PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
anak, pada masa ini tumbuh kembang sel-sel otak anak begitu pesat sehingga
membutuhkan asupan nutrisi dan stimulus yang mendukung secara optimal, selain
itu kelompok usia balita merupakan kelompok usia yang rentan terhadap berbagai
terjadi pada masa balita akan berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia
(SDM) di kemudian hari (Soetjiningsih, 2014). Asupan nutrisi balita yang tidak
terpenuhi dengan optimal pada masa ini akan memberikan dampak terhadap
penanganan dapat diberikan dengan benar dan sesuai indikasinya (Hidayat, 2009).
Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan
(TB) atau panjang badan (PB). Variabel BB dan TB/PB anak balita disajikan
dalam bentuk tiga indeks antropometri yaitu BB/U, TB/U dan BB/TB. Indikator
gizi yang bersifat akut sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung dalam
jangka waktu yang pendek, misalnya penurunan nafsu makan akibat diare atau
mengalami penurunan berat badan sehingga berat badan tidak proporsional terhadap
tinggi badan yang pada akhirnya anak akan menjadi kurus (Bali, 2016). Status gizi
digolongkan menjadi empat yaitu status gizi baik, gizi kurang, gizi buruk dan gizi
lebih.
tubuh tidak terpenuhi dalam jangka waktu tertentu sehingga tubuh akan memecah
cadangan makanan yang berada di bawah lapisan lemak dan lapisan organ tubuh.
Gizi kurang pada balita terjadi sebagai dampak kumulatif dari berbagai faktor baik
berpengaruh langsung terhadap status gizi balita diantaranya asupan nutrisi yang
tidak tercukupi dan adanya infeksi. Faktor yang berpengaruh secara tidak
langsung terhadap status gizi balita diantaranya faktor tingkat pengetahuan orang
tua mengenai pemenuhan kebutuhan nutrisi, faktor ekonomi dan sanitasi lingkungan
yang kurang baik sehingga menjadi faktor pencetus terjadinya berbagai masalah
kesehatan misalnya diare, kecacingan dan infeksi saluran cerna (Adiningsih, 2010).
pada rentang Zscore ≥-2.0 s/d Zscore ≤-3.0 (Nasution, 2012). Anak dengan status
gizi kurang ditandai dengan tidak adanya kenaikan berat badan setiap bulannya atau
mengalami penurunan berat badan sebanyak dua kali selama enam bulan (Depkes,
2005). Penurunan berat badan yang terjadi berkisar antara 20-30% dibawah berat
2
yaitu keadaan kurang gizi yang berlangsung lama sehingga pemecahan cadangan
menjadi semakin kompleks, terlebih lagi status gizi yang buruk dapat
kurang gizi karena metabolisme anak terganggu, di lain sisi keadaan gizi yang buruk
akan mengakibatkan anak mengalami penurunan daya tahan sehingga anak menjadi
lebih rentan terhadap infeksi. Keadaan gizi yang buruk berkembang menjadi
masalah serius sebagai salah satu penyumbang angka kematian balita sebesar enam
juta kematian balita secara global setiap tahunnya (Levinson, 2007). Capaian angka
2015 sebesar 6,4 per 1000 kelahiran hidup. Bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) dan asfiksia yang masih cenderung tinggi dan penyakit infeksi lainnya
Persentase balita gizi kurang usia 0-59 bulan menurut indeks BB/U pada
tahun 2015 di Indonesia yaitu sebesar 14,9% (Kemenkes RI, 2015) dan pada
tahun 2016 terjadi penurunan sebesar 0,5% menjadi 14,4% (Kemenkes RI, 2016).
sebesar 20,3%, persentase terendah sebesar 4,0% berada di Provinsi Bengkulu dan
pada tahun 2016 persentase tertinggi sebesar 21,3% berada di Provinsi Nusa
Provinsi Bali mengalami peningkatan persentase balita gizi kurang sebesar 1,7%
dari 7,4% pada tahun 2015 menjadi 9,1% pada tahun 2016. Persentase tertinggi
sebesar 10,7% berada di Kabupaten Buleleng pada tahun 2015 dan 14,4% berada
3
di Kabupaten Karangasem pada tahun 2016. Kabupaten Gianyar mengalami
peningkatan dari 6,0% pada tahun 2015 menjadi 7,1% pada tahun 2016.
balita usia 0-59 bulan dengan status gizi kurang pada tahun 2015, 40 balita pada
daya tahan tubuh sehingga anak akan lebih mudah terserang penyakit infeksi dan
begitu pula sebaliknya, hal ini tentu akan berpengaruh terhadap asupan nutrisi
anak menjadi tidak adekuat sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan metabolik.
