PENDAHULUAN
2.1.1 Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayahkk kota Bogor
1. Penataan ruang adalah suatu system prses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
2. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan
tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan
air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
3. Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air
hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akuifer) yang berguna sebagai sumber air.
4. Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri-kanan sungai, termasuk sungai
buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi sungai.
5. Ruang terbuka hijau yang selanjutnya disebut RTH adalah area memanjang/jalur dan/atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang
tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
6. Ruang terbuka non hijau yang selanjutnya disebuy RTNH adalah ruang terbuka di wilayah
perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras maupun yang
berupa badan air.
2.3.1 Admininstratif
Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106º 43’30” - 106º 51.00” Bujur Timur dan 6º 30’30” - 6º
41’00” Lintang Selatan. Kota ini berjarak lebih kurang 50 Km dari Jakarta.
Tabel 2.2
Luas dan
Wilayah
Administrasi
Kota Bogor,
2005
sumber :
BPPD Kota Bogor, 2015
0o-2o (0%-2%) Datar (flat) atau hampir datar, dengan proses denudasional yang
tidak cukup besar dan pengikisan permukaan yang tidak
intensif dibawah kondisi kering
4o-8o (7%-15%) Miring (sloping), memiliki kondisi yang hampir sama dengan
gently slope, namun lebih mudah mengalami pengikisan
permukaan, dengan erosi permukaan yang intensif
8o-160 (15%-30%) Agak curam (moderately steep), semua jenis pergerakan massa
terjadi, terutama periglacial-solifluction, rayapan, pengikisan
dan adakalanya landslide
16o-35o (30%-70%) Curam (steep), proses denudasional dari semua jenis terjadi
secara intensif (erosi, rayapan, pergerakan lereng)
35o-55o (70%-140%) Sangat curam (very steep), proses denudasional terjadi secara
intensif
2.3.2 Morfologi
Kondisi topografi wilayah Kota Bogor pada dasarnya bervariasi antara datar dan berbukit (antara 0-200
mdpl sampai dengan >300 mdpl). Wilayah Kota Bogor mempunyai ketinggian >300 mdpl sebagian besar
berada di wilayah selatan yang merupakan kaki Gunung Salak. Kemiringan lereng di Kota Bogor
sebagian besar berada pada klasifikasi datar dan landai (<15%) seluas 9.855,21 ha atau 83,17%, pada
klasifikasi lahan agak curam (15%-25%) seluas 1.109,89 ha atau 9,25%, sedangkan untuk lahan yang
berada pada klasifikasi curam dan sangat curam (>25%) hanya seluas 884,9 ha atau sekitar 7,45%.
Kondisi topografi dan kemiringan lereng tersebut, menjadikan Kota Bogor memiliki variasi pola/tema
pengembangan dalam pemanfaatan ruangnya. Kondisi topografi dan kemiringan lereng ini menjadi
potensi dalam pengembangan Kota Bogor.
Tabel 2.3
Bogor memiliki iklim tropis, terdapat curah hujan yang signifikan sepanjang tahun di Bogor.Bahkan
bulan terkering masih memiliki banyak curah hujan. Kondisi iklim di Kota Bogor suhu rata-rata tiap
bulab 26oC dengan suhu terendah 21,8oC dengan suhu tertingi 30,4oC. Kelembapan udara 70%, curah
hujan rata-rata setiap tahun sekitar 3.500 – 4000 mm dengan curah hujan terbwsar pada bulan November
sampai Januari.
2.3.4 Geologi
Berdasarkan pembagian zona fisiografi daerah Jawa Barat oleh van Bemmelen (1949) lembar
Bogor termasuk dalam zona Bogor dan Zona Pegunungan Selatan.
Zona Bogor, zona ini membentang mulai dari Rangkasbitung melalui Bogor, Purwakarta,
Subang, Sumedang, Kuningan dan Manjalengka. Daerah ini merupakan perbukitan lipatan yang
terbentuk dari batuan sedimen tersier laut dalam membentuk suatu Antiklonorium, dibeberapa
tempat mengalami patahan yang diperkirakan pada zaman Pliosen-Plistosen sezaman dengan
terbentuknya patahan Lembang dan pengangkatan Pegunungan Selatan. Zona Bogor sekarang
terlihat sebagai daerah yang berbukit-bukit rendah di sebagian tempat secara sporadis terdapat
bukit-bukit dengan batuan keras yang dinamakan vulkanik neck atau sebagai batuan intrusi
seperti Gunung Parang dan Gunung Sanggabuwana di Plered Purwakarta, Gunung Kromong dan
Gunung Buligir sekitar Majalengka.
