Anda di halaman 1dari 21

1

Short Case

HORDEOLUM EKSTERNUM PALPEBRA SUPERIOR OD

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSMH Palembang

Oleh:
Bella Bonita, S.Ked

Pembimbing:
dr. Linda Trisna, Sp.M(K)

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA


RUMAH SAKIT DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
2

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI PALPEBRA

Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat

menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi

kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis

mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi[4]

Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke

dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar,

jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebrae).[4]

a. Kulit

Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,

longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.

b. Muskulus Orbikularis okuli

Fungsi otot ini adalah untuk menutup palpebra. Serat ototnya

mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati

tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang

terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas


3

septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut

bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.

c. Jaringan Areolar

Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis

subaponeurotik dari kujlit kepala.

d. Tarsus

Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa

padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan

penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas

dan 20 buah di kelopak bawah).

e. Konjungtiva Palpebrae

Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa,

konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus.


Gambar 1. Penampang melintang palpebra superior[4

Terdapat beberapa kelenjar yang terdapat pada palpebra yaitu :

a. Kelenjar Meibom

Biasa juga dikenal sebagai kelenjar tarsal dan terdapat pada

stroma dari lempeng tarsal yang tersusun secara vertikal. Terdapat

sekitar 30-40 kelenjar meibom pada palpebra superior dan 20-30

kelenjar meibom pada palpebra inferior. Kelenjar meibom

merupakan kelenjar sebasea yang turut berkontribusi pada lapisan

lipid pada lapisan air mata dan ductus yang bermuara pada margin

palpebra.

b. Kelenjar Zeiss

Kelenjar sebasea yang bermuara pada folike bulu matal


2

c. Kelenjar Moll

Merupakan kelenjar keringat di dekat folikel rambut.

Bermuara pada folikel rambut atau pada ductus kelenjar zeiss dan

tidak bermuara langsung ke permukaan kulit.

d. Wolfring kelenjar lakrimalis aksesori

Terdapat di sekitar batas atas dari lempeng tarsal.

Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan)

menjadi tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu

mata, glandula Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar

sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.

Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke

dalam satu baris dekat bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan bola

mata, dan sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar

sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal)

Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior

palpebra. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui

kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.


3

Gambar 2. Kelenjar pada kelopak mata

2.2 Hordeolum

2.2.1 Definisi

Hordeolum adalah infeksi kelenjar palpebra berupa radang akut

yang bersifat supuratif yang biasanya disebabkan oleh Staphylococcus


[4]
. Bila kelenjar Meibom yang terkena, timbul pembengkakan besar yang

disebut hordeolum interna. Sedangkan hordeolum eksterna yang lebih

kecil dan lebih superfisial adalah infeksi kelenjar Zeiss atau Moll.5
4

Gb I. Hordeolum eksterna6 Gb II. Hordeolum interna 6

2.2.1 Etiologi

Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90-95% kasus

hordeolum.[5] Paling sering terjadi pada anak-anak dan dewasa muda dan

pada pasien dengan ketegangan pada mata yang disebabkan oleh

ketidakseimbangan otor atau kesalahan refraksi. Kebiasaan mengucek

mata dan hidung, blefaritis kronik dan diabetes berhubungan dengan

kejadian hordeolum berulang. Faktor metabolik, penyakit kronik, asupan

karbohidrat dan alkohol berlebih dapat menjadi faktor predisposisi

terjadinya hordeolum[4]

2.2.2 Faktor Resiko

1. Penyakit kronik.

2. Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk.


5

3. Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis

4. Diabetes

5. Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesteroledmia

6. Riwayat hordeolum sebelumnya

7. Higiene dan lingkungan yang tidak bersih

8. Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik. 4

2.2.3 Patofisiologi

Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar

Zeiss atau Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar

Meibom yang terletak di dalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini

memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya. Kedua tipe

hordeolum dapat timbul dari komplikasi blefaritis. Apabila infeksi pada

kelenjar Meibom mengalami infeksi sekunder dan inflamasi supuratif

dapat menyebabkan komplikasi konjungtiva [4][5]

2.2.3 Gejala dan Tanda

Gejala [5]

- Pembengkakan

- Rasa nyeri pada kelopak mata

- Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata

- Riwayat penyakit yang sama

Tanda

- Eritema
6

- Edema

- Nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu mata

- Seperti gambaran absces kecil

Stadium selulitis

Memiliki karakteristik yang terlokalisasi, kaku, merah, dan

pembengkakan pada margin palpebra yang berbatas tegas.

