Anda di halaman 1dari 84

MAKALAH

“Neraca Energi Industri Bahan Bakar Alternatif”


(Industri Biodiesel)

OLEH :
KELAS : D.I (EKSEKUTIF)

MATAKULIAH AZAS TEKNK KIMIA II

NAMA NIM

AHMAD ALI 09220180061


FITRAWANSAH 09220180045
UMI ROSIDA 09220180058
DIYAH AYU HERDIANTI PUTRI UTAMI 09220180075
ARDANI ADHIS SETYAWAN 09220180084
JAMALUDDIN 09220180065

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberi

rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini, sebagaimana

pemenuhan tugas mata kuliah Azas Teknik Kimia adapun judul Makalah kami adalah

“Neraca Energi Industri Pembuatan Bahan Bakar Alternatif (Industri Biodiesel)”.

Dalam penulisan makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan dan hambatan.

Namun, berkat arahan dari semua pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada teman-teman, terutama

Orang tua kami yang telah memberikan dorongan moril dan materiil.

Kami sangat bersyukur telah dapat menyelesaikan makalah ini. Kami mohon maaf

apabila terdapat kesalahan dalam penulisan nama maupun gelar. Besar harapan semoga

makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, 12 November 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2

C. Tujuan ................................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 3

A. Minyak Kelapa Sawit .......................................................................................... 3

B. Biodiesel ............................................................................................................... 5

C. Neraca Massa dan Perhitungannya ................................................................... 12

D. Neraca Energi dan Perhitungannya .................................................................. 43

BAB III : PENUTUP........................................................................................................ 80

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 80

B. Saran .................................................................................................................... 80

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia masih menggunakan bahan bakar solar sebagai sumber energi pada mesin
diesel untuk keperluan pertanian, transportasi, dan industri. Menurut data pemerintah,
kebutuhan solar nasional saat ini diperkirakan mencapai 460.000 barel per hari atau 27
juta kiloliter/tahun dan 30% dari total kebutuhan itu masih diimpor
(www.indobiofuel.com). Dengan meningkatnya harga BBM, maka tentu saja kegiatan di
bidang pertanian, transportasi, dan industri akan ikut terpengaruh. Oleh karena itu perlu
dilakukan upaya untuk mencari sumber energi alternatif pengganti bahan bakar tersebut
dengan harapan ketergantungan akan bahan bakar solar berbasis minyak bumi akan
berkurang. Bahan bakar alternatif tersebut harus layak, ekonomis, ramah lingkungan, dan
tersedia dengan mudah.
Salah satu bahan bakar alternatif adalah biodiesel. Biodiesel merupakan bahan bakar
terbaharukan yang dapat diproduksi dari minyak nabati, lemak hewan, bahkan dari sisa
minyak hasil penggorengan (jelantah). Biodiesel dapat digunakan baik dalam bentuk
murninya maupun berupa campuran dengan bahan bakar diesel tanpa harus mengubah
mesin bahan bakar secara signifikan. Pembuatan biodiesel dari minyak nabati dilakukan
dengan mengkonversi trigliserida (komponen utama minyak nabati) menjadi metil ester
asam lemak atau disebut juga FAME dengan menggunakan katalis. Pada dasarnya semua
jenis minyak nabati dapat digunakan untuk membuat biodiesel. Jenis minyak yang umum
digunakan dalam pembuatan biodiesel di antaranya yaitu minyak kedelai, minyak
rapeseed (kanola), minyak biji bunga matahari, minyak kelapa, minyak kelapa sawit dan
fraksinya, minyak biji kapas, minyak jarak (castor oil), dan lain-lain..
Indonesia juga memiliki potensi yang besar dalam memproduksi minyak kelapa sawit.
Maka pembuatan biodiesel berbahan baku minyak kelapa sawit sangat memungkinkan
untuk dilakukan di Indonesia. Akan tetapi, mengingat minyak kelapa sawit merupakan
bahan pangan (edible oil) dan termasuk ke dalam bahan pokok, maka harga minyak
pangan tersebut akan naik jika sebagian digunakan untuk biodiesel. Oleh karena itu dapat
digunakan bagian yang sulit diolah menjadi minyak sawit atau CPO. Bagian ini dapat
dikatakan sebagai limbah dari produksi minyak sawit bagian ini disebut limbah pada dan

1
cair CPO pabrik kelapa sawit. Selaku mahasiswa teknik kimia pasti penasaran, bagaimana
neraca massa dan neraca energi pembuatan biodiesel dari biji mahoni. Pada makalah ini
kami akan mengulas neraca massa dan energy pada produksi bodiesel. Nah, dari ulasan-
ulasan diatas yang melatar belakangi pembuatan makalah ini.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang terkandung dalam biji mahoni sehingga dapat dijadikan Biodiesel?

2. Bagaimana neraca massa industri biodiesel?

3. Bagaimana neraca energi biodiesel?

C. Tujuan

1. Mengtahui kandungan limbah padat dan cair kelapa sawit sehingga dapat dijadikan

Biodesel

2. Mengetahui neraca massa pembuatan biodiesel pada industri biodiesel

3. Mengetahui mengetahui neraca energi pada industri pembuatan biodiesel

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Minyak Kelapa Sawit (CPO)


Minyak pada umumnya dapat diperoleh dari bahan nabati sedangkan lemak diperoleh

dari hewan. Minyak dan lemak tersusun atas gliserol dan asam lemak. Perbedaan lemak

dan minyak terletak pada jenis asam lemak yang terikat pada gliserol. Minyak banyak

mengandung asam lemak tak jenuh yaitu asam lemak yang mengandung ikatan rangkap

dalam senyawanya. Sedangkan lemak terdiri dari gliserol dan asam lemak jenuh (tidak

ada ikatan rangkap dalam senyawa asam lemak).

Berdasarkan jumlah ester yang terikat pada gliserol, minyak dibedakan atas :

a. Minyak monogliserida yaitu senyawa gliserol pada minyak yang mengikat satu

senyawa asam lemak.

b. Minyak digliserida yaitu senyawa gliserol pada minyak yang mengikat dua senyawa

asam lemak yang sama atau berbeda.

c. Minyak trigliserida yaitu senyawa gliserol pada minyak yang mengikat tiga senyawa

asam lemak yang sama atau berbeda dari ketiganya.

Minyak selain dimanfaatkan sebagai keperluan makanan dan industri makanan pad

proses penggorengan, minyak juga dipakai sebagai pelumas mesin, pembuatan cat,

pembuatan barang kosmetik dan farmasi dan lain-lain.

Komposisi kimia minyak kelapa sawit

Menurut Kataren (1986), kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan

20% buah. Kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40%. Minyak kelapa sawit adalah

lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap. Rata-rata komposisi asam

lemak minyak kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 1.

3
Istilah minyak dan lemak didasarkan pada sifat fisis belaka. Berwujud cair pada

suhu kamar disebut minyak, berwujud padat pada suhu kamar disebut lemak. Jika

banyak mengandung asam lemak tidak jenuh (mempunyai ikatan rangkap atom C)

seperti asam oleat, wujudnya cair. Jika banyak mengandung asam lemak jenuh seperti

asam palmitat atau stearat, wujudnya padat (Sierves, 1986).

Minyak kelapa sawit (CPO) merupakan minyak nabati dengan penyusun utamanya
trigliserida dan nontriglisirida. Dimana minyak kelapa sawit dengan trigliserida
merupakan ester dari gliserol. kandungan asam lemak C16 minyak sawit cukup tinggi,
sedikit lebih rendah dari kandungan asam lemak C18. Biodiesel dengan kandungan metil
ester dengan ikatan jenuh tinggi memiliki angka setana yang cukup tinggi namun
memiliki karakteristik tidak baik pada suhu rendah.
Makin jenuh molekul asam lemak dalam molekul trigliserida, makin tinggi titik beku
atau titik cair minyak tersebut. Sehingga pada suhu kamar biasanya berada pada fase
padat. Sebaliknya semakin tidak jenuh asam lemak dalam molekul trigliserida maka
makin rendah titik cair minyak tersebut sehingga pada suhu kamar berada pada fase cair.
Berikut ini adalah tabel dari komposisi trigliserida dan tabel komposisi asam lemak dari
minyak kelapa sawit.

