Short Case
Oleh:
Bella Bonita, S.Ked
Pembimbing:
dr. Linda Trisna, Sp.M(K)
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat
kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis
dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar,
a. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang
c. Jaringan Areolar
d. Tarsus
padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan
penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas
e. Konjungtiva Palpebrae
a. Kelenjar Meibom
lipid pada lapisan air mata dan ductus yang bermuara pada margin
palpebra.
b. Kelenjar Zeiss
c. Kelenjar Moll
Bermuara pada folikel rambut atau pada ductus kelenjar zeiss dan
menjadi tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu
mata, glandula Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar
sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.
dalam satu baris dekat bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan bola
mata, dan sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar
2.2 Hordeolum
2.2.1 Definisi
kecil dan lebih superfisial adalah infeksi kelenjar Zeiss atau Moll.5
4
2.2.1 Etiologi
hordeolum.[5] Paling sering terjadi pada anak-anak dan dewasa muda dan
terjadinya hordeolum[4]
1. Penyakit kronik.
4. Diabetes
2.2.3 Patofisiologi
Zeiss atau Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar
Gejala [5]
- Pembengkakan
Tanda
- Eritema
6
- Edema
Stadium selulitis
2.2.4 Diagnosis
pemeriksaan oftalmologis
- Xanthelasma
- Blepharitis
- Dakriosistitis
- Kalazion
2.2.6 Penatalaksanaan
Biasanya hordeolum dapat sembuh dengan sendiri dalam waktu 5-7 hari.4
7
Medikamentosa :
hordeolum.
1. Antibiotik topikal.
2. Antibiotik sistemik
kali sehari selama 7 hari. Bila alergi penisilin atau cephalosporin dapat
Operatif :
bila:
salep antibiotik.
2.2.7 Komplikasi
9
abses, atau selulitis palpebra yang merupakan radang jaringan ikat jarang
BAB II
10
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
Nama : Nn. JF
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat : Jl. Perindustrian II No. 1279 Palembang
Tanggal Pemeriksaan : 19 Juli 2018
3. Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit regular, isi dan tegangan cukup
Frekuensi napas : 20 kali/menit
Suhu : 36,5o C
b. Status Oftalmologis
KBM Ortoforia
GBM
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Slit Lamp
5. Diagnosis Banding
• Hordeolum Eksternum Palpebra Superior OD
• Hordeolum Internum Palpebra Superior OD
• Kalazion Palpebral Superior OD
6. Diagnosis Kerja
Hordeolum Eksternum Palpebral Superior OD
7. Tatalaksana
1. Informed Consent
13
8. Prognosis
o Quo ad vitam : bonam
o Quo ad functionam : bonam
o Quo ad sanationam : bonam
14
9. Lampiran
Gambar 1. ODS
Gambar 2. ODS
BAB III
ANALISIS MASALAH
infeksi kelenjar Zeis dan Moll yang terletak di lapisan supefisial palpebra.
Hordeolum eksternum dapat menyebabkan gejala yang sama seperti hordeolum
internum. Sedangkan kalazion adalah peradangan granulomatosa kelenjar Meibom
yang tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan
infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis pada kelenjar tersebut.
Gejala kalazion berupa adanya benjolan pada kelopak mata, tidak hiperemis, tidak
ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis.
Hordeolum dapat sembuh sendiri namun dapat juga dilakukan insisi yang
terlebih dahulu diberikan anastesi topikal dengan pantocain tetes mata. Cara insisi
hordeolum eksternum adalah dengan cara membuat insisi sejajar dengan margo
palpebra (horizontal). Kemudian dilakukan kuretase seluruh isi jaringan yang
meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberi salep antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Tim Editor EGC. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 1996.
[2] Winarto. Macam Kuman, Pola Kepekaan terhadap Antibiotika serta Beberapa
Faktor Risiko pada Hordeolum. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro; 1990.
[3]Bessette M. Hordeolum and Stye. c2010. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1213080-overview.
[4] Khurana AK. 2007. Comprehensive Ophthalmology 4th ed. Rohtak: New Age
International
[5] Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata, Edisi III, Cetakan I, Balai Penerbit FK UI,
Jakarta. 2004: Hal 92-94
[6] Leonid SJ. 2002. Hordeolum and Chalazion Treatment. Optometry: UK