yang dihadapi oleh umat terutama persoalan ekonomi.
Di dalam mengatasi kemiskinan, dakwah setidaknya bisa dilakukan
dengan dua jalan. Pertama, dengan memberi motivasi kepada kaum muslimin
yang berkemampuan untuk memiliki kesadaran akan solidaritas sosial.
Kedua, pemberdayaan potensi ekonomi umat melalui upaya nyata dan
program yang langsung menyentuh kebutuhan masyarakat.
Penyuluh Agama memiliki peranan yang sangat strategis dalam upaya
mensukseskan pembanguan manusia seutuhnya lahir dan batin, jasmani dan
rohani. Untuk itu dibutuhkan tindakan nyata melalui perencanaan yang
matang, terprogram dan terukur serta strategi menjalin sinergi dengan
berbagai pihak dalam memecahkan persoalan umat.

BAB II
GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini kategori penelitian yang bersifat kualitiatif, karena di
dalamnya berupa pengumpulan data dan penafsirannya tidak menggunakan
angka. (Suharsimi, 2002: 10). Sehingga data yang diperoleh dalam penelitian
ini adalah gambaran, gejala, dan fenomena yang terjadi di masyarakat.
(S.Margono, 2000 : 9). Masyarakat di sini adalah masyarakat atau jama’ah
Majelis Taklim Nihadlul Mustaghfirin .
B. Ruang Lingkup Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah pada masyarakat kelompok binaan di
Desa Datar kecamatan Sumbang kabupaten Banyumas. Sedangkan yang
menjadi subyek penelitian adalah Majelis Taklim Nihadlul Mustaghfirin Desa
Datar , jama’ah atau anggota majelis taklim, pelaku usaha produktif jama’ah
majelis taklim. Dalam penelitian ini sampel tidak mewakili populasi yang
dikaitkan dengan generalisasi tetapi lebih mewakili informasi kedalaman
studi dalam konteksnya (S.Margono, 2000 : 42). Oleh karena itu dalam
menentukan sampel, peneliti menggunakan teknik purposive sampling, yaitu
sample sengaja dipilih, tidak menggunakan random sampling.
C. Teknik Pengumpulan dan Analisa Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini berupa teknik observasi.
Yaitu melakukan pengamatan (melihat, mendengar dan bertanya) dan
mencatat keadaan yang menggambarkan tentang model pemberdayaan dalam
meningkatkan ekonomi warga sekitar. (Sutrisno Hadi, 2000 : 136). Juga
dilakukan teknik berupa wawancara. Untuk kebutuhan penelitian ini penulis
menggunakan metode interview, berupa interview bebas, dimana
pewanwancara bebas menanyakan apa saja, tetapi selalu terkait pada data.
Dan interview terpimpin dimana pewanwancara dengan membawa sederetan
pertanyaan yang terperinci.

5
Setelah data terkumpul, maka dilakukanlah analisa data dengan
menggunakan analisis deskriptif kualitatif, sedangkan langkah yang ditempuh
dengan menggunakan metode Miles dan Heberman, yaitu reduksi data
(penyelesaian dan penyederhanaan
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan serta verifikasi hasil.
(Munaris, 1999 : 47-48).
D. Kerangka Teoritik
1. Penyuluh Sebagai Pelaku Perubahan
Penyuluh adalah agen perubahan di masyarakat. Perubahan dari
yang tidak baik menjadi baik. Perubahan dari kufur menjadi iman.
Perubahan dari ketertinggalan menjadi maju dan mandiri. Dalam dataran
teori penyuluh adalah pelaku dakwah yang mengajak kepada kebaikan dan
mencegah dari yang munkar. Pelaku dakwah termasuk sebagai bagian dari
umat atau golongan yang baik dengan ciri amar ma’ruf nahi munkar.
Sebagaimana firman Allah SWT :

‫والتكن منكم امة يدعون الى الخير ويأ مرون بالمعروف وينهون عن المنكر واؤلئك‬
‫هم المفلحون‬

Artinya : “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang


meenyeru kepada kebajikan, menyuruh ( berbuat ) yang makruf, dan
mencegah dari yang mu ngkar. Dan mereka itulah orang-orang yang
bruntung”. (QS. Ali Imran : 104)

