Anda di halaman 1dari 43

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan di uraikan tentang konsep dasar dalam penelitian ini

yaitu konsep depresi,konsep lansia,dan konsep musik.

Dalam bab ini disajikan pula kerangka konseptual serta hipotesis dalam

penelitian ini.

A. Kajian Teori

1. Konsep Musik

a. Musik

Musik merupakan salah satu bentuk rangsangan suara yang

merupakan stimulus yang khas untuk indra pendengaran. Musik

merupakan getaran udara harmonis yang ditangkap oleh organ

pendengaran dan melalui saraf di dalam tubuh kita dan

disampaikan ke susunan saraf pusat sehingga menimbulkan kesan

tertentu di dalam diri kita (Satiadarma, 2014). Musik adalah bentuk

seni yang paling subtil namun berpengaruh besar terhadap pusat

fisik dan jaringan saraf. Musik juga mempengaruhi sistem saraf

parasimpatis atau sistem saraf otonom, baik secara lansung maupun

tidak langsung (Bassano, 2012).

Terapi musik adalah sebuah aktifitas terapeutik yang

menggunakan musik sebagai media untuk memperbaiki,

memelihara, mengembangkan mental, fisik, dan kesehatan emosi

an, 2012).

7
8

b. Musik Jawa

Musik jawa adalah alunan musik atau irama yang disajikan

dalam bahasa jawa (Dwi, 2011). Musik ini mempunyai alunan

nada yang mengalun sesuai dengan budaya orang jawa, yaitu

kalem, lembut dan penuh tata krama. Mendengarkan musik ini

memberikan suasana yang nyaman dan ketenangan (Saud, 2011).

Musik jawa bisa berupa gendinggiro, macapat, karawitan,

campusari, maupun uyon-uyon.

1) Gendingiro : gending dimulainya sebuah pagelaran dengan

irama lamban yang dimulai dari suara kendang, diikuti

kenong dan gamelan lain (Purwadi & Widayat, 2012).

2) Macapat : puisi jawa yang dinyanyikan yang menggambarkan

perjalanan hidup manusia dari lahir sampai meninggal

(Purwadi & Widayat, 2012).

3) Karawitan : seni suara yang menggunakan laras slendro dan

pelog baik suara manusia atau instrumen gamelan (Purwadi

& Widayat, 2012).

4) Campursari : bentuk musik yang merupakan perpaduan

permainan alat musik pada pentatonis (tradisional Indonesia)

dan berskala nada diatonik (Barat), dimana dalam musik ini

para seniman mencoba memadukan dua unsur musik yang

berbeda untuk dapat memunculkan suatu bentuk musik yang

baru (Bachdar, 2011).


9

5) Uyon – uyon : merupakan jenis gending yang merujuk pada

sebuah peristiwa karawitan yang mana gending - gending

yang disajikan 8 khusus untuk didengarkan agar dalang bisa

menangkap suasana gamelan (Purwadi & Widayat, 2012).

c. Manfaat Terapi Musik

1) Relaksasi, mengistirahatkan tubuh dan pikiran Manfaat yang

pasti dirasakan setelah melakukan terapi musik adalah perasaan

rileks, tubuh lebih bertenaga dan pikiran lebih fresh. Terapi

musik memberikan kesempatan bagi tubuh dan pikiran untuk

mengalami relaksasi yang sempurna. Dalam kondisi relaksasi

(istirahat) yang sempurna itu, seluruh sel dalam tubuh akan

mengalami re-produksi, penyembuhan alami berlangsung,

produksi hormon tubuh diseimbangkan dan pikiran mengalami

penyegaran (TerapiMusik.com, 2012). Peneliti dari Science

Univercity of Tokyo menunjukan bahwa musik dapat

membantu menurunkan tingkat stress dan gelisah (Kustap,

2011).

a) Meningkatkan kecerdasan dan kemampuan mengingat

Musik memiliki pengaruh terhadap peningkatkan

kecerdasan manusia. Sehubungan dengan itu, musik mampu

mencegah kehilangan daya ingat. Bagi banyak orang yang

mengalami kehilangan daya ingat dimana berbicara dengan

bahasa menjadi tidak berguna, musik dapat membantu


10

pasien mengingat nada atau lagu dan berkomunikasi dengan

sejarah mereka. Ini karena bagian otak yang memproses

musik terletak di sebelah memori. Para peneliti menunjukan

bahwa orang dengan kehilangan daya ingat merespon lebih

baik terhadap jenis musik pilihannya (Kustap, 2011).

b) Meningkatkan motivasi Motivasi adalah hal yang hanya

bisa dilahirkan dengan perasaan dan mood tertentu. Apabila

ada motivasi, semangat pun akan muncul dan segala

kegiatan bisa dilakukan. Begitu juga sebaliknya, jika

motivasi terbelenggu, maka semangat pun menjadi luruh,

lemas, tak ada tenaga untuk beraktivitas. Dari hasil

penelitian, ternyata jenis musik tertentu bisa meningkatkan

motivasi, semangat dan meningkatkan level energi

seseorang (TerapiMusik.com, 2012).

c) Kesehatan jiwa Seorang ilmuwan Arab, Abu Nasr al-Farabi

(873-950M) dalam bukunya ''Great Book About Music'',

mengatakan bahwa musik membuat rasa tenang, sebagai

pendidikan moral, mengendalikan emosi, pengembangan

spiritual, menyembuhkan gangguan psikologis.

