Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


kota Bogor adalah suatu kota di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini terletak 59
km sebelah selatan Jakarta, dan wilayahnya terletak di tengah-tengah wilayah Kabupaten
Bogor. Dahulu luasnya 21,56 km², namun kini telah berkembang menjadi 118,50 km² dan
jumlah penduduk Kota Bogor pada tahun 2014 sekitar 1.030.720 jiwa. Bogor dikenal dengan
julukan kota hujan, karena memiliki curah hujan yang sangat tinggi. Koto Bogor terdiri atas
6 kecamatan yang dibagi atas kecamatan yang dibagi lagi atas sejumlah 68 kelurahan. Dari
tahun ke tahun kota bogor sesalu menambah inprastruktur bangunan baik untuk
pemerintahan maupun untuk inprastruktur lainnya seperti rumah-rumah warga, contohnya
seperti di Kecamatan Bogor Timur banyak sekali rumah-rumah warga yang terletak di
pinggiran sungai ciliwung, karena di daerah tersebut banyak rumah-rumah warga yang
berdiri di daerah rawan bencana seperti bencana longsor misalnya. Di Kecamatan Bogor
Timur sendiri selain rawan longsor di Kecamatan ini juga rawan banjir, ada beberapa titik
rawan banjir di Kecamatan ini diantaranya Kelurahan Katulampa, Kelurahan Sindangrasa,
Kelurahan Sindangsari, Kelurahan Baranangsiang. Kecamatan Bogor Timur sendiri memiliki
potensi hidrogeologgi yang cukup melimpah di karenakan kecamatan ini di lalui oleh sungai
utama, selain memiliki potensi hidrogeologi di Kecamatan ini juga memiliki potensi sumber
daya alam yang merupakan bahan galian C yaitu pasir.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana keadaan kemiringan lereng di wilayah penelitian ?
2. Bagaimana kondisi geologi dan geologi teknik di wilayah penelitian ?
3. Bagaimana keadaan morfologi di wilayah penelitian ?
4. Bagaimana kondisi hidrogeologi di wilayah penelitian ?
5. Sumber daya apa yang terdapat di wilayah penelitian ?
6. Bagaimana keadaan erosi tanah di wilayah penelitian ?
7. Bagaimana gerakan tanah di daerah tersebut?

1.3 Mengidentifikasi pelaksanaan penelitian di wilayah tersebut


1. Mengidentifikasi kemiringan lereng di wilayah penelitian.
2. Mengidentifikasi kondisi geologi dan geologi teknik di wilayah penelitian.
3. Mengidentifikasi keadaan morfologi di wilayah penelitian.
4. Mengidentifikasi kondisi hidrogeoologi di wilayah penelitian.
5. Mengidentifikasi sumber daya yang terdapat di wilayah penelitian.
6. Mengidentifikasi erosi tanah di wilayah penelitian.
7. Mengidentifikasi gerakan tanah di wilayah penelitian.
8. Menidentifikasi kegempaan di wilayah penelitian.
1.4 Manfaat
Secara akademis : sebagai pengetahuan dan acuan untuk pembangunan diwilaya
kecamatan Bogor Timur berdasarkan data data geologi yang di dapat.
Secara praktis:
1. Sebagai informasi dan data ilmiah pemerintah daerah Bogor untuk pemanfaatan lahan
dengan kondisi morfologi daerah kecamatan Bogor Timur
2. Sebagai informasi potensi bahaya atau resiko penggunaan lahan daerah kecamatan Bogor
Timur
3. Sebagai acuan untuk kondisi Geohidrologi daerah kecamatan Bogor Timur
4. Sebagai panduan untuk pembangunan dareah kecamatan Bogor Timur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Kebijakan

2.1.1 Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayahkk kota Bogor

1. Penataan ruang adalah suatu system prses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
2. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan
tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan
air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
3. Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air
hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akuifer) yang berguna sebagai sumber air.
4. Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri-kanan sungai, termasuk sungai
buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi sungai.
5. Ruang terbuka hijau yang selanjutnya disebut RTH adalah area memanjang/jalur dan/atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang
tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
6. Ruang terbuka non hijau yang selanjutnya disebuy RTNH adalah ruang terbuka di wilayah
perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras maupun yang
berupa badan air.