Penyuluh di dalam melakukan perubahan tidaklah mengabaikan


unsur-unsur penting yang menunjang kesuksesan dalam berdakwah.
Unsur-unsur yang harus diperharikan dalam berdakwah adalah meliputi
hikmah, nasehat yang baik, dan mujadalah. Sebagaimana Firman Alloh
SWT:
‫ادع الى سبيل ربك با لحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي احسن ان ربك‬
‫هو اعلم بمن ضل عن سبيله وهو اعلم با لمهتدين‬

Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan


pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.”(QS. An-Nahl ayat 125 )
6
Hikmah dalam ayat dimaksud ialah perkataan yang tegas dan benar
yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.
Sebagai pelaku dakwah penyuluh tentunya harus mengetahui
secara persis, menggali kebutuhan kelompok, menggali dan
memberdayakan potensi yang bermanfaat baik untuk kebutuhan jangka
pendek, menengah maupun jangka panjang.
2. Konsep pemberdayaan
Kata pemberdayaan disebut dengan istilah empowerment. Kata
power sendiri diartikan “daya”, yaitu kekuatan yang berasal dari dalam,
tetapi juga dapat diperbuat oleh unsur-unsur luar. Pemberdayaan atau
empowerment merupakan sebuah konsep yang dimaksudkan untuk
memotong lingkaran ketidak sejahteraan dan keterbelakangan suatu
masyarakat yang disebabkan oleh adanya ketidak seimbangan atas
pemilikan dan akses terhadap sumber daya. Menurut Kartasasmita,
terdapat dua tujuan konsep pemberdayaan. Pertama, untuk melepaskan
belenggu kemiskinan dan keterbelakangan. Kedua, memperkuat posisi
lapisan masyarakat dalam struktur
kekuasaan.(www.ginandjar.com/publik).
Proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan. Antara lain
yaitu: proses pemberdayaan yang menekankan kepada proses memberikan
atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada
masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya. Proses tersebut kemudian
dilengkapi dengan upaya membangun asset material guna mendukung
pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi.(Pranarka, 1996 :
57)
7
BAB III
TEMUAN DALAM OBYEK PENELITIAN

A. Identifikasi Potensi Wilayah (IPW)


1. Kondisi Pemerintahan dan Demografis
Batas-batas desa Desa Datar sebelah Utara berbatasan dengan
Desa Banjarsari kulon, Sebelah Barat berbatasan dengan Desa
Rempoah kecamatan Baturaden, Sebelah Timur berbatasan dengan
Desa Banteran, dan Sebelah Selatan berbatasan dengan desa
Karanggintung.
Desa Datar berpenduduk secara keseluruhan sebanyak 2.642
jiwa dengan Kepala keluarga sejumlah 1.025 KK. Berdasarkan tingkat
kesejahteraan terbagi dalam tingkatan pra sejahtera, sejahtera tingkat 1
sejahtera tingkat 2, dan sejahtera tingkat 3. Khusus di Desa Datar
termasuk dusun kategori dengan tingkat kehidupan yang pra sejahtera.
2. Kondisi Geografis Padukuhan Desa Datar
Padukuhan Desa Datar merupakan salah satu desa di kecamatan
Sumbang kabupaten Banyumas. Jarak Desa Datar ke Ibukota
kecamatan Sumbang -+ 5 km dan jarak ke ibukota Kabupaten
Banyumas + 10 km. Desa Datar merupakan dataran tinggi berada di
tepi bukit pegunungan gunung Slamet Baturaden.
3. Tokoh Masyarakat
Desa Datar kepala desa yang bernama Bpk Joko Warsito, Untuk
urusan keagamaan di Desa Datar masyarakat sudah menjadikan seorang
tokoh atau pemuka masyarakat sekaligus tokoh agama yaitu Bapak
Mausul Chayat.
4. Kondisi Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang terdapat didukuh Desa Datar adalah
berupa sarana transportasi yang menguhubungkan dengan jalan utama
Sumbang-Purbalingga. Untuk akses di sekitar wilayah dukuh Desa
Datar karena perbukitan dari tempat yang satu ke tempat yang lain
dalam satu wilayah jalan berupa cor blok disekitarnya pepohanan dan
rumput hijau. Sarana menuju ke tampat lain dalam satu pedukuhan
menggunakan sepeda motor dan jalan kaki.
8
5. Struktur Masyarakat
Struktur masyarakat Desa Datar dibangun dengan kebersamaan
dan semangat persaudaraan yang kuat dan gotong royong. Dengan
struktur masyarakat yang sangat kondusif ini memudahkan untuk
menjalin komunkasi secara baik. Demikian dalam hal sosial rasa saling
membantu dan memberikan pertolongan kepada tetangga atau sesama
jama’ah sangat kokoh. Solidariats sosial yang tinggi terbangun karena
keadaan mereka yang secara umum dalam perasaan yang sama. Sama-
sama kategori masyakarat yang kurang mampu sehingga menumbuhkan
semangat kebersamaan.
6. Kondisi Pendidikan
Di padukuhan Desa Datar baik pada dataran ekonomi maupun
pendidikan termasuk masyarakat yang lemah. Rendahnya tingkat
pendidikan sangat mempengaruhi pola hidup dan kesejahteraan. Rata-
rata pendidikan tertinggi hanya sampai pada tingkat SMA / Sederajat,
itupun sangat sedikit.