Pernyataannya itu tentu saja berdasarkan pengalamannya

dalam menggunakan musik sebagai terapi. Sekarang di

zaman modern, terapi musik banyak digunakan oleh

psikolog maupun psikiater untuk mengatasi berbagai


11

macam gangguan kejiwaan, gangguan mental atau

gangguan psikologis (TerapiMusik.com, 2012.

d) Mengurangi rasa sakit Musik bekerja pada sistem saraf

otonom yaitu bagian sistem saraf yang bertanggung jawab

mengontrol tekanan darah, denyut jantung dan fungsi otak,

yang mengontrol perasaan dan emosi. Menurut penelitian,

kedua sistem tersebut bereaksi sensitif terhadap musik.

Ketika kita merasa sakit, kita menjadi takut, frustasi dan

marah yang membuat kita 10 menegangkan otot-otot tubuh,

hasilnya rasa sakit menjadi semakin parah. Mendengarkan

musik secara teratur membantu tubuh relaks secara fisik dan

mental, sehingga membantu menyembuhkan dan mencegah

rasa sakit. Dalam proses persalinan, terapi musik berfungsi

mengatasi kecemasan dan mengurangi rasa sakit.

Sedangkan bagi para penderita nyeri kronis akibat suatu

penyakit, terapi musik terbukti membantu mengatasi rasa

sakit (TerapiMusik.com, 2012).

e) Menyeimbangkan tubuh Menurut penelitian para ahli,

stimulasi musik membantu menyeimbangkan organ

keseimbangan yang terdapat di telinga dan otak. Jika organ

keseimbangan sehat, maka kerja organ tubuh lainnya juga

menjadi lebih seimbang dan lebih sehat (TerapiMusik.com,

2012).
12

f) Meningkatkan kekebalan tubuh Dr. John Diamond dan Dr

David Nobel, telah melakukan riset mengenai efek dari

musik terhadap tubuh manusia dimana mereka

menyimpulkan bahwa: Apabila jenis musik yang kita

dengar sesuai dan dapat diterima oleh tubuh manusia, maka

tubuh akan bereaksi dengan mengeluarkan sejenis hormon

(serotonin) yang dapat menimbulkan rasa Nikmat dan

senang sehingga tubuh akan menjadi lebih kuat (dengan

meningkatnya sistem kekebalan tubuh) dan membuat kita

menjadi lebih sehat (TerapiMusik.com, 2012).

g) Tehnik Pemberian Terapi Musik Untuk dapat

memanfaatkan peranan musik bagi kesehatan perlu dikaji

terlebih dahulu suatu musik dengan cara sebagai berikut

(Satiadarma, 2013) :

(1) Jika musik belum terlalu dikenal, kenali musiknya

terlebih dahulu, kenali iramanya.

(2) Ikuti iramanya, pejamkan mata, rasakan kesan yang

ditimbulkan, perhatikan bayangan yang muncul di

alam pikiran.

(3) Jika musik tersebut mengandung syair, coba

mengerti dan pahami syairnya.


13

(4) Hindari musik keras dan hingar bingar yang kurang

beraturan. Hal ini akan menghambat proses

psikofisik ke keseimbangan.

2. Konsep Depresi

Depresi merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia

yang berkaitandengan alam perasaan yang sedih dan gejala

penyertanya,termasuk perubahan pola tidur dan nafsu makan,

psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan

tak berdaya , serta gagasan bunuh diri.(Kaplan dan Sadock,)

Depresi adalah suatu perasaan sedih dan pesimis yang

berhubungan dengan suatu penderitaan.Dapat berupa serangan yang

ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yangdalam (Nugroho, ).

Depresi adalah gangguan alam perasaan yang ditandai oleh kesedihan,

hargadiri rendah, rasa bersalah,putus asa,perasaan kosong

(Keliat,).Sedangkan menurut Hawari(,depresi adalah bentuk gangguan

kejiwaan pada alam perasaan (mood) yang ditandai dengan

kemurungan, kelesuan, ketidakgairahan, hidup, perasaan tidak

berguna,dan putus asa. Depresi adalah suatu kesedihan atau perasaan

duka yang berkepanjangan ( Stuart dan Sundeen, ).

a. Gejala Depresi pada lansia

Menurut Siti Mariam ,dkk (2011),gejala-gejala depresi pada

lansia adalah sebagai berikut :


14

1) Sering mengalami gangguan tidur atau sering terbangun

sangat pagi yang bukan merupakan kebiasaan sehari-hari.

2) Sering kelelahan,lemas dan kurang dapat menikmati

kehidupan sehari-hari.

3) Kebersihan dan kerapian diri sering diabaikan.

4) Cepat sekali menjadi marah dan tersinggung

5) Daya konsentrasi berkurang.

6) Pada pembicaraan sering disertai topik yang berhubungan

dengan rasa pesimis atau perasaan putus asa.

7) Berkurangnya atau hilangnya nafsu makan sehingga berat

badan menurun secara cepat.

8) Kadang – kadang dalam pembiaraannya ada kecenderungan

bunuh diri.

b. Faktor yang menyebabkan depresi pada lansia

Depresi pada lansia merupakan permasalahan kesehatan jiwa

(mental health) yang serius dan kompleks,tidak hanya dikarenakan

anging proses tetapi juga faktor lain yang aling terkait.Sehingga

dalam mencari penyebab depresi pada lansia harus dengan multiple

approach (Aspiani,2014).

1) Faktor Demografi

(a) Usia

Usia adalah rentang perhitungan waktu hidup

seseorang sejak dilahirkan sampai sekarang. Usia


15

merupakan salah satu faktor yang menyebabkan depresi

terutama pada seseorang lansia. Lansia 16 dapat

digolongkan menjadi 3 berdasarkan usia yaitu lansia

(elderly) 60-69 tahun, lansia tua (old) 70-80 tahun, usia

sangat tua lebih dari 80 tahun.Resiko terjadinya depresi

dapat meningkat dua kali lipat saat usia semakin

meningkat. Banyak terjadi perubahan pada hidup

penderita pada masa tersebut sehingga depresi muncul.