Tabel 1. Komposisi Trigliserida Dalam Minyak Kelapa Sawit

Trigliserida Jumlah (%)


Tripalmitin 3–5
Dipalmiton – stearine 1–3
Oleo – Mirirstopalmitin 0-5
Oleo – Dipalitin 21 – 43
Oleo – Palmitosterine 10 – 11
Paliton – Deolein 32 – 48
Stearo – Diolein 0–6
Linoleo – Diolein 3 – 12
(Ketaren , S . 1986)

4
Senyawa non trigliserida dalam minyak kelapa sawit ada dalam jumlah kecil. Dalam
proses pemurnian dengan proses penyabunan beberapa senyawa non trigliserida dapat
dihilangkan, kecuali beberapa senyawa yang tak tersabunkan seperti tercantum dalam
tabel 2.
Asam lemak Jumlah (%)
Asam kaprilat -
Asam kaproat -
Asam miristat 1.1 – 2.5
Asam palmitate 40 – 46
Asam stearate 3.6 – 4.7
Asam oleat 30 – 45
Asam laurat -
Asam linoleate 7 – 11
(Ketaren , S . 1986)

B. Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang berasal dari trigliserida. Trigliserida
merupakan penyusun utama minyak nabati dan lemak hewani, sehingga dapat dikatakan
bahwa biodiesel bisa dibuat dari sumber minyak nabati. Sumber minyak nabati ini bisa
berupa minyak sawit.
Rumus kimia trigliserida adalah CH2COOR-CHCOOR’-CH2COOR”, dimana R, R’,
dan R” masing-masing adalah sebuah rantai alkil yang panjang. Ketiga asam lemak
RCOOH, R’COOH dan R”COOH bisa jadi semuanya sama, semuanya berbeda ataupun
hanya dua diantaranya sama.

Gambar 1. Rumus bangun trigliserida

5
Biodiesel berbentuk cairan berwarna kuning cerah sampai kuning kecoklatan.
Biodiesel tidak dapat campur dengan air, mempunyai titik didih tinggi dan mepunyai
tekanan uap yang rendah. Biodiesel terdiri dari senyawa campuran methyl ester dari
rantai panjang asam-asam lemak dari minyak tumbuh-tumbuhan yang memiliki flash
point 150 °C (300 °F), density 0.88 g/cm³, dibawah density air. Biodiesel tidak memiliki
senyawa toksik dan tidak mengandung sulfur. Biodiesel merupakan bahan bakar yang
terdiri dari campuran mono--alkyl ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai
sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui
seperti minyak sayur atau lemak hewan.
Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan untuk mengubah minyak dasar
menjadi ester yang diinginkan dan membuang asam lemak bebas. Setelah melewati
proses ini, biodiesel memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan diesel (solar) dari
minyak bumi, dan dapat menggantikannya dalam banyak kasus. Namun, biodiesel lebih
sering digunakan sebagai penambah untuk diesel petroleum, meningkatkan bahan bakar
diesel petrol murni ultra rendah. Biodiesel merupakan kandidat yang paling dekat untuk
menggantikan bahan bakar fosil sebagai sumber energi transportasi utama dunia, karena
biodiesel merupakan bahan bakar terbaharui yang dapat menggantikan diesel petrol di
mesin sekarang ini dan dapat diangkut dan dijual dengan menggunakan infrastruktur
sekarang ini. Penggunaan dan produksi biodiesel meningkat dengan cepat, terutama di
Eropa, Amerika Serikat, dan Asia, meskipun dalam pasar masih sebagian kecil saja dari
penjualan bahan bakar. Pertumbuhan SPBU membuat semakin banyaknya penyediaan
biodiesel kepada konsumen dan juga pertumbuhan kendaraan yang menggunakan
biodiesel sebagai bahan bakar.
Biodiesel merupakan suatu nama dari Alkyl Ester atau rantai panjang asam lemak
yang berasal dari minyak nabati maupun lemak hewan. Biodiesel dapat digunakan
sebagai bahan bakar pada mesin yang menggunakan diesel sebagai bahan bakarnya tanpa
memerlukan modifikasi mesin. Biodiesel tidak mengandung petroleum diesel atau solar.
Penelitian tentang bahan bakar alternatif sudah dilakukan di banyak negara, seperti
Austria, Jerman, Prancis, dan AS. Negara ini mengembangkan teknologi biodiesel
dengan memanfaatkan tanaman yang berbeda-beda. Negara Jerman memakai minyak
dari tumbuhan rapeseed, AS menggunakan tanaman kedelai, sedangkan untuk Indonesia
tanaman yang paling potensial adalah kelapa sawit (Akhairuddin, 2006)
Pemanfaatan minyak nabati sebagai bahan baku biodiesel memiliki beberapa
kelebihan, diantaranya sumber minyak nabati mudah diperoleh, proses pembuatan
6
biodiesel dari minyak nabati mudah dan cepat, serta tingkat konversi minyak nabati
menjadi biodiesel yang tinggi (95%). Minyak nabati memiliki komposisi asam lemak
berbeda-beda tergantung dari jenis tanamannya. Zat-zat penyusun utama minyak-lemak
(nabati maupun hewani) adalah trigliserida, yaitu triester gliserol dengan asam-asam
lemak (C8 – C24). Komposisi asam lemak dalam minyak nabati menentukan sifat fisik
kimia minyak, (Erliza, dkk, 2007)
1. Adapun keunggulan dan kelemahan biodiesel diantaranya :
a. Keunggulan Biodiesel :
1) Biodiesel tidak beracun.
2) Biodiesel adalah bahan bakar biodegradable.
3) Biodiesel lebih aman dipakai dibandingkan dengan diesel konvensional.
4) Biodiesel dapat dengan mudah dicampur dengan diesel konvensional, dan
dapat digunakan di sebagian besar jenis kendaraan saat ini, bahkan dalam
bentuk biodiesel B100 murni.
5) Biodiesel dapat membantu mengurangi ketergantungan kita pada bahan bakar
fosil, dan meningkatkan keamanan dan kemandirian energi.
6) Biodiesel dapat diproduksi secara massal di banyak negara, contohnya USA
yang memiliki kapasitas untuk memproduksi lebih dari 50 juta galon biodiesel
per tahun.
7) Produksi dan penggunaan biodiesel melepaskan lebih sedikit emisi
dibandingkan dengan diesel konvensional, sekitar 78% lebih sedikit
dibandingkan dengan diesel konvensional.
8) Biodiesel memiliki sifat pelumas yang sangat baik, secara signifikan lebih
9) baik daripada bahan bakar diesel konvensional, sehingga dapat
memperpanjang masa pakai mesin.
10) Biodiesel memiliki delay pengapian lebih pendek dibandingkan dengan diesel
konvensional.
11) Biodiesel tidak memiliki kandungan sulfur, sehingga tidak memberikan
kontribusi terhadap pembentukan hujan asam.

7
b. Kelemahan Biodiesel :
1) Biodiesel saat ini sebagian besar diproduksi dari jagung yang dapat
menyebabkan kekurangan pangan dan meningkatnya harga pangan. Hal ini
bisa memicu meningkatnya kelaparan di dunia.
2) Biodiesel 20 kali lebih rentan terhadap kontaminasi air dibandingkan dengan
diesel konvensional, hal ini bisa menyebabkan korosi, filter rusak pitting di
piston, dll.
3) Biodiesel murni memiliki masalah signifikan terhadap suhu rendah.
4) Biodiesel secara signifikan lebih mahal dibandingkan dengan diesel
5) konvensional.
6) Biodiesel memiliki kandungan energi yang jauh lebih sedikit dibandingkan
7) dengan diesel konvensional, sekitar 11% lebih sedikit dibandingkan
8) dengan bahan bakar diesel konvensional.
9) Biodiesel dapat melepaskan oksida nitrogen yang dapat mengarah pada
10) pembentukan kabut asap.
11) Biodiesel, meskipun memancarkan emisi karbon yang secara signifikan
12) lebih aman dibandingkan dengan diesel konvensional, masih berkontribusi
13) terhadap pemanasan global dan perubahan iklim.
2. Keuntungan biodesel terhadap mesin adalah :
a. Untuk menambah pelumasan mesin
b. Menambah ketahanan mesin
c. Mengurangi frekuensi pergaantian mesin
Keuntungan lain dari biodesel adalah sifat emisi yang rendah dan mengandung
oksigen sekitar 10-11%. Agar dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti solar,
biodiesel harus mempunyai kemiripan sifat fisik dan kimia dengan minyak solar. Salah
satu sifat fisik yang penting adalah viskositas. Sebenarnya, minyak lemak nabati sendiri
dapat dijadikan bahan bakar, namun, viskositasnya terlalu tinggi sehingga tidak
memenuhi persyaratan untuk dijadikan bahan bakar mesin diesel.
Perbandingan sifat fisik dan kimia biodiesel dengan minyak solar disajikan pada
Tabel berikut :