7. Kondisi Religiusitas
Dengan sarana tempat ibadah terdapat 5 masjid, 4 musholla, dan
3 TPQ, akan tetapi masih minimnya para pemuka tokoh agama,
sehingga Menjadikan pemahaman akan keagamaan Islam masih
katagori kurang. Ini berdampak pula pada kurangnya pengamalan nilai-
nilai ajaran Islam. Sehingga kegiatan pengajianpun masih sepi. Di
sinilah menjadi peluang dan tantangan kami dalam membina dan
memberikan pencerahan pada warga Desa Datar .
8. Kondisi ekonomi Masyarakat
Mata pencaharian penduduk Desa Datar adalah mayoritas
bertani dan buruh kasar. ( srabutan ). Sebagian ada yang bekerja
diladang merumput karena keadaan wilayah perbukitan, disamping ada
yang berternak, dan sebagai kuli bangunan. Dengan melihat kondisi
wilayah dan sarana prasarana menunjukkan bahwa rata-rata masyarakat
Desa Datar termasuk masyarakat dengan taraf kehidupan ekonomi
menengah ke bawah.
9. Profil Sasaran Khalayak

9
Yang menjadi sasaran dalam upaya memberdayakan potensi
ekonomi masyarakat Desa Datar adalah anggota jama’ah majelis
Taklim Nihadlul Mustaghfirin . Dari sejumlah 45 orang anggota
Majelis Taklim, kami pilih sebanyak 20 orang yang mempunyai dan
atau bisa diberdayakan untuk usaha ekonomi produktif. Adapun data
jama’ah tersebut adalah sebagai berikut :

No Nama Umur Pendidikan


1 Mustakimatul Muna 24 SMP
2 Reniati 25 SMA
3 Desi Nur Aeni 27 SMP
4 Sulastri 28 SMP
5 Supini 31 SMA
6 Raminah 35 SD
7 Disti Nur 25 SMP
8 Suharti 28 SMP
9 Siti Dariyah 40 SD
10 Suhar 34 SMP
11 Karsini 36 SMP
12 Satini 32 SMP
13 Kasipah 37 SD
14 Fatimah 33 SD
15 Suci harti 30 SD
16 Wasitoh 32 SMP
17 Wahyuti 35 SD
18 Surtimah 39 SD
19 Siti Fatmawati 34 SMA
20 Khomyati 37 SMP

B. Identifikasi Potensi Usaha Ekonomi Jama’ah


Berdasarkan hasil beberapa kali pertemuan bersama tokoh masyarakat
dan para pengurus majelis taklim Nihadlul Mustaghfirin , telah ditentukan
para peserta yang terlibat dan berkomitmen dalam upaya pemberdayaan
ekonomi melalui pelatihan dan Pembuatan Piring Lidi. Dengan adanya
antusias dari masyarakat dan dukungan dari tokoh setempat ini adalah
merupakan respon positif yang menjadi penyemangat sendiri bagi penyuluh
untuk segara melakukan aksi nyata mewujudkan upaya pemberdayaan
potensi jama’ah.
Adapun nama-nama Jamaah yang siap berproduksi membuat Piring
Lidi pada kelompok binaan adalah sebagai berikut :

