Anda di halaman 1dari 16

Single Room (Kamar Tunggal)

Kamar tunggal dapat mengurangi resiko infeksi silang dari pasien terhadap lingkungan sekitarnya
dengan cara mengurangi kontak secara langsung maupun tidak langsung. Jika memungkinkan,
sebuah kamar tunggal sebaiknya memiliki beberapa fasilitas di bawah ini:

 Tempat untuk mencuci tangan (wastafel);


 Kamar kecil dan kamar mandi.

Anterooms (kamar depan)

Kamar tunggal dengan tujuan isolasi sebaiknya terdapat anterooms (kamar depan) sebagai tempat
untuk persiapan penggunaan alat pelindung diri.

Cohorting (bangsal)

Untuk tujuan kontrol infeksi, jika kamar tunggal tidak memungkinkan, atau jika ada kekurangan
pada kamar tunggal, pasien terinfeksi atau colonized patients dapat digabungkan ke dalam satu
bangsal.

Jika bangsal digunakan untuk pasien yang terinfeksi, maka ruangan bangsal sebisa mungkin dalam
keadaan steril, dan sebisa mungkin dipisahkan dari pasien lain pada area pasien non-
infeksi/colonized patients.

Perpindahan Pasien

Dengan mengurangi arus perpindahan pasien dari ruang isolasi/ruang khusus diharapkan dapat
menurunkan kemungkinan perpindahan mikroorganisme dalam sebuah rumah sakit.

Pada saat perpindahan pasien diperlukan, tindakan pencegahan untuk mengurangi resiko
perpindahan mikroorganisme ke pasien lain, perawat atau lingkungan rumah sakit (permukaan
lantai, dinding dan peralatan). Sebagai contoh: pada saat memindahkan pasien penderita TBC,
pasien dipasangkan masker pada saat proses pemindahan, hal itu merupakan tindakan pencegahan
yang tepat.
Praktik Manajemen Lingkungan Rumah Sakit

Lingkungan rumah sakit yang bersih sangat berperan dalam pencegahan terjadinya Hospital-
Associated Infections (HAI). Ada beberapa factor, termasuk diantaranya jenis area perawatan
pasien, ruang operasi, sirkulasi udara, pengadaan air bersih dan laundry, hal ini secara signifikan
mempengaruhi terjadinya HAI.

Tempat/Bangunan

Desain tempat dan perencanaan sebaiknya:

 Suplai air yang cukup


 Proses pembersihan yang tepat
 Area untuk tempat tidur yang tepat
 Jarak tempat tidur yang tepat
 Fasilitas cuci tangan yang tepat
 Ventilasi udara yang tepat pada ruang isolasi dan area resiko tinggi seperti kamar operasi,
unit transplantasi, ICU, dll
 Isolasi udara dan droplet yang tepat
 Pengaturan arus perpindahan pasien untuk meminimalisir terpaparnya pasien beresiko
tinggi
 Peralatan pencegahan terpaparnya pasien terhadap jamur selama proses renovasi
 Mencegah kemungkinan munculnya hewan pengerat, hama atau vector lainnya
 Managemen limbah yang tepat

Udara

Ventilasi

System ventilasi sebaiknya didesain agar dapat meminimalisir kontaminasi bakteri. Saringan udara
sebaiknya dibersihkan secara berkala dan penggunaan kipas angin pada area beresiko tinggi
terkena infeksi sebaiknya dihindari karena dapat menyebarkan bakteri pathogen.
Area beresiko tinggi seperti kamar operasi, ICU dan unit transplantasi memerlukan sitem ventilasi
yang baik. System filtrasi didesain agar udara bersih memiliki saringan high efficiency particulate
air (HEPA) pada area beresiko tinggi. System aliran udara yang searah harus tersedia pada daerah
yang tepat dalam sebuah bangunan rumah sakit. Udara yang sangat bersih sangat berharga pada
daerah tertentu seperti ruang operasi jantung/bedah saraf/bedah implant dan unit transplantasi.

