Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usia balita merupakan suatu periode penting dalam tumbuh kembang

anak, pada masa ini tumbuh kembang sel-sel otak anak begitu pesat sehingga

membutuhkan asupan nutrisi dan stimulus yang mendukung secara optimal, selain

itu kelompok usia balita merupakan kelompok usia yang rentan terhadap berbagai

masalah kesehatan, sekecil apapun penyimpangan dan masalah kesehatan yang

terjadi pada masa balita akan berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia

(SDM) di kemudian hari (Soetjiningsih, 2014). Asupan nutrisi balita yang tidak

terpenuhi dengan optimal pada masa ini akan memberikan dampak terhadap

kesehatan, pertumbuhan, perkembangan intelektual dan produktivitas anak di

masa depan (Marimbi, 2010).

Pemantauan pertumbuhan dan status gizi secara rutin sangat penting

dilakukan untuk mengetahui dan mendeteksi lebih dini apabila terjadi

penyimpangan tumbuh kembang anak sehingga upaya pencegahan, stimulasi dan

penanganan dapat diberikan dengan benar dan sesuai indikasinya (Hidayat, 2009).

Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan

(TB) atau panjang badan (PB). Variabel BB dan TB/PB anak balita disajikan

dalam bentuk tiga indeks antropometri yaitu BB/U, TB/U dan BB/TB. Indikator

BB/U mengindikasikan masalah gizi secara umum dan menggambarkan status

gizi yang bersifat akut sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung dalam
jangka waktu yang pendek, misalnya penurunan nafsu makan akibat diare atau

terinfeksi penyakit lainnya. Keadaan tersebut akan mengakibatkan anak

mengalami penurunan berat badan sehingga berat badan tidak proporsional terhadap

tinggi badan yang pada akhirnya anak akan menjadi kurus (Bali, 2016). Status gizi

digolongkan menjadi empat yaitu status gizi baik, gizi kurang, gizi buruk dan gizi

lebih.

Gizi kurang merupakan suatu keadaan dimana kebutuhan nutrisi pada

tubuh tidak terpenuhi dalam jangka waktu tertentu sehingga tubuh akan memecah

cadangan makanan yang berada di bawah lapisan lemak dan lapisan organ tubuh.

Gizi kurang pada balita terjadi sebagai dampak kumulatif dari berbagai faktor baik

yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung. Faktor yang

berpengaruh langsung terhadap status gizi balita diantaranya asupan nutrisi yang

tidak tercukupi dan adanya infeksi. Faktor yang berpengaruh secara tidak

langsung terhadap status gizi balita diantaranya faktor tingkat pengetahuan orang

tua mengenai pemenuhan kebutuhan nutrisi, faktor ekonomi dan sanitasi lingkungan

yang kurang baik sehingga menjadi faktor pencetus terjadinya berbagai masalah

kesehatan misalnya diare, kecacingan dan infeksi saluran cerna (Adiningsih, 2010).

Balita dikategorikan mengalami gizi kurang apabila berat badannya berada

pada rentang Zscore ≥-2.0 s/d Zscore ≤-3.0 (Nasution, 2012). Anak dengan status

gizi kurang ditandai dengan tidak adanya kenaikan berat badan setiap bulannya atau

mengalami penurunan berat badan sebanyak dua kali selama enam bulan (Depkes,

2005). Penurunan berat badan yang terjadi berkisar antara 20-30% dibawah berat

badan ideal. Gizi kurang dapat berkembang menjadi gizi buruk,

2
yaitu keadaan kurang gizi yang berlangsung lama sehingga pemecahan cadangan

lemak berlangsung terus-menerus dan dampaknya terhadap kesehatan anak akan

menjadi semakin kompleks, terlebih lagi status gizi yang buruk dapat

menyebabkan kematian (Adiningsih, 2010).

Anak yang mengalami infeksi penyakit tertentu cenderung mengalami

kurang gizi karena metabolisme anak terganggu, di lain sisi keadaan gizi yang buruk

akan mengakibatkan anak mengalami penurunan daya tahan sehingga anak menjadi

lebih rentan terhadap infeksi. Keadaan gizi yang buruk berkembang menjadi

masalah serius sebagai salah satu penyumbang angka kematian balita sebesar enam

juta kematian balita secara global setiap tahunnya (Levinson, 2007). Capaian angka

kematian balita (AKABA) berdasarkan profil kesehatan Bali tahun

2015 sebesar 6,4 per 1000 kelahiran hidup. Bayi dengan berat badan lahir rendah

(BBLR) dan asfiksia yang masih cenderung tinggi dan penyakit infeksi lainnya

merupakan penyebab dari kematian balita (Bali, 2016).

Persentase balita gizi kurang usia 0-59 bulan menurut indeks BB/U pada

tahun 2015 di Indonesia yaitu sebesar 14,9% (Kemenkes RI, 2015) dan pada

tahun 2016 terjadi penurunan sebesar 0,5% menjadi 14,4% (Kemenkes RI, 2016).

Persentase tertinggi pada tahun 2015 berada di Provinsi Sulawesi Tenggara

sebesar 20,3%, persentase terendah sebesar 4,0% berada di Provinsi Bengkulu dan

pada tahun 2016 persentase tertinggi sebesar 21,3% berada di Provinsi Nusa

Tenggara Timur, persentase terendah sebesar 7,4% berada di Provinsi Bengkulu.