10

No Nama Umur Pekerjaan


1 Siti muflihah 29 Ibu RT
2 Chamdiyyah 25 Ibu RT
3 Desi Nur aini 31 Ibu RT
4 Mustakimatul muna 25 Ibu RT
5 Fatmawati 29 Ibu RT
6 Anur hasanah 35 Ibu RT
7 Dewi lestari 35 Ibu RT
8 Suharni 36 Ibu RT
9 Tri mulyanti 31 Ibu RT
10 Siti khotijah 35 Ibu RT
11 Umi salamah 34 Ibu RT
12 Lukmatul muzayyanah 32 Ibu RT
13 Siti muhimmah 31 Ibu RT
14 Marhamah 29 Ibu RT
15 Kholifah 28 Ibu RT
16 Yulifah 34 Ibu RT
17 Nur wahidah 30 Ibu RT
18 Wiwit nur anjali 27 Ibu RT
19 Siti mukarromah 29 Ibu RT
20 Sri wahyuti 28 Ibu RT
11
BAB IV
UPAYA PEMBERDAYAAN POTENSI EKONOMI JAMA’AH
PADA MAJELIS TAKLIM NIHADLUL MUSTAGHFIRIN
A. Tahapan Dalam Proses Pemberdayaan Potensi Ekonomi
Proses pemberdayaan ekonomi jama’ah Majelis Taklim Nihadlul
Mustaghfirin Desa Datar dilakukan melalui beberapa tahapan yatiu :
1. Tahap persiapan
Pada tahap ini dilakukan dengan menjalin komunikasi (ta’arruf)
dengan tokoh masyarakat. Lebih khusus jalinan komunikasi ini terbangun
setelah bertemu dengan tokoh kunci masyakarat Desa Datar yang juga
Bapak Dukuh Desa Datar yaitu Bapak joko warsito, Bapak Mufani
Selanjutnya disampaikanlah sebuah rencana, tujuan, dan prinsip-prinsip
dasar upaya pemberdayaan Jamaah Majlis Taklim.
2. Pembentukan Kelompok
Pembentukan kelompok ini dimaksudkan untuk mempermudah
koordinasi serta menyusun rencana kegiatan yang riil sesuai dengan
kemampuan dan keterampilan yang dimiliki. Program-program yang
disepakati berupa bimbingan rohani secara rutin dan program upaya
pemberdayaan potensi ekonomi jama’ah khususnya dan masyarakat Desa
Datar pada umumnya. Dengan panggilan rasa persaudaraan dan
kebersamaan maka kelompok ini disepakati diberi nama Majelis Taklim
Nihadlul Mustaghfirin .
3. Pembuatan Struktur Organsasi Majelis Taklim Nihadlul Mustaghfirin
Sebagai sebuah organisasi secara adminsiterasi untuk mencapai
tujuan atas program yang dilakasnakan maka dibentuklah struktur Majelis
Taklim Nihadlul Mustaghfirin . Adapun susunan sebagai berikut:

12

Penasihat
1. Kepala KUA Sumbang
2. Kepala Desa Datar
Pembina
Faidus Sa’ad, S.Ag

Ketua
Mausul Chayat

Sekretaris Bendahara
Warsim karyoto

Salimin
Seksi Pemberdayaan
Seksi Dakwah Seksi Humas
Arif Nur rohman
Januar Achmad M. Risam