Perubahan tersebut baik perubahan secara fisik,

psikologis, ekonomi, sosial dan spiritual yang

mempengaruhi kualitas hidup lansia.

(b) Jenis Kelamin

Menurut beberapa studi, lansia perempuan memiliki

resiko depresi lebih tinggi dibandingkan dengan lansia

laki-laki dengan perbandingan yaitu dua banding satu.Hal

ini dapat disebabkan karena adanya beberapa faktor lain

yang kemungkinan menyebabkan depresi, seperti:

kematian pasangan hidup, perbedaan sosial dan

budaya.Selain itu pengaruh perubahan fisiologis

dikarenakan ada kaitannya dengan perubahan hormonal

pada perempuan misalnya early onset of menopause atau

post menopause.Tanggung jawab seorang perempuan

dalam kehidupan sehari hari cukup berat, seperti mengurus


16

rumah tangga dan mengurus anak. menyebabkan

kemungkinan faktor resiko depresi lebih banyak pada

lansia perempuan daripada laki-laki.

(c) Status Sosioekonomi

Seseorang dengan status sosioekonomi yang lebih

rendah memiliki resiko yang lebih besar menderita depresi

dibandingkan dengan yang status sosioekonominya lebih

baik.Hal ini dikarenakan seseorang dengan status ekonomi

yang lebih rendah akan menyebabkan kebutuhan sehari-

hari menjadi kurang sehingga mudah terkena depresi.

(d) Status Pernikahan

Pernikahan membawa manfaat yang baik bagi

kesehatan mental laki laki dan perempuan.Pernikahan

tidak hanya mempererat hubungan asmara antara laki laki

dan perempuan, juga bertujuan untuk mengurangi resiko

mengalami gangguan psikologis. Bagi pasangan suami-

istri yang tidak dapat membina hubungan pernikahan atau

ditinggalkan pasangan karena meninggal dapat memicu

terjadinya depresi.

(e) Pendidikan

Pendidikan sangat berkaitan dengan kemampuan

kognitif. Kemampuan kognitif adalah bentuk mediator

diantara kejadian dalam hidup dengan mood.Tingkat


17

depresi seseorang dapat semakin tinggi ketika tingkat

pendidikan rendah.

2) Dukungan Sosial

Lansia secara perlahan akan mengalami penurunan

kondisi fisik, penurunan aktifitas, pemutusan hubungan sosial

dan perubahan posisi dalam masyarakat. Dukungan sosial

diperlukan dalam kondisi seperti tersebut. Dukungan sosial

seperti perhatian dan motivasi dibutuhkan oleh lansia untuk

memperoleh ketenangan.Dukungan sosial merupakan sumber

daya yang terdapat ketika berinteraksi dengan orang

lain.Dukungan sosial dapat diartikan sebagai bentuk tanda

seseorang merasa dicintai, diperhatikan, dan dihagai melalui

komunikasi serta kontak sosial. Semakin tinggi frekuensi

hubungan dan kontak sosial, maka semakin panjang harapan

hidup seseorang. Hasil studi menunjukkan dukungan sosial

bagi lansia sangat penting, karena dukungan sosial yang baik

telah terbukti menurunkan depresi parental dan bertindak

sebagai suatu pelindung bagi lansia.Semakin tinggi dukungan

sosial yang diterima oleh lansia yang tinggal di panti, semakin

rendah depresi yang dialami oleh lansia.

Menurut Sarafino, dukungan sosial terbagi kedalam lima

bentuk dukungan, antara lain:


18

(1) Dukungan emosional

Dukungan emosional adalah suatu bentuk dari

ekspresi seseorang seperti memberi perhatian, empati dan

turut prihatin kepada orang lain. Seseorang yang

menerima dukungan ini akan merasa merasa nyaman,

tentram kembali, merasa dimiliki dan dicintai ketika 19

mengalami stres, memberi bantuan dalam bentuk

semangat, kehangatan personal, dan cinta.

(2) Dukungan penghargaan

Dukungan penghargaan yang berupa penghargaan

positif dan diberikan kepada seseorang ketika sedang

mengalami stres atau depresi. Dukungan ini dalam bentuk

dorongan atau persetujuan terhadap ide ataupun perasaan

individu. Dukungan ini dapat menyebabkan individu yang

menerima dukungan membangun rasa menghargai dirinya,

percaya diri, dan merasa bernilai.

(3) Dukungan instrumental

Dukungan instrumental yaitu dukungan berupa

bantuan secara langsung dan nyata seperti memberi,

meminjamkan uang, dan membantu meringankan tugas

orang yang mengalami masa-masa sulit.


19

(4) Dukungan informasi

Dukungan informasi yaitu dukungan dari orang-

orang yang berada disekitar individu akan memberikan

dukungan informasi dengan cara menyarankan beberapa

pilihan tindakan yang dapat dilakukan individu dalam

mengatasi masalah yang membuatnya stres, misalnya

memberikan saran, penilaian tentang bagaimana infividu

melakukan sesuatu. 20

(5) Dukungan kelompok

Dukungan kelompok merupakan dukungan yang

dapat menyebabkan individu merasa bahwa dirinya

merupakan bagian dari suatu kelompok dimana anggota-

anggotanya dapat saling berbagi, misalnya menemani

orang yang sedang stres ketika beristirahat atau berekreasi.

3) Pengaruh genetik

Keturunan merupakan salah satu faktor yang dapat

menyebabkan lansia mengalami depresi.Lansia yang memiliki

keturunan atau gen depresi dari orang tua maka resiko

menderita depresi dapat terjadi lebih awal dari pada yang tidak

mempunyai gen depresi.