Provinsi Bali mengalami peningkatan persentase balita gizi kurang sebesar 1,7%

dari 7,4% pada tahun 2015 menjadi 9,1% pada tahun 2016. Persentase tertinggi

sebesar 10,7% berada di Kabupaten Buleleng pada tahun 2015 dan 14,4% berada

3
di Kabupaten Karangasem pada tahun 2016. Kabupaten Gianyar mengalami

peningkatan dari 6,0% pada tahun 2015 menjadi 7,1% pada tahun 2016.

Berdasarkan data yang diperoleh di UPT Kesmas Tegallalang I, sebanyak 36

balita usia 0-59 bulan dengan status gizi kurang pada tahun 2015, 40 balita pada

tahun 2016 dan 34 balita pada tahun 2017.

Keadaan gizi yang buruk akan menyebabkan anak mengalami penurunan

daya tahan tubuh sehingga anak akan lebih mudah terserang penyakit infeksi dan

begitu pula sebaliknya, hal ini tentu akan berpengaruh terhadap asupan nutrisi

anak menjadi tidak adekuat sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan metabolik.

Gejala awal yang dialami anak berupa kurang minat pada makanan atau

menghindari makanan dapat menyebabkan anak mengalami penurunan berat badan,

kehilangan rambut berlebihan hingga kelemahan otot. Asupan nutrisi yang kurang

sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan metabolik tubuh pada balita yang

dibiarkan berlangsung lama tentu akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang

balita dan pada akhirnya akan berdampak terhadap kualitas generasi penerus (Bali,

2016).

Apabila dilihat dari tanda dan gejalanya, balita yang dikategorikan dalam

status gizi kurang yaitu balita yang mengalami penurunan berat badan atau berat

badannya berada 20-30% dibawah rentang ideal dan hal tersebut juga merupakan

tanda dan gejala mayor dari defisit nutrisi. Defisit nutrisi didefinisikan sebagai suatu

keadaan dimana asupan nutrisi tidak dapat memenuhi atau mencukupi kebutuhan

metabolik tubuh. Balita dikatakan mengalami defisit nutrisi apabila mengalami

penurunan berat badan minimal 10% atau lebih dari berat badan ideal (A. H. dan H.

K. Nurarif, 2015).

4
Hal yang harus dilakukan untuk mengetahui apakah balita gizi kurang

mengalami defisit nutrisi adalah dengan melakukan pengkajian nutrisi yang

menyeluruh mencakup informasi tentang masukan diet, pengkajian klinis terhadap

status nutrisi dan pengkajian biokimia. Beberapa hal penting dalam pengkajian

riwayat diet meliputi kebiasaan makan, jenis pengolahan bahan makanan, nafsu

makan anak biasanya, riwayat alergi makanan, apakah anak memiliki masalah

makan/tidak, apakah anak mengonsumsi vitamin atau suplemen makanan dan

apakah akhir-akhir ini anak mengalami penurunan berat badan atau tidak (Wong,

2004).

Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di wilayah kerja UPT

Kesmas Tegallalang I dari delapan balita yang dijadikan sampel studi

pendahuluan lima orang tua balita mengatakan bahwa pada awalnya anaknya

menghindari makanan dan kurang minat pada makanan sementara itu orang tua

hanya membiarkan anaknya makan seadanya dan semaunya maka setelah dilakukan

penimbangan balita tersebut mengalami penurunan berat badan, dua orang tua

balita lainnya mengatakan bahwa awalnya anaknya mengalami diare dan sempat

dirawat di rumah sakit, karena hal tersebut nafsu makan anaknya menurun sehingga

asupan nutrisinya tidak adekuat dan sisanya dikatakan bahwa balita tersebut

mengalami gizi kurang karena orang tuanya tidak mampu memenuhi kebutuhan

nutrisi anaknya karena factor ekonomi dan pengetahuan yang kurang akan

kebutuhan nutrisi balita.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi defisit nutrisi adalah dengan

memberikan makanan yang bervariasi setiap hari namun tetap terdiri atas sumber

energi, karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral dan memberikan

5
informasi kepada orang tua mengenai kebutuhan nutrisi balita serta faktor-faktor

yang memengaruhi status gizi balita. Balita gizi kurang akan tampak kurus yang

mencerminkan masa otot dan cadangan lemak yang rendah (WHO, 2008).

Pemerintah telah mencanangkan program Pemberian Makanan Tambahan

Pemulihan (PMT-P) dengan sasaran kelompok usia balita (6-59 bulan) dengan

status gizi kurang. PMT-P dimaksudkan sebagai tambahan asupan nutrisi bagi balita

gizi kurang dan bukan sebagai pengganti makanan pokok. PMT diberikan setiap

satu bulan sekali selama 90 hari berturut-turut dan diharapkan mampu

meningkatkan status gizi balita (Anak, 2011).

Perawat memiliki peran penting dalam peningkatan kesehatan masyarakat

dalam hal ini berfokus pada anak balita dengan gizi kurang dimulai dari pemantauan

pertumbuhan dan status gizi. Pemantauan pertumbuhan dan status gizi secara

rutin yang dilakukan melalui kegiatan posyandu sangat penting dilakukan sebagai

upaya pencegahan untuk mengetahui dan mendeteksi lebih dini apabila terjadi

penyimpangan tumbuh kembang anak sehingga upaya pencegahan, stimulasi dan

penanganan dapat diberikan dengan benar dan sesuai indikasinya, seperti

menginformasikan kepada orang tua balita mengenai kebutuhan nutrisi balita,

menginformasikan faktor-faktor yang dapat menyebabkan balita mengalami gizi

kurang seperti sanitasi lingkungan dan asupan nutrisi yang tidak memenuhi

kebutuhan, diharapkan orang tua mampu memodifikasi faktor tersebut untuk

meningkatkan kesehatan dan status gizi balita (Hidayat, 2009).