Jama’ah

B. Membangun Komunikasi dan Jejaring Sumber Dana


Dengan melihat ekonomi masyarakat yang tergolong miskin, maka
tidaklah mungkin untuk mengandalkan sumber dana dari masyarakat Desa
Datar . Untuk itu solusi yang dilakukan adalah dengan membangun
komunikasi dengan lembaga yang berkopeten dalam penyandangan dana.
Solusi yang tepat adalah menyampaikan sebuah gagasan kerjasama dengan
pemerintahan desa datar.
Dengan adanya sinergi upaya membangun kehidupan masyarakat
yang sejahtera, pemerintah desa Datar telah memfasilitasi pelatihan
pembuatan piring lidi.
Pemerintah desa Datar telah mempercayakan kepada pengurus Majelis
Taklim Nihadlul Mustaghfirin untuk mengatur perjalanan dari tindak lanjut
produksi piring lidi tersebut. Dengan adanya kerjasama ini sangat
menggugah jama’ah untuk berwirausaha.
13
C. Realisasi Usaha Kerajinan Piring Lidi Sebagai Usaha Menambah
Penghasilan Jamaah
Pilihan pelatihan jenis usaha ini didasarkan pada potensi masyarakat
setempat dimana banyak warga menjadi pengrajin pembuat ketupat janur.
Dari Kerajinan membuat ketupat janur tersebut banyak menghasilkan limbah
berupa lidi.
Piring lidi yang terbuat dari limpah ketupat sangat di minati oleh
kalangan masyarakat zaman sekarang, terutama rumah makan, pedagang kaki
lima, tukang sewa tarub dan sound syistem, bahkan sampai kepada
perorangan. Dalam pembuatan piring lidi melalui beberapa tahapan yang
harus di tempuh antara lain:
A. Tahap pelatihan
Tahap pelatihan adalah tahapan yang pertama kali di lakukan oleh
pengurus majelis taklim Nihadlul mustaghfirin dalam upaya meningkatkan
pendapatan ekonomi warga desa Datar terkhusus kepada jamaah yang
sudah menyatakan sanggup untuk memproduksi piring lidi, sehingga
dengan pelatihan yang di lakukan akan menghasilkan karya-karya yang
siap di lirik, di minati oleh semua kalangan. Adapun Hal-hal yang di
butuhkan dalam pelatihan pembuatan piring lidi adalah sebagai berikut:

PELATIHAN PEMBUATAN PIRING LIDI

NAMA : Majelis Taklim Nihadlul Mustaghfirin


HARI/TGL : Selasa-Rabu, 16-17 Januari 2018
WAKTU : Jam 08.00 s/d 12.00 WIB
JUMLAH PESERTA : 20 Orang
DESA : Datar
KECAMATAN : Sumbang
KABUPATEN : Banyumas

14

NO NAMA BARANG VOLUME JUMLAH HARGA


PESERTA SATUAN

1 Lidi 1 org X 110 Btg 20 Orang Rp. 35


2 Tali pengikat 1 Bungkus 20 Orang Rp. 11.500
3 Cater 1 buah 20 Orang Rp. 6.700
4 Gunting 1 buah 20 Orang Rp. 6.800
5 Penggaris b. 1 buah 20 Orang Rp. 8.750
6 Tang potong 1 buah 20 Orang Rp. 41.500
7 Plistur air 1 liter ( untuk 60 piring ) 20 Orang Rp. 69.700
8 Kuas 1 buah 20 Orang Rp. 5.600
9 Snack 1 Dus 20 Orang Rp. 6.000
10 Makan siang 1 Bok 20 Orang Rp. 15.000
11 Instruktur 1 org 20 Orang Rp. 250.000
12 Banner 1 x ukuran 1,5 m. X 3 m. 20 Orang Rp. 23.500
13 ATK ( materi, 1 Paket 20 Orang Rp. 12.500
boolpoin, blok note
stofmaap)
14 Jumlah Rp 461.400

B. Tahap produksi
1. Tahap produksi adalah tahap pembuatan piring lidi, tahap ini terlebih
dahulu harus mempersiapkan alat-alat yang di butuhkan seperti yang
tertera pada RAB di atas terutama bahan baku ( lidi ) yang harus di
bersihkan dahulu sisa – sisa daun yang menempel pada lidinya ( di serut
dengan pisau / kater ), lidi yang di gunakan tidak terlalu tua dan tidak
terlalu muda. Setelah proses penyerutan / pembersihan selesai kemudian
memilih lidi dengan ukuran yang sama besar dan panjangnya sehingga
akan menghasilkan anyaman piring yang serasi dan cantik. Panjang lidi
yang di butuhkan adalah 87-90 cm. untuk ukuran piring saji dengan
diameter 24-25 cm. dan dalam satu buah piring membutuhkan lidi
sebanyak 109 batang ( lidi )
2. Langkah-langkah penyusunan
a. Langkah pertama adalah menyiapkan kerangka dasar berbentuk
lingkaran yang terbuat dari sebatang lidi, dengan diameter lingkaran 14
cm. lingkaran tersebut di ikat dengan tali ravia atau sejenisnya dengan
kuat sehingga tidak lepas ketika dalam proses penganyaman /
penyusunan.