2.2 Tinjauan Teori

2.3.1 Admininstratif

Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106º 43’30” - 106º 51.00” Bujur Timur dan 6º 30’30” - 6º
41’00” Lintang Selatan. Kota ini berjarak lebih kurang 50 Km dari Jakarta.

Tabel 2.2
Luas dan
Wilayah
Administrasi
Kota Bogor,
2005

sumber :
BPPD Kota Bogor, 2015

2.2.1 Klasifikasi Kemiringan Lereng menurut Van Zuidam

Tabel 2.1 Klasifikasi Kemiringan Lereng

Kelas Lereng Penciri Kondisi Lapangan

0o-2o (0%-2%) Datar (flat) atau hampir datar, dengan proses denudasional yang
tidak cukup besar dan pengikisan permukaan yang tidak
intensif dibawah kondisi kering

2o-4o (2%-7%) Sedikit miring (gently slope), dengan pergerakan massa


berkecepatan rendah dari berbagai proses periglacial,
solifluction dan fluvial

4o-8o (7%-15%) Miring (sloping), memiliki kondisi yang hampir sama dengan
gently slope, namun lebih mudah mengalami pengikisan
permukaan, dengan erosi permukaan yang intensif

8o-160 (15%-30%) Agak curam (moderately steep), semua jenis pergerakan massa
terjadi, terutama periglacial-solifluction, rayapan, pengikisan
dan adakalanya landslide

16o-35o (30%-70%) Curam (steep), proses denudasional dari semua jenis terjadi
secara intensif (erosi, rayapan, pergerakan lereng)

35o-55o (70%-140%) Sangat curam (very steep), proses denudasional terjadi secara
intensif

>550 (>140%) Curam ekstrem (extremely steep), proses denudasional sangat


kuat terutama “wall denudational”

2.3.2 Morfologi
Kondisi topografi wilayah Kota Bogor pada dasarnya bervariasi antara datar dan berbukit (antara 0-200
mdpl sampai dengan >300 mdpl). Wilayah Kota Bogor mempunyai ketinggian >300 mdpl sebagian besar
berada di wilayah selatan yang merupakan kaki Gunung Salak. Kemiringan lereng di Kota Bogor
sebagian besar berada pada klasifikasi datar dan landai (<15%) seluas 9.855,21 ha atau 83,17%, pada
klasifikasi lahan agak curam (15%-25%) seluas 1.109,89 ha atau 9,25%, sedangkan untuk lahan yang
berada pada klasifikasi curam dan sangat curam (>25%) hanya seluas 884,9 ha atau sekitar 7,45%.
Kondisi topografi dan kemiringan lereng tersebut, menjadikan Kota Bogor memiliki variasi pola/tema
pengembangan dalam pemanfaatan ruangnya. Kondisi topografi dan kemiringan lereng ini menjadi
potensi dalam pengembangan Kota Bogor.

Tabel 2.3

Kemiringan Kota Bogor menurut Kecamatan


sumber : BPPD Kota Bogor, 2015

2.3.3 Curah Hujan

Bogor memiliki iklim tropis, terdapat curah hujan yang signifikan sepanjang tahun di Bogor.Bahkan
bulan terkering masih memiliki banyak curah hujan. Kondisi iklim di Kota Bogor suhu rata-rata tiap
bulab 26oC dengan suhu terendah 21,8oC dengan suhu tertingi 30,4oC. Kelembapan udara 70%, curah
hujan rata-rata setiap tahun sekitar 3.500 – 4000 mm dengan curah hujan terbwsar pada bulan November
sampai Januari.

Tabel 2.4 Curah


Hujan Kota
Bogor 2011-2014

sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Besar Wil.II Bogor

2.3.4 Geologi
Berdasarkan pembagian zona fisiografi daerah Jawa Barat oleh van Bemmelen (1949) lembar
Bogor termasuk dalam zona Bogor dan Zona Pegunungan Selatan.

Zona Bogor, zona ini membentang mulai dari Rangkasbitung melalui Bogor, Purwakarta,
Subang, Sumedang, Kuningan dan Manjalengka. Daerah ini merupakan perbukitan lipatan yang
terbentuk dari batuan sedimen tersier laut dalam membentuk suatu Antiklonorium, dibeberapa
tempat mengalami patahan yang diperkirakan pada zaman Pliosen-Plistosen sezaman dengan
terbentuknya patahan Lembang dan pengangkatan Pegunungan Selatan. Zona Bogor sekarang
terlihat sebagai daerah yang berbukit-bukit rendah di sebagian tempat secara sporadis terdapat
bukit-bukit dengan batuan keras yang dinamakan vulkanik neck atau sebagai batuan intrusi
seperti Gunung Parang dan Gunung Sanggabuwana di Plered Purwakarta, Gunung Kromong dan
Gunung Buligir sekitar Majalengka.