Berdasarkan uraian diatas dalam upaya mengatasi gizi kurang agar tidak

berlanjut menjadi gizi buruk maka deteksi dini sebagai upaya pencegahan dan

tatalaksana penanganan balita gizi kurang dengan defisit nutrisi sangat penting

6
dilakukan, oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan studi kasus melalui

pendekatan “Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Balita Gizi Kurang Dengan

Defisit Nutrisi di UPT Kesmas Tegallalang I”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan pada balita gizi kurang

dengan defisit nutrisi di UPT Kesmas Tegallalang I?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan

pada balita gizi kurang dengan defisit nutrisi di UPT Kesmas Tegallalang I.

2. Tujuan Khusus

a. Mengobservasi data objektif dan subjektif pada balita gizi kurang di UPT

Kesmas Tegallalang I

b. Mengobservasi diagnosa keperawatan pada balita gizi kurang dengan defisit

nutrisi di UPT Kesmas Tegallalang I

c. Mengobservasi intervensi keperawatan pada balita gizi kurang dengan defisit

nutrisi di UPT Kesmas Tegallalang I

d. Mengobservasi implementasi keperawatan pada balita gizi kurang dengan

defisit nutrisi di UPT Kesmas Tegallalang I

e. Mengobservasi evaluasi keperawatan pada balita gizi kurang dengan defisit

nutrisi di UPT Kesmas Tegallalang I

7
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Studi kasus ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tambahan bagi

orang tua balita mengenai gizi kurang, deteksi dini, penanganan, dampak gizi

kurang terhadap kesehatan dan tumbuh kembang balita, serta dapat memotivasi

orang tua agar mengajak anaknya untuk melakukan kunjungan rutin ke tempat

pelayanan kesehatan seperti posyandu dan puskesmas.

Bagi perawat puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya yang terkait

diharapkan dapat membantu untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan

pada balita gizi kurang dengan defisit nutrisi sehingga dapat meningkatkan

pelayanan kesehatan terhadap balita dan diharapkan dapat menurunkan angka

kejadian gizi buruk dan gizi kurang di Bali pada umumnya dan di Gianyar pada

khususnya.

2. Manfaat Teoritis

Penulisan studi kasus ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk studi

kasus selanjutnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan

asuhan keperawatan pada balita gizi kurang dengan defisit nutrisi.

8
BAB II KAJIAN

PUSTAKA

A. Konsep Dasar Gizi Kurang


1. Pengertian Gizi Kurang

Gizi kurang merupakan suatu keadaan dimana kebutuhan nutrisi pada

tubuh tidak terpenuhi dalam jangka waktu tertentu sehingga tubuh akan memecah

cadangan makanan yang berada di bawah lapisan lemak dan lapisan organ tubuh

(Adiningsih, 2010).

Gizi kurang merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan

oleh rendahnya konsumsi energi protein dari makanan sehari-hari dan terjadi

dalam waktu yang cukup lama (Sodikin, 2013).

Balita dikategorikan mengalami gizi kurang apabila berat badannya berada

pada rentang Zscore ≥-2.0 s/d Zscore ≤-3.0 (Nasution, 2012). Anak dengan status

gizi kurang ditandai dengan tidak adanya kenaikan berat badan setiap bulannya atau

mengalami penurunan berat badan sebanyak dua kali selama enam bulan (Depkes,

2005). Penurunan berat badan yang terjadi berkisar antara 20-30% dibawah berat

badan ideal. Gizi kurang dapat berkembang menjadi gizi buruk, yaitu keadaan

kurang gizi yang berlangsung lama sehingga pemecahan cadangan lemak

berlangsung terus-menerus dan dampaknya terhadap kesehatan anak akan menjadi

semakin kompleks, terlebih lagi status gizi yang buruk dapat menyebabkan

kematian (Adiningsih, 2010).

9
2. Etiologi

Secara umum, status gizi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor langsung

dan tidak langsung.

a. Faktor langsung

Terdapat dua faktor yang memengaruhi status gizi secara langsung yaitu

asupan nutrisi dan infeksi suatu penyakit. Asupan nutrisi sangat memengaruhi status

gizi, apabila tubuh memperoleh asupan nutrisi yang dibutuhkan secara optimal

maka pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan akan

berlangsung maksimal sehingga status gizi pun akan optimal (Almatsier, 2002).

Infeksi penyakit berkaitan erat dengan perawatan dan pelayanan kesehatan.

Infeksi penyakit seperti diare dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) akan

mengakibatkan proses penyerapan nutrisi terganggu dan tidak optimal sehingga

akan berpengaruh terhadap status gizi (Supariasa, 2016).

1) Asupan nutrisi

Asupan nutrisi harus memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang

dibutuhkan oleh tubuh, konsumsi makanan harus beragam, bergizi dan berimbang.

Makanan yang bergizi adalah makanan yang mengandung semua zat gizi yang

dibutuhkan tubuh diantaranya, karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Namun,

seringkali anak cenderung kurang berminat terhadap makanan bergizi dan

bermasalah dalam pemberian makanan karena faktor kesulitan makan, anak

memilih-milih makanan dan lain sebagainya (Judarwanto, 2004).

Gangguan kesulitan makan pada anak perlu mendapat perhatian yang

serius agar tidak menimbulkan dampak negatif nantinya. Dampak negatif yang

ditimbulkan diantaranya adalah kekurangan gizi, menurunnya daya intelegensi

10
dan menurunnya daya tahan tubuh anak yang akan berdampak pula terhadap

kesehatan anak, anak lebih mudah terserang penyakit dan tumbuh kembang anak

tidak berlangsung dengan optimal (Santoso, 2004).