Untuk kamar operasi,parameter untuk kualitas udara bersih antara lain:

 Pemeliharaan / validasi secara berkala filter udara


 Tekanan yang stabil filter pada kamar tidur pasien dan kamar operasi
 Pergantian udara perjam
 Temperature ruangan harus stabil antara 20°C dan 22°C dan kelembaban antara 30% dan
60%k untuk menghindari pertumbuhan bakteri
 Seluruh ruangan secara umum sebaiknya memiliki ventilasi yang baik jika tidak terdapat
penyejuk ruangan (AC)

Penanganan Udara Secara Khusus

Tekanan udara negatif yang dilepaskan ke udara biasanya untuk area yang terkontaminasi dan juga
diperlukan untuk isolasi pasien yang penyebaran infeksinya bisa melalui udara. Sistem
penanganan udara menyediakan 6-12 kali perubahan udara perjam dimana udara tetap dibuang
diluar melalui mekanise filtrasi. Sistem ini harus diperiksa oleh seorang mekanik untuk
memastikan tekanan udara negatif tetap terjaga.

Pada sebuah kamar tunggal yang dilengkapi exhaust atau ventilasi yang baik merupakan pilihan
untuk fasilitas perawatan kesehatan tanpa tekanan udara negatif.

Jika sebuah kamar tidak dilengkapi dengan penyejuk ruangan (AC), dapat dilengkapi dengan kipas
angin untuk mengarahkan aliran udara tetap ke arah jendela. Pintu tetap harus terus tertutup.

Perlindungan Lingkungan

Perlindungan terhadap lingkungan mungkin diperlukan pada pasien neutropenia. Udara bersih
dengan aliran udara satu arah mungkin diperlukan di beberapa unit seperti hematologic atau
perawatan intensif karena tingkat imunosupresi dari pasien. Untuk meminimalkan partikel udara,
udara harus dialirkan ke dalam ruangan dengan kecepatan minimal 0,25 m/detik melalui high
efficiency particulate air (HEPA). Filter HEPA ini mengubah ukuran partikel ke ukuran partikel
tertentu yang sudah ditentukan. Jika partikel diameter 0,3 mikron dihilangkan, maka udara yang
memasuki ruangan dapat dklasifikasikan debagai udara bersih dan bebas dari kontaminasi bakteri.

Cara penting lainnya untuk melindungi pasien dengan sistem imunitas rendah antara lain:

 Petugas kesehatan dan pngunjung harus menghindari kontak dengan pasien jika memiliki
infeksi (misalnya infeksi saluran pernapasan bagian atas atau herpes simplex).
 Bila diperlukan, staf dan pengunjung harus menggunakan peralatan perlindungan diri
untuk melindungi pasien dari mikroorganisme.
 Pastikan lingkungan sekitar dalam keadaan rapi dan bersih.
 Pembersihan lingkungan harus dilakukan dua kali sehari dan dilakukan dari pembersihan
debu basah saja, jangan membuat aerosol.
 Gunakan teknik aseptic yang ketat untuk semua prosedur klinis.

Air

Fasilitas perawatan kesehatan harus menyediakan air yang aman untuk dikonsumsi. Jika memiliki
penyimpanan air dalam tank, maka harus dibersihkan secara teratur dan kualitas air harus diperiksa
secara berkala untuk memastikan tidak terkontaminasi bakteri.

Air Minum yang Bersih

Jika air bersih tidak tersedia, rebuslah air selama 5 menit untuk membuatnyaa aman untuk
dikonsumsi. Alternative lain, gunakan unit pemurnian air.

Simpan air di lingkungan yang higienis, jangan biarkan tangan masuk ke dalam wadah
penyimpanan air.

Wadah penyimpanan air dilengkapi dengan penutup . bersihkan wadah penyimpanan air dan
pendingin air secara teratur.
Pembersihan Lingkungan Rumah Sakit

Pembersihan secara rutin sangat penting untuk memastikan rumah sakit yang bersih dan bebas
debu. Biasanya terdapat banyak mikroorganisme yang dapat dilihat, dan pembersihan rutin dapat
membantu menghilangkan debu ini. Area kantor dan bagian administrasi merupakan daerah tanpa
kontak pasien namun membutuhkan pembersihan secara rutin. Pada umumnya daerah perawatan
pasien sebaiknya dibersihkan dengan cara mengepel basah. Sapuan kering tidak dianjurkan.
Penggunaan larutan deterjen dapat meningkatkan kualitas pembersihan. Air panas (80°C) berguna
untuk pembersihan lingkungan yang efektif. Uji bakteriologi lingkungan tidak dianjurkan kecuali
untuk mencari sumber wabah suatu penyakit.