8
Tabel 3. perbandingan sifat fisik dan kimia biodiesel dan solar
Sifat fisik/kimia Biodiesel solar
Komposisi Ester alkil Hidrokarbon
Densitas, g/ml 0,8628 0,8750
Viskositas, cSt 5,55 4,6
Titik kilat, 𝑶𝑪 172 98
Angka cetane 62,4 53
Energy yang dihasilkan 40,1 MJ/kg 45,3 MJ/kg
(Sumber : Internasional Biodiesel, 2001)
Dibandingkan dengan minyak solar, biodiesel mempunyai beberapa keunggulan.
Keunggulan utamanya adalah emisi pembakarannya yang ramah lingkungan karena
mudah diserap kembali oleh tumbuhan dan tidak mengandung SOx.
Selain itu biodiesel dapat mengurangi polusi tanah serta melindungi kelestarian
perairan sumber air minum, kelebihan ini ditunjang oleh sifat biodiesel yang dapat
teroksigenasi relatif sempurna atau terbakar habis, non toksik, dan dapat terurai secara
alami (biodegradable), disamping itu produksi gas hasil pembakarannya yakni karbon
dioksida (CO2) dapat dimanfaatkan kembali oleh tumbuhan.
Perbandingan emisi pembakaran biodiesel dengan minyak solar disajikan dalam Tabel
berikut:
Tabel 4. Perbandingan emisi pembakaran biodiesel dengan solar
Senyawa emisi Biodiesel Solar
SO2, ppm 0 78
NO, ppm 37 64
NO2, ppm 1 1
CO2, ppm 10 40
Partikulat, 𝒎𝒈/𝑵𝒎𝟑 0,25 5,6
Benzene, 𝒎𝒈/𝑵𝒎𝟑 0,3 5,01
Toluene, 𝒎𝒈/𝑵𝒎𝟑 0,57 2,31
Xilen 𝒎𝒈/𝑵𝒎𝟑 0,73 1,57
Etik Benzene, 𝒎𝒈/𝑵𝒎𝟑 0,3 0,73
(Sumber : Internasional Biodiesel, 2001)

9
3. Reaksi Pembuatan Biodiesel
Ester dapat dibuat dari minyak lemak nabati dengan reaksi esterifikasi atau
transesterifikasi atau gabungan keduanya.
a. Reaksi Esterifikasi
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi antara asam lemak bebas dengan alkohol
membentuk ester dan air. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi endoterm,
sehingga memerlukan pasokan kalor dari luar. Temperatur untuk pemanasan tidak
terlalu tinggi yaitu 55-60 oC. Secara umum reaksi esterifikasi adalah sebagai
berikut :

Gambar 2. Reaksi antara Asam Lemak Bebas dan Alkohol


Reaksi esterifikasi biasanya dilakukan sebelum reaksi transesterifikasi jika
minyak yang diumpankan mengandung asam lemak bebas tinggi (>5%). Dengan
reaksi esterifikasi, kandungan asam lemak bebas dapat dihilangkan dan diperoleh
tambahan ester.
b. Reaksi Transesterifikasi
Reaksi Transesterifikasi sering disebut reaksi alkoholisis, yaitu reaksi antara
trigliserida dengan alkohol menghasilkan ester dan gliserin. Alkohol yang sering
digunakan adalah metanol.
Trigliserida bereaksi dengan alkohol membentuk ester dan gliserin. Kedua
produk reaksi ini membentuk dua fasa yang mudah dipisahkan. Fasa gliserin
terletak dibawah dan fasa ester alkil diatas. Ester dapat dimurnikan lebih lanjut
untuk memperoleh biodiesel yang sesuai dengan standard yang telah ditetapkan,
sedangkan gliserin dimurnikan sebagai produk samping pembuatan biodiesel.
Gliserin merupakan senyawaan penting dalam industri. Gliserin banyak
digunakan sebagai pelarut, bahan kosmetik, sabun cair, dan lain-lain. Katalis basa
homogen seperti NaOH (natrium hidroksida) katalis yang digunakan dalam proses
transesterifikasi merupakan katalis yang paling umum digunakan dalam proses
pembuatan biodiesel karena dapat digunakan pada temperatur dan tekanan operasi
yang relatif rendah serta memiliki kemampuan katalisator yang tinggi. Akan

10
tetapi, katalis basa homogen sangat sulit dipisahkan dari campuran reaksi sehingga
tidak dapat digunakan kembali dan pada akhirnya akan ikut terbuang. (Santoso et
al., 2013).
Setelah didapatkan metil ester yaitu dilakukan tahap pencucian dan tahap uji
karakteristik bahan bakar biodiesel. Dimana tahap pencucian hasil pada
transesterifikasi bertujuan untuk menghilangkan senyawa yang tidak diperlukan.
Pencucian dilakukan pada suhu sekitar 55°C. Pencucian dilakukan tiga kali
sampai pH campuran menjadi normal (pH 6,8-7,2). Hardjono (2001) menyatakan
bahwa di antara sifat-sifat bahan bakar diesel yang terpenting ialah kualitas
penyalaan, viskositas, titik tuang (pour point) dan titik nyala kabut. Sedangkan
menurut Manurung (2010) untuk mengetahui dan mengenal karakteristik
biodiesel, dilakukan analisa beberapa sifat fisisnya yang dapat dipergunakan
sebagai tolak ukur kualitas bahan bakar biodiesel.
Beberapa sifat fisis yang diteliti adalah viskositas, densitas, titik nyala (flashpoint),
titik kabut (cloud point), kadar air dan bilangan iodin.
a. Viskositas (Viscosity)
Viskositas merupakan sifat intrinsik fluida yang menunjukkan resistensi fluida
terhadap alirannya karena gesekan di dalam bagian cairan yang berpindah dari
suatu tempat ke tempat lain yang mempengaruhi pengatoman bahan bakar dengan
injeksi pada ruang pembakaran. Akibatnya terbentuk pengendapan pada mesin.
Apabila viskositas atau kekentalan fluida masih tinggi, maka akan mengakibatkan
kecepatan aliran akan lebih lambat sehingga proses derajat atomisasi bahan bakar
akan terlambat pada ruang bakar (Manurung, 2010).
b. Densitas (Density)
Densitas adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin
tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya.
Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total
volumenya. Densitas sampel metil ester asam lemak bergantung pada komposisi
asam lemak dan kemurniannya. Densitas akan meningkat dengan menurunnya
rantai panjang dan meningkatnya jumlah ikatan rangkap, hal ini menyatakan nilai
yang tinggi untuk bahan bakar yang kaya akan senyawa tak jenuh. Sebaliknya
densitas dapat dikurangi oleh keberadaan kontaminan berdensitas rendah seperti
metanol (Manurung, 2010).