2) Infeksi

Infeksi suatu penyakit berkaitan erat dengan buruknya sanitasi lingkungan

dan tingginya kejadian penyakit menular. Infeksi penyakit terutama infeksi berat

dapat memperburuk status gizi karena memengaruhi asupan gizi sehingga

kemungkinan besar akan menyebabkan kehilangan zat gizi yang dibutuhkan

tubuh. Keadaan patologis seperti diare, mual muntah, batuk pilek atau keadaan

lainnya mengakibatkan penurunan nafsu makan dan asupan makanan serta

peningkatan kehilangan cairan tubuh dan zat gizi. Berkurang atau hilangnya nafsu

makan mengakibatkan penurunan asupan nutrisi sehingga absorpsi zat gizi pun

menurun (Santoso, 2004).

b. Faktor tidak langsung

1) Tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku tentang gizi dan kesehatan

Walaupun bahan makanan dapat disediakan oleh keluarga dan daya beli

memadai, tetapi karena kekurangan pengetahuan ini dapat menyebabkan keluarga

tidak menyediakan makanan beraneka ragam setiap harinya, terjadi

ketidakseimbangan antara asupan nutrisi dengan kebutuhan tubuh (Marimbi,

2010).

2) Pendapatan keluarga

Sebagian besar jumlah pendapatan penduduk Indonesia adalah golongan

rendah dan menengah, hal ini akan berdampak pada pemenuhan bahan makanan

terutama makanan bergizi. Oleh sebab keterbatasan ekonomi yang dialami, maka

11
masyarakat cenderung tidak mampu untuk membeli bahan pangan/ makanan yang

baik sehingga berdampak terhadap tingkat pemenuhan kebutuhan nutrisi yang

cenderung menurun (Marimbi, 2010).

3) Sanitasi lingkungan

Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik memungkinkan terjadinya

berbagai jenis penyakit antara lain diare, kecacingan dan infeksi saluran cerna.

Apabila anak menderita infeksi saluran cerna maka penyerapan zat-zat gizi akan

terganggu, hal ini akan menyebabkan terjadinya kekurangan zat gizi. Kekurangan

zat gizi dalam tubuh akan menyebabkan mudah terserang penyakit sehingga

pertumbuhan akan terganggu (Supariasa, 2016).

3. Patofisiologi

Gizi kurang pada balita terjadi sebagai dampak kumulatif dari berbagai

faktor baik yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung. Faktor

yang berpengaruh langsung terhadap status gizi balita diantaranya asupan nutrisi

yang tidak tercukupi dan adanya infeksi. Asupan nutrisi sangat memengaruhi

status gizi, apabila tubuh memperoleh asupan nutrisi yang dibutuhkan secara

optimal maka pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan

kesehatan akan berlangsung maksimal sehingga status gizi pun akan optimal

(Almatsier, 2002). Infeksi penyakit berkaitan erat dengan perawatan dan

pelayanan kesehatan. Infeksi penyakit seperti diare dan infeksi saluran pernafasan

atas (ISPA) akan mengakibatkan proses penyerapan nutrisi terganggu dan tidak

optimal sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi (Supariasa, 2016).

Faktor yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap status gizi balita

diantaranya faktor tingkat pengetahuan orang tua mengenai pemenuhan kebutuhan

12
nutrisi, faktor ekonomi dan sanitasi lingkungan yang kurang baik. Tingkat

pengetahuan yang kurang serta tingkat ekonomi yang rendah akan mengakibatkan

keluarga tidak menyediakan makanan yang beragam setiap harinya sehingga

terjadilah ketidakseimbangan antara asupan nutrisi dengan kebutuhan metabolik

tubuh. Sanitasi lingkungan yang kurang baik menjadi faktor pencetus terjadinya

berbagai masalah kesehatan misalnya diare, kecacingan dan infeksi saluran cerna

(Marimbi, 2010).

Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan tidak mampu memenuhi kebutuhan

metabolik tubuh serta adanya penyakit infeksi akan mengakibatkan absorpsi nutrien

tidak berlangsung seperti seharusnya sehingga akan berdampak terhadap

keberlangsungan sistem tubuh. Apabila hal ini dibiarkan berlangsung dalam

jangka waktu tertentu maka terjadilah penurunan berat badan, pucat pada kulit,

membran mukosa dan konjungtiva, kehilangan rambut berlebihan, hingga

kelemahan otot yang merupakan tanda dan gejala defisit nutrisi.

B. Konsep Dasar Defisit Nutrisi Pada Balita Gizi Kurang

1. Definisi Defisit Nutrisi

Defisit nutrisi didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana asupan nutrisi

tidak dapat memenuhi atau mencukupi kebutuhan metabolik tubuh. Balita dikatakan

mengalami defisit nutrisi apabila mengalami penurunan berat badan minimal 10%

atau lebih dari berat badan ideal (A. H. dan H. K. Nurarif, 2015).