20

4) Kejadian dalam Hidup (Life Event)

Kejadian dalam hidup dalam menimbulkan stres pada

lansia dan jika berkelanjutan dapat menimbukan

depresi.Kejadian tersebut seperti kehilangan pekerjaan,

bercerai, masalah keuangan dan kematian orang tercinta.

Gejala depresi akan tampak kurang lebih dalam 2 tahun setelah

kejadian terjadi.

5) Medikasi

Pengobatan merupakan salah satu tindakan medis untuk

memulihkan kembali kondisi tubuh.Namun, beberapa obat

yang diberikan dapat menimbulkan gejala depresi pada lansia.

Obat tersebut seperti obat antihipertensi, obat psikiatri,

analgesik.

c. Karakteritik lansia depresi

Meskipun depresi banyak terjadi di kalangan lansia,depresi

ini sering didiagnosis salah atau diabaikan.Depresi pada lansia

dapat disamarkan atau tersamarkan oleh gangguan fisik lainnya

(masked depression) (Aspian,2014)

1) Kognitif

Sekurang – kurangnya ada 6 proses kognitif pada lansia yang

menunjukkan gejala depresi,yaitu :

a) Individu yang mengalami depresi memiliki self-esteem

yang sangat rendah.Mereka berfikir tidak adekuat,tidak


21

mampu,merasa dirinya tidak berarti,merasa rendah diri

dan merasa bersalah terhadap kegagalan yang dialami

b) Lansia selalu pesimis dalam menghadapi masalah-masalah

dan segala seuatu yang dijalaninya menjadi buruk dan

keperccayaan terhadap dirinya (self-confident) yang tidak

adekuat.

c) Memiliki motivasi yang kurang dalam menjalani

hidupnya,selalu meminta bantuan dan melihat semuanya

gagal dan sia-sia sehingga merasa tidak ada gunanya

berusaha.

d) Membesar-besarkan masalah dan selalu pesimistik

menghadapi masalah.

e) Prose berfikirnya menjadi lambat,performancce

intelektualnya berkurang.

f) Generalisasi dari gejala depresi,harga diri rendah

pesimisme dan kurang motivasi.

2) Afektif

Lansia yang mengalami depresi merasa tertekan ,

murung, sedih, putus asa, kehilangan semangat, muram , sering

merasa terisolai,ditolak dan tidak dicintai.Lansia yang


22

mengalami depresi menggambarkan dirinya berbeda dalam

lubang gelap yang tidak dapat terjangkau dan keluar dari sana.

3) Somatic

Masalah somatic yang sering dialami lansia yang

mengalami depresi seperti pola tidur yang terganggu (

insomnia),gangguan pola makan dan dorongan seksual yang

berkurang.Lansia lebih rentan terhadap penyakit karena sistem

kekebalan tubuhnya melemah.

4) Psikomotor

Sering duduk dengan terkulai dan tatapan kosong tanpa

ekpresi,berbicara sedikit dengan kalimat datar dan

menghantikan pembicaraan karena tidak memiliki tenaga atau

minat yang cukup untuk menyelesaikan kalimat itu.Dalam

pengkajian depresi pada lansia dengan gejala-gejala yang

meliputu gangguan tidur (sleep) pada lansia yang berupa

keluhan susah tidur , mimpi buruk dan bangun dini hari dan

tidak bisa tidur lagi,penurunan minat dan aktivitas

(interest),rasa bersalah dan menyalahkan diri (guility) ,merasa

cepat lelah dan tidak mempunyai tenaga (energy) ,penurunan

konsentrasi dan proses pikir (concentration) , nafsu makan

menurun (appette) , gerakan lamban dan sering duduk terkulai


23

(psychomotor) dan penelantaran serta ide bunuh diri

(suicidaly).

d. Penatalaksanaan terapi

Menurut Hardjana (2012) terapi pada lansia penderita depresi,yaitu :

1) Terapi perilaku kognitif

Pada terapi perilaku kognitif ini,penderita depresi akan

dibantu untuk bisa mengubah pola pikir negatifnya menjadi

positif.seperti yang kita ketahui,depresi biasanya dikarenakan

pola pikir serta perasaan negatif yang dirasakan

penderitanya.Sehingga melalui terapi ini diharapkan penderita

depresi dapat mengubah perilaku dan pola pikirnya menjadi

lebih baik lagi.Terapi cukup praktis dan sederhana karena tidak

memakan waktu yang ukup lama.Namun,membutuhkan kerja

sama yang baik antara paien dengan terapis.Paling lama , terapi

ini dilakukan hingga 7 bulan dimana akan diadakan 1-3 kali

pertemuan.

2) Terapi Meditasi

Meditasi juga memiliki peranan yang cukup penting yang

dapat mencegah depresi menjadi kambuh kembali.Untu terapi

meditai,penderita depresi bisa melakukan sendiri dirumah

ataupun bersama orang yang sudah ahli.Meditasi akan

memberikan efek ketenangan yang dapat mengurangi

ketegangan yang dirasakan


24

3) Terapi Electro Convulsive Therapy (ECT).

Terapi Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah terapi

dengan melewatkan arus listrik ke otak. Metode terapi semacam

ini sering digunakan pada kasus depresif berat atau mempunyai

risiko bunuh diri yang besar dan respon terapi dengan obat

antidepresan kurang baik. Pada penderita dengan risiko bunuh

diri, ECT menjadi sangat penting karena ECT akan menurunkan

risiko bunuh diri dan dengan ECT lama rawat di rumah sakit

menjadi lebih pendek.