Gejala awal yang dialami anak berupa kurang minat pada makanan atau
kehilangan rambut berlebihan hingga kelemahan otot. Asupan nutrisi yang kurang
sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan metabolik tubuh pada balita yang
balita dan pada akhirnya akan berdampak terhadap kualitas generasi penerus (Bali,
2016).
Apabila dilihat dari tanda dan gejalanya, balita yang dikategorikan dalam
status gizi kurang yaitu balita yang mengalami penurunan berat badan atau berat
badannya berada 20-30% dibawah rentang ideal dan hal tersebut juga merupakan
tanda dan gejala mayor dari defisit nutrisi. Defisit nutrisi didefinisikan sebagai suatu
keadaan dimana asupan nutrisi tidak dapat memenuhi atau mencukupi kebutuhan
penurunan berat badan minimal 10% atau lebih dari berat badan ideal (A. H. dan H.
K. Nurarif, 2015).
4
Hal yang harus dilakukan untuk mengetahui apakah balita gizi kurang
status nutrisi dan pengkajian biokimia. Beberapa hal penting dalam pengkajian
riwayat diet meliputi kebiasaan makan, jenis pengolahan bahan makanan, nafsu
makan anak biasanya, riwayat alergi makanan, apakah anak memiliki masalah
apakah akhir-akhir ini anak mengalami penurunan berat badan atau tidak (Wong,
2004).
pendahuluan lima orang tua balita mengatakan bahwa pada awalnya anaknya
menghindari makanan dan kurang minat pada makanan sementara itu orang tua
hanya membiarkan anaknya makan seadanya dan semaunya maka setelah dilakukan
penimbangan balita tersebut mengalami penurunan berat badan, dua orang tua
balita lainnya mengatakan bahwa awalnya anaknya mengalami diare dan sempat
dirawat di rumah sakit, karena hal tersebut nafsu makan anaknya menurun sehingga
asupan nutrisinya tidak adekuat dan sisanya dikatakan bahwa balita tersebut
mengalami gizi kurang karena orang tuanya tidak mampu memenuhi kebutuhan
nutrisi anaknya karena factor ekonomi dan pengetahuan yang kurang akan
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi defisit nutrisi adalah dengan
memberikan makanan yang bervariasi setiap hari namun tetap terdiri atas sumber
5
informasi kepada orang tua mengenai kebutuhan nutrisi balita serta faktor-faktor
yang memengaruhi status gizi balita. Balita gizi kurang akan tampak kurus yang
mencerminkan masa otot dan cadangan lemak yang rendah (WHO, 2008).
Pemulihan (PMT-P) dengan sasaran kelompok usia balita (6-59 bulan) dengan
status gizi kurang. PMT-P dimaksudkan sebagai tambahan asupan nutrisi bagi balita
gizi kurang dan bukan sebagai pengganti makanan pokok. PMT diberikan setiap
dalam hal ini berfokus pada anak balita dengan gizi kurang dimulai dari pemantauan
pertumbuhan dan status gizi. Pemantauan pertumbuhan dan status gizi secara
rutin yang dilakukan melalui kegiatan posyandu sangat penting dilakukan sebagai
upaya pencegahan untuk mengetahui dan mendeteksi lebih dini apabila terjadi
kurang seperti sanitasi lingkungan dan asupan nutrisi yang tidak memenuhi
Berdasarkan uraian diatas dalam upaya mengatasi gizi kurang agar tidak
berlanjut menjadi gizi buruk maka deteksi dini sebagai upaya pencegahan dan
tatalaksana penanganan balita gizi kurang dengan defisit nutrisi sangat penting
6
dilakukan, oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan studi kasus melalui
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
pada balita gizi kurang dengan defisit nutrisi di UPT Kesmas Tegallalang I.