11
c. Titik Nyala (Flash Point)
Titik nyala adalah titik temperatur terendah dimana bahan bakar dapat
menyala ketika bereaksi dengan udara. Bila nyala terus terjadi secara menerus
maka suhu tersebut diinamakan titik bakar (fire point). Titik nyala yang terlampau
tinggi dapat menyebabkan keterlambatan penyalaan sementara apabila titik nyala
terlampau rendah akan menyebabkan timbulnya denotasi yaitu ledakan kecil yang
terjadi sebelum bahan bakar masuk ruang bakar. Hal ini juga dapat meningkatkan
resiko bahaya saat penyimpanan. Semakin tinggi titik nyala dari suatu bahan bakar
semakin aman penanganan dan penyimpanannya (Manurung, 2010).
4. Pengotor yang terdapat di dalam Metil Ester
Pengotor yang ada dalam biodiesel diantaranya gliserin, air, dan alkohol sisa.
Pemisahan pengotor dilakukan untuk mendapatkan biodiesel yang memenuhi kriteria
untuk dijadikan bahan bakar.
a. Gliserin
Gliserin dan ester membentuk dua fasa yang tidak saling larut. Gliserin yang
berada di lapisan bawah karena densitasnya lebih besar dari ester. Pemisahan
gliserin dari ester dapat dilakukan dengan cara dekantasi. Gliserin merupakan
produk samping proses pembuatan biodiesel yang bernilai ekonomis tinggi yang
dapat dijual dalam keadaan mentah (crude glycerin) atau gliserin yang telah
dimurnikan. Pemurnian gliserin akan lebih sulit jika terbentuk sabun hasil reaksi
asam lemak bebas dengan basa.
b. Air
Salah satu produk samping reaksi esterifikasi adalah air. Air harus dihilangkan
sebelum reaksi transesterifikasi. Pemisahan air ini dapat dilakukan dengan
penguapan atau menggunakan absorber. Pemisahan air dengan penguapan lebih
banyak dilakukan dalam industri biodiesel karena lebih murah. Air menjadi sulit
dipisahkan jika terdapat sabun hasil reaksi asam lemak bebas dengan basa. Air
akan berikatan dengan sabun dan gliserin sehingga pemisahannya menjadi sulit.
C. Perhitungan Neraca Massa
Hasil perhitungan neraca massa pada pra-rancangan pabrik biodiesel dari limbah
padat dan cair CPO Pabrik Kelapa Sawit adalah sebagai berikut :
Kapasitas produksi : 15.000 ton/thn = 1.893,94 kg/jam
Waktu bekerja / tahun : 330 hari
Satuan Operasi : kg/jam

12
Komposisi Reaktan
1. Tandan Kosong Kelapa Sawit (Limbah CPO padat) Minyak = FFA + Trigliserida
Asumsi FFA = 20 % x 100 % : 20 % Komposisi
FFA :
- asam laurat : 1,10 %
- asam palmitat : 43,60 %
- asam stearat : 4,50 %
- asam oleat : 40,50 %
- asam linoleat : 10,10 %
- asam linolenat : 0,20 % Komposisi
Trigliserida : 80 %
2. Limbah CPO cair
a. Kandungan air : 2,26 %
b. Kandungan Kotoran : 0,62 %
c. Kandungan Minyak : 100 % - (2,26 % + 0,62 %) = 97,12%
Minyak = FFA + Trigliserida
Asumsi FFA = 20 % x 97,12 % : 19,424 %
Komposisi FFA :
- asam laurat : 1,10 %
- asam palmitat : 43,60 %
- asam stearat : 4,50 %
- asam oleat : 40,50 %
- asam linoleat : 10,10 %
- asam linolenat : 0,20 %
Komposisi Trigliserida (80 %) : 77,696 %
3. Metanol : 98 %
Air :2%
Komposisi Katalis
- Reaksi Esterifikasi
H2SO4 : 97 %
Air :3%
- Reaksi Transesterifikasi
NaOH : 100 %

Komposisi Produk
1. Metil ester : : 97,76 %
- Metil laurat : 1,10 %
- Metil palmitat : 43,60 %
- Metil stearat : 4,50 %
- Metil oleat : 40,50 %
- Metil linoleat : 10,10 %
- Metil linolenat : 0,20 %
13
2. Gliserol bebas : 0,02 %
3. Trigliserida : 0,4 %
4. Asam lemak bebas (FFA) : 1,53 %
5. Metanol : 0,30 %
6. Air : 0,01 %
(Sumber : Standar Mutu Biodiesel Indonesia (RSNI EB 020551) ; Standar Biodiesel
Jerman (DIN 51606)
Menghitung berat molekul :
No Senyawa Rumus Molekul BM (kg/kmol)
1 Asam laurat C12H24O2 200
2 Asam palmitate C16H31O2 256
3 Asam stearate C18H36O2 284
4 Asam oleat C18H34O2 282
5 Asam linoleate C18H32O2 280
6 Asam linolenat C18H30O2 278
7 Metil laurat C13H26O2 214
8 Metil palmitate C17H34O2 270
9 Metil stearate C19H38O2 298
10 Metil oleat C19H36O2 296
11 Metil linoleate C19H34O2 294
12 Metil linolenat C19H32O2 292
13 Metanol CH4O 32
14 Air H2O 18
15 Gliserol C3H8O3 92

BM FFA rata-rata = {(1,1 % x 200) + (43,6 % x 256) + (4,50 % x 284) + (40,50 %


x 282) + (10,10 % x 280) + (0,2 % x 278)
= 269,642 kg/kmol
BM trigliserida (palmito-diolein) = 858 kg/kmol
BM metil ester (dari FFA) = {(1,1 % x 214) + (43,6 % x 270) + (4,50 % x 298) +
(40,50 % x 296) + (10,10 % x 294) + (0,2 % x 292)
= 283,642 kg/kmol

14
BM metil palmitat 2 (BM metil oleat)
BM metil ester (dari trigliserida) =
3kg/kmo

270 296 296


=
3
= 287,333 kg/kmol
Basis = 1000 kg Tandan Kosong Sawit
Massa Air = 4 % x 1000 kg
= 40 kg
Mol Air = 40 kg / 18 kg kmol-1
= 2,2222 kmol
Massa trigliserida = 76,8 % x 1000 kg = 768 kg
Mol trigliserida = 768 kg / (858 kg/kmol)
= 0,8951 kmol
Massa FFA = 19,2 % x 1000 kg = 192 kg
Mol FFA = 192 kg / (269,642 kg/kmol)
= 0,7126 kmol
Basis = 1000 kg Limbah cair CPO
Massa Air = 2,26 % x 1000 kg
= 22,6 kg
Mol Air = 22,6 kg / 18 kg kmol-1
= 1,2555 kmol
Massa kotoran = 0,62 % x 1000 kg
= 6,2 kg
Massa trigliserida = 77,696 % x 1000 kg = 776,96 kg
Mol trigliserida = 776,96 kg / (858 kg/kmol)
= 0,9055 kmol
Massa FFA = 19,424 % x 1000 kg = 194,24 kg
Mol FFA = 19,424 kg / (269,642 kg/kmol)
= 0,7204 kmol

Tahap Esterifikasi
Reaksi esterifikasi : Asam lemak bebas (FFA) + metanol ↔ metil ester + air
Yield reaksi esterifikasi = 98 % (PPKS, 2008)
Reaksi : FFA + metanol ↔ metil ester + air

15
Mol FFA awal = 0,7126 kmol + 0,7204 kmol = 1,433 kmol
Mol metil ester teori = 0,7126 kmol + 0,7204 kmol = 1,433 kmol
Mol metil ester aktual = 98 % x 1,433 kmol
= 1,4043 kmol
Massa metil ester = mol metil ester aktual x BM metil ester (dari FFA)
= 1,4043 kmol x 283,642 kg/kmol
= 398,3185 kg
Massa metil ester (biodiesel) yang dihasilkan pada esterifikasi adalah 398,3185 kg
FFA sisa = FFA teori – FFA aktual
= 1,433 kmol – 1,4043 kmol
= 0,0287 kmol
Massa FFA sisa = mol FFA sisa x BM FFA
= 0,0287 kmol x 269,642 kg/kmol
= 7,7387 kg
Massa trigliserida = 768 kmol + 776,96 kmol
= 1.544,96 kmol

% FFA dalam dalam CPO setelah reaksi esterifikasi menjadi :


massa FFA sisa 7,7387 kg
x100% = x100%
massa FFA sisa  massa trigliserida 7,7387 kg  1.544,96 kg
= 0,4984 %
Kadar FFA yang diizinkan untuk reaksi transesterifikasi adalah < 1 % (Freedman,
1984). Maka reaksi transesterifikasi dapat dilanjutkan