4) Terapi obat-obatan

Biasanya obat-obatan yang digunakan adalah antideresan

atau lithium.Antidepresan adalah obat yang digunakan dalam

mengatasi gejala depresi.Banyak sekali jenis antidepresan yang

disesuaikan dengan resep dokter mulai dari

citalipram,amitriptylin,fluoxetin,dan lainnya.Lithium baru dapat

diberikan ketika antidepresan dirasa kurang ukup kuat dalam

meredakan gejala depresi.

5) Terapi gelombang otak Depression self help

Terapi ini memang sudah banyak digunakan bagi penderita

depresi.Fokusnya adalah pada penggunaan audio gelombang

otak yang mana didalamnya nanti akan berisikan musik

antidepresan yang membuat aktivitas gelombang audio dan otak

menjadi seimbang.
25

3. Konsep Lansia

a. Definisi lansia

Menurut WHO lansia meliputi (Nugroho, 2011) :

1) Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai

59tahun.

2) Lanjut usia (elderly) : antara 60 – 74 tahun

3) Lanjut usia tua (old) : antara 75 – 90 tahun

4) Usia sangat tua (very old) : di atas 90 tahun

b. Aging Proses

Menurut Constantinides (1994) penuaan atau prose terjadinya

tuaadalah suatu proses menghilangnya secara perlahan – lahan

kemampuanjaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dan

mempertahankan fungsinormalnya sehingga tidak dapat bertahan

terhadap infeksi sertamemperbaiki kerusakan yang diderita (Maryam

dkk, 2011).

c. Teori Proses Penuaan

Ada beberapa teori yang barkaitan dengan proses penuaan,

yaitu teoribiologi, teori psikologis, teori sosial, dan teori spiritual

(Maryam dkk,2011).
26

d. Teori biologi

1) Teori genetik dan mutasi

Menurut teori ini, menua terpogram secara genetik untuk

spesies –spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari

perubahanbiokimia yang diprogram oleh molekul – molekul

DNA dan setiapsel pada saatnya akan mengalami mutasi.

2) Immunology slow theory

Menurut teori ini, sistem imun menjadi efektif

denganbertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh

yang dapatmenyebabkan kerusakan organ tubuh.

3) Teori stress

Teori stress mengungkapkan menua terjadi akibat

hilangnya sel –sel yang biasa dipergunakan tubuh. Regenerasi

jaringan tidak dapatmempertahankan kestabilan lingkungan

internal, kelebihan usaha,dan stress yang menyebabkan sel – sel

tubuh lelah terpakai.

4) Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak

stabilnyaradikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi

oksigenbahan – bahan organik seperti karbohidrat dan protein.

Radikal inimenyebabkan sel – sel tidak dapat melakukan

regenerasi.
27

5) Teori rantai silang

Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel

–sel yang tua atau usang menyebabkan ikatan yang kuat,

khususnyajaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya

elastisitas,kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.

6) Teori psikologi

Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan

dengankeakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif.

7) Teori sosial

a) Teori interaksi sosial

Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia

bertindak padasuatu sistem tertentu, yaitu atas dasar hal –

hal yang dihargaimasyarakat.

b) Teori penarikan diri

Menurut teori ini seorang lansia dinyatakan mengalami

prosespenuaan yang berhasil apabila ia menarik diri dari

kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri pada

persoalan pribadi sertamempersiapkan diri dalam

menghadapi kematiannya.

c) Teori aktivitas

Teori aktivitas dikembangkan oleh Palmore (1965) dan

Lemon etal. (1972) yang menyatakan bahwa penuaan yang

suksesbergantung dari bagaimana seorang lansia merasakan


28

kepuasan dalam melakukan aktivitas serta mempertahankan

aktivitas tersebutlebih penting dibandingkan kuantitas dan

aktivitas yang dilakukan.

d) Teori kesinambungan

Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam

sikluskehidupan lansia. Pengalaman hidup seseorang pada

suatu saatmerupakan gambarannya kelak pada saat ia

menjadi lansia. Hal inidapat terlihat bahwa gayaa hidup,

perilaku, dan harapan seseorangternyata tidak berubah

meskipun ia telah menjadi lansia.

e) Teori perkembangan

Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses

menjadi tuamerupakan suatu tantangan dan bagaimana

jawaban lansia terhadapberbagai tantangan tersebut dapat

bernilai positif ataupun negatif.

f) Teori sratifikasi usia

Willey (1971) menyusun sratifikasi usia berdasarkan usia

kronologis yang menggambarkan serta membentuk

adanyaperbedaan kapasitas, peran, kewajiban, dan hak

mereka berdasarkan usia.

g) Teori spiritual

Fowler menyakini bahwa perkembangan kepercayaan

antara orang danlingkungan terjadi karena adanya


29

kombinasi antara nilai – nilai danpengetahuan. Fowler juga

berpendapat bahwa perkembangan spiritual pada lansia

berada pada tahap penjelmaan dari prinsip cinta

dankeadilan.

d. Perubahan – Perubahan pada Lansia

1) Perubahan Fisik

a) Komposisi tubuh (Wirakusumah, 2012)

Peningkatan jumlah lemak dipengaruhi oleh penurunan

aktivitas fisik yang tidakdiimbangi dengan pengurangan

asupan makanan, danmenurunnya fungsi hormon tertentu

(estrogen danprogesteron) yang akan mempengaruhi

metabolisme lemak.

2) Kekuatan otot

Menurunnya kekuatan otot ini sangat mempengaruhi

koordinasigerakan tubuh karena berkurangnya serabut – serabut

otot yangbertanggung jawab terhadap gerakan yang cepat.