Zona Pegunungan Selatan, terbentang mulai dari teluk Pelabuhanratu sampai Pulau
Nusakambangan. Zone ini mempunyai lebar ±50 km,tetapi di bagian Timur menjadi sempit
dengan lebar hanya beberapa km. Pegunungan Selatan telah mengalami pelipatan dan
pengangkatan pada zaman Miosen dengan kemiringan lemah ke arah Samudera lndonesia.
Pegunungan Selatan dapat dikatakan suatu plateau dengan permukaan batuan endapan Miosen
Atas, tetapi pada beberapa tempat permukaannya tertoreh-toreh dengan kuat sehingga tidak
merupakan plateau lagi. Sebagian besar dari pegunungan Selatan mempunyai dataran erosi yang
letaknya lebih rendah, disebut dataran Lengkong yang terletak di bagian Baratnya dan sepanjang
hulu sungai CiKaso.
Lembar Bogor secara umum tersusun atas batuan gunungapi, batuan terobosan dan batuan
penyusun zona bogor serta batuan penyusun zona pegunungan selatan yang berupa batuan
sedimen Tersier. Berikut satuan batuan penyusun lembar Bogor yang diurutkan dari muda ke tua.
Tufa dan Breksi (Tmtb): tufa batuapung, breksi tufaan bersusunan andesit, batupasir tufa,
lempung tufaan dengan kayu terkersikkan dan sisa tumbuhan, batupasir berstruktur cross
bedding.
Struktur geologi di daerah lembar berupa sesar, lipatan, kelurusan dan kekar yang dijumpai pada
batuan yang berumur Oligosen - Pliosen sampai Kuarter. Sesar terdiri dari sesar geser dan sesar
normal yang umumnya berarah utara - selatan, baratdaya - timurlaut dan baratlaut tenggara. Pola
lipatan yang dijumpai berupa antiklin dan sinklin yang berarah baratdaya - timurlaut, barat -
timur dan baratlaut - tenggara. Kekar umumnya berkembang baik pada batuan andesit yang
berumur Kuarter.
Tektonik yang terjadi pada akhir Miosen Akhir menghasilkan dua pola struktur yang berbeda
yaitu pengangkatan yang kemudian diikuti oleh terobosan batuan andesit.
Dari segi pola penggunaan lahan, dengan luas wilayah Kota Bogor 11.696,05 ha. Kawasan tersebut dapat
dibagi menjadi dua kategori yaitu kawasan terbangun dan kawasan tidak terbangun. Secara garis besar
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tanah adalah tempat tumbuhnya tanaman dan mendukung hewan dan manusia, berikut adalah tanah
yang bisa ditemukan di Indonesia :
1. Tanah aluvial
Tanah aluvial merupakan tnaah yang berasal dari sedimen lumpur yang dibawa oleh air sungai.
Tanah ini merupakan hasil erosi yang kemudian diendapkan bersama dengan lumpur sungai. Ciri
khas dari tanah aluvial adalah memiliki warna yang kelabu dan sifatnya subur.
2. Tanah Vulkanis
Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari abu gunungapi atau vulkanis atau material
letusan gunungapi yang sudah mengalami pelapukan. Tanah vulkanis mengandung banya unsur
hara sehingga sifatnya sangat subur. Tanah vulkanis dapat dibedakan dalam dua kelompok, yakni
tanah regosol dan latosol. Ciri tanah regosol adalah tanah vulkanis yang mempunyai butir kasar,
berwarna kelabu sampai kuning serta mengandung bahan organik yang sedikit. Sedangakan tanah
latosol adalah tanah vulkanis yang memiliki ciri dari warnanya yang merah hingga kuning dan
mengandung bahan organik sedang dengan sifat asam.
3. Tanah Humus
Tanah humus adalah jenis tanah yang muncul akibat tumbuh-tumbuhan yang membusuk.
Berbagai tumbuhan yang membusuk ini membuat tanah humus mengandung unsur hara yang
tinggi. Tanah ini pun bersifat sangat subur.