2. Tujuan Khusus
a. Mengobservasi data objektif dan subjektif pada balita gizi kurang di UPT
Kesmas Tegallalang I
7
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
orang tua balita mengenai gizi kurang, deteksi dini, penanganan, dampak gizi
kurang terhadap kesehatan dan tumbuh kembang balita, serta dapat memotivasi
orang tua agar mengajak anaknya untuk melakukan kunjungan rutin ke tempat
pada balita gizi kurang dengan defisit nutrisi sehingga dapat meningkatkan
kejadian gizi buruk dan gizi kurang di Bali pada umumnya dan di Gianyar pada
khususnya.
2. Manfaat Teoritis
Penulisan studi kasus ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk studi
8
BAB II KAJIAN
PUSTAKA
tubuh tidak terpenuhi dalam jangka waktu tertentu sehingga tubuh akan memecah
cadangan makanan yang berada di bawah lapisan lemak dan lapisan organ tubuh
(Adiningsih, 2010).
Gizi kurang merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan
oleh rendahnya konsumsi energi protein dari makanan sehari-hari dan terjadi
pada rentang Zscore ≥-2.0 s/d Zscore ≤-3.0 (Nasution, 2012). Anak dengan status
gizi kurang ditandai dengan tidak adanya kenaikan berat badan setiap bulannya atau
mengalami penurunan berat badan sebanyak dua kali selama enam bulan (Depkes,
2005). Penurunan berat badan yang terjadi berkisar antara 20-30% dibawah berat
badan ideal. Gizi kurang dapat berkembang menjadi gizi buruk, yaitu keadaan
semakin kompleks, terlebih lagi status gizi yang buruk dapat menyebabkan
9
2. Etiologi
Secara umum, status gizi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor langsung
a. Faktor langsung
Terdapat dua faktor yang memengaruhi status gizi secara langsung yaitu
asupan nutrisi dan infeksi suatu penyakit. Asupan nutrisi sangat memengaruhi status
gizi, apabila tubuh memperoleh asupan nutrisi yang dibutuhkan secara optimal
maka pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan akan
berlangsung maksimal sehingga status gizi pun akan optimal (Almatsier, 2002).
Infeksi penyakit seperti diare dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) akan
1) Asupan nutrisi
Asupan nutrisi harus memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh, konsumsi makanan harus beragam, bergizi dan berimbang.
Makanan yang bergizi adalah makanan yang mengandung semua zat gizi yang
serius agar tidak menimbulkan dampak negatif nantinya. Dampak negatif yang
10
dan menurunnya daya tahan tubuh anak yang akan berdampak pula terhadap
kesehatan anak, anak lebih mudah terserang penyakit dan tumbuh kembang anak
2) Infeksi
dan tingginya kejadian penyakit menular. Infeksi penyakit terutama infeksi berat
tubuh. Keadaan patologis seperti diare, mual muntah, batuk pilek atau keadaan
peningkatan kehilangan cairan tubuh dan zat gizi. Berkurang atau hilangnya nafsu
makan mengakibatkan penurunan asupan nutrisi sehingga absorpsi zat gizi pun
Walaupun bahan makanan dapat disediakan oleh keluarga dan daya beli
2010).
2) Pendapatan keluarga
rendah dan menengah, hal ini akan berdampak pada pemenuhan bahan makanan
terutama makanan bergizi. Oleh sebab keterbatasan ekonomi yang dialami, maka
11
masyarakat cenderung tidak mampu untuk membeli bahan pangan/ makanan yang
3) Sanitasi lingkungan
berbagai jenis penyakit antara lain diare, kecacingan dan infeksi saluran cerna.