3) Air tubuh

Jumlah total air di dalam tubuh baik berupa cairan ekstra

selular maupun intraselular akan menurun sejalan dengan

meningkatnya usia.
30

4) Massa tulang

Massa tulang juga akan menurun sejalan dengan

meningkatnya usia. Penyakit osteoporosis hampir dialami oleh

40% wanitaberusia 50 tahun ke atas. Faktor penting yang

berpengaruht erhadap timbulnya osteoporosis ini adalah

menurunnya aktivitas fisik, merokok, konsumsi alkohol, fungsi

hormonesterogen yang tidak efisien, serta rendahnya konsumsi

kalsiumdan fluoride.

5) Sistem pencernaan

Gangguan gigi geligi karena kerusakan gusi, karies pada

akar gigi,serta tanggalnya beberapa gigi. Penurunan sensitivitas

indera penciuman dan perasa, penurunan asam lambung, enzim

pencernaan, motilitas dan absorbsi usus, lemahnya dinding

usus,penyusutan ukuran hati, kurang lancarnya aliran

darah,berkurangnya jumlah hepatosit, dan terjadinya penurunan

kecepatan fungsi metabolik (Wirakusumah, 2012).

6) Sistem kardiovaskuler

Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal

dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun

1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan

menurunnya kontraksi dan volumenya, kehilangan elastisitas


31

pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer

untuk oksigenasi (Nugroho, 2011)

7) Sistem respirasi

Otot – otot pernafasan kekuatannya menurun dan kaku,

elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga

menarik nafas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya

menurun, kemampuan batuk menurun, serta terjadi penyempitan

pada bronkus (Maryamdkk, 2012).

8) Sistem saraf

Saraf panca indera mengecil sehingga fungsinya menurun

serta lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang

berhubungan dengan stres. Berkurang atau hilangnya lapisan

myelin akson, sehingga menyebabkan berkurangnya respon

motorik dan refleks (Maryam dkk, 2008).

9) Sistem pendengaran

Presbiakusis : hilangnya kemampuan (daya) pendengaran

Pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada–

nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata–

kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun (Nugroho,

2011).
32

10) Sistem penglihatan

Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon

terhadap sinar,kornea lebih berbentuk sferis (bola), lensa lebih

suram,meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi

terhadapkegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya

gelap,hilangnya daya akomodasi, menurunya lapang pandang,

danberkurang luas pandangannya (Nugroho, 2011).

11) Sistem ekskresi

Penurunan aliran darah ke ginjal berhubungan dengan

penurunan jumlah nefron. Keadaan ini menyebabkan volume

urine meningkat.Sementara itu, kapasitas kandung kemih

menurun sehinggapengeluaran urine setiap harinya akan

meningkat (Wirakusumah,2012).

12) Sistem kulit

Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan

lemak,permukaan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan

proses keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk – bentuk sel

epidermis), menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme

proteksi kulit menurun, kulit kepala dan rambut menipis berwarna

kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya

elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi,

pertumbuhan kuku lebih lambat, menjadi pudar dan kurang


33

bercahaya, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat

berkurang jumlahnya dan fungsinya (Nugroho, 2011).

13) Sistem endokrin

Produksi dari hampir semua hormon menurun, fungsi

paratiroid dan sekresinya tidak berubah, menurunnya aktifitas

tiroid,menurunnya BMR, menurunnya daya pertukaran zat,

menurunnya produksi aldosteron, menurunnya sekresi hormon

kelamin,misalnya : progesteron, estrogen, dan testosteron

(Nugroho,2011).

14) Perubahan Mental (Nugroho, 2011)

a) Perubahan kepribadian yang drastis

Keadaan ini jarang terjadi, lebih sering berupa ungkapan

yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin

karena faktor lain seperti penyakit – penyakit.

b) Kenangan (Memory)

Kenangan jangka panjang berjam – jam sampai berhari – hari

yang lalu mencakup beberapa perubahan, kenangan buruk

pada kenangan jangka pendek atau seketika 0 – 10 menit.


34

c) IQ (Intellgentia Quantion)

Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan

verbal,berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan,

terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan

–tekanan dari faktor waktu.


35

B. KERANGKA KONSEP

Lansia

Musik Gending Jawa : Faktor Penyebab :


Depresi

1. Gendingiro 1. Faktor Demografi


Gejala Depresi :
2. Macapat a. Usia
3. Karawitan 1. Gangguan tidur b. Jenis kelamin
4. Campursari 2. Lelah,lemas c. Ekonomi
5. Uyon-uyon 3. Kebersihan d. Pernikahan
4. Cepat sekali marah e. Pendidikan
5. Konsentrasi berkurang 2. Dukungan Sosial
6. Pembicaraan nglantur a. Dukungan Emosional
7. Kurang nafsu makan b. Dukungan Penghargaan
Manfaat Gending Jawa : 8. Kadang ada cenderung c.
bunuh diri
1. Relaksasi
2. Meningkatkan
Kecerdasan
3. Meningkatkan
Tidak terjadi
motilitas
depresi pada
4. Kesehatan Jiwa
lansia
5. Mengurangi rasa
sakit
6. Meningkatkan
kekebalan tubuh

Keterangan :

= variabel yang diteliti

= variabel yang tidak di teliti

Gambar 2.1 : Kerangka Konsep penelitian pengaruh terapi muik gending jawa

terhadap depresi pada lansia di Panti Soial Tresna Werdha Mardi

Utomo Jombang.
36

C. HIPOTESIS

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan penelitian (Nursalam, 2016). Hipotesis dalam penelitian ini

adalah:

Ha : Ada Pengaruh terapi musik gending jawa terhadap lansia depresi Di

Panti Sosial Tresna Werdha Mardi Utomo Jombang.


