BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini kategori penelitian yang bersifat kualitiatif, karena di
dalamnya berupa pengumpulan data dan penafsirannya tidak menggunakan
angka. (Suharsimi, 2002: 10). Sehingga data yang diperoleh dalam penelitian
ini adalah gambaran, gejala, dan fenomena yang terjadi di masyarakat.
(S.Margono, 2000 : 9). Masyarakat di sini adalah masyarakat atau jama’ah
Majelis Taklim Nihadlul Mustaghfirin .
B. Ruang Lingkup Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah pada masyarakat kelompok binaan di
Desa Datar kecamatan Sumbang kabupaten Banyumas. Sedangkan yang
menjadi subyek penelitian adalah Majelis Taklim Nihadlul Mustaghfirin Desa
Datar , jama’ah atau anggota majelis taklim, pelaku usaha produktif jama’ah
majelis taklim. Dalam penelitian ini sampel tidak mewakili populasi yang
dikaitkan dengan generalisasi tetapi lebih mewakili informasi kedalaman
studi dalam konteksnya (S.Margono, 2000 : 42). Oleh karena itu dalam
menentukan sampel, peneliti menggunakan teknik purposive sampling, yaitu
sample sengaja dipilih, tidak menggunakan random sampling.
C. Teknik Pengumpulan dan Analisa Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini berupa teknik observasi.
Yaitu melakukan pengamatan (melihat, mendengar dan bertanya) dan
mencatat keadaan yang menggambarkan tentang model pemberdayaan dalam
meningkatkan ekonomi warga sekitar. (Sutrisno Hadi, 2000 : 136). Juga
dilakukan teknik berupa wawancara. Untuk kebutuhan penelitian ini penulis
menggunakan metode interview, berupa interview bebas, dimana
pewanwancara bebas menanyakan apa saja, tetapi selalu terkait pada data.
Dan interview terpimpin dimana pewanwancara dengan membawa sederetan
pertanyaan yang terperinci.
5
Setelah data terkumpul, maka dilakukanlah analisa data dengan
menggunakan analisis deskriptif kualitatif, sedangkan langkah yang ditempuh
dengan menggunakan metode Miles dan Heberman, yaitu reduksi data
(penyelesaian dan penyederhanaan
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan serta verifikasi hasil.
(Munaris, 1999 : 47-48).
D. Kerangka Teoritik
1. Penyuluh Sebagai Pelaku Perubahan
Penyuluh adalah agen perubahan di masyarakat. Perubahan dari
yang tidak baik menjadi baik. Perubahan dari kufur menjadi iman.
Perubahan dari ketertinggalan menjadi maju dan mandiri. Dalam dataran
teori penyuluh adalah pelaku dakwah yang mengajak kepada kebaikan dan
mencegah dari yang munkar. Pelaku dakwah termasuk sebagai bagian dari
umat atau golongan yang baik dengan ciri amar ma’ruf nahi munkar.
Sebagaimana firman Allah SWT :
والتكن منكم امة يدعون الى الخير ويأ مرون بالمعروف وينهون عن المنكر واؤلئك
هم المفلحون
7. Kondisi Religiusitas
Dengan sarana tempat ibadah terdapat 5 masjid, 4 musholla, dan
3 TPQ, akan tetapi masih minimnya para pemuka tokoh agama,
sehingga Menjadikan pemahaman akan keagamaan Islam masih
katagori kurang. Ini berdampak pula pada kurangnya pengamalan nilai-
nilai ajaran Islam. Sehingga kegiatan pengajianpun masih sepi. Di
sinilah menjadi peluang dan tantangan kami dalam membina dan
memberikan pencerahan pada warga Desa Datar .
8. Kondisi ekonomi Masyarakat
Mata pencaharian penduduk Desa Datar adalah mayoritas
bertani dan buruh kasar. ( srabutan ). Sebagian ada yang bekerja
diladang merumput karena keadaan wilayah perbukitan, disamping ada
yang berternak, dan sebagai kuli bangunan. Dengan melihat kondisi
wilayah dan sarana prasarana menunjukkan bahwa rata-rata masyarakat
Desa Datar termasuk masyarakat dengan taraf kehidupan ekonomi
menengah ke bawah.