15
b. Langkah ke dua. Lidi yang akan di anyam terlebih dahulu di
kelompokan menjadi 6 kelompok dengan masing – masing kelompok
berjumlah 18 batang lidi. kemudian lidi kelompok satu dan lidi
kelompok dua di masukkan pada lingkaran yang sudah di siapkan
sesuai yang tertera pada langkah pertama. Lidi kelompok pertama dan
kedua di masukkan secara berlawanan, artinya lidi kelompok pertama
di masukkan dari atas di taruh sebelah kiri lingkaran, dan ujung ada di
bawah, sedangkan lidi kelompok dua arah yang berlawanan.

c. Langkah ketiga, menyusun lidi kelompok tiga dan kelompok empat


dengan cara kelompok tiga di masukan dari sebelah kanan dan
kelompok empat di masukan dari sebelah kirin ( berlawanan). Dan
;langkah yang ketiga ini agak berbeda dengan langkah yang pertama
dan kedua. Perbedaannya adalah pada cara memasukannya. Cara ini
yaitu dengan mengambil tiga lidi dari kelompok ketiga sampai
sejumlah 18 lidi, begitu juga dengan kelompok ke empat, hanya saja
arahnya yang berlawanan.
d. Langkah ke empat, memasukan lidi kelompok lima dari samping
kanan atas, dan kelompok enam memasukan lidi dari sisi kiri bawah (
di sebut pola silang perlawanan ). Cara memasukan lidi pada lanngkah
ke empat ini sama dengan cara memasukan lidi pada langkah ke tiga.

16

Inovasi lampu patromax


17
C. Tahap pemasaran
Setelah piring telah selesai pembuatan dan siap untuk di pasarkan, maka
bagian pemasaran / marketing dari kelompok majleis taklim kami
langsung melakukan pengiriman barang. Yang awalnya mencari
pelanggan / pembeli sangat susah dan daya saing yang semakin
meningkat. Namun dengan sabar dan ikhlas kami jalani akhirnya barang
produksian majlis taklim nihadlul mustaghfirin berupa anyaman piring lidi
dapat memberikan kemanfaatan dan kontribusi yang banyak kepada
masyarakat sekitar terlebih para jamaah majelis taklim Nihadlul
Mustaghfirin desa Datar.
D. Manfaat Yang diraih atas usaha Pemberdayaan Ekonomi
Dari usaha pemberdayaan potensi ekonomi jama’ah Majelis Taklim
Nihadlul Mustaghfirin sungguh sangat memberikan manfaat yang sangat
signifikan. Manfaat dimaksud meliputi :
1. Keberadaan kehidupan secara lahir lebih meningkat. Seperti bangunan
rumah yang cukup representatif (sudah dinding dan di cat)
2. Dengan peningkatan pendapatan, kesadaran orangtua untuk
menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi semakin meningkat.
3. Dalam hal kesehatan, pola hidup dan tata lingkungan tempat tinggal
menjadi lebih meningkat sehingga kesehatan menjadi terjamin.
4. Dari hasil sebagian usaha produktif jama’ah, saat ini digunakan untuk
pembuatan tempat wudhu musholla Nihadlul Mustaghfirin yang lebih
representatif. Seblumnya belum ada tempat wudhunya.
Dari sisi manfaat kehidupan keagamaan Islam juga tidak kalah pentingnya
pengaruhnya sangat dirasakan. Semangat kesadaran untuk mengaji,
berjama’aah, berinfak sangat baik.
E. Kelemahan dan Hambatan yang dihadapi dalam Pemberdayaan
Ekonomi Jama’ah serta Solusinya
Jama’ah Majelis Taklim Nihadlul Mustaghfirin sebagai pelaku
ekonomi masih mengalami hambatan atau kendala dalam mempertahankan
usaha ekonominya. Ketidakuletan, serta semangat menjadi tantangan sendiri.