4. Tanah Organosol (tanah gambut)
Tanah ini terbentuk dari proses pelapukan bahan-bahan organic, seperti dari sisa pembusukan
tanaman rawa. Pembusukan bahan organic yang terjadi pada tanaman ini terjadi kurang sempurna
karena selalu tergenang air. Karena pembusukan yang kurang sempurna, tanah gambut cenderung
bersifat asam hingga sangat asam.
5. Tanah Podzolik merah kuning
Tanah podzolik merupakan tanah yang proses pembentukannya dipengaruhi oleh curah hujan
yang tinggi serta suhu yang rendah. Ciri khas tanah podzolik adalah kandungan unsur haranya
yang sedikit, bersifat basa jika terkena air, mengandung kuarsa, bersifat tidak subur serta
memiliki warna merah sampai kuning.
6. Tanah Kapur
Tanah kapur merupakan jenis tanah di Indonesia yang berasal dari batuan kapur. Tanah kapur
bersifat tidak subur. Meski demikian tanah ini masih bisa ditanami tanaman seperti pohon jati.
7. Tanah Pasir
Tanah pasir merupakan tanah yang hanya memiliki kadar air sangat sedikit dan sangat miskin
unsur hara. Tanah pasit berasal dari batuan pasir yang telah melapuk. Tanah ini banyak
ditemukan di wilayah -wilayah pantai yang disebut sand dune atau bukit pasir.
8. Tanah Laterit
Tanah laterit merupakan jenis tanah yang sifatnya tidak subur, atau bahkan dapat dikatakan sudah
hilang kesuburannya. Ini karena dalam tanah laterit, banyak terkandung zat besi dan alumunium.
Kandungan unsur hara dalam tanah ini sudah hilang karena terlarut oleh curah hujan yang
tinggi.Tanah laterit juga bersifat kering dan tandus. Warna tanah ini kekuningan sampai merah
sehingga tanah laterit juga sering disebut sebagai tanah merah
9. Tanah Litosol
Tanah litosol merupakan jenis tanah yang terbentuk dari proses pelapukan batuan beku dan
sedimen. Tanah litosol memiliki ciri khas butiran kasar berupa kerikil. Tanah ini sangat miskin
unsur hara sehingga tidak subur dan kurang baik untuk pertanian.
Jenis tanah di seluruh wilayah Kota Bogor umumnya memiliki sifat agak peka terhadap erosi, yang
sebagian besar mengandung tanah liat (clay), dengan tekstur tanah yang umumnya halus hingga kasar,
kecuali di Kecamatan Bogor Barat, Tanah Sareal dan Bogor Tengah terdapat tanah yang bertekstur kasar.
Potensi rawan bencana yang terdapat di Kota Bogor adalah rawan bencana longsor dan rawan
bencana banjir. Terdapat beberapa kawasan yang berpotensi mengalami bencana tersebut seperti:
daerah yang sering longsor umumnya di sekitar tebing sungai, sedangkan daerah yang rawan
banjir hanya merupakan titik genangan yang tersebar pada setiap kecamatan. Untuk kawasan
rawan kebakaran terutama di kawasan permukiman padat, di mana jarak antar rumah
berdempetan dengan akses jaringan jalan yang minim.
a. Gerakan tanah
BADAN Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (BVMBG), Badan Geologi,
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengeluarkan surat terkait
wilayah berpotensi gerakan tanah di Kabupaten Bogor. Dalam surat tersebut mereka
menyebutkan ada 22 titik, wilayah atau kecamatan di Kabupaten Bogor rawan bencana
pergerseran tanah. Tingkat kerawananya menengah hingga tinggi. Bahkan ada beberapa
titik yang berpotensi terjadi banjir bandang.
Secara khusus, pihak BPBD Kabupaten Bogor mengimbau masyarakat yang tinggal di
lereng-lereng mengungsi pada saat terjadi hujan lebat.
b. banjir
daerah rawan banjir biasanya berada di sisi Sungai Cisadane dan Sungai Ciliwung
maupun aliran sungai kecil dari keduanya seperti di daerah Tanah Sareal, Bogor Barat,
Bogor Timur dan Bogor Utara.
Titik rawan banjir di wilayah Bogor timur daerah Katulampa, Baranangsiang dan
Sukasari sebagai daerah yanh rawan banjir. "Terakhir di Bogor Utara di Kelurahan
Cibuluh beserta Ciparigi yang rawan banjir.