Zona Pegunungan Selatan, terbentang mulai dari teluk Pelabuhanratu sampai Pulau
Nusakambangan. Zone ini mempunyai lebar ±50 km,tetapi di bagian Timur menjadi sempit
dengan lebar hanya beberapa km. Pegunungan Selatan telah mengalami pelipatan dan
pengangkatan pada zaman Miosen dengan kemiringan lemah ke arah Samudera lndonesia.
Pegunungan Selatan dapat dikatakan suatu plateau dengan permukaan batuan endapan Miosen
Atas, tetapi pada beberapa tempat permukaannya tertoreh-toreh dengan kuat sehingga tidak
merupakan plateau lagi. Sebagian besar dari pegunungan Selatan mempunyai dataran erosi yang
letaknya lebih rendah, disebut dataran Lengkong yang terletak di bagian Baratnya dan sepanjang
hulu sungai CiKaso.

Lembar Bogor secara umum tersusun atas batuan gunungapi, batuan terobosan dan batuan
penyusun zona bogor serta batuan penyusun zona pegunungan selatan yang berupa batuan
sedimen Tersier. Berikut satuan batuan penyusun lembar Bogor yang diurutkan dari muda ke tua.

Batuan Zona Bogor

Tufa dan Breksi (Tmtb): tufa batuapung, breksi tufaan bersusunan andesit, batupasir tufa,
lempung tufaan dengan kayu terkersikkan dan sisa tumbuhan, batupasir berstruktur cross
bedding.

Struktur Geologi dan Tektonik Lembar Bogor

Struktur geologi di daerah lembar berupa sesar, lipatan, kelurusan dan kekar yang dijumpai pada
batuan yang berumur Oligosen - Pliosen sampai Kuarter. Sesar terdiri dari sesar geser dan sesar
normal yang umumnya berarah utara - selatan, baratdaya - timurlaut dan baratlaut tenggara. Pola
lipatan yang dijumpai berupa antiklin dan sinklin yang berarah baratdaya - timurlaut, barat -
timur dan baratlaut - tenggara. Kekar umumnya berkembang baik pada batuan andesit yang
berumur Kuarter.

Tektonik yang terjadi pada akhir Miosen Akhir menghasilkan dua pola struktur yang berbeda
yaitu pengangkatan yang kemudian diikuti oleh terobosan batuan andesit.

Peta geologi regional bogor


2.3.5 Penggunaan Lahan

Dari segi pola penggunaan lahan, dengan luas wilayah Kota Bogor 11.696,05 ha. Kawasan tersebut dapat
dibagi menjadi dua kategori yaitu kawasan terbangun dan kawasan tidak terbangun. Secara garis besar
dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Kawasan terbangun yang mencakup kawasan perumahan, permukiman, fasilitas kesehatan,


fasilitas peribadatan, fasilitas olahraga, fasilitas umum, industri, komplek militer, kantor
pemerintahan, jasa, perdagangan campuran. Luas kawasan terbangun adalah 5.340,40 ha. Luas
kawasan pemukiman dan perumahan adalah 4.617,26 ha atau sekitar 39,47%, fasilitas sosial dan
fasilitas lainnya menempati luas 250,25 ha atau 2,14%. Kawasan industri, jasa, dan perdagangan
campuran menempati luas 362,35 ha atau sekitar 3,10%. Kompleks militer dan kantor
pemerintahan menempati luas 110,54 ha atau 0.95%.
2. Kawasan tidak terbangun yang mencakup hutan kota, kebun, ladang, sawah, semak, taman, tanah
kosong, TPU, kolam, situ, dan sungai. Luas kawasan tidak terbangun ini adalah 6,355,65 ha.
Kawasan tidak terbangun merupakan kawasan hijau yang mencakup hutan kota, kebun, ladang,
sawah, semak, taman menempati luas 5.111,31 ha atau 45,12%, sedangkan untuk kawasan tidak
terbangun yang berbentuk kawasan biru yang mencakup kolam, situ, dan sungai menempati luas
235,32 ha atau 2,01%. Sedangkan sisnya adalah tempat pemakaman umum yang menempati luas
141,76 ha atau 1,21% dan tanah kosong 867,27 ha atau 7,42%.
Tabel 2.6
Penggunaan Lahan di Kota Bogor 2012