18
Demikian pula ketiadaan pendampingan dari usaha ekonomi yang
mereka jalankan menjadikan lemahnya semangat berkarya. Lebih-lebih kalau
mengalami surut permodalan. Bisa berdampak berhenti usaha ekonominya.
Rendahnya keterampilan, serta teknologi yang masih sederhana
memperhambat kemajuan dalam usaha. Hal lain adalah berupa lemahnya
pada tatanan adminsterasi keuangan. Menjadi kurang terkontorol alur masuk
dan keluarnya dana atau hasil. Faktor lainnya adalah yang bersifat eksternal,
seperti meningkatnya daya saing jual dan kurang maksimalnya bagian
pemasaran.
Maka solusi yang sementara dilakukan kami sebagai penyuluh adalah :
1. Menjaga kestabilan produksi dan hasil dengan melakukan pendampingan
2. Memberikan motivasi untuk lebih meningkatkan semangat dan kesadaran
berusaha secara mandiri.
3. Memberikan bimbingan atau konseling.

19
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari paparan yang kami uraikan di atas, dapat diambil kesimpulan
1. Kehidupan jama’ah Majelis Taklim Nihadlul Mustaghfirin dapat
dilihat dari beberapa aspek; dengan keadaan masyarakat yang
mempunyai nilai solidaritas sosial yang tinggi, tingkat pemahaman dan
pengamalan agama yang tidak sama antara satu dengan lainnya, masih
rendahnya tingkat kehidupan ekonomi.
2. Upaya strategis untuk peningkatan ekonomi jama’ah dilakukan dengan
pemberdayaan potensi ekonomi yang mereka miliki melalui
peningkatan kemampuan sumber daya manusia dan alam, adanya
peluang mendapatkan usaha produksi yang lebih maju melalui
kerjasama dengan pihak-pihak yang berkopeten.
3. Problematika yang dihadapi jama’ah majelis taklim Nihadlul
Mustaghfirin diantaranya berupa keterbatasan dan lemahnya akses
sumber-sumber pembiayaan usaha. Juga adanya kerendahan akan
pengetahuan kewirausahaan serta lemahnya majamenen usaha.

B. Saran-saran
Untuk penstabilan usaha yang telah dilakukan diperlukan
1. Pendampingan secara insetif baik berupa pengetahun, pemantauan serta
pendampingan yang bersifat finansial
2. Perlunya peningkatan peran serta masyarakat. Tidak hanya lingkup
intern warga Desa Datar tetapi bisa menggandeng pelaku ekonomi dari
luar daerah termasuk dengan Ormas setempat.

20

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depertemen Agama RI tahun 2004, Jakarta,CV


Naladana
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta,
PT.Rineka Cipta, 2002
Hadi Sutrisno, Metodologi Research Jilid 2, Yogyakakarta, SNDI, 2000
Margono S, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta PT Rineke Cipta, 2000
Munaris, Metode Penelitian (Sutau Pendekatan Proposal), Jakarta : Bumi Aksara,
1999
Pranaka, Pemberdayaan, dalam Pemberdayaan, Konsep, Kebijakan dan
Implementasi, Jakara : CSIS, 1996
http://www.ginadjar.com/public.12 Power dan Empowerment pdf, diakses 10
September 2015
Data Kependudukan Desa Datar Sumbang Banyumas

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. LatarbelakangMasalah……………………………………………..
1
B. IdentifikiasiMasalah……………………………………………..…
2
C. RumusanMasalah…………………………………………………...
2
D. Tujuandan ManfaatPenelitian ..…………………………………….
3

BAB II METODOLOGI PENELITIAN DAN KERANGKA TEORITIK


A. Jenis Penelitian……………………………………..........................
4
B. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................
4
C. Teknik dan Analisa Data………........................................................
4
D. Keranghka Teoritik………………………........................................
5

BAB IIITEMUAN DALAM OBYEK PENELITIAN


A. Identifikasi Potensi Wilayah………………………………………..
7
B. Identifikasi Potensi Usaha EkonomiJama’ah........………...............
9

BAB IVUPAYA PEMBERDAYAAN POTENSI EKONOMI JAMA’AH


PADA MAJELIS TAKLIM NIHADLUL MUSTAGHFIRIN
A. Tahapan Dalam Proses Pemberdayaan Potensi
Ekonomi…………… 11
B. Membangun Komunikasi dan Jejaring Sumer
Dana............................ 12
C. Realisasi Program Pemberdayaan Potensi Ekonomi
.......................... 13
D. Manfaat Yang diraih atas Usaha Pemberdayaan Potensi
Ekonomi...... 17
E. Kelemahan dan Hambatan yang dihadapi dalam Pemberdayaan
Ekonomi dan
Solusinya.....................................................................................
17