Apabila anak menderita infeksi saluran cerna maka penyerapan zat-zat gizi akan
terganggu, hal ini akan menyebabkan terjadinya kekurangan zat gizi. Kekurangan
zat gizi dalam tubuh akan menyebabkan mudah terserang penyakit sehingga
3. Patofisiologi
Gizi kurang pada balita terjadi sebagai dampak kumulatif dari berbagai
faktor baik yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung. Faktor
yang berpengaruh langsung terhadap status gizi balita diantaranya asupan nutrisi
yang tidak tercukupi dan adanya infeksi. Asupan nutrisi sangat memengaruhi
status gizi, apabila tubuh memperoleh asupan nutrisi yang dibutuhkan secara
kesehatan akan berlangsung maksimal sehingga status gizi pun akan optimal
pelayanan kesehatan. Infeksi penyakit seperti diare dan infeksi saluran pernafasan
atas (ISPA) akan mengakibatkan proses penyerapan nutrisi terganggu dan tidak
Faktor yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap status gizi balita
12
nutrisi, faktor ekonomi dan sanitasi lingkungan yang kurang baik. Tingkat
pengetahuan yang kurang serta tingkat ekonomi yang rendah akan mengakibatkan
tubuh. Sanitasi lingkungan yang kurang baik menjadi faktor pencetus terjadinya
berbagai masalah kesehatan misalnya diare, kecacingan dan infeksi saluran cerna
(Marimbi, 2010).
Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan tidak mampu memenuhi kebutuhan
metabolik tubuh serta adanya penyakit infeksi akan mengakibatkan absorpsi nutrien
jangka waktu tertentu maka terjadilah penurunan berat badan, pucat pada kulit,
tidak dapat memenuhi atau mencukupi kebutuhan metabolik tubuh. Balita dikatakan
mengalami defisit nutrisi apabila mengalami penurunan berat badan minimal 10%
atau lebih dari berat badan ideal (A. H. dan H. K. Nurarif, 2015).
13
a. Berat badan 10% atau lebih dibawah berat badan ideal
d. Terdapat tanda dan gejala masalah pencernaan, seperti nyeri abdomen, kram
Dampak dari defisit nutrisi yang paling buruk adalah kemungkinan pengaruh
pada pertumbuhan otak dan dilaporkan bahwa pertumbuhan otak dan perkembangan
mendasari keadaan apati dan lesu dari anak yang mengalami penurunan masa otot.
Perkembangan anak tidak akan optimal karena penurunan masa otot akan
dalam keadaan statis. Defisiensi elektrolit intraseluler pada stadium lanjut dapat
14
jaringan, serta mengatur berbagai proses kehidupan. Selain kesehatan, gizi dikaitkan
Gizi dibagi menjadi dua, yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro.
Karbohidrat, lemak dan protein termasuk kelompok zat gizi makro. Mineral dan
dibutuhkan untuk kelangsungan berbagai proses dalam tubuh seperti sirkulasi darah,
a. Energi
Distribusi kalori dalam makanan anak ialah 15% berasal dari protein, 35% dari
lemak dan 50% dari karbohidrat. Kelebihan energi sebesar 500 kalori setiap hari
(Sediaoetama, 2009).
Tabel 1.
Angka Kecukupan Energi Untuk Anak Balita
15
b. Protein
Protein diperoleh dari dua sumber yaitu protein nabati dan protein hewani.
Protein hewani pada umumnya bernilai lebih tinggi dibandingkan dengan protein
nabati.
Tabel 2.
Angka Kecukupan Protein Anak Balita
c. Lemak
dibutuhkan oleh hampir ribuan fungsi fisiologis tubuh (Pudjiadi, 2000). Lemak
terdiri dari fosfolipid, sterol dan trigliserida. Sebagian besar (99%) lemak tubuh
adalah trigliserida yang terdiri dari gliserol dan asam lemak. Selain menyuplai
(Sediaoetama, 2009).
Tabel 3.
Tingkat Kecukupan Lemak Anak Balita
Umur Gram
0-5 bulan 31
6-11 bulan 36
1-3 tahun 44
4-6 tahun 62
(Sumber: Sediaoetama, 2009)
16
d. Vitamin dan Mineral
namun dalam jumlah yang kecil. Vitamin dibagi menjadi dua kelompok yaitu
vitamin yang larut dalam air (vitamin B dan C) dan vitamin yang tidak larut dalam
Tabel 4.