Sumber : Bappeda, 2012 dalam BPPD Kota Bogor, 2015


Gambar 1. Peta Penggunaan Lahan
2.3.6 Jenis Tanah

Tanah adalah tempat tumbuhnya tanaman dan mendukung hewan dan manusia, berikut adalah tanah
yang bisa ditemukan di Indonesia :

1. Tanah aluvial
Tanah aluvial merupakan tnaah yang berasal dari sedimen lumpur yang dibawa oleh air sungai.
Tanah ini merupakan hasil erosi yang kemudian diendapkan bersama dengan lumpur sungai. Ciri
khas dari tanah aluvial adalah memiliki warna yang kelabu dan sifatnya subur.
2. Tanah Vulkanis
Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari abu gunungapi atau vulkanis atau material
letusan gunungapi yang sudah mengalami pelapukan. Tanah vulkanis mengandung banya unsur
hara sehingga sifatnya sangat subur. Tanah vulkanis dapat dibedakan dalam dua kelompok, yakni
tanah regosol dan latosol. Ciri tanah regosol adalah tanah vulkanis yang mempunyai butir kasar,
berwarna kelabu sampai kuning serta mengandung bahan organik yang sedikit. Sedangakan tanah
latosol adalah tanah vulkanis yang memiliki ciri dari warnanya yang merah hingga kuning dan
mengandung bahan organik sedang dengan sifat asam.
3. Tanah Humus
Tanah humus adalah jenis tanah yang muncul akibat tumbuh-tumbuhan yang membusuk.
Berbagai tumbuhan yang membusuk ini membuat tanah humus mengandung unsur hara yang
tinggi. Tanah ini pun bersifat sangat subur.
4. Tanah Organosol (tanah gambut)
Tanah ini terbentuk dari proses pelapukan bahan-bahan organic, seperti dari sisa pembusukan
tanaman rawa. Pembusukan bahan organic yang terjadi pada tanaman ini terjadi kurang sempurna
karena selalu tergenang air. Karena pembusukan yang kurang sempurna, tanah gambut cenderung
bersifat asam hingga sangat asam.
5. Tanah Podzolik merah kuning
Tanah podzolik merupakan tanah yang proses pembentukannya dipengaruhi oleh curah hujan
yang tinggi serta suhu yang rendah. Ciri khas tanah podzolik adalah kandungan unsur haranya
yang sedikit, bersifat basa jika terkena air, mengandung kuarsa, bersifat tidak subur serta
memiliki warna merah sampai kuning.
6. Tanah Kapur
Tanah kapur merupakan jenis tanah di Indonesia yang berasal dari batuan kapur. Tanah kapur
bersifat tidak subur. Meski demikian tanah ini masih bisa ditanami tanaman seperti pohon jati.
7. Tanah Pasir
Tanah pasir merupakan tanah yang hanya memiliki kadar air sangat sedikit dan sangat miskin
unsur hara. Tanah pasit berasal dari batuan pasir yang telah melapuk. Tanah ini banyak
ditemukan di wilayah -wilayah pantai yang disebut sand dune atau bukit pasir.
8. Tanah Laterit
Tanah laterit merupakan jenis tanah yang sifatnya tidak subur, atau bahkan dapat dikatakan sudah
hilang kesuburannya. Ini karena dalam tanah laterit, banyak terkandung zat besi dan alumunium.
Kandungan unsur hara dalam tanah ini sudah hilang karena terlarut oleh curah hujan yang
tinggi.Tanah laterit juga bersifat kering dan tandus. Warna tanah ini kekuningan sampai merah
sehingga tanah laterit juga sering disebut sebagai tanah merah
9. Tanah Litosol
Tanah litosol merupakan jenis tanah yang terbentuk dari proses pelapukan batuan beku dan
sedimen. Tanah litosol memiliki ciri khas butiran kasar berupa kerikil. Tanah ini sangat miskin
unsur hara sehingga tidak subur dan kurang baik untuk pertanian.