37

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah cara memecahkan malah menurut metode

keilmuan. Pada bab ini akan di bahas desain penelitian, waktu dan tempat

penelitian, kerangka kerja, sampling desain, identifikasi variabel, definisi

operasional, instrumen dan pengumpulan data, pengolahan dan analisa data dan

etika penelitian.

A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun

sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap

pertanyaan penelitian (Setiadi, 2013). Penelitian ini menggunakan

rancangan penelitian Pra-experimental, dengan pendekatan one-group pre-

post test design yaitu rancangan mengungkapkan hubungan sebab akibat

dengan cara melibatkan satu kelompok subjek (Nursalam, 2016). Penelitian

ini dilakukan dengan cara kelompok subjek di observasi sebelum dilakukan

intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam, 2016).

Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut :

P Q1 1 Q2

Keterangan :

P : Lansia

Q1 : Pengukuran tingkat depresi sebelum diberikan tindakan terapi

musik gending jawa

37
38

1 : Pemberian terapi musik gending jawa selama

Q2 : Mengukur tingkat depresi setelah diberikan tindakan terapi musik

gending jawa

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini di laksanakan pada bulan Maret Tahun 2018

berlokasi di Panti Sosial Tresna Werdha Mardi Utomo Jombang


39

C. Kerangka Kerja
Populasi
Semua lansia di Panti Tresna Werdha Mardi Utomo Jombang sebanyak 80 orang.

Teknik Sampling
purposive sampling

Sampel
Semua lansia di Panti Tresna Werdha Mardi Utomo Jombang yang memenuhi kriteria inklusi dan
ekslusi

Pengumpulan Data

Pengukuran tingkat depresi dengan menggunakan Skala Depresi Geriatrik


Yesavage sebelum dilakukan terapi musik gending jawa

Treatment
Pemberian terapi musik gending jawa diberikan 20-30 menit setiap selama 14 hari.

Post Test
Pengukuran tingkat depresi dengan menggunakan Skala Depresi Geriatrik Yesavage
sesudah dilakukan terapi musik gending jawa

Pengolahan Data dan Analisa Data


Editing, Coding, Scoring dan Tabulating dan analisis menggunakan uji statistik Paired t-
test dengan SPSS 20 for windows dengan tingkat signifikan α=0,05

Hasil
Disajikan dalam bentuk tabel, diagram dan narasi
didapatkan hasil jika ρ value ≤ α (0,05) Ha diterima dan jika ρ value> α (0,05) H0 ditolak

Kesimpulan
Ada atau tidak ada pengaruh terapi musik gending jawa terhadap penurunan depresi pada lansia
di Panti Tresna Werdha Mardi Utomo Jombang

Gambar 3.1 : Kerangka kerja Penelitian pengaruh terapi musik gending jawa
terhadap depresi pada lansia di Panti Tresna Werdha Mardi Utomo Jombang
40

D. Sampling Desain

1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang


memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2016). Pada penelitian
ini populasinya adalah semua lansia yang berada di Panti Tresna Werdha
Mardi Utomo Jombang.
2. Sampel dan sampling

a. Sampel

Sampel adalah sebagian dari objek yang diteliti dan dianggap

mewakili seluruh populasi. Dengan kata lain, sampel adalah elemen-

elemen populasi yang dipilih berdasarkan kemampuan mewakilinya

(Setiadi, 2013).

Sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang mengalami depresi

, yang memenuhi kriteria inklusi. Menurut Notoatmodjo (2005) untuk

menentukan jumlah sampel dalam penelitian digunakan rumus


𝑁
n = 1+𝑁 (d)²

Keterangan :

n : besar sampel

N : besar populasi

d : tingkat kepercayaan
41

Kriteria sampel dibedakan menjadi 2 kriteria yaitu kriteria

inklusi dan kriteria eksklusi (Setiadi, 2013).

1) Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi (criteria yang layak diteliti) adalah karakteristik

umum subyek penelitian dari suatu populasi target dan

terjangkau yang akan diteliti (Setiadi, 2013).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

a) Lansia yang berusia diatas 45 tahun

b) Lansia yang tidak memiliki gangguan pendengaran

c) Lansia yang mengalami depresi.

2) Kriteria ekslusi

Sedangkan kriteria ekslusi adalah menghilangkan/

mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi

penelitian (Nursalam, 2016). Kriteria ekslusi dalam penelitian

ini adalah:

a) Lansia dengan kecenderungan depresi

b) Lansia yang mengalami gangguan pendengaran atau tuli

c) Lansia yang tidak bisa berkomunikasi dengan baik

b. Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk

dapat mewakili populasi yang ada. Teknik sampling merupakan

cara-cara yang ditempat dalam pengambilan sampel, agar

memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan


42

subjek penelitian (Sastroasmoro & Ismail, 1995 yang dikutip

Nursalam, 2016).

Sampling yang digunakan dalam penelitian Non-probability

sampling yaitu purposive sampling. Teknik ini dipilih oleh peneliti

karena dapat menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu

sesuai yang dikehendaki peneliti (Nursalam, 2016).

E. Identifikasi Variabel

Variabel adalah ciri yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok

(orang, benda, situasi) berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok

tersebut (Nursalam, 2016). Variabel terdiri dari variabel independen dan

dependen.

1. Variabel independen (bebas)

Variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel

lain. Variabel bebas biasanya dimanipulasi , diamati, dan diukur

untuk diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel

lain. Dalam ilmu keperawatan, variabel bebas biasanya merupakan

stimulus atau intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien

untuk mempengaruhi tingkah laku (Nursalam, 2016). Variabel

independen dalam penelitian ini adalah terapi musik gending jawa.