Setiap area yang terkonaminasi dengan darah atau cairan tubuh sebaiknya dibersihkan segera
dengan deterjen dan air. Ruang isolasi dan area lain yang memiliki pasien dengan penyakit menular
harus dibersihkan dengan deterjen/larutan disinfektan setidaknya setiap hari. Semua permukaan
datar dan semua area toilet harus dibersihkan setiap hari.

Penanganan Limbah

Limbah rumah sakit merupakan reservoir potensial mikroorganisme patogen dan membutuhkan
penanganan yang tepat, aman, dan handal. Resiko utama terkait dengan infeksi adalah benda tajam
yang terkontaminasi dengan darah. Harus ada seseorang yang bertanggung jawab atas pengelolaan
limbah mulai dari pengumpulan, penyimpanan, dan pembuangan. Pengelolaan sampah seharusnya
dilakukan dengan koordinasi yang baik dengan tim pengendalian infeksi.

Langkah-langkah dalam pengelolaan limbah rumah sakit meliputi:

 Pengumpulan
 Transportasi
 Penyimpanan
 Penanganan
 Pembuangan akhir
Praktik pengelolaan limbah harus memenuhi persyaratan baik secara nasional maupun local.
Prinsip-prinsip berikut ini direkomendasikan sebagai panduan umum:

Prinsip Pengelolaan Sampah


Merncanakan pengelolaan limbah harus didasarkan pada penilaian kondisi tertentu untuk
meminimalkan limbah yang dihasilkan.
Pisahkan limbah klinis (infeksius) dari limbah non-klinis dari container terpisah.
Buang sampah pada troli khusus.
Simpan sampah di area tertentu dengan akses terbatas. Kumpulkan dan simpan benda tajam dalam
wadah tertentu. Wadah benda tajam seharusnya terbuat dari plastic atau logam dan memiliki
penutup. Wadah harus ditandai dengan label atau logo yang sesuai misalnya symbol biohazard
untuk limbah klinis (infeksius).

Tandai area penyimpanan dengan symbol biohazard. Pstikan bahwa troli atau troli yang digunakan
untuk transportasi pengumpulan sampah yang terpisah tidak digunakan untuk tujuan lain. Troli-
troli ini harus dibersihkan secara teratur.
Identifikasi area penyimpanan untuk limbah sebelum dilakukan penanganan terhadap limbah atau
dibawa ke area pembuangan terakhir.

Penanganan Limbah Klinis Berbahaya dan Infeksius


Setiap fasilitas perawatan kesehatan harus memstikan terlebih dahulu metode untuk penanganan
limbah klinis/infeksius. Mulai dari transportasi limbah infeksius ke fasilitas limbah terpusat atau
pengelolaan limbah di lokasi.
Metode Pembuangan
Benda Tajam
 Autoklaf, microwave
 Tanam dalam area yang aman dengan kedalaman 2-3 meter dan setidaknya 1,5 meter di
atas permukaan air tanah
Limbah yang membutuhkan insinerasi (pembakaran):
 bagian anatomi tubuh manusia dan bangkai hewan.
 obat beracun.
 bahan kimia laboratorium beracun selain merkuri.
Limbah yang mungkin memerlukan insinerasi:
 Pasien yang terkontaminasi bahan-bahan non-plastis dan non-chlorinated plastic

Limbah yang sebaiknya diinsinerasi:


 Limbah plastik yang terklorinasi
 Merkuri
 Sampah plastik, non-plastik yang terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi dan ekskresi,
dan limbah infeksi laboratorium. Beberapa contoh limbah di atas memerlukan sterilisasi
seperti autoklaf atau microwave. Jika metode diatas tidak tersedia, penanganan dengan
bahan kimia seperti hypoclorite 1% atau bahan-bahan disinfektan lainnya. Namun,
penggunaan bahan kimia secara luas harus dihindari karena dapat menyebabkan kesehatan
terganggu.
Limbah Radioaktif
Laundry

Instruksi Umum

Linen

Prinsip dasar penanganan limbah linen sebagai berikut:

 Tempatkan linen pada tempat yang tepat.