2. Tanda dan Gejala Defisit Nutrisi

Terdapat beberapa indikasi sehingga balita dikatakan mengalami defisit

nutrisi (Nurachmah, 2001):

13
a. Berat badan 10% atau lebih dibawah berat badan ideal

b. Berat badan rendah dengan asupan nutrisi yang adekuat

c. Kesukaran makan (menghindari makanan, ketidakmampuan makan atau

kurang minat pada makanan)

d. Terdapat tanda dan gejala masalah pencernaan, seperti nyeri abdomen, kram

abdomen, diare dan bising usus hiperaktif

e. Kelemahan otot dan penurunan tingkat energi

f. Kehilangan rambut berlebihan

g. Pucat pada kulit, membran mukosa dan konjungtiva

3. Dampak Defisit Nutrisi

Dampak dari defisit nutrisi yang paling buruk adalah kemungkinan pengaruh

pada pertumbuhan otak dan dilaporkan bahwa pertumbuhan otak dan perkembangan

intelektual paling terganggu apabila defisit nutrisi terjadi pada masa

pertumbuhan maksimum. Status gizi yang buruk akan berpengaruh terhadap

pencapaian potensi fisik yang maksimal sehingga akan berdampak pada

pertumbuhan dan perkembangan hingga anak dewasa. Penyesuaian metabolik

mendasari keadaan apati dan lesu dari anak yang mengalami penurunan masa otot.

Perkembangan anak tidak akan optimal karena penurunan masa otot akan

menyebabkan kelemahan sehingga anak lebih banyak menghabiskan waktunya

dalam keadaan statis. Defisiensi elektrolit intraseluler pada stadium lanjut dapat

mengakibatkan anak tidak dapat duduk atau berjalan (Sacharin, 1996).

4. Kebutuhan Nutrisi Balita

Gizi (nutrients) merupakan ikatan kimia yang dibutuhkan tubuh untuk

menjalankan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara

14
jaringan, serta mengatur berbagai proses kehidupan. Selain kesehatan, gizi dikaitkan

dengan potensi seseorang sebab gizi berkaitan dengan perkembangan otak,

kemampuan belajar dan produktivitas kerja (Almatsier, 2002).

Gizi dibagi menjadi dua, yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro.

Karbohidrat, lemak dan protein termasuk kelompok zat gizi makro. Mineral dan

vitamin termasuk kelompok zat gizi mikro.

Karbohidrat, protein dan lemak merupakan penghasil energi. Energi

dibutuhkan untuk kelangsungan berbagai proses dalam tubuh seperti sirkulasi darah,

pernapasan, pencernaan dan melakukan aktivitas fisik (Almatsier, 2002).

a. Energi

Energi berasal dari pembakaran karbohidrat, protein dan lemak. Setiap

gram karbohidrat menghasilkan 4 kalori, protein 4 kalori dan lemak 9 kalori.

Distribusi kalori dalam makanan anak ialah 15% berasal dari protein, 35% dari

lemak dan 50% dari karbohidrat. Kelebihan energi sebesar 500 kalori setiap hari

dapat mengakibatkan kenaikan berat badan 500 gram dalam seminggu

(Sediaoetama, 2009).

Tabel 1.
Angka Kecukupan Energi Untuk Anak Balita

Golongan umur Kecukupan energi Kal/kgBB/hari


1 990 110
1-3 1200 100
4-5 1620 90
(Sumber: Sediaoetama, 2009)

15
b. Protein

Protein diperoleh dari dua sumber yaitu protein nabati dan protein hewani.

Protein hewani pada umumnya bernilai lebih tinggi dibandingkan dengan protein

nabati.

Tabel 2.
Angka Kecukupan Protein Anak Balita

Umur (tahun) Gram/hari


1 1,27
2 1,19
3 1,12
4 1,06
5 1,01
(Sumber: Sediaoetama, 2009)

c. Lemak

Lemak merupakan komponen struktural dari semua sel tubuh yang

dibutuhkan oleh hampir ribuan fungsi fisiologis tubuh (Pudjiadi, 2000). Lemak

terdiri dari fosfolipid, sterol dan trigliserida. Sebagian besar (99%) lemak tubuh

adalah trigliserida yang terdiri dari gliserol dan asam lemak. Selain menyuplai

energi, lemak terutama trigliserida berfungsi menyediakan energi cadangan bagi

tubuh, isolator, pelindung organ dan menyediakan asam lemak esensial.

(Sediaoetama, 2009).

Tabel 3.
Tingkat Kecukupan Lemak Anak Balita

Umur Gram
0-5 bulan 31
6-11 bulan 36
1-3 tahun 44
4-6 tahun 62
(Sumber: Sediaoetama, 2009)

16
d. Vitamin dan Mineral

Vitamin merupakan zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan oleh tubuh,

namun dalam jumlah yang kecil. Vitamin dibagi menjadi dua kelompok yaitu

vitamin yang larut dalam air (vitamin B dan C) dan vitamin yang tidak larut dalam

air (vitamin A, D, E dan K).

Mineral merupakan bagian dari tubuh yang berperan penting dalam

pemeliharaan fungsi tubuh dan berbagai tahap metabolisme, terutama sebagai

kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim (Almatsier, 2002).

Tabel 4.
Tingkat Kecukupan Vitamin dan Mineral Anak Balita

Kalsium Fosfor Zat besi Vitamin A Vitamin C


Umur
(mg) (mg) (mg) (RE) (mg)
0-5 bulan 200 100 0,5 375 40
6-11 bulan 400 225 7 400 40
1-3 tahun 500 400 8 400 40
4-6 tahun 500 400 9 450 45
(Sumber: Almatsier, 2002)

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Anak Balita Gizi Kurang

Dengan Defisit Nutrisi

Asuhan keperawatan merupakan serangkaian proses atau kegiatan yang pada

praktik keperawatan yang langsung diberikan pada pasien yang meliputi lima

tahapan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, impelentasi dan

evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian nutrisi yang menyeluruh mencakup informasi tentang masukan

diet, pengkajian klinis terhadap status nutrisi dan pengkajian biokimia. Informasi

17
tentang masukan diet dimulai dengan riwayat diet dan dapat digabungkan dengan

jumlah masukan makan aktual yang mendetail. Pengkajian klinis tentang status

nutrisi memberikan informasi mengenai tanda-tanda nutrisi adekuat dan kekurangan

atau kelebihan nutrisi. Pengkajian biokimia melalui prosedur laboratorium umum

untuk status nutrisi mencakup pengukuran terhadap hemoglobin, transferin serum,

albumin, kreatinin dan nitrogen (Wong, 2004).