16
Tahap Transesterifikasi
Transesterifikasi I
Reaksi transesterifikasi : trigliserida + 3 metanol ↔ 3 metil ester + gliserol
Yield reaksi transesterifikasi = 98 %
Mol trigliserida = 0,8951 kmol + 0,9055 kmol
= 1,8006 kmol
Mol trigliserida yang bereaksi = 98 % x 1,8006 kmol
= 1,7646 kmol
Mol metil ester yang terbentuk = 3 x 1,7646 kmol
= 5,2938 kmol
Massa metil ester = mol metil ester yang terbentuk x BM metil ester
(dari trigliserida)
= 5,2938 kmol x 287,333 kg/kmol
= 1.521,0834 kg
Massa metil ester (biodiesel) yang dihasilkan pada transesterifikasi I adalah
1.521,0834 kg
Trigliserida sisa = mol metil ester teori – mol metil ester actual
= 1,8006 kmol – 1,7646 kmol
= 0,036 kmol
Massa trigliserida sisa = mol trigliserida sisa x BM trigliserida
= 0,036 kmol x 858 kg/kmol
= 30,888 kg
Massa total biodiesel = metil ester dari esterifikasi + metil ester dari reaksi
transesterifikasi I
= 398,3185 kg + 1.521,0834 kg = 1.919,4019 kg
% trigliserida dalam biodiesel yaitu :
massa trigliserida sisa
= x100%
massa total biodiesel  massa FFA sisa  massa trigliserida sisa

30,888 kg
= x100% = 1,5775 %
1.919,4019 kg  7,7387 kg  30,888

17
Kadar trigliserida ini tidak memenuhi batas minimum kadar trigliserida yang
ada pada biodiesel dalam RSNI EB 020551 yaitu 0,4%. Maka perlu dilakukan reaksi
transesterifikasi II.

Transesterifikasi II
Reaksi transesterifikasi : trigliserida + 3 metanol ↔ 3 metil ester + gliserol
Yield reaksi transesterifikasi = 98 %
Mol trigliserida = 0,036 kmol
Mol trigliserida yang bereaksi = 98 % x 0,036 kmol
= 0,0353 kmol
Mol metil ester yang terbentuk = 3 x 0,0353 kmol
= 0,1059 kmol
Massa metil ester = mol metil ester yang terbentuk x BM metil
ester (dari trigliserida)
= 0,1059 kmol x 287,333 kg/kmol
= 30,4286 kg
Massa metil ester (biodiesel) yang dihasilkan pada transesterifikasi II adalah sebesar
30,4286 kg
Trigliserida sisa = mol metil ester teori – mol metil ester aktual
= 0,036 kmol – 0,0353 kmol
= 0,0007 kmol
Massa trigliserida sisa = mol trigliserida sisa x BM trigliserida
= 0,0007 kmol x 858 kg/kmol
= 0,6006 kg
Maka, dari reaksi esterifikasi, transesterifikasi I, dan transesterifikasi II
diperoleh jumlah biodiesel sebagai berikut :
Total biodiesel = metil ester dari esterifikasi + metil ester dari reaksi
transesterifikasi I + metil ester dari reaksi transesterifikasi
= 398,3185 kg + 1.521,0834 kg + 30,4286 kg
= 1.949,8305 kg

18
% trigliserida dalam biodiesel yaitu :
massa trigliserida sisa
x 100%
massa total biodiesel  massa FFA sisa  massa trigliserida sisa

0,6006 kg
= x100% = 0,0307 %
1.949,8305 kg  7,7387 kg  0,6006 kg
Kadar trigliserida ini telah memenuhi batas minimum kadar trigliserida yang
ada pada biodiesel dalam RSNI EB 020551 yaitu 0,4%.
Dengan demikian, 2.000 kg CPO akan menghasilkan 1.949,8305 kg biodiesel.
kapasitas biodiesel per tahun
F1CPO = x massa basis perhitungan
total biodiesel
15.000.000 kg biodiesel/tahun
= x 2.000 kg CPO
1.949,8305 kg biodiesel
= 15.385.956,72 kg CPO/tahun
= 1.942,67 kg/jam

Ketersediaan bahan baku limbah cair dari PMKS diperoleh dengan asumsi sbb :
a. Kapasitas produksi CPO dari PMKS adalah 60 ton/jam (BSP, 2008)
b. PMKS beroperasi dengan 80% kapasitas desain dengan 24 jam per hari kerja dan
330 hari kerja per tahun (PPKS, 2008)
c. CPO dari limbah cairnya merupakan 2% dari total produksi CPO (Sugiono Agus,
2007)
d. Perkiraan CPO hilang 10% (Afrizal, 2008), sehingga CPO dari limbah cair CPO
yang dapat diambil untuk produksi biodiesel sekitar 90%
Maka jumlah CPO yang dapat dikutip kembali dari limbah cair PMKS adalah
sebagai berikut :
CPO dari limbah cair = 60 ton TBS/jam x 80% x 24 jam/hari x 90% x 2%
= 20,736 ton limbah cair CPO/hari
= 864 kg/jam
Air pada limbah cair mengandung CPO, bekas air untuk mencuci alat adalah 0,65%
dari kapasitas PMKS

19
Maka :
Air = 0,65% x 60 ton TBS/jam x 80%
= 312 kg/jam
Total limbah cair dalam 1 PMKS yang dapat diolah adalah :
Limbah cair mengandung CPO = 864 kg/jam + 312 kg/jam
= 1176 kg/jam

Ketersediaan bahan baku limbah padat dari PMKS diperoleh dengan asumsi sbb :
a. Kapasitas produksi CPO dari PMKS adalah 60 ton/jam (BSP, 2008)
b. PMKS beroperasi dengan 80% kapasitas desain dengan 24 jam per hari kerja dan
330 hari kerja per tahun (PPKS, 2008)
c. CPO yang diambil dari limbah tandan kosong sawit sebesar 2 % (PPKS, 2008)
d. Presentase tandan kosong sawit sebesar 23 % terhadap TBS (PPKS,2008)

Maka jumlah CPO yang dapat dikutip kembali dari limbah padat PMKS
adalah sebagai berikut :
TKS mengandung CPO = 60 ton TBS/jam x 80% x 24 jam/hari x 23%
= 264.960 ton limbah padat CPO/hari
= 11.040 kg/jam
Maka CPO = 11.040 x 2%
= 220,8 kg/jam
Total CPO = limbah cair CPO + limbah padat CPO
= 864 kg/jam + 220,8 kg/jam
= 1.084,8 kg/jam
Dengan demikian, untuk laju alir CPO 1.942,67 kg/jam maka dibutuhkan 2
PMKS sebagai sumber bahan baku produksi biodiesel dari CPO, dengan CPO PMKS
adalah 1.084,8 kg/jam
Perhitungan Neraca Massa
Pada perancangan pabrik pembuatan biodiesel ini, perubahan massa terjadi
pada peralatan :
- Screw Press (S-101)
- Deoiling Pond (DP-101)
- Sand Filter (S-102)

20
- Tangki Pengumpul CPO (T-201)
- Reaktor Esterifikasi (R-210)
- Centrifuge I (H-210)
- Reaktor Transesterifikasi I (R-220)
- Centrifuge II (H-220)
- Reaktor Transesterifikasi II (R-230)
- Centrifuge III (H-230)
- Tangki Pengumpul (T-204)
- Destilasi (D-310)
- Kondensor (E-303)
- Reboiler (E-304)
- Refluks Drum (D-320)
1. Screw Press (SP-101)

F1 F3
TKS mengandung CPO
S-101
CPO

F2

Cake TKS

- TKS mengandung CPO = 2 PMKS x 11.040 kg/jam


= 22.080 kg/jam
Alur 3
CPO terdiri dari Trigliserida, FFA, dan Air
CPO = 22.080 kg/jam x 2%
= 441,6 kg/jam
Asumsi : efisiensi screw press 99 %
F3 (CPO) = 99% x 441,6 kg/jam
F3 (CPO) = 437,18 kg/jam
Alur 2
F2cake TKS = F1 - F3 = 22.080 - 437,18 kg/jam
= 21.642,82 kg/jam
Dimana cake TKS sebesar 21.642,82 kg/jam akan dijual ke pabrik pupuk
kompos.
21
2. Deoiling Pond (DP-101)
Kotoran
F4 F6
Limbah CPO cair DP-101 CPO
Air
F5

Air
Kotoran

Alur 4
F4limbah CPO cair = 2 PMKS x 1.176 kg/jam
= 2.352 kg/jam
- CPO dari limbah cair = 1.728 kg/jam
- Diasumsikan 2% dari limbah CPO cair adalah kotoran,
maka Kotoran = 47,04 kg/jam
- Air dari limbah cair = 576,96 kg/jam