Stadium pembentukan abses

Memiliki karakteristik terlihat titik pus pada margin palpebra dan

menginvasi sekitar rambut mata.

2.2.4 Diagnosis

Diagnosis hordeolum ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda pada hasil

pemeriksaan oftalmologis

2.2.5 Diagnosis Banding

Beberapa diagnosis banding untuk hordeolum:

- Xanthelasma

- Blepharitis

- Dakriosistitis

- Kalazion

2.2.6 Penatalaksanaan

Biasanya hordeolum dapat sembuh dengan sendiri dalam waktu 5-7 hari.4
7

Medikamentosa :

Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam tidak

ada perbaikan, dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar daerah

hordeolum.

1. Antibiotik topikal.

Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam selama 7-

10 hari3. Dapat juga diberikan eritromicin salep mata untuk kasus

hordeolum eksterna dan hordeolum interna ringan.

2. Antibiotik sistemik

Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda

pembesaran kelenjar limfe di preauricular. 3

Pada kasus hordeolum internum dengan kasus yang sedang sampai

berat. Dapat diberikan cephalexin atau dicloxacilin 500 mg per oral 4

kali sehari selama 7 hari. Bila alergi penisilin atau cephalosporin dapat

diberikan clindamycin 300 mg oral 4 kali sehari selama 7 hari atau

klaritromycin 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari.

- Steroid (Kortison) dan analgetik sebagai terapi simptomatik.

Operatif :

Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka prosedur

pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada

hordeolum8. Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi


8

topikal dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan

prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi yang

bila:

- Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak

lurus pada margo palpebra.

- Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.

Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh

isi jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberikan

salep antibiotik.

2.2.7 Komplikasi
9

Komplikasi hordeolum dapat berupa mata kering, simblefaron,

abses, atau selulitis palpebra yang merupakan radang jaringan ikat jarang

palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.

2.2.8 Edukasi dan Pencegahan

1. Jaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan sebelum

menyentuh wajah agar hordeolum tidak mudah berulang.

2. Untuk mempercepat peradangan kelenjar dapat diberikan kompres

hangat 3 kali sehari selama 10 menit.

3. Menghindari pemakaian make up pada mata, karena kemungkinan hal

itu menjadi penyebab infeksi Jaga kebersihan peralatan make-up mata

agar tidak terkontaminasi oleh kuman.

4. Gunakan kacamata pelindung jika bepergian di daerah berdebu.

BAB II
10

STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien
Nama : Nn. JF
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat : Jl. Perindustrian II No. 1279 Palembang
Tanggal Pemeriksaan : 19 Juli 2018

2. Anamnesis (Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 19 Juli 2018)


a. Keluhan Utama
Timbul benjolan di kelopak mata kanan atas sejak ± 1 minggu yang lalu.

b. Riwayat Perjalanan Penyakit


Sejak 1 minggu sebelum pasien datang ke rumah sakit, pasien
mengeluh timbul benjolan kemerahan di kelopak atas mata kanan. Benjolan
awalnya kecil sebesar kepala jarum pentul, lalu membesar. Keluhan disertai
rasa gatal (+), rasa mengganjal (+), panas (+), dan nyeri (+) terutama saat
benjolan tersebut tersentuh. Sejak 1 hari yang lalu benjolan pecah sendiri
dan mengeluarkan cairan seperti nanah bercampur darah. Pasien tidak
mengeluh pandangan terasa kabur, mata merah (-), mata berair (-), kotoran
mata (-), silau (-), kelopak mata sulit dibuka (-). Kemudian pasien berobat
ke Poliklinik RSKM Prov. Sumsel.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal
 Riwayat memakai kacamata disangkal
 Riwayat penggunaan obat disangkal
11

 Riwayat alergi disangkal


 Riwayat kencing manis disangkal
 Riwayat darah tinggi disangkal

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal

3. Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit regular, isi dan tegangan cukup
Frekuensi napas : 20 kali/menit
Suhu : 36,5o C

b. Status Oftalmologis

Okuli Dekstra Okuli Sinistra

Visus 6/6 6/6


Tekanan P = N+0 P = N+0
intraokular

KBM Ortoforia
GBM

Palpebra Tampak massa hiperemis,


Tenang
Superior uk: 5x5 mm, permukaan
12

tidak rata, immobile, nyeri


(+), pus (+), darah (-)
Konjungtiva Tenang Tenang
Kornea Jernih Jernih
BMD Sedang Sedang
Iris Gambaran baik Gambaran baik