Tingkat Kecukupan Vitamin dan Mineral Anak Balita
praktik keperawatan yang langsung diberikan pada pasien yang meliputi lima
evaluasi.
1. Pengkajian
diet, pengkajian klinis terhadap status nutrisi dan pengkajian biokimia. Informasi
17
tentang masukan diet dimulai dengan riwayat diet dan dapat digabungkan dengan
jumlah masukan makan aktual yang mendetail. Pengkajian klinis tentang status
makan, jenis pengolahan bahan makanan, nafsu makan anak biasanya, riwayat alergi
vitamin atau suplemen makanan dan apakah akhir-akhir ini anak mengalami
pengkajian pertumbuhan umum, keadaan kulit, rambut, mata, mulut, abdomen dan
a. Tinggi badan dan berat badan berada di bawah persentil ke-5 dan ke-95 untuk
pertumbuhan (penurunan berat badan 10% atau lebih dibawah berat badan
ideal)
konjungtiva.
18
e. Terdapat fisura dan inflamasi pada sudut mulut, stomatitis, glositis dan terjadi
2. Diagnosa Keperawatan
kurang adalah defisit nutrisi. Defisit nutrisi didefinisikan sebagai keadaan dimana
asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Penyebab dari
psikologis (misalnya stress, keengganan untuk makan) (PPNI, 2016). Adapun tanda
Cepat kenyang setelah makan, kram atau nyeri abdomen, nafsu makan
menurun, bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan lemah dan
disusun untuk membantu klien dan mencapai kriteria hasil. Rencana asuhan tersebut
19
diperhatikan dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak balita gizi kurang
pengetahuan orang tua pasien mengenai kebutuhan nutrisi pada anak balita
Tabel 5
Rencana Asuhan Keperawatan Pada Balita Gizi Kurang Dengan Defisit Nutrisi di
UPT Kesmas Tegallalang I Tahun 2018
20
4. Implementasi Keperawatan
merubah status kesehatannya menjadi lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil
Tindakan keperawatan pada anak balita gizi kurang dengan defisit nutrisi
gizi dalam menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien,
menginformasikan kepada orang tua balita mengenai kebutuhan nutrisi balita, dan
5. Evaluasi Keperawatan
kelayakan, kemajuan klien terhadap outcome yang dicapai serta keefektifan dari
balita gizi kurang dengan defisit nutrisi adalah keberhasilan pasien dalam
mencapai kriteria hasil yang telah ditentukan sebelumnya. Kriteria hasil yang
dievaluasi yaitu:
tidak terjadi penurunan berat badan, berat badan sesuai dengan tinggi badan dan
21
b) Kemampuan orang tua dalam mengidentifikasi kebutuhan nutrisi balita
klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan
masuk kembali ke dalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang (reassessment)
(Asmadi, 2008).
22
BAB III KERANGKA
KONSEP
Gizi Kurang
Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Data mayor
Penurunan berat badan 10% atau lebih
dari berat badan ideal
2. Diagnosa keperawatan
Berat badan 10%
Defisit nutrisi
atau lebih di bawah
3. Intervensi keperawatan
berat badan ideal
a. Nutrition management
b. Nutrition monitoring
4. Implementasi
a. Mengatur asupan nutrisi sesuai dengan
kebutuhan
b. Memonitor status nutrisi anak
Penurunan berat 5. Evaluasi
badan terjadi sebagai Kriteria hasil
akibat dari asupan a. Adanya peningkatan berat badan sesuai
nutrisi yang tidak dengan tujuan
adekuat sehingga b. Berat badan sesuai dengan tinggi badan
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan
tidak mampu
nutrisi
memenuhi kebutuhan d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
metabolik tubuh.
Keterangan
: Variabel diteliti
: Hubungan
23
Tingkat pengetahuan orang tua tentang gizi dan kesehatan serta tingkat
penyediaan bahan makanan yang kurang beragam dan bernilai gizi tinggi. Hal ini
tubuh. Selain hal tersebut, sanitasi lingkungan juga berpengaruh terhadap tingkat
penyakit infeksi seperti diare, kecacingan dan infeksi saluran cerna. Apabila anak
terganggu. Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan tidak mampu memenuhi
dalam jangka waktu tertentu maka terjadilah penurunan berat badan yang disertai
dengan tanda dan gejala deficit nutrisi lainnya seperti kesukaran makan dan
kehilangan rambut berlebih. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu diberikan
asuhan keperawatan untuk mengatasi deficit nutrisi yang dimulai dari proses
management dan nutrition monitoring dengan tujuan dan kriteria hasil adanya
peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan, berat badan sesuai dengan tinggi
badan, mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi, dan tidak ada tanda- tanda
malnutrisi.