Alur 5
- Diasumsikan Konversi pemisahan 90 %
F5kotoran = 90% x 47,04 kg/jam
= 42,34 kg/jam
F5Air = 90% x 576,96 kg/jam
= 519,26 kg/jam
Alur 6
F6CPO = 1.728 kg/jam
6
F Air = 576,96 kg/jam - 519,26 kg/jam
= 57,69 kg/jam
F6Kotoran = 47,04 kg/jam - 42,34 kg/jam
= 4,7 kg/jam

22
3. Filter Press (S-101)

Air Air
6 8 Kotoran
Kotoran F F
CPO S-102 CPO

F7

Air
Kotoran

Alur 6
F6CPO = 1.728 kg/jam
F6air = 57,69 kg/jam
F6kotoran = 4,7 kg/jam

Alur 7
Konversi pemisahan : 99 %
F7air = 99 % x 57,69 kg/jam
= 57,11 kg/jam
F7kotoran = 99 % x 4,7 kg/jam
= 4,65 kg/jam

Alur 8
F8CPO = 1.728 kg/jam
F8air = F5air – F7air
= 57,69 kg/jam – 57,11 kg/jam
= 0,58 kg/jam
F8kotoran = F5kotoran – F7kotoran
= 4,7 kg/jam - 4,65 kg/jam
= 0,05 kg/jam
Dimana air sebesar 57,11 kg/jam dan kotoran sebesar 4,65 kg/jam akan
diolah di dalam pengolahan air.

23
4. Tangki Pengumpul CPO (T-201)
CPO Air
8 Kotoran
F

FFA
F3
CPO F9 Trigliserid
Tangki a
(T-102) Air

Alur 3
F3CPO = 437,18 kg/jam

Alur 8
F8CPO = 1.728 kg/jam
8
F air = 0,58 kg/jam
8
F kotoran = 0,05 kg/jam

Alur 9
F9CPO = F3CPO + F8CPO
= 437,18 kg/jam + 1.728 kg/jam
= 2.165,18 kg/jam
9
F air = F8air
= 0,58 kg/jam
F9kotoran = F8kotoran
= 0,05 kg/jam
-CPO yang digunakan 1.942,67 kg/jam, maka
Trigliserida = 80% x 1.942,67 kg/jam = 1.554,13 kg/jam
FFA = 1.942,67 kg/jam - 1.554,13 kg/jam = 338,53 kg/jam

24
5. Reaktor Esterifikasi (R-210)
Metano
l
Trigliserida
F10 F12
FFA Air
Kotoran Trigliserida
FFA Air
H2SO4 F13 Kotoran
F11 Reaktor
Air Metanol
(R-210) H2SO4

Reaksi :
H2SO4
RCOOH + CH3OH RCOOCH3 + H2O
ALB Metanol Metil Air
Ester

Alur 10
F10rigliserida = 1.554,13 kg/jam
10
F FFA = 338,53 kg/jam
10
N FFA = F10FFA / BM FFA
= 338,53 kg/jam / 269,642 kg kmol-1
= 1,26 kmol/jam
F10air = 0,58 kg/jam
F10kotoran = 0,05 kg/jam

Alur 11
Larutan H2SO4 terdiri dari : 97 % (% b) H2SO4 dan 3 % (% b) air
Larutan H2SO4 = 0,2 % dari berat FFA
= 0,002 x 338,53 kg/jam
= kg/jam
Flarutan as.sulfat = 0,68 kg/jam
F11asam sulfat = Flarutan asam sulfat x 97 %
= 0,68 kg/jam x 0,97
= 0,66 kg/jam

25
N11asam sulfat = F11asam sulfat / BM asam sulfat
= 0,66 kg/jam / 98 kg kmol-1
= 0,0067 kmol/jam
11
F air = Flarutan asam sulfat x 3%
= 0,68 kg/jam x 0,03
= 0,02 kg/jam
N11air = F11air / BM air
= 0,02 kg/jam / 18 kg kmol-1
= 0,0013 kmol/jam

Alur 12
Larutan metanol terdiri dari : 98 % (% wt) metanol dan 2 % (% wt) air
100
BM larutan metanol =
98/32  2 / 18
= 31,5098
FFA : larutan metanol = 1 : 20 (perbandingan rasio molar)
massa FFA massa larutan metanol
1 : 20 = :
BM FFA BM larutan metanol
338,53 kg massa larutan metanol
1 : 20 = :
269,642 kg/kmol 31,5098 kg/kmol
Massa larutan metanol = 791,19 kg Flarutan metanol
= 791,19 kg/jam F12metanol =
791,19 kg/jam x 98 %
= 775,37 kg/jam
N12metanol = F12 metanol / BM metanol
= 775,37 kg/jam / 32 kg kmol-1
= 24,23 kmol/jam
F12air = 791,19 kg/jam x 2 %
= 15,82 kg/jam
N12air = F12air / BM air
= 15,82 kg/jam / 18 kg kmol-1
= 0,89 kmol/jam

26
Alur 13
Yield reaksi esterifikasi = 98% (PPKS, 2008)
Reaksi : FFA + metanol ↔ metil ester + air
Mol awal : 1,26 24,23 – –
Mol reaksi : 1,23 1,23 1,23 1,23
Mol akhir : 0,03 23 1,23 1,23

N13FFA = 0,03 kmol/jam


F13FFA = N13FFA x BM FFA
= 0,03 kmol/jam x 269,642 kg/kmol
= 8,09 kg/jam
F13trigliserida = 1.554,13 kg/jam
N13metanol = 23 kmol/jam
13
F metanol = N13metanol x BM metanol
= 23 kmol/jam x 32 kg/kmol
= 736 kg/jam
N13metil ester = 1,23 kmol/jam
F13metil ester = N13metil ester x BM metil ester
= 1,23 kmol/jam x 283,642 kg/kmol
= 348,89 kg/jam
13
F asam sulfat = 0,66 kg/jam
F13air = F10air + F11 12
air
air + (1,23 kmol/jam x 18 kg/kmol) + F

= 0,58 kg/jam + 0,02 kg/jam + 22,14 kg/jam + 15,82


= 38,56 kg/jam
13
F kotoran = 0,05 kg/jam

27
6. Centrifuge I (H-210)

Trigliserida Trigliserida
13 14 FFA
FFA F F
Metil ester H-210 Metil ester
Air Air
Kotoran Kotoran
Metanol Metanol
Asam sulfat F26 Asam sulfat

Air
Metanol
Asam

Alur 13
F13FFA = 8,09 kg/jam
F13trigliserida = 1.554,13 kg/jam
F13metanol = 736 kg/jam
F13metil ester = 348,89 kg/jam
F13asam sulfat = 0,66 kg/jam
F13air = 38,56 kg/jam
F13kotoran = 0,05 kg/jam

Alur 26
Konversi pemisahan : 99 %
F26air = 99 % x 38,56 kg/jam
= 38,17 kg/jam
F26metanol = 99 % x 736 kg/jam
= 728,64 kg/jam
F26asam sulfat = 99 % x 0,66 kg/jam
= 0,65 kg/jam

28
Alur 14
F14FFA = 8,09 kg/jam
F14trigliserida = 1.554,13 kg/jam
F14metanol = F13metanol - F26metanol
= 736 kg/jam - 728,64 kg/jam = 7,36 kg/jam
F14metil ester = 348,89 kg/jam
14
F asam sulfat = F13asam sulfat - F26asam sulfat
= 0,66 kg/jam - 0,65 kg/jam
= 0,01 kg/jam
F14air = F13air - F26air
= 38,56 kg/jam - 38,17 kg/jam
= 0,39 kg/jam
F14kotoran = 0,05 kg/jam

7. Tangki Pencampur I (M-210)


NaO
F16

F15 F17 NaOH


Metanol Tangki Metanol
Air Pencamput I Air
(M-210)

Alur 15
Larutan metanol terdiri dari 98 % (% b) metanol dan 2 % (% b) air
100
BM larutan metanol = = 31,5098
98/32  2 / 18

Trigliserida : metanol = 1 : 6 (perbandingan rasio molar)

1 : 6 = :