 Linen yang mengandung cairan tubuh atau cairan lainnya ditempatkan ke dalam kantong
yang tertutup untuk menghindari cairan tersebut keluar atau tumpah.
 Jangan membilas linen pada area perawatan pasien.
 Pisahkan linen yang bersih dengan yang bercampur dengan cairan.
 Cucilah linen yang telah dipakai pada air panas 70° hingga 80° dan sabun, bilas dan
keringkan dalam mesin pengering atau matahari.(lihat table 7)
 Masukkan linenke dalam autoklaf sebelum dibawa ke ruang operasi.
 Cuci selimut dengan bahan wol dalam air hangat atau matahari, atau dalam mesin
pengering.

Tempat Tidur

 Kasur dan bantal dengan penutup dari plastic harus dicuci dengan detergen netral.
 Kasur tanpa penutup plastic sebaiknya dicuci dengan steam-cleaned jika terkontaminasi
dengan cairan tubuh. Jika tidak memungkinkan, cairan tadi dibersihkan dengan cara
manual, namun tetap dengan perlindungan diri yang tepat.
 Cuci bantal juga sesuai standar prosedur pencucian yang dijelaskan di atas, atau dry-
cleaned jika terkontaminasi dengan cairan tubuh.

Pengaturan Instrumen dan Peralatan

Resiko berpindahnya infeksi dari instrument dan peralatan adalah berdasarkan pada beberapa
faktor antara lain:
1. Adanya mikroorganisme, jumlah dan virulensi dari mikroorganisme tersebut;
2. Jenis prosedur yang digunakan;
3. Letak dimana instrument atau peralatan diletakkan di dalam tubuh.

Klasifikasi dari resiko perpindahan infeksi oleh instrument dan peralatan juga disebut “Spaulding
Classification”. Klasifikasi ini berdasarkan letak dimana antrumen dan peralatan akan digunakan.
Daerah kontak untuk instrument dapat diklasifikasikan menjadi kritis, semi-kritis, atau non-kritis.
Klasifikasi ini ditunjukkan pada table 1. Tingkat pengolahan ulang ini berdasarkan pada tingkat
keparahan resiko. Setiap instrument dan peralatan yang dimasukkan ke dalam tubuh harus dalam
keadaan steril.

Pengaturan intrumen dan peralatan yang efektif antara lain:

1. Membersihkan instrument dan peralatan segera setelah digunakan untuk menghilangkan


semua bahan organic, bahan kimia, dan
2. Disinfeksi atau
3. Sterilisasi.

Prinsip Pengaturan

1. Pelatihan Staff
Staff yang bekerja di bagian sterilisasi yang bertanggung jawab terhadap proses sterilisasi
instrument dan peralatan sebaiknya telah mengikuti pelatihan bagaiman cara untuk
mensterilkan intrumen, disinfeksi, dan sterilisasi.
2. Pengaturan instrument yang tepat
Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa proses pengaturan intrumen dan peralatan yang tepat
dipilih berdasarkan tujuannya. Keputusan ini dibuat berdasarkan jenis instrument dan
peralatannya, namun lebih kepada untuk apa intrumen dan peralatan tersebut digunakan.
Sterilisasi uap sangat dianjurkan. Namun jenis sterilisasi ini sebagian besar tidak
memungkinkan untuk beberapa jenis instrument dan peralatan. Metode lain yang dapat
digunakan seperti ethylene oxide atau system sterilisasi kimia temperature rendah.
3. Pemeliharan instrument dan peralatan
Sebelum digunakan untuk tujuan pelayanan medis, instrument dan peralatan sebaiknya
disterilkan dengan tepat. Jika memnag tidak memungkinkan untuk dilakukan sterilsasi
sebelum digunakan, maka instrument dan peralatan ini sebaiknya dimasukkan ke dalam
kantong plastik yang resisten terhadap cairan atau ke dalam container dan diberi label yang
tepat sebelum digunakan.
4. Beberapa item yang membutuhkan pengaturan khusus
 Alat endoskopi
 Alat bantuan pernapasan dan anestesi
 Alat diagnostic ultrasonic.
5. Penyimpanan
Penyimpanan instrument dan peralatan merupakan suatu hal yang penting. Sebagian
intstrumen dan peralatan dalam keadaan kering dan dibungkus jika akan disterilkan.
Peralatan ini harus disimpan dalam wadah yang bersih, kering, dan aman dari kerusakan.
Tempat penyimpanan yang tepat adalah tempat yang steril.
6. Peralatan perawatan pasien
Semua jenis peralatan yang akan digunakan pada pasien, sebaiknya dibersihkan dan
didisinfeksi , biasanya dengan air panas (min 70°C).