Jenis tanah di seluruh wilayah Kota Bogor umumnya memiliki sifat agak peka terhadap erosi, yang
sebagian besar mengandung tanah liat (clay), dengan tekstur tanah yang umumnya halus hingga kasar,
kecuali di Kecamatan Bogor Barat, Tanah Sareal dan Bogor Tengah terdapat tanah yang bertekstur kasar.

2.3.7 Zona bencana bogor

Potensi rawan bencana yang terdapat di Kota Bogor adalah rawan bencana longsor dan rawan
bencana banjir. Terdapat beberapa kawasan yang berpotensi mengalami bencana tersebut seperti:
daerah yang sering longsor umumnya di sekitar tebing sungai, sedangkan daerah yang rawan
banjir hanya merupakan titik genangan yang tersebar pada setiap kecamatan. Untuk kawasan
rawan kebakaran terutama di kawasan permukiman padat, di mana jarak antar rumah
berdempetan dengan akses jaringan jalan yang minim.

a. Gerakan tanah
BADAN Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (BVMBG), Badan Geologi,
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengeluarkan surat terkait
wilayah berpotensi gerakan tanah di Kabupaten Bogor. Dalam surat tersebut mereka
menyebutkan ada 22 titik, wilayah atau kecamatan di Kabupaten Bogor rawan bencana
pergerseran tanah. Tingkat kerawananya menengah hingga tinggi. Bahkan ada beberapa
titik yang berpotensi terjadi banjir bandang.
Secara khusus, pihak BPBD Kabupaten Bogor mengimbau masyarakat yang tinggal di
lereng-lereng mengungsi pada saat terjadi hujan lebat.

Peta gerakan tanah

b. banjir
daerah rawan banjir biasanya berada di sisi Sungai Cisadane dan Sungai Ciliwung
maupun aliran sungai kecil dari keduanya seperti di daerah Tanah Sareal, Bogor Barat,
Bogor Timur dan Bogor Utara.
Titik rawan banjir di wilayah Bogor timur daerah Katulampa, Baranangsiang dan
Sukasari sebagai daerah yanh rawan banjir. "Terakhir di Bogor Utara di Kelurahan
Cibuluh beserta Ciparigi yang rawan banjir.
Banjir bandang bisa saja terjadi pada saat hujan deras yang turun tiba-tiba di daerah hulu,
yakni Puncak. Terlebih, dengan berkurangnya kualitas sungai di Kota Bogor menyimpan
dan menampung air, maka kemungkinan banjir bandang masih bisa terjadi. Meski, hujan
yang turun intensitasnya belum menunjukkan kenaikan yanh signifikan.
Peta rawan banjir kecamatan bogor timur

2.3.7 Kodisi Hidrogeologi Bogor

Hidrogeologi Regional Bogor Dan Lokasi Pengamatan

Berdasarkan Peta Hidrogeologi Regional Indonesia Lembar Bogor, yang disusun oleh
Edi Muertianto (2006), akuifer batuan dasar, di daerah penyelidikan penyebarannya terutama
menempati daerah kaki gunungapi dari G. Salak. Berdasarkan telaah morfologi dan geologi,
cekungan airtanah. Secara geologi daerah penyelidikan umumnya disusun oleh kelompok batuan
berumur Kuarter, berupa endapan gunung api muda tidak terpisahkan yang terdiri atas tufa
batuapung pasiran, breksi lahar tufaan dari endapan Gunung Salak, endapan ini cukup tebal. Di
bawahnya berupa endapan vulkanik tua tak terpisahkan terdiri atas breksi bersusunan andesitik –
basaltik, lava andesit, tufa dan aglomerat. Ke arah selatan berkembang sedimen klastik halus
sampai kasar berumur Tersier yang telah terlipatkan dan tersesarkan (Edi Murtianto, 1991).
Sistem aliran airtanah pada akuifer batuan dasar bervariasi, umumnya melalui ruang antar butir,
ruang antar butir dan rekahan, serta sistem aliran melalui celahan/saluran pelarutan pada mandala
airtanah endapan gunung api. Akuifer batuan dasar umumnya terdiri atas beberapa lapisan
akuifer dengan ketebalan lapisan bervariasi. Litologi akuifer di daerah ini umumnya merupakan
batuan Kuarter terdiri atas beberapa lapis breksi vulkanik, lapili dan tufa pasiran dijumpai di
daerah utara lembar peta geologi regional bogor meliputi daerah kedunghalang, darmaga, ciomas
dan sekitarnya, litologi akuifer tersebut bervariasi dari Breksi vulkanik, lapili dan tufa pasiran.