1.554,13 kg massa larutan metanol


1 : 6 = :
858 kg/kmol 31,5098 kg/kmol

29
Massa larutan methanol = 342,45 kg Fmetanol
= 342,45 kg/jam F15metanol =
342,45 kg/jam x 98 %
= 335,6 kg/jam
15
N metanol = F15metanol / BM metanol
= 335,6 kg/jam / 32 kg kmol-1
= 10,48 kmol/jam
F15air = 342,45 kg/jam x 2 %
= 6,85 kg/jam
N15air = F15air / BM air
= 6,85 kg/jam / 18 kg kmol-1
= 0,38 kmol/jam

Alur 16
NaOH terdiri dari : 100 % (% b) NaOH
NaOH = 1 % dari berat trigliserida
= 0,01 x 1.554,13 kg = 15,54 kg
F16NaOH = 15,54 kg/jam

Alur 17
F17metanol = 335,6 kg/jam
17
F air = 6,85 kg/jam
17
F NaOH = 15,54 kg/jam

30
8. Tangki Pencampur II (M-220)
NaO
F21

F20 F22 NaOH


Metano Tangki Metanol
l Pencampur Air
II

Alur 20
Larutan metanol terdiri dari 98% (% b) metanol dan 2% (% b) air
100
BM larutan metanol =
98/32  2 / 18
= 31,5098
Trigliserida : metanol = 1 : 6 (perbandingan rasio molar)

1 : 6 = :

34,32 kg massa larutan metanol


1 : 6 = :
858 kg/kmol 31,5098 kg/kmol
Massa larutan metanol = 7,56 kg
F20metanol = 7,56 kg/jam x 98 %
= 7,41 kg/jam
N20metanol = F20metanol / BM metanol
= 7,41 kg/jam / 32 kg kmol-1
= 0,23 kmol/jam
F20air = 7,56 kg/jam x 2 %
= 0,15 kg/jam
Alur 21
NaOH terdiri dari : 100 % (% b) NaOH
NaOH = 1% dari berat trigliserida
= 0,01 x 34,32 kg
= 0,34 kg
F21NaOH = 0,34 kg/jam

31
Alur 22
F22metanol = 7,41 kg/jam
F22air = 0,15 kg/jam
F22NaOH = 0,34 kg/jam

9. Reaktor Transesterifikasi I (R-220)

Metanol F17
Air
NaOH Trigliserida
F18 FFA
FFA F 14 Reaktor Metil ester
Air Air
(R-220)
Trigliserid Kotoran
a Metanol
Metanol Asam sulfat
Metil ester NaOH
Kotoran Gliserol

Reaksi :

NaOH
Trigliserida + Metanol Metil ester + Gliserol

Alur 17
F17metanol = 335,6 kg/jam
N17metanol = 10,48 kmol/jam
F17air = 6,58 kg/jam
F17NaOH = 15,54 kg/jam

32
Alur 14
F14FFA = 8,09 kg/jam
F14trigliserida = 1.554,13 kg/jam
N14trigliserida = 1,81 kmol/jam
14
F metanol = 7,36 kg/jam
14
N metanol = 0,23 kmol/jam
14
F metil ester = 348,89 kg/jam
14
F asam sulfat = 0,01 kg/jam
14
F air = 0,39 kg/jam
F14kotoran = 0,05 kg/jam

Alur 18
Yield reaksi transesterifikasi = 98 % (Warta PPKS, 2008)
Reaksi : Trigliserida + 3 metanol ↔ 3 metil ester + gliserol
Mol awal : 1,81 10,71 – –
Mol reaksi : 1,77 5,31 5,31 1,77
Mol akhir : 0,04 5,4 5,31 1,77

N18trigliserida = 0,04 kmol/jam


F18trigliserida = N18trigliserida x BM trigliserida
= 0,04 kmol/jam x 858 kg/kmol
= 34,32 kg/jam
F18FFA = 8,09 kg/jam
F18metanol = 5,4 x BM metanol
= 5,4 kmol/jam x 32 kg/kmol
= 172,8 kg/jam
18
F metil ester = 5,31 kmol/jam x BM metil ester (dari trigliserida) + F14metil ester
= 5,31 kmol/jam x 287,333 kg/kmol + 348,89 kg/jam
= 1.874,63 kg/jam
N18gliserol = 1,77 kmol/jam
F18gliserol = N18gliserol x BM gliserol
= 1,77 kmol/jam x 92 kg/kmol = 162,84 kg/jam

33
F18NaOH = 15,54 kg/jam
F18asam sulfat = 0,01 kg/jam
F18air = F14air + F17air
= 0,39 kg/jam + 6,58 kg/jam
= 6,97 kg/jam
F18kotoran = 0,05 kg/jam

10. Centrifuge II (H-220)

Trigliserida Trigliserida
18 1 FFA
FFA F F
Metil ester H-220 9 Metil ester
Air Air Kotoran
Kotoran Metanol
Metanol Asam sulfat
Asam sulfat F27 NaOH
NaOH Gliserol

Air
NaOH
Asam
sulfat
Gliserol

Alur 18
F18trigliserida = 34,32 kg/jam
F18FFA = 8,09 kg/jam
F18metanol = 172,8 kg/jam
F18metil ester = 1.874,63 kg/jam
F18gliserol = 162,84 kg/jam
F18NaOH = 15,54 kg/jam
F18asam sulfat = 0,01 kg/jam
F18air = 6,97 kg/jam
F18kotoran = 0,05 kg/jam

34
Alur 27
Asumsi : konversi pemisahan adalah 99 %. Berdasarkan perbedaan densitas maka
produk atas (light liquid yang memiliki densitas rendah) terdiri atas metil ester, FFA,
dan trigliserida dan produk bawah (heavy liquid yang memiliki densitas tinggi)
adalah methanol, gliserol, air, asam sulfat, NaOH, dan kotoran.
F27gliserol = 99 % x F18gliserol
= 0,99 x 162,84 kg/jam
= 161,21 kg/jam
F27air = 99 % x F18air
= 0,99 x 6,97 kg/jam
= 6,9 kg/jam
F27asam sulfat = 99 % x F18asam sulfat
= 0,99 x 0,01 kg/jam = 0,0099 kg/jam
F27NaOH = 99 % x F18NaOH
= 0,99 x 15,54 kg/jam = 15,38 kg/jam
F27kotoran = 99 % x F18kotoran
= 0,99 x 0,05 kg/jam
= 0,0495 kg/jam
F27metanol = 99 % x F18metanol
= 0,99 x 172,8 kg/jam
= 171,07 kg/jam

Alur 19
F19trigliserida = 34,32 kg/jam
F19FFA = 8,09 kg/jam
F19metanol = 1,73 kg/jam
F19metil ester = 1.874,63 kg/jam
F19gliserol = F18gliserol - F27gliserol
= 162,84 kg/jam – 161,21 kg/jam
= 1,63 kg/jam

35
F19NaOH = F18NaOH – F27NaOH
= 15,54 kg/jam – 15,38 kg/jam
= 0,16 kg/jam
19
F asam sulfat = F18asam sulfat - F27asam sulfat
= 0,01 kg/jam – 0,0099 kg/jam
= 0,0001 kg/jam
F19air = F18air - F27air
= 6,97 kg/jam – 6,9 kg/jam
= 0,07 kg/jam
19
F kotoran = F18kotoran – F27kotoran
= 0,05 kg/jam – 0,00495 kg/jam
= 0,0005 kg/jam

11. Reaktor Transesterifikasi II (R-230)


Metanol
Air F22
NaOH
Trigliserida
FFA FFA
F23
Air F 19 Reaktor Metil ester
Trigliserida Air
(R-230)
Metanol Kotoran
Metil ester Metanol
Kotoran Asam sulfat
Asam sulfat NaOH
NaOH Gliserol
Gliserol

Reaksi :

NaOH

36
Trigliserida + Metanol Metil ester + Gliserol
Alur 22
F22metanol = 7,41 kg/jam
22
F air = 0,15 kg/jam
22
F NaOH = 0,34 kg/jam

Alur 19
F19trigliserida = 34,32 kg/jam
N19trigliserida = 0,04 kmol/jam
F19FFA = 8,09 kg/jam
F19metanol = 1,73 kg/jam
N19metanol = 0,05 kmol/jam
F19metil ester = 1.874,63 kg/jam
F19gliserol = 1,73 kg/jam
F19NaOH = 0,16 kmol/jam
F19asam sulfat = 0,0001 kg/jam
F19air = 0,07 kg/jam
F19kotoran = 0,0005 kg/jam