9. Profil Sasaran Khalayak
9
Yang menjadi sasaran dalam upaya memberdayakan potensi
ekonomi masyarakat Desa Datar adalah anggota jama’ah majelis
Taklim Nihadlul Mustaghfirin . Dari sejumlah 45 orang anggota
Majelis Taklim, kami pilih sebanyak 20 orang yang mempunyai dan
atau bisa diberdayakan untuk usaha ekonomi produktif. Adapun data
jama’ah tersebut adalah sebagai berikut :
10
12
Penasihat
1. Kepala KUA Sumbang
2. Kepala Desa Datar
Pembina
Faidus Sa’ad, S.Ag
Ketua
Mausul Chayat
Sekretaris Bendahara
Warsim karyoto
Salimin
Seksi Pemberdayaan
Seksi Dakwah Seksi Humas
Arif Nur rohman
Januar Achmad M. Risam
Jama’ah
14
B. Tahap produksi
1. Tahap produksi adalah tahap pembuatan piring lidi, tahap ini terlebih
dahulu harus mempersiapkan alat-alat yang di butuhkan seperti yang
tertera pada RAB di atas terutama bahan baku ( lidi ) yang harus di
bersihkan dahulu sisa – sisa daun yang menempel pada lidinya ( di serut
dengan pisau / kater ), lidi yang di gunakan tidak terlalu tua dan tidak
terlalu muda. Setelah proses penyerutan / pembersihan selesai kemudian
memilih lidi dengan ukuran yang sama besar dan panjangnya sehingga
akan menghasilkan anyaman piring yang serasi dan cantik. Panjang lidi
yang di butuhkan adalah 87-90 cm. untuk ukuran piring saji dengan
diameter 24-25 cm. dan dalam satu buah piring membutuhkan lidi
sebanyak 109 batang ( lidi )
2. Langkah-langkah penyusunan
a. Langkah pertama adalah menyiapkan kerangka dasar berbentuk
lingkaran yang terbuat dari sebatang lidi, dengan diameter lingkaran 14
cm. lingkaran tersebut di ikat dengan tali ravia atau sejenisnya dengan
kuat sehingga tidak lepas ketika dalam proses penganyaman /
penyusunan.
15
b. Langkah ke dua. Lidi yang akan di anyam terlebih dahulu di
kelompokan menjadi 6 kelompok dengan masing – masing kelompok
berjumlah 18 batang lidi. kemudian lidi kelompok satu dan lidi
kelompok dua di masukkan pada lingkaran yang sudah di siapkan
sesuai yang tertera pada langkah pertama. Lidi kelompok pertama dan
kedua di masukkan secara berlawanan, artinya lidi kelompok pertama
di masukkan dari atas di taruh sebelah kiri lingkaran, dan ujung ada di
bawah, sedangkan lidi kelompok dua arah yang berlawanan.
16
18
Demikian pula ketiadaan pendampingan dari usaha ekonomi yang
mereka jalankan menjadikan lemahnya semangat berkarya. Lebih-lebih kalau
mengalami surut permodalan. Bisa berdampak berhenti usaha ekonominya.
Rendahnya keterampilan, serta teknologi yang masih sederhana
memperhambat kemajuan dalam usaha. Hal lain adalah berupa lemahnya
pada tatanan adminsterasi keuangan. Menjadi kurang terkontorol alur masuk
dan keluarnya dana atau hasil. Faktor lainnya adalah yang bersifat eksternal,
seperti meningkatnya daya saing jual dan kurang maksimalnya bagian
pemasaran.
Maka solusi yang sementara dilakukan kami sebagai penyuluh adalah :
1. Menjaga kestabilan produksi dan hasil dengan melakukan pendampingan
2. Memberikan motivasi untuk lebih meningkatkan semangat dan kesadaran
berusaha secara mandiri.
3. Memberikan bimbingan atau konseling.
19
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari paparan yang kami uraikan di atas, dapat diambil kesimpulan
1. Kehidupan jama’ah Majelis Taklim Nihadlul Mustaghfirin dapat
dilihat dari beberapa aspek; dengan keadaan masyarakat yang
mempunyai nilai solidaritas sosial yang tinggi, tingkat pemahaman dan
pengamalan agama yang tidak sama antara satu dengan lainnya, masih
rendahnya tingkat kehidupan ekonomi.
2. Upaya strategis untuk peningkatan ekonomi jama’ah dilakukan dengan
pemberdayaan potensi ekonomi yang mereka miliki melalui
peningkatan kemampuan sumber daya manusia dan alam, adanya
peluang mendapatkan usaha produksi yang lebih maju melalui
kerjasama dengan pihak-pihak yang berkopeten.
3. Problematika yang dihadapi jama’ah majelis taklim Nihadlul
Mustaghfirin diantaranya berupa keterbatasan dan lemahnya akses
sumber-sumber pembiayaan usaha. Juga adanya kerendahan akan
pengetahuan kewirausahaan serta lemahnya majamenen usaha.