BAB III METODOLOGI

3.1 PendekatanPenelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan metode


kuantitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan cara mengumpulkan data, mengolah serta
menganalisis data sehingga interpretasi data dapat digunakan sebagai penarikan kesimpulan.
1. Studi Literatur:
a. Mengetahui kondisi geologi regional berdasarkan peneliti sebelumnya (Van
Bemmelen)
b. Mengetahui kondisi geohidrologi regional bogor berdasarkan peta regional
hidrogeologi IWACO 1988.
c. Mengetahui kondisi tata guna lahan bogor pada peta Tata guna lahan PEMKOT
BOGOR Tahun 1999 .
d. Mengetahui kondisi Kerentanan Gerakan Tanah pada Peta Zona Kerentanan Gerakan
Tanah Kota Bogor (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi)
2. Digitasi dan overlay peta topografi dan penggunaan lahan di daerah Kecamatan Bogor
Timur, Kota Bogor dengan perangkat lunak ArcGIS 10.1.
3. Digitasi dan overlay peta topografi, peta geologi dan peta hidrogeologi di daerah
Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor dengan perangkat lunak ArcGIS 10.1
3.2 Waktu dan tempat penelitian

Secara administratif, tempat penelitian berada di Kecamatan Bogor Timur Kota


Bogor Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian bias dijangkau oleh kendaraan roda 4 dan
roda 2 dari kampus universitas pakuan selama ± 20 menit menuju lokasi penelitian.
Dimana kegiatan yang dilakukan terhitung dari pengambilan data dan penyusunan laporan
pada tanggal 02 Januari 2018 – 09 Januari 2018

3.3 Pengumpulan data

1. Data sekunder

Data sekunder akan peneliti peroleh dari Kondisi geologi regional bogor (Van bemmelen),
kondisi geohidrologi regional bogor berdasarkan peta regional hidrogeologi IWACO 1988,
kondisi tata guna lahan bogor pada peta Tata guna lahan tahun PEMKOT BOGOR Tahun
1999,sebagai bahan acuan peneliti dalam melakukan penelitian Morfologi untuk tataguna lahan.

2. Data Primer

Pengumupulan data kuantitatif yang akan dilakukan oleh peneliti pada:

1. Pengambilan data dan sampel geologi berupa batuan (deskripsi litologi, kedudukan
batuan),struktur geologi.
2. Mengidentifikasi dan pengambilan sampel jenis tanah yang berada di lokasi
penelitian
3. Pengambilan data geomorfologi (azimuth sungai,landuse,mofomtri,proses-proses
eksogen)
4. Mengidentifikasi hirogeologi (mata air, sungai, sumur)
3.4 Tahapan Analisa Data Lapangan

Tahap ini merupakan kegiatan penyelidikan data lapangan yang terdiri dari :

1. Kemiringan Lereng
 Slope
 Foto
2. Morfologi
 Geologi batuan
 Tutupan lahan
 Slope
 Foto
3. Geologi dan Geoteknik
 Deskripsi batuan
 Foto
4. Hidrogeologi
 Muka Air Tanah (MAT)
 Debit
5. Sumberdaya
 Peta geologi
6. Erosi Tanah
 Kordinat
 Foto
7. Gerakan Tanah
 Kordinat
 Foto

3.5 Tahapan Penyusunan Laporan

Tahapan penyusunan laporan merupakan kegiatan yang dilakukan guna menyusun keseluruhan
informasi dari hasil kegiatan penelitian secara tertulis yang mana merupakan kesimpulan dari
hasil penelitian. Meliputi pembahasan mengenai geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, dan
sejarah geologi.

3.6 Alat dan Bahan

Pada tahap penelitian lapangan ini didukung dengan alat-alat lapangan yaitu : peta
geologi daerah penelitian, palu geologi, kompas, GPS, botol sampel, HCL dan air, kamera,
komparator, papan clipboard, tas dan meteran. Pengambilan data ini berupa pengambilan contoh
batuan atau sample yang selanjutnya akan dilakukan penelitian atau dianalisis di laboratorium.

Anda mungkin juga menyukai