24
B. Definisi Operasional Variabel
fokus studi yang dirumuskan secara operasional yang digunakan pada studi kasus
Tabel 6.
Definisi Operasional Variabel Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Balita Gizi
Kurang Dengan Defisit Nutrisi di UPT Kesmas Tegallalang I Tahun 2018
1. Defisit nutrisi pada Defisit nutrisi pada balita gizi kurang merupakan
balita gizi kurang
suatu keadaan balita yang mengalami penurunan
berat badan minimal 10% atau lebih dibawah
berat badan ideal yang disertai dengan tanda
gejala masalah pencernaan seperti nyeri/kram
abdomen dan bising usus hiperaktif, sulit makan,
pucat pada kulit, membran mukosa dan
konjungtiva.
25
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
rancangan studi kasus, yaitu salah satu jenis rancangan penelitian yang mencakup
satu unit penelitian secara intensif yang dibatasi oleh tempat dan waktu serta
kasus yang dipelajari berupa aktivitas, individu dan peristiwa. Studi kasus ini
balita gizi kurang dengan defisit nutrisi di UPT Kesmas Tegallalang I tahun 2018.
dengan mengikuti subjek untuk meneliti peristiwa yang belum terjadi (Setiadi,
2007).
April 2018.
Subjek yang digunakan dalam studi kasus ini adalah dua balita gizi kurang
dengan defisit nutrisi.. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi subjek studi kasus ini
yaitu:
26
1. Kriteria inklusi
a. Dokumen balita gizi kurang yang mengalami tanda dan gejala mayor defisit
2. Kriteria eksklusi
Fokus studi pada penelitian ini adalah pemberian asuhan keperawatan pada
balita gizi kurang dalam pemenuhan kebutuhan defisit nutrisi yang meliputi
evaluasi keperawatan.
Jenis data yang dikumpulkan berupa data sekunder yang diperoleh dari
dokumen atau rekam medik balita di UPT Kesmas Tegallalang I yang terdiri dari
proses asuhan keperawatan pada balita gizi kurang dengan defisit nutrisi yang
keperawatan yang diberikan pada balita gizi kurang dengan defisit nutrisi mulai dari
mengumpulkan dan mengolah data berdasarkan data yang telah ada sebelumnya dan
27
mayor dari defisit nutrisi yaitu penurunan berat badan minimal 10% atau lebih di
bawah rentang ideal dan beberapa karakteristik minor lainnya seperti kesukaran
makanan), terdapat tanda dan gejala masalah pencernaan, seperti nyeri abdomen,
kram abdomen, diare dan bising usus hiperaktif, kehilangan rambut berlebihan,
eksklusi.
keperawatan pasien dan penentuan masalah utama yang muncul pada pasien.
intervensi keperawatan.
keperawatan.
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
28
1. Mereduksi data
tranformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan.
Data yang diperoleh kemudian dikelompokan menjadi data subjektif dan objektif,
mengumpulkan dan memilah data yang berkaitan dengan defisit nutrisi pada balita
gizi kurang.
2. Penyajian data
dipilih untuk studi kasus, data disajikan dalam bentuk naratif mengenai karakteristik
defisit nutrisi dan proses keperawatan pada balita gizi kurang dengan defisit nutrisi.
verifikasi terlebih dahulu untuk dapat ditetapkan kesimpulan akhir. Dari data
yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan teori dan hasil
29
a. Inform consent
Tujuan inform consent adalah agar subjek mengerti maksud, tujuan dan dampak
yang ditimbulkan dari diadakannya penelitian. Apabila subjek bersedia maka subjek
dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar
c. Confidentially (kerahasiaan)
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
penelitian.
30