Pembersihan, Disinfeksi dan Sterilisasi


Pembersihan
Untuk menghasilakn instrument dan peralatan yang steril, semua jenis instrument dan peralatan
harus dalam keadaan bersih. Jika tidak dibersihkan, semua bahan organic akan menolak bahan
disinfektan dan bahan sterilisasi untuk kontak dengan instrument dan peralatan. Jika instrument
dan peralatan tidak dapat dibersihkan maka tidak akan dapat disterilkan dan didisinfeksi.
Setelah instrument digunakan, keringkan, dan harus dicuci untuk menghilangkan semua kotoran.
Pada tahap ini, sebaiknya menggunakan detergen dan air yang tepat.
Terdapat empat metode yang digunakan dalam membersihkan instrument dan peralatan:
1. Pembersihan Manual
Semua permukaan instrument dan peralatan harus dibersihkan. Jika dibersihkan secara
manual harus mengikuti beberapa prosedur berikut:
 Gunakan alat pelindung diri (apron, sarung tangan, kaca mata, masker),
 Bersihkan kotoran dengan membilas instrument dengan air,
 Mengambil instrument terpisah, masukkan ke dalam air hangat yang
biodegradable, nonkorosi, nonabrasive, sedikit busa, dan dibilas tanpa detergen.
 Pastikan semua kotoran yang dapat terlihat dihilangkan dari instrument
 Bilas ke dalam air hangat
 Keringkan instrument dan simpan ke dalam wadah kering
 Periksa kembali untuk memastikan semua instrument sudah bersih.
2. Pembersih dengan kandungan enzim
Digunakan untuk alat fibreoptic dan aksesoris atau item lain yang susah untuk dibersihkan.
3. Pembersih ultrasonic dan automatic
Pembersih ultrasonic dan automatic ini tidak dapat membersihkan bagian dalam
instrument, bahan plastic, bahan metal, atau bahan kaca, syringe dan lensa.
4. Disinfeksi
Disinfeksi membersihkan mikrorganisme tanpa proses sterilisasi. Disinfeksi digunakan
untuk menghancurkan organisme yang halus atau instrument yang sensitive terhadap panas
yang tidak dapat disterilkan atau jika tidak digunkan dalam sekali pakai. Disiinfeksi adalah
bukan proses sterilisasi dan tidak digunakan sebagai pengganti sterilisasi. Disinfeksi panas
tidak tepat untuk beberapa instrument.

Beberapa produk dan proses tertentu yang memberikan tingkat yang berbeda dari
disinfeksi. Produk ini diklasifikasikan ke dalam :
a. High-level disinfection: menghancurkan semua mikroorganisme kecuali beberapa
bakteri bentuk spora
b. Intermediate disinfection: mycobacterium tuberculosis yang tidak aktif, virus, jamur
namun tidak selalu membunuh bakteri spora
c. Low-level disinfektioni: dapat membunuh sebagian besar bakteri, virus, dan jamur,
namun tidak dapat membunuh bakteri yang resisten seperti mycobacterium
tuberculosis atau bakteri spora.
Terdapat 2 metode yang dapat dilakukan dalam disinfeksi yaitu disinfeksi panas dan kimia.