Beberapa hal penting dalam pengkajian riwayat diet meliputi kebiasaan

makan, jenis pengolahan bahan makanan, nafsu makan anak biasanya, riwayat alergi

makanan, apakah anak memiliki masalah makan/tidak, apakah anak mengonsumsi

vitamin atau suplemen makanan dan apakah akhir-akhir ini anak mengalami

penurunan berat badan atau tidak.

Pengkajian klinis status nutrisi meliputi pengkajian fisik mulai dari

pengkajian pertumbuhan umum, keadaan kulit, rambut, mata, mulut, abdomen dan

sistem muskuloskeletal. Berikut merupakan kondisi yang menggambarkan anak

dengan defisiensi nutrisi (Wong, 2004):

a. Tinggi badan dan berat badan berada di bawah persentil ke-5 dan ke-95 untuk

pertumbuhan (penurunan berat badan 10% atau lebih dibawah berat badan

ideal)

b. Kulit cenderung bersisik, kering, kasar dan turgor kulit buruk.

c. Keadaan rambut cenderung berserabut, rapuh, kering, tipis, warna rambut

pudar dan terjadi kehilangan rambut berlebihan (alopesia).

d. Pengelihatan kurang, terdapat pengerasan, bersisik pada kornea dan

konjungtiva.

18
e. Terdapat fisura dan inflamasi pada sudut mulut, stomatitis, glositis dan terjadi

kerusakan pada gigi misalnya berlubang dan karies gigi.

f. Terdapat distensi abdomen, lembek, perototan buruk dan diare.

g. Sistem muskuloskeletal lemah, nyeri, kram, tremor dan ekstremitas bengkok.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada anak balita dengan gizi

kurang adalah defisit nutrisi. Defisit nutrisi didefinisikan sebagai keadaan dimana

asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Penyebab dari

defisit nutrisi yaitu ketidakmampuan menelan makanan, ketidakmampuan mencerna

makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien, peningkatan kebutuhan

metabolisme, faktor ekonomi (misalnya finansial tidak mencukupi) dan faktor

psikologis (misalnya stress, keengganan untuk makan) (PPNI, 2016). Adapun tanda

dan gejala defisit nutrisi adalah:

a. Gejala dan tanda mayor

Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal.

b. Gejala dan tanda minor

Cepat kenyang setelah makan, kram atau nyeri abdomen, nafsu makan

menurun, bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan lemah dan

membran mukosa pucat.

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Perencanaan keperawatan merupakan desain spesifik dari intervensi yang

disusun untuk membantu klien dan mencapai kriteria hasil. Rencana asuhan tersebut

disusun berdasarkan komponen penyebab dari diagnosis keperawatan dan

kebutuhan berdasarkan masalah yang sedang dihadapi. Masalah yang perlu

19
diperhatikan dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak balita gizi kurang

dengan defisit nutrisi adalah pemenuhan kebutuhan nutrisi dan kurangnya

pengetahuan orang tua pasien mengenai kebutuhan nutrisi pada anak balita

(Ngastiyah, 2005). Berdasarkan hal tersebut maka disusunlah rencana asuhan

keperawatan secara lebih terperinci sebagai berikut:

Tabel 5
Rencana Asuhan Keperawatan Pada Balita Gizi Kurang Dengan Defisit Nutrisi di
UPT Kesmas Tegallalang I Tahun 2018

No Diagnosa NOC NIC


1 Defisit nutrisi 1. Nutritional status Nutrition Management
2. Nutritional status: 1. Kaji adanya alergi
food and fluid intake makanan
3. Nutritional status: 2. Kolaborasi dengan ahli
nutrient intake gizi untuk menentukan
4. Weight control jumlah kalori dan nutrisi
Kriteria Hasil yang dibutuhkan pasien
1. Adanya peningkatan 3. Berikan makanan yang
berat badan sesuai terpilih (sudah
dengan tujuan dikonsultasikan dengan
2. Berat badan sesuai ahli gizi)
dengan tinggi badan 4. Monitor jumlah nutrisi dan
dan umur kandungan kalori
3. Orang tua mampu 5. Berikan orang tua
mengidentifikasi informasi tentang
kebutuhan nutrisi kebutuhan nutrisi
balita Nutrition Monitoring
4. Tanda-tanda 1. Monitor adanya penurunan
malnutrisi berkurang berat badan
2. Monitor turgor kulit
3. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah
patah
4. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
5. Monitor kalori dan intake
nutrisi
(Sumber: A. H. Nurarif & Kusuma, 2015)

20
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dengan masalah kesehatan

merubah status kesehatannya menjadi lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil

yang diharapkan (Potter, 2005).

Tindakan keperawatan pada anak balita gizi kurang dengan defisit nutrisi

dilaksanakan sesuai dengan rencana asuhan keperawatan yang telah disusun

sebelumnya dan dilaksanakan selama 3x kunjungan (1 x 30 menit) dimulai

dengan melakukan pengkajian nutrisi secara menyeluruh, berkolaborasi dengan ahli

gizi dalam menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien,

menginformasikan kepada orang tua balita mengenai kebutuhan nutrisi balita, dan

melakukan monitoring berat badan dan intake nutrisi.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan proses penilaian kualitas dan nilai atau

kelayakan, kemajuan klien terhadap outcome yang dicapai serta keefektifan dari

rencana asuhan keperawatan dengan membandingkan pada kriteria yang

diidentifikasi atau standar sebelumnya (Wilkinson, 2011).