Banjir bandang bisa saja terjadi pada saat hujan deras yang turun tiba-tiba di daerah hulu,
yakni Puncak. Terlebih, dengan berkurangnya kualitas sungai di Kota Bogor menyimpan
dan menampung air, maka kemungkinan banjir bandang masih bisa terjadi. Meski, hujan
yang turun intensitasnya belum menunjukkan kenaikan yanh signifikan.
Peta rawan banjir kecamatan bogor timur
Berdasarkan Peta Hidrogeologi Regional Indonesia Lembar Bogor, yang disusun oleh
Edi Muertianto (2006), akuifer batuan dasar, di daerah penyelidikan penyebarannya terutama
menempati daerah kaki gunungapi dari G. Salak. Berdasarkan telaah morfologi dan geologi,
cekungan airtanah. Secara geologi daerah penyelidikan umumnya disusun oleh kelompok batuan
berumur Kuarter, berupa endapan gunung api muda tidak terpisahkan yang terdiri atas tufa
batuapung pasiran, breksi lahar tufaan dari endapan Gunung Salak, endapan ini cukup tebal. Di
bawahnya berupa endapan vulkanik tua tak terpisahkan terdiri atas breksi bersusunan andesitik –
basaltik, lava andesit, tufa dan aglomerat. Ke arah selatan berkembang sedimen klastik halus
sampai kasar berumur Tersier yang telah terlipatkan dan tersesarkan (Edi Murtianto, 1991).
Sistem aliran airtanah pada akuifer batuan dasar bervariasi, umumnya melalui ruang antar butir,
ruang antar butir dan rekahan, serta sistem aliran melalui celahan/saluran pelarutan pada mandala
airtanah endapan gunung api. Akuifer batuan dasar umumnya terdiri atas beberapa lapisan
akuifer dengan ketebalan lapisan bervariasi. Litologi akuifer di daerah ini umumnya merupakan
batuan Kuarter terdiri atas beberapa lapis breksi vulkanik, lapili dan tufa pasiran dijumpai di
daerah utara lembar peta geologi regional bogor meliputi daerah kedunghalang, darmaga, ciomas
dan sekitarnya, litologi akuifer tersebut bervariasi dari Breksi vulkanik, lapili dan tufa pasiran.
3.1 PendekatanPenelitian
1. Data sekunder
Data sekunder akan peneliti peroleh dari Kondisi geologi regional bogor (Van bemmelen),
kondisi geohidrologi regional bogor berdasarkan peta regional hidrogeologi IWACO 1988,
kondisi tata guna lahan bogor pada peta Tata guna lahan tahun PEMKOT BOGOR Tahun
1999,sebagai bahan acuan peneliti dalam melakukan penelitian Morfologi untuk tataguna lahan.
2. Data Primer
1. Pengambilan data dan sampel geologi berupa batuan (deskripsi litologi, kedudukan
batuan),struktur geologi.
2. Mengidentifikasi dan pengambilan sampel jenis tanah yang berada di lokasi
penelitian
3. Pengambilan data geomorfologi (azimuth sungai,landuse,mofomtri,proses-proses
eksogen)
4. Mengidentifikasi hirogeologi (mata air, sungai, sumur)
3.4 Tahapan Analisa Data Lapangan
Tahap ini merupakan kegiatan penyelidikan data lapangan yang terdiri dari :
1. Kemiringan Lereng
Slope
Foto
2. Morfologi
Geologi batuan
Tutupan lahan
Slope
Foto
3. Geologi dan Geoteknik
Deskripsi batuan
Foto
4. Hidrogeologi
Muka Air Tanah (MAT)
Debit
5. Sumberdaya
Peta geologi
6. Erosi Tanah
Kordinat
Foto
7. Gerakan Tanah
Kordinat
Foto
Tahapan penyusunan laporan merupakan kegiatan yang dilakukan guna menyusun keseluruhan
informasi dari hasil kegiatan penelitian secara tertulis yang mana merupakan kesimpulan dari
hasil penelitian. Meliputi pembahasan mengenai geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, dan
sejarah geologi.
Pada tahap penelitian lapangan ini didukung dengan alat-alat lapangan yaitu : peta
geologi daerah penelitian, palu geologi, kompas, GPS, botol sampel, HCL dan air, kamera,
komparator, papan clipboard, tas dan meteran. Pengambilan data ini berupa pengambilan contoh
batuan atau sample yang selanjutnya akan dilakukan penelitian atau dianalisis di laboratorium.