Disinfeksi Termal/Panas (pasteurization)

Jika sebuah instrument mampu menahan tekanan suhu panas dan lembab dan tidak perlu
disterilkan maka disinfeksi yang tepat adalah disinfeksi panas (termal). Dengan menggunakan
panas dan air dengan suhu tertentu yang dapat membunuh bakteri patogen, agen vegetative, maka
disinfeksi termal (panas) inilah yang paling efisien.

Tingkat disinfeksi bergantung pada suhu air dan waktu yang diperlukan instrument terhadap suhu
yang diberikan.

Tabel 2. Suhu permukaan minimum dan waktu yang dibutuhkan untuk disinfeksi termal

Suhu Permukaan Waktu Minimum Yang Diperlukan


(C°) (menit)
90 1
80 10
75 30
70 100

Disinfeksi Kimia

Disinfeksi kimia bergantung pada beberapa faktor seperti: suhu, waktu kontak, konsentrasi larutan
disinfeksi, pH, adanya bahan organik/anorganik dan jumlah dan resistensi mikrorganisme pada
permukaan instrumen.

Tingkat disinfeksi sebuah instrument diklasifikasikan menjadi high, intermediate, dan low.
Table 3. Disinfeksi Kimia – Tingkat Disinfeksi yang Diperoleh

Tingkat Disinfeksi Aktivitas Agen Mikroba


high level chemical disinfectant Menonaktifkan semua bakteri patogen kecuali
jumlah bakteri spora terlalu banyak
Intermediate level disinfectant Menonaktifkan semua bakteri patogen kecuali
bakteri spora
Low level disinfectant Menonaktifkan bakteri vegetative secara cepat

Seleksi bahan Disinfeksi

Sampai saat ini tidak ada bahan disinfeksi yang ideal. Beberapa disinfektan yang berbeda juga
digunakan untuk tujuan berbeda pula. Hanya disinfektan instrument yang bisa digunakan untuk
instrument dan peralatan medis.

Pengawasan disinfektan sangat penting jika untuk digunakan untuk beberapa tujuan tertentu.
Sangat penting mengenai dimana bahan disinfeksi tersebut disimpan dan penggunaannya
disusuaikan dengan instruksi pabriknya. Pastikan tidak terkontaminasi dengan bahan cair lainnya
pada saat akan digunakan.

Glutaraldehyde pada umumnya digunakan untuk disinfeksi kimia khususnya high-level


disinfection. Bahan ini sebaiknya digunakan dibawah pengawasan yang ketat dan aman.

Glutaraldehyde 2 % digunakan untuk high-level disinfectant untuk endoskopi, alat-alat pernapasan


dan bahan yang dapat rusak oleh karena disinfektan panas. Lama waktu perendaman lebih dari 20
menit.

Sterilisasi

Sterilisasi adalah proses pemusnahan semua mikroorganisme yang hanya dapat diperoleh dengan
metode fisik dan kimia. Sterilisasi sangat penting untuk alat-alat medis terutama yang akan masuk
kedalam tubuh manusia. Pembersihan untuk kotoran yang dapat terlihat untuk alat yang digunakan
berulang-ulang sangat memerlukan sterilisasi. Semua bahan harus dibungkus sebelum dilakukan
sterilsasi. Hanya yang terbungkus yang dapat dikatakan steril. Sebelum instrument atau peralatan
disterilkan sebaiknya memperhatikan beberapa hal dibawah ini:

1. Pastikan instrument dapat melalui proses sterilisasi


2. Pastikan instrument dalam keadaan bersih
3. Pastikan instrument tidak membutuhkan perlakuan khusus
4. Pastikan pencatatan proses sterilisasi dengan baik.

Instrument dan peralatan dikatakan steril jika menggunakan salah satu proses sterilisasi berikut:

1. Steam
2. Dry heat
3. Ethylene Oxide
4. Automated environmentally sealed low-temperature paracetid acid, hydrogen peroxide
plasma dan bahan kimia lainnya
5. Irradiation

Anda mungkin juga menyukai