Hal-hal yang perlu dievaluasi dari pelaksanaan asuhan keperawatan pada

balita gizi kurang dengan defisit nutrisi adalah keberhasilan pasien dalam

mencapai kriteria hasil yang telah ditentukan sebelumnya. Kriteria hasil yang

dievaluasi yaitu:

a) Pasien menunjukkan adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan,

tidak terjadi penurunan berat badan, berat badan sesuai dengan tinggi badan dan

tanda-tanda malnutrisi sudah berkurang atau belum.

21
b) Kemampuan orang tua dalam mengidentifikasi kebutuhan nutrisi balita

Apabila hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan kriteria hasil,

klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan

masuk kembali ke dalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang (reassessment)

(Asmadi, 2008).

22
BAB III KERANGKA

KONSEP

A. Kerangka Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Balita Gizi Kurang

Dengan Defisit Nutrisi

Gizi Kurang
Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Data mayor
Penurunan berat badan 10% atau lebih
dari berat badan ideal
2. Diagnosa keperawatan
Berat badan 10%
Defisit nutrisi
atau lebih di bawah
3. Intervensi keperawatan
berat badan ideal
a. Nutrition management
b. Nutrition monitoring
4. Implementasi
a. Mengatur asupan nutrisi sesuai dengan
kebutuhan
b. Memonitor status nutrisi anak
Penurunan berat 5. Evaluasi
badan terjadi sebagai Kriteria hasil
akibat dari asupan a. Adanya peningkatan berat badan sesuai
nutrisi yang tidak dengan tujuan
adekuat sehingga b. Berat badan sesuai dengan tinggi badan
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan
tidak mampu
nutrisi
memenuhi kebutuhan d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
metabolik tubuh.

Keterangan

: Variabel diteliti

: Variabel tidak diteliti

: Hubungan

Gambar 1. Kerangka Konsep Gambaran Asuhan Keperawatan pada Balita Gizi


Kurang dengan Defisit Nutrisi di UPT Kesmas Tegallalang I Tahun 2018
(Sumber: Marimbi, 2010)

23
Tingkat pengetahuan orang tua tentang gizi dan kesehatan serta tingkat

pendapatan keluarga yang kurang secara tidak langsung berpengaruh terhadap

penyediaan bahan makanan yang kurang beragam dan bernilai gizi tinggi. Hal ini

tentu akan berdampak pada ketidakseimbangan asupan nutrisi dengan kebutuhan

tubuh. Selain hal tersebut, sanitasi lingkungan juga berpengaruh terhadap tingkat

kesehatan, sanitasi yang buruk akan mempermudah terjadinya berbagai jenis

penyakit infeksi seperti diare, kecacingan dan infeksi saluran cerna. Apabila anak

menderita penyakit infeksi pencernaan maka penyerapan zat-zat gizi akan

terganggu. Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan tidak mampu memenuhi

kebutuhan metabolik tubuh serta adanya penyakit infeksi akan mengakibatkan

absorpsi nutrien tidak berlangsung seperti seharusnya sehingga akan berdampak

terhadap keberlangsungan sistem tubuh. Apabila hal ini dibiarkan berlangsung

dalam jangka waktu tertentu maka terjadilah penurunan berat badan yang disertai

dengan tanda dan gejala deficit nutrisi lainnya seperti kesukaran makan dan

kehilangan rambut berlebih. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu diberikan

asuhan keperawatan untuk mengatasi deficit nutrisi yang dimulai dari proses

pengkajian, penetapan masalah, perencanaan keperawatan yang terdiri dari nutrition

management dan nutrition monitoring dengan tujuan dan kriteria hasil adanya

peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan, berat badan sesuai dengan tinggi

badan, mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi, dan tidak ada tanda- tanda

malnutrisi.

24
B. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional merupakan definisi yang dibuat oleh peneliti tentang

fokus studi yang dirumuskan secara operasional yang digunakan pada studi kasus

dan bukan merupakan definisi konseptual berdasarkan literatur.

Tabel 6.
Definisi Operasional Variabel Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Balita Gizi
Kurang Dengan Defisit Nutrisi di UPT Kesmas Tegallalang I Tahun 2018

No Variabel Definisi Operasional Variabel

1. Defisit nutrisi pada Defisit nutrisi pada balita gizi kurang merupakan
balita gizi kurang
suatu keadaan balita yang mengalami penurunan
berat badan minimal 10% atau lebih dibawah
berat badan ideal yang disertai dengan tanda
gejala masalah pencernaan seperti nyeri/kram
abdomen dan bising usus hiperaktif, sulit makan,
pucat pada kulit, membran mukosa dan
konjungtiva.

2. Asuhan keperawatan Suatu proses pelayanan keperawatan yang


pada balita gizi
kurang dengan diberikan secara komprehensif dan
defisit nutrisi berkesinambungan melalui proses keperawatan
yang terdiri dari proses pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi dan evaluasi
keperawatan.

25
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah deskriptif dengan

rancangan studi kasus, yaitu salah satu jenis rancangan penelitian yang mencakup

satu unit penelitian secara intensif yang dibatasi oleh tempat dan waktu serta

kasus yang dipelajari berupa aktivitas, individu dan peristiwa. Studi kasus ini

bertujuan untuk mengetahui gambaran atau deskripsi asuhan keperawatan pada

balita gizi kurang dengan defisit nutrisi di UPT Kesmas Tegallalang I tahun 2018.

