Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENERAPAN TERAPI EFEKTIFITAS RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP


TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI ESENSIAL

PADA KELUARGA TN. J DI RT 01 / RW 09 KEL. METESEH, KEC.TEMBALANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Praktik Klinik Stase Keluarga

Dosen Pembimbing : Ns.Diana Dayaningsih,M.Kep

OLEH

GRENADA NABELLA PUTRI

NIM 20101440116037

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV / DIPONEGORO

SEMARANG

TAHUN 2018 / 2019


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Terapi Relaksasi Otot Progresif

Sasaran : TN. J

Hari/tanggal : Jumat, 18 Januari 2019

Waktu pertemuan : 16.00 WIB - Selesai

Tempat : Dirumah Tn. J Rt. 01/Rw.09 Meteseh Tembalang

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan tekanan darah
di atas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka morbiditas maupun
mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg menunjukkan fase darah yang sedang
dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 mmHg menunjukkan fase darah yang kembali
ke jantung (Triyanto, 2014).
Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik yang
terbagi menjadi dua tipe yaitu hipertensi esensial yang paling sering terjadi dan hipertensi
sekunder yang disebabkan oleh penyakit renal atau penyebab lain, sedangkan hipertensi
malignan merupakan hipertensi yang berat, fulminan dan sering dijumpai pada dua tipe
hipertensi tersebut (Kowalak, Weish, & Mayer, 2011).

Di Indonesia hipertensi masih menjadi tantangan besar. Hal ini


dikarenakan hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan
kesehatan primer. Sekitar 1 dari 3 orang penduduk Indonesia menderita hipertensi.
Berdasarkan prevalensinya, persentase penderita hipertensi yang berusia diatas 18 tahun
yaitu 25,8%. Jumlah kasus hipertensi yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan hanya
sebesar 36,8% dan selebihnya (63,2%) tidak terdiagnosis. Hasil pengukuran yang
dilakukan menunjukkan persentase penderita hipertensi mengalami peningkatan seiring
dengan pertambahan rentang usia. Pada kelompok umur 35-44 sebanyak 24,8%
menderita hipertensi, umur 45-54 sebesar 35,6%, meningkat lagi pada umur 65-74
sebesar 57,6% dan yang paling tinggi sebanyak 63,8%dari lansia berusia 75 tahun ke atas
mengalami hipertensi. (Riskesdas, 2013). Berdasarkan latar belakang tersebut perawat
menyusun perencanaan untuk memberikan penyuluhan tentang perawatan hipertensi pada
Ny. K
Teknik Relaksasi Otot Progresif dapat meningkatkan relakssi dengan menurunkan
aktivitas saraf simpatis dan meningkatkan aktivitas saraf parasimpatis sehingga terjadi
vasodilitasi diameter arterional. System saraf parasimpatis melepaskan
neurotransmitterasetilkolin untuk menghambat aktivitas saraf simpatis dengan
menurunkan kontraksilitas otot jantang,vaslidasi arteriol dan vena kemudian menurunkan
tekanan darah (mutaqqin,2009).

B. Tujuan penyuluhan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30menit, klien mampu memahami dan
mempraktikaan teknik relaksasi otot progresif
2. Tujuan Khusus
a. Pasien mampu menjelaskan pengertian relaksasi otot progresif
b. Pasien mampu menjelaskan tujuan dilakukan terapi relaksasi otot progresif
c. Pasien mampu menjelasakan manfaat dari teknik relaksasi otot progresif
d. Pasien mampu menjelaskan langkah-langkah dari Relaksasi teknik otot progresif
C. Materi penyuluhan(terlampir)
a. Pengertian terapi relaksasi otot progresif
b. Manfaat terapi relaksasi otot progresif
c. Langkah-langkah relaksasi otot progresif
D. Metode Penyuluhan
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Diskusi
E. Metode Penyuluhan
a. Flip chart
b. Leaflet
F. Setting Tempat penyuluhan
Ket :

: penyaji/media

: peserta

G. Kegiatan Penyuluhan
No Tahapan Kegiatan Audien Media
1. Pembukaan 1. Mengucapkan salam Menjawab salam
(5 menit) 2. Perkenalan dan mendengarkan
3. Menjelaskan maksud
dan tujuan
4. Kontrak waktu
5. Pre test
2. Penyajian 1. Menjelaskan Memperhatikan flip
(15 menit) pengertian Relaksasi materi chart,le
Otot Progresif aflet
2. Menjelaskan manfaat
Relaksasi Otot
Progresif
3. Menjelaskan Langkah
– langkah Relaksasi
Otot Progresif
3 Evaluasi 1. Tanya jawab Menjawab
(5 menit) 2. Menanyakan kembali pertanyaan dan
3. Post test bertanya
3. Penutup 1. Memberi kesimpulan Menyimak dan
(5 menit) 2. Memberi kesan dan menjawab salam
pesan
3. Mengucapkan kan
terima kasih dan
salam penutup