2. Variabel dependen (terikat)

Variabel yang dipengaruhi nilainya oleh variabel lain. Dengan

kata lain, variabel terikat adalah faktor yang diamati dan diukur untuk

menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel


43

independen (Nursalam, 2016). Variabel dalam penelitian ini adalah

depresi pada lansia.

F. Definisi operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat

diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci definisi operasional.

Pemberian arti atau makna pada masing-masing berdasarkan karakteristik

masing-masing variabel untuk kepentingan akurasi, komunikasi, dan

replikasi agar memberikan pemahaman yang sama kepada setiap orang

mengenai variabel-variabel yang dirumuskan dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2016).
44

Tabel 3.1 : Definisi Operasional pengaruh terapi musik gending jawa


terhadap depresi pada lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha
Mardi Utomo Jombang.

Variabel Definisi Indikator Alat ukur Skala Skor


operasional
Independen Musik 1. Mengguna - - -
: merupakan salah kan VCD
terapi satu bentuk dilengkapi
musik rangsangan suara sound system
gending yang merupakan dan CD
jawa stimulus yang 2. Jenis
khas untuk indra musik jawa
pendengaran. 3. Diperdeng
Gending arkan selama
dimulainya 30 menit setiap
sebuah pagelaran malam hari di
dengan irama waktu tidur
lamban yang selama 3 hari
dimulai dari 4. Volume
suara kendang, suara
diikuti kenong disesuaikan
dan gamelan lain. dengan
kenyamanan
lansia
Dependen : Depresi 1. Mengetahui Kuesioner Ordinal Skor 5-9
depresi merupakan suatu tingkat depresi menunjukkan
pada lansia masa sebelum kemungkinan
terganggunya diberikan terapi besar depresi.
fungsi manusia musik gending Skor ≥ 10
yang jawa. menunjukkan
berkaitandengan 2. Mengetahui depresi
alam perasaan tingkat depresi
yang sedih dan sesudah
gejala diberikan terapi
penyertanya,term musik gending
asuk perubahan jawa.
pola tidur dan
nafsu makan,
psikomotor,
konsentrasi,
kelelahan,rasa
putus asa dan
tak berdaya , sert
a gagasan bunuh
diri.
45

G. Pengumpulan dan Analisa Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek

dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu

penelitian. Langkah-langkah dalam pengumpulan data bergantung pada

rancangan penelitian dan teknik instrumen yang digunakan (Nursalam,

2016).

1. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini prosedur yang dilakukan adalah :

a. Metode Pengumpulan Data

Setelah mendapatkan ijin dari STIKes Satria Bhakti Nganjuk

peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara :

1) Mengurus surat pengatar dari STIKes Satria Bhakti

Nganjuk.

2) Mengurus surat ijin penelitian dari Dinas Sosial Provinsi

Jawa Timur.

3) Mengurus surat ijin penelitian di Panti Tresna Werdha

Mardi Utomo Jombang.

4) Mengurus surat ijin penelitian dari Kesbangpolinmas

Kabupaten Nganjuk.

5) Peneliti mengumpulkan lansia yang berada di Panti Tresna

Werdha Mardi Utomo Jombang.


46

6) Memberi penjelasan kepada calon responden dan jika

bersedia diminta untuk bertanda tangan pada tempat yang

disediakan.

7) Responden harus mengisi jawaban dalam kuesioner yang

diberikan, kemudian diserahka pada peneliti.

8) Peneliti melakukan observasi terhadap tindakan responden

9) Melakukan Editing, Coding, Scoring, Tabulating, dan

menguji ststistik pada data yang diperoleh

10) Menarik kesimpulan dari hasil yang di dapat.

b. Instrumen

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang

digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar lebih

mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat ,

lengkap dan sitematis sehingga mudah diolah. (Arikunto,

2010).

2. Analisa Data

a. Pengolahan data

Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data

melalui tahapan Editing, Coding, Scoring, dan Tabulating.

1) Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran

data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat


47

dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data

terkumpul (Hidayat, 2009). Dalam editing ini akan diteliti:

a) Apakah lengkap, dalam arti semua pertanyaan sudah

terisi.

b) Menyeleksi data yang masuk dan pengumpulan data

melalui kuesioner.

2) Coding

Merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori.

Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan

analisa data menggunakan komputer (Hidayat, 2009).

3) Scoring

Scoring adalah pemberian scor atau nilai terhadap jawaban

responden atau hasil observasi :

a) Data Umum

Data umum meliputi umur responden, pendidikan

responden, pekerjaan responden, pengalaman,

informasi. Untuk menginterprestasikan data demografi

mengenai karakteristik responden menggunakan

distribusi frekuensi, dimana jumlah responden yang ada

dikalikan 100% dan hasilnya berupa prosentase.


48

Diinterprestasikan dengan skala :

100% = Seluruhnya

76-99% = Hampir seluruhnya

51-75% = Sebagian besar

50% = Setengahnya

25-49% = Hampir setengahnya

1-24% = Sebagian kecil

0% = Tidak satupun (Arikunto, 2010).

b) Data Khusus

Skor 5-9 menunjukkan kemungkinan besar depresi

Skor ≥ 10 menunjukkan depresi

3) Tabulating

Tabulating adalah kegiatan memasukkan data ke

dalam tabel-tabel dan mengatur angka-angka sehingga

dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagai kategori

(Nazir, 2011).

H. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang

sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan

berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus

diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah

sebagai berikut :
49

1. Informed Consent (Lembar persetujuan)

Subyek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang

tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk

bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden.

2. Anomonity (Tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak akan

mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data, cukup

memberikan nomor kode pada masing-masing lembar tersebut.

3. Confiedentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasian hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiannya oleh peneliti (Hidayat, 2010)

Anda mungkin juga menyukai