Penelitian ini menggunakan desain observasional dimana penelitian hanya

bertujuan untuk melakukan pengamatan dan non eksperimental. Pendekatan yang

digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan prospektif, yaitu pendekatan

dengan mengikuti subjek untuk meneliti peristiwa yang belum terjadi (Setiadi,

2007).

B. Tempat dan Waktu

Studi kasus telah dilaksanakan di UPT Kesmas Tegallalang I pada 12-20

April 2018.

C. Subjek Studi Kasus

Subjek yang digunakan dalam studi kasus ini adalah dua balita gizi kurang

dengan defisit nutrisi.. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi subjek studi kasus ini

yaitu:

26
1. Kriteria inklusi

a. Dokumen balita gizi kurang yang mengalami tanda dan gejala mayor defisit

nutrisi (penurunan berat badan >10%)

b. Dokumen balita gizi kurang dengan usia 12-59 bulan

2. Kriteria eksklusi

a. Dokumen balita gizi kurang yang tidak lengkap atau hilang

D. Fokus Studi Kasus

Fokus studi pada penelitian ini adalah pemberian asuhan keperawatan pada

balita gizi kurang dalam pemenuhan kebutuhan defisit nutrisi yang meliputi

pengkajian keperawatan sesuai dengan batasan karakteristik dari defisit nutrisi,

diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan

evaluasi keperawatan.

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan berupa data sekunder yang diperoleh dari

dokumen atau rekam medik balita di UPT Kesmas Tegallalang I yang terdiri dari

proses asuhan keperawatan pada balita gizi kurang dengan defisit nutrisi yang

diberikan oleh petugas kesehatan di puskesmas. Metode pengumpulan data yang

digunakan pada penelitian ini adalah observasi dokumentasi.

Peneliti mengamati secara langsung catatan atau dokumen asuhan

keperawatan yang diberikan pada balita gizi kurang dengan defisit nutrisi mulai dari

pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, penyusunan rencana asuhan

keperawatan, pelaksanaan tindakan keperawatan dan evaluasi. Peneliti

mengumpulkan dan mengolah data berdasarkan data yang telah ada sebelumnya dan

mendukung data penelitian. Data dikumpulkan berdasarkan karakteristik

27
mayor dari defisit nutrisi yaitu penurunan berat badan minimal 10% atau lebih di

bawah rentang ideal dan beberapa karakteristik minor lainnya seperti kesukaran

makan (menghindari makanan, ketidakmampuan makan atau kurang minat pada

makanan), terdapat tanda dan gejala masalah pencernaan, seperti nyeri abdomen,

kram abdomen, diare dan bising usus hiperaktif, kehilangan rambut berlebihan,

pucat pada kulit, membran mukosa dan konjungtiva

Adapun alur pengumpulan data yaitu :

1. Mengajukan permohonan surat izin penelitian ke UPT Kesmas Tegallalang I.

2. Menentukan pasien asuhan keperawatan sesuai dengan kriteria inklusi dan

eksklusi.

3. Mengobservasi pengkajian asuhan keperawatan, analisis masalah

keperawatan pasien dan penentuan masalah utama yang muncul pada pasien.

4. Mengobservasi tindakan keperawatan yang diberikan sesuai dengan

intervensi keperawatan.

5. Mendokumentasikan tindakan yang telah diberikan ke dalam laporan asuhan

keperawatan.

F. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

kualitatif. Analisis data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta

membandingkan terhadap teori yang ada dan hasil penelitian sebelumnya

kemudian selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis

dilakukan dengan cara menguraikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil

observasi dan dokumentasi. Urutan dalam analisis adalah:

28
1. Mereduksi data

Reduksi data merupakan proses penyederhanaan, pemilihan dan

tranformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan.

Data yang diperoleh kemudian dikelompokan menjadi data subjektif dan objektif,

dianalisis dan kemudian dibandingkan dengan nilai normal. Peneliti akan

mengumpulkan dan memilah data yang berkaitan dengan defisit nutrisi pada balita

gizi kurang.

2. Penyajian data

Penyajian data disesuaikan dengan desain studi kasus deskriptif yang

dipilih untuk studi kasus, data disajikan dalam bentuk naratif mengenai karakteristik

defisit nutrisi dan proses keperawatan pada balita gizi kurang dengan defisit nutrisi.

3. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan

Data yang telah direduksi dan disajikan kemudian dilakukan penarikan

kesimpulan sementara, kesimpulan sementara yang diperoleh harus melalui proses

verifikasi terlebih dahulu untuk dapat ditetapkan kesimpulan akhir. Dari data

yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan teori dan hasil

penelitian sebelumnya. Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian,

diagnosis keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan

evaluasi keperawatan pada balita gizi kurang dengan defisit nutrisi

G. Etika Studi Kasus

Etika yang mendasari penyusunan studi kasus ini terdiri dari:

29
a. Inform consent

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden peneliti

dengan memberikan lembar persetujuan. Inform consent diberikan sebelum

penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan menjadi responden.

Tujuan inform consent adalah agar subjek mengerti maksud, tujuan dan dampak

yang ditimbulkan dari diadakannya penelitian. Apabila subjek bersedia maka subjek

harus menandatangani hak responden.

b. Anonymity (tanpa nama)

Merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam subjek peneliti

dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

c. Confidentially (kerahasiaan)

Merupakan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-

masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

penelitian.

30

Anda mungkin juga menyukai