H. Evaluasi Penyuluhan
1. Evaluasi Persiapan
a. SAP disusun H-3 pelaksanaan
2. Evaluasi proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
b. Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
c. Peserta sangat antusias dan berperan aktif dalam jalannya diskusi .
3. Evaluasi hasil
a. Pasien mampu menjelaskan pengertian relaksasi otot progresif
b. Pasien mampu menjelaskan tujuan dilakukan terapi relaksasi otot progresif
c. Pasien mampu menjelasakan manfaat dari teknik relaksasi otot progresif
d. Pasien mampu menjelaskan langkah-langkah dari teknik Relaksasi otot progresif
Lampiran

1. Pengertian Relaksasi Otot Progresif


Relaksasi adalah satu teknik dalam terapi perilaku untuk mengurangi ketegangan
dan kecemasan. Teknik ini dapat digunakan oleh klien tanpa bantuan terapis dan
mereka dapat menggunakannya untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan
yang dialami sehari-hari
Relaksasi merupakan salah satu cara untuk mengistirahatkan fungsi fisik dan
mental sehingga menjadi rileks (Suryani,2000).Relaksasi merupakan kegiatan
untuk mengendurkan ketegangan, pertama-tama ketegangan jasmaniah yang
nantinya akan berdampak pada penurunan ketegangan jiwa (Wiramihardja,2006).
2. Manfaat Relaksasi Otot Progresif
a. Membuat tubuh menjadi santai yang dapat menurunkan tingkat hormon stres,
tekanan darah, nadi dan gula darah
b. Mengatasi berbagai macam permasalahan dalam mengatasi stres, kecemasan,
insomnia, dan juga dapat membangun emosi positif dari emosi negative
3. Langkah – langkah relaksasi Otot progresif
a. Menggenggam tangan sambil membuat suatu kepalan. Kepalan dibuat semakin
kuat, sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi. Pada saat kepalan
dilepaskan rasakan rileksnya selama 10 detik
b. Tekuk kedua lengan ke belakangpada pergelangan tangan sehingga otot-otot di
tangan bagian belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari menghadap ke
langit-langit

c. Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan kemudian membawa kedua


kepalan ke pundak sehingga otot-otot biceps akan menjadi tegang
d. Mengangkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan bahu akan dibawa hingga
menyentuh kedua telinga.

e. Kengerutkan dahi dan alis sampai otot-ototnya terasa dan kulitnya keriput
f. Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di sekitar mata dan
otot-otot yang mengendalikan gerakan mata
g. Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi-gigi sehingga ketegangan di
sekitar otot-otot rahang
h. Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan
disekitar mulut.
i. Letakkan kepala sehingga dapatberistirahat, kemudian diminta untuk menekankan
kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga klien dapat
merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan punggung atas.

j. Bawa kepala ke muka, kemudian klien diminta untuk membenamkan dagu ke


dadanya
k. Angkat tubuh dari sandaran kursi, kemudian punggung dilengkungkan, lalu
busungkan dada sehingga tampak seperti pada gambar 6. Kondisi tegang
dipertahankan selama 10 detik, kemudian rileks
l. Tarik nafas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-banyaknya.
Posisi ini ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di bagian
dada kemudian turun ke perut.

m. Tarik kuat-kuat perut kedalam, kemudian menahannya sampai perut menjadi


kencang dan keras. Setelah 10 detik dilepaskan bebas
n. Luruskan kedua belah telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang
DAFTAR PUSTAKA

Setyoadi dan Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien


Psikogeriatrik. Jakarta. Salemba Medika.

Alim. 2009. “Langkah-Langkah Relaksasi Otot Progresif”.

http//www.psikologizone.com/Langkah-Langkah-Relaksasi-Otot-Progresif, diakses tanggal 25


Nopember 2010.

Perry, Patricia A., & Potter, Anne Griffin. (2005). Fundamental Keperawatan buku I edisi 7.
Jakarta : Salemba Medika

Hawari, D. (2008). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta : FKUI

Herodes, R. (2010). Anxiety and Depression in Patient.

Anda mungkin juga menyukai