BAB VPENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………….
. 19
B. Saran-
saran…………………………………………………………..
19
C. Daftar
pustaka…………………………………….………………….
20

DAFTAR ISI
iii
KATA PENGANTAR
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT., atas segala limpahan nikmat dan
hidayah-Nya. Dzat yang Maha Pengasih dan Penyayang kepada semua makhluk.
Semoga kita menjadi hamba-Nya yang selalu bersyukur atas segala karunia-Nya.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung
Muhammad SAW pembawa risalah Ilahi yang telah mengeluarkan manusia dari
kegelapan menuju cahaya petunjuk Allah SWT. Dalam dirinya rahmat Allah
senantiasa menyertainya. Semoga kita menjadi umatnya yang akan mendapatkan
syafa’atnya di yaumul akhir. Amin Ya Rabbal’alamin
Penyuluh agama adalah agen dakwah yang memiliki tugas mulia.
Penyuluh sebagai penyampai pesan-pesan agama di dalam Al-Qur’an dan
Assunnah. Sebagai da’i penyuluh di dalam melakukan penyuluhan diharapkan
bisa mengena sasaran kebutuhan masyarakat, tidak hanya pada aspek pemahaman
akan aqidah, bimbingan ibadah, dan pendidikan, akan tetapi juga menyentuh pada
dataran sosial serta ekonomi. Sebab kekuatan umat Islam meliputi kekuatan
aqidah (Quwwatul ‘Aqidah), kekuatan ilmu (Quwwatal ilmu), juga kekuatan
ekonomi (Quwwatul Iqtishadiyyah).
Dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW sangat sempurna dan mengena
pada lapisan masyarakat baik bagi yang muda, anak-anak maupun orang tua. Baik
kepada sasaran aghniya maupun fuqara. Sehingga setiap menjawab persoalan
selalu memperhatikan situasi dan kondisi seseorang atau masyarakat. Seperti
kalau ada yang bertanya dari seorang yang kaya, maka dijawab bahwa tangan di
atas lebih utama dari tangan di bawah. Bila yang menanyakan terkait dengan Al-
Qur’an, maka dijawabnya bahwa sebaik-baik kamu adalah yang belajar Al-
Qur’an dan yang mengajarkannya.
Dalam kaitannya dengan dakwah yang bersifat sosial ekonomi, memang
menjadi sangat urgen. Seorang yang lapar tidak tepat bila diceramahi atau dikasih
nasihat. Mereka butuh makan dan minum, sehingga dakwah untuknya adalah
bagaimana bisa kenyang dulu baru dikasih materi ilmu. Pentingnya kekuatan
ekonomi umat, memang sebagai upaya untuk mempertahankan keimanan dari
kekufuran. Ali Bin Abi Thalib menyampaikan “Bahwa hampir-hampir kefakiran
itu mengarah pada kekufuran”.
Salah satu upaya menjawab persoalan dakwah bilhal, maka pada penulisan
ini kami menyampaikan salah satu gagasan pemberdayaan potensi ekonomi umat
pada kelompook binaan Majelis Taklim Nihadlul Mustaghfirin . Diharapkan
usaha ini memberikan sedikit terobosan bagi jama’ah untuk meningkatkan
kesejahteraan baik kesejahterraan lahir maupun batin, jasmani dan rohani.
Semoga tulisan ini memberikan inspirasi sekaligus sebagai khazanah
keIslaman yang bermanfaat bagi setiap pembaca. Kepada semua pihak yang turut
memberikan saran dan motivasi, kami mengucapkan terima kasih yang sebanyak-
banyaknya, semoga menjadi amal sholeh yang berpahala. Amin.

Penulis
Mausul
Chayat

ii
PENANGGULANGAN KEMISKINAN
JAMA’AH MAJELIS TAKLIM NIHADLUL MUSTAGHFIRIN
MELALUI KERAJINAN PIRING LIDI
DESA DATAR KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN
BANYUMAS

Disusun oleh
Mausul Chayat
PEMILIHAN PENYULUH AGAMA ISLAM HONORER
( PAI NON PNS ) TELADAN
TINGKAT KABUPATEN BANYUMAS
TAHUN 2018

Anda mungkin juga menyukai