Bulat, central, refleks cahaya Bulat, central, refleks cahaya


Pupil (+), diameter 3 mm
(+), diameter 3 mm

Lensa Jernih Jernih


Segmen Posterior
Refleks
RFOD (+) RFOS (+)
Fundus
Bulat, batas tegas, warna Bulat, batas tegas, warna
Papil
oranye, c/d ratio 0.3, a/v 2:3 oranye, c/d ratio 0.3, a/v 2:3
Makula Refleks fovea (+) Refleks fovea (+)
Retina Kontur pembuluh darah baik Kontur pembuluh darah baik

4. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Slit Lamp

5. Diagnosis Banding
• Hordeolum Eksternum Palpebra Superior OD
• Hordeolum Internum Palpebra Superior OD
• Kalazion Palpebral Superior OD

6. Diagnosis Kerja
Hordeolum Eksternum Palpebral Superior OD

7. Tatalaksana
1. Informed Consent
13

- Menjelaskan kepada pasien bahwa keluhan yang terjadi akibat


infeksi dan peradangan di kelopak mata.
- Menjelaskan kepada pasien tentang rencana pengobatan yang akan
dilakukan.
- Menjelaskan kepada pasien untuk menggunakan obat-obatan sesuai
anjuran
2. KIE
- Dianjurkan kepada pasien untuk menjaga kebersihan mata disertai
dengan rajin mencuci tangan, terutama sebelum dan sesudah
menyentuh mata.
- Hindari menggosok-gosok mata bila kemasukan benda asing pada
mata.
- Menjelaskan pada pasien untuk tidak menekan atau menusuk
benjolan.
3. Non Farmakologi
- Kompres hangat 3-4 kali/hari selama 10-15 menit
- Kontrol ulang setelah 3 hari. Bila tidak ada perbaikan,
pertimbangkan tindakan insisi hordeolum.
4. Farmakologi
- Antibiotik topical Kloramfenikol 1% EO setiap 8 jam/hari OD
- Antibiotik sistemik ciprofloxacin 500mg tablet setiap 12 jam/hari
- Asam mefenamat 3x500mg tab P.O prn

8. Prognosis
o Quo ad vitam : bonam
o Quo ad functionam : bonam
o Quo ad sanationam : bonam
14

9. Lampiran

Gambar 1. ODS

Gambar 2. ODS

Gambar 1. Mata Kanan dan Kiri Penderita


15

BAB III
ANALISIS MASALAH

Nn.JF berusia 18 tahun datang dengan keluhan utama muncul benjolan


kemerahan di kelopak mata atas mata kanan. Benjolan awalnya kecil sebesar kepala
jarum pentul, lalu membesar. Pasien mengeluh nyeri pada kelopak mata atas
sebelah kanan (+), kemerahan pada kelopak mata atas sebelah kanan (+), terasa
panas (+), gatal (+), rasa mengganjal (+), kotoran mata (-), sulit membuka mata (-),
mata berair (-), mata merah (-), penglihatan kabur (-). Sejak 1 hari yang lalu
benjolan pecah sendiri dan mengeluarkan cairan seperti nanah bercampur darah.
Pasien berobat ke RS Khusus Mata Masyarakat Palembang. Riwayat keluhan yang
sama sebelumnya (-), riwayat memakai kacamata (-), riwayat penggunaan obat (-),
riwayat alergi (-), riwayat kencing manis (-), riwayat darah tinggi (-). Riwayat
penyakit yang sama dalam keluarga disangkal.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologis.


Dari anamnesis, keluhan pasien yaitu adanya benjolan di kelopak mata kanan,
kemerahan, terasa panas, gatal, rasa mengganjal, nyeri namun penglihatan normal
dan mata tidak merah. Dari pemeriksaan mata, tampak massa pada kelopak mata
atas kanan, hiperemis, immobile, ukuran 5x5 mm, permukaan tidak rata, nyeri (+),
pus (+), darah (+). Maka dapat dipikirkan kemungkinan adanya hordeolum dan
kalazion. Pasien didiagnosis banding dengan hordeolum eksternum palpebra
superior OD, hordeolum internum palpebra superior OD, dan kalazion palpebra
superior OD.

Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata,


biasanya disebabkan infeksi Stahylococcus aureus pada kelenjar sebasea kelopak
mata. Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak di
dalam tarsus, sehingga dapat menyebabkan benjolan terutama ke bagian
konjungtiva tarsal. Gejalanya berupa kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan
mengganjal, merah dan nyeri bila ditekan. Hordeolum eksternum merupakan
16

infeksi kelenjar Zeis dan Moll yang terletak di lapisan supefisial palpebra.
Hordeolum eksternum dapat menyebabkan gejala yang sama seperti hordeolum
internum. Sedangkan kalazion adalah peradangan granulomatosa kelenjar Meibom
yang tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan
infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis pada kelenjar tersebut.
Gejala kalazion berupa adanya benjolan pada kelopak mata, tidak hiperemis, tidak
ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis.

Kemungkinan kalazion sebagai diagnosis utama pada pasien ini dapat


disingkirkan karena pada riwayat perjalanan penyakitnya bersifat akut, ditemukan
hiperemis dan nyeri tekan pada benjolan di kelopak mata tersebut. Hordeolum
internum biasanya hanya terlihat apabila dilakukan pemeriksaan eversi kelopak
mata dan seringkali terjadi bersamaan dengan reaksi yang lebih berat seperti
konjungtivitis. Hordeolum eksternum muncul pada lokasi dimana kelenjar keringat
berada. Sehingga pasien dapat didiagnosis dengan hordeolum eksternum palpebra
superior OD.

Pasien sering mengucek-ngucek matanya menggunakan tangan. Salah satu


faktor yang menjadi pemicu terjadinya hordeolum adalah faktor kebersihan diri dan
lingkungan. Kondisi kelopak mata yang kotor atau kebiasaan mengucek-ngucek
mata dengan tangan kotor dapat memicu terjadinya infeksi. Hordeolum merupakan
infeksi yang menular, oleh karena itu sangat penting untuk menjaga kebersihan
terutama daerah mata.

Penatalaksanaan pada hordeolum eksternum dapat diberikan kompres


hangat 3 - 4 kali sehari selama 10 - 15 menit untuk mempercepat peradangan
kelenjar sampai nanah keluar. Pasien juga diedukasi untuk jangan sering mengucek
atau menyentuh mata yang sakit dan menjelaskan kepada pasien untuk tidak
menekan atau menusuk benjolan. Selain itu dapat juga diberikan tatalaksana
farmakologi berupa antibiotik topikal kloramfenikol 1% EO tiap 8 jam OD,
antibiotik sistemik ciprofloxacin tablet 500mg tiap 12 jam selama 5 hari, dan asam
mefenamat tablet 500mg tiap 8 jam selama 3 hari untuk mengurangi rasa nyeri.
17

Hordeolum dapat sembuh sendiri namun dapat juga dilakukan insisi yang
terlebih dahulu diberikan anastesi topikal dengan pantocain tetes mata. Cara insisi
hordeolum eksternum adalah dengan cara membuat insisi sejajar dengan margo
palpebra (horizontal). Kemudian dilakukan kuretase seluruh isi jaringan yang
meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberi salep antibiotik.

Komplikasi pada hordeolum jarang terjadi, namun apabila tidak diterapi


dengan baik dapat menyebabkan timbulnya penyulit berupa mata kering,
konjungtivitis, simblefaron, abses, atau selulitis palpebra yang merupakan radang
jaringan ikat palpebra di depan septum orbita.
18

DAFTAR PUSTAKA

[1] Tim Editor EGC. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 1996.
[2] Winarto. Macam Kuman, Pola Kepekaan terhadap Antibiotika serta Beberapa
Faktor Risiko pada Hordeolum. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro; 1990.
[3]Bessette M. Hordeolum and Stye. c2010. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1213080-overview.
[4] Khurana AK. 2007. Comprehensive Ophthalmology 4th ed. Rohtak: New Age
International
[5] Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata, Edisi III, Cetakan I, Balai Penerbit FK UI,
Jakarta. 2004: Hal 92-94
[6] Leonid SJ. 2002. Hordeolum and Chalazion Treatment. Optometry: UK

Anda mungkin juga menyukai