B. Saran-saran
Untuk penstabilan usaha yang telah dilakukan diperlukan
1. Pendampingan secara insetif baik berupa pengetahun, pemantauan serta
pendampingan yang bersifat finansial
2. Perlunya peningkatan peran serta masyarakat. Tidak hanya lingkup
intern warga Desa Datar tetapi bisa menggandeng pelaku ekonomi dari
luar daerah termasuk dengan Ormas setempat.
20
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarbelakangMasalah……………………………………………..
1
B. IdentifikiasiMasalah……………………………………………..…
2
C. RumusanMasalah…………………………………………………...
2
D. Tujuandan ManfaatPenelitian ..…………………………………….
3
BAB VPENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………….
. 19
B. Saran-
saran…………………………………………………………..
19
C. Daftar
pustaka…………………………………….………………….
20
DAFTAR ISI
iii
KATA PENGANTAR
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT., atas segala limpahan nikmat dan
hidayah-Nya. Dzat yang Maha Pengasih dan Penyayang kepada semua makhluk.
Semoga kita menjadi hamba-Nya yang selalu bersyukur atas segala karunia-Nya.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung
Muhammad SAW pembawa risalah Ilahi yang telah mengeluarkan manusia dari
kegelapan menuju cahaya petunjuk Allah SWT. Dalam dirinya rahmat Allah
senantiasa menyertainya. Semoga kita menjadi umatnya yang akan mendapatkan
syafa’atnya di yaumul akhir. Amin Ya Rabbal’alamin
Penyuluh agama adalah agen dakwah yang memiliki tugas mulia.
Penyuluh sebagai penyampai pesan-pesan agama di dalam Al-Qur’an dan
Assunnah. Sebagai da’i penyuluh di dalam melakukan penyuluhan diharapkan
bisa mengena sasaran kebutuhan masyarakat, tidak hanya pada aspek pemahaman
akan aqidah, bimbingan ibadah, dan pendidikan, akan tetapi juga menyentuh pada
dataran sosial serta ekonomi. Sebab kekuatan umat Islam meliputi kekuatan
aqidah (Quwwatul ‘Aqidah), kekuatan ilmu (Quwwatal ilmu), juga kekuatan
ekonomi (Quwwatul Iqtishadiyyah).
Dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW sangat sempurna dan mengena
pada lapisan masyarakat baik bagi yang muda, anak-anak maupun orang tua. Baik
kepada sasaran aghniya maupun fuqara. Sehingga setiap menjawab persoalan
selalu memperhatikan situasi dan kondisi seseorang atau masyarakat. Seperti
kalau ada yang bertanya dari seorang yang kaya, maka dijawab bahwa tangan di
atas lebih utama dari tangan di bawah. Bila yang menanyakan terkait dengan Al-
Qur’an, maka dijawabnya bahwa sebaik-baik kamu adalah yang belajar Al-
Qur’an dan yang mengajarkannya.
Dalam kaitannya dengan dakwah yang bersifat sosial ekonomi, memang
menjadi sangat urgen. Seorang yang lapar tidak tepat bila diceramahi atau dikasih
nasihat. Mereka butuh makan dan minum, sehingga dakwah untuknya adalah
bagaimana bisa kenyang dulu baru dikasih materi ilmu. Pentingnya kekuatan
ekonomi umat, memang sebagai upaya untuk mempertahankan keimanan dari
kekufuran. Ali Bin Abi Thalib menyampaikan “Bahwa hampir-hampir kefakiran
itu mengarah pada kekufuran”.
Salah satu upaya menjawab persoalan dakwah bilhal, maka pada penulisan
ini kami menyampaikan salah satu gagasan pemberdayaan potensi ekonomi umat
pada kelompook binaan Majelis Taklim Nihadlul Mustaghfirin . Diharapkan
usaha ini memberikan sedikit terobosan bagi jama’ah untuk meningkatkan
kesejahteraan baik kesejahterraan lahir maupun batin, jasmani dan rohani.
Semoga tulisan ini memberikan inspirasi sekaligus sebagai khazanah
keIslaman yang bermanfaat bagi setiap pembaca. Kepada semua pihak yang turut
memberikan saran dan motivasi, kami mengucapkan terima kasih yang sebanyak-
banyaknya, semoga menjadi amal sholeh yang berpahala. Amin.
Penulis
Mausul
Chayat
ii
PENANGGULANGAN KEMISKINAN
JAMA’AH MAJELIS TAKLIM NIHADLUL MUSTAGHFIRIN
MELALUI KERAJINAN PIRING LIDI
DESA DATAR KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN
BANYUMAS
Disusun oleh
Mausul Chayat
PEMILIHAN PENYULUH AGAMA ISLAM HONORER
( PAI NON PNS ) TELADAN
TINGKAT KABUPATEN BANYUMAS
TAHUN 2018