Alur 23
Yield reaksi transesterifikasi = 98 % (Warta PPKS, 2008)
Reaksi : Trigliserida + 3 metanol ↔ 3 metil ester + gliserol
Mol awal : 0,04 0,29 – –
Mol reaksi : 0,0392 0,12 0,12 0,0392
Mol akhir : 0,0008 0,17 0,12 0,0392

N23trigliserida = 0,0008 kmol/jam


F23trigliserida = N23trigliserida x BM trigliserida
= 0,0008 kmol/jam x 858 kg/kmol
= 0,69 kg/jam
F23FFA = 8,09 kg/jam

37
F23metil ester = 0,12 kmol/jam x BM metil ester (dari trigliserida) + F19metil ester
= 0,12 kmol/jam x 287,333 kg/kmol + 1.874,63 kg/jam
= 1.893,94 kg/jam
F23gliserol = 0,0346 kmol/jam x BM gliserol + F19gliserol
= 0,0392 kmol/jam x 92 kg/kmol + 1,77 kg/jam = 5,38 kg/jam
F23metanol = 0,17 kmol/jam x 32 kg/kmol
= 5,44 kg/jam
F23asam sulfat = 0,0001 kg/jam
F23kotoran = 0,0005 kg/jam
23
F air = F22air + F19air
= 0,15 kg/jam + 0,08 kg/jam
= 0,23 kg/jam
F23NaOH = F22NaOH + F19NaOH
= 0,34 kg/jam + 0,17 kg/jam
= 0,51 kg/jam

12. Centrifuge III (H-230)

Trigliserida Trigliserida
FFA 23 2 FFA
F F
Metil ester H-230 4 Metil ester
Air Air Kotoran
Kotoran Metanol
Metanol Asam sulfat
Asam sulfat F28 NaOH
NaOH Gliserol
Gliserol
Air
NaOH
Asam sulfat
Gliserol
Kotoran

Alur 23
F23trigliserida = 0,69 kg/jam
23
F FFA = 8,09 kg/jam

38
F23metil ester = 1.893,94 kg/jam
F23gliserol = 5,38 kg/jam
F23metanol = 5,44 kg/jam
F23asam sulfat = 0,0001 kg/jam
F23kotoran = 0,0005 kg/jam
F23air = 0,23 kg/jam
F23NaOH = 0,51 kg/jam

Alur 28
Asumsi : konversi pemisahan adalah 99 %. Berdasarkan perbedaan densitas maka
produk bawah (light liquid yang memiliki densitas rendah) yang terdiri atas metil
ester, FFA, dan trigliserida dan produk bawah (heavy liquid yang memiliki densitas
tinggi) adalah methanol, gliserol, air, asam sulfat, kotoran dan NaOH.
F28gliserol = 99 % x F23gliserol
= 0,99 x 5,38 kg/jam
= 5,33 kg/jam
28
F air = 99 % x F23air
= 0,99 x 0,23 kg/jam
= 0,22 kg/jam
F28asam sulfat = 99 % x F23asam sulfat
= 0,99 x 0,0001 kg/jam
= 0,000099 kg/jam
F28NaOH = 99 % x F23NaOH
= 0,99 x 0,51 kg/jam
= 0,50 kg/jam
F28kotoran = 99 % x F23kotoran
= 0,99 x 0,0005 kg/jam
= 0,000495 kg/jam
F28metanol = 99 % x F23metanol
= 0,99 x 5,44 kg/jam
= 4,8 kg/jam

39
Alur 24
F24trigliserida = 0,69 kg/jam
24
F FFA = 8,09 kg/jam
24
F metil ester = 1.893,94 kg/jam
24
F metanol = 0,64 kg/jam
24
F gliserol = F23gliserol – F28gliserol
= 5,38 kg/jam - 5,33 kg/jam
= 0,05 kg/jam
F24NaOH = F23NaOH – F28NaOH
= 0,51 kg/jam - 0,50 kg/jam
= 0,01 kg/jam
24
F asam sulfat = F23asam sulfat – F28 asam sulfat
= 0,0001 kg/jam – 0,000099 kg/jam
= 0,0000001 kg/jam
F24air = F23air – F28air
= 0,23 kg/jam – 0,22 kg/jam
= 0,01 kg/jam
24
F kotoran = F23kotoran – F28kotoran
= 0,0005 kg/jam – 0,000495 kg/jam
= 0,000005 kg/jam
Metanol, gliserol, air, asam sulfat, kotoran dan NaOH dapat disebut juga dengan
impurities (I), karna jumlahnya yang relative kecil.
Maka totalnya,
I = 0,71 kg/jam

40
13. Tangki Pengumpul (T-204)

Gliserol
Metanol
NaOH
Asam Sulfat
Gliserol Air
Metanol Kotoran
NaOH
Asam Sulfat F27 F28
Air Air
Kotoran Metanol
F29 Asam
F26 Tangki
Metanol sulfat
Air (T-204) Gliserol
Asam Sulfat NaOH
Kotoran

Alur 26
F26air = 38,17 kg/jam
F26metanol = 728,64 kg/jam
F26asam sulfat = 0,65 kg/jam
Alur 27
F27gliserol = 161,21 kg/jam
F27air = 6,9 kg/jam
F27asam sulfat = 0,0099 kg/jam
F27NaOH = 15,38 kg/jam
F27kotoran = 0,0495 kg/jam
F27metanol = 171,07 kg/jam

Alur 28
F28gliserol = 5,33 kg/jam
28
F air = 0,22 kg/jam
28
F asam sulfat = 0,000099 kg/jam
28
F NaOH = 0,50 kg/jam

41
F28kotoran = 0,000495 kg/jam
F28metanol = 4,8 kg/jam
Alur 29
F29gliserol = F26gliserol + F27gliserol + F28gliserol
= 166,54kg/jam
F29air = F26air + F27 air + F28 air
= 45,29 kg/jam
F29asam sulfat = F26 asam sulfat + F27 asam sulfat + F28 asam sulfat
= 0,019999 kg/jam
29
F NaOH = F27 NaOH + F28 NaOH
= 15,88 kg/jam
F29kotoran = F26 kotoran + F27 kotoran + F28 kotoran
= 0,0499 kg/jam
F29metanol = F26 metanol + F27 metanol + F28 metanol
= 904,51 kg/jam

42
PRHITUNGAN NERACA ENERGI

Basis perhitungan : 1 jam operasi


Satuan : kJ/jam
Temperatur basis : 25 oC = 298,15 oK

Alat yang mengalami perubahan panas antara lain :


- Heater (E-201)
- Reaktor Esterifikasi (R-210)
- Reaktor Transesterifikasi I (R-220)
- Reaktor Transesterifikasi II (R-230)
- Cooler (E-301)
- Heater (E-302)
- Kolom Destilasi (D-310)
- Kondensor (E-303)
- Reboiler (E-304)

Neraca panas menggunakan rumus-rumus berikut :


 Perhitungan panas untuk bahan dalam cair
Qi = N

 Perhitungan panas penguapan


QV = N ∆HVL

 Cpg,,T = a + bT + cT2 + dT3 + eT4


T2


T1
Cpg dT = [a(T2–T1) + b/2(T22–T12) + c/3(T23–T13) + d/4(T2 4–T1 4)

+ e/5(T25–T15)]

43
 Cpl,,T = a + bT + cT2 + dT3
T2


T1
Cpl dT = [a(T2–T1) + b/2(T22–T12) + c/3(T23–T13) + d/4(T24–T 14)]

Tabel LB.1 Data Cp (J/mol K)


Senyawa a B C d e
CH3OH(l) -258,250 3,35820 -1,16388.10-2 1,40516.10-5 -
-2 -4 -7
CH3OH(g) 34,4925 -2,91887.10 2,86844.10 -3,12501.10 1,09833.10-10
H2O(l) 18,2964 4,72118.10-1 -1,33878.10-3 1,31424.10-6 -
H2O(g) 34,0471 -9,65064.10-3 3,29983.10-5 -2,04467.10-8 4,30228.10-12
(Sumber : Reklaitis, 1983)

 Perhitungan estimasi Cp(l) (J/mol K) dengan metode Missenard :


Tabel LB.2 Kontribusi gugus untuk metode Missenard (J/mol K)
Gugus Harga (J/mol.K)
-CH= 22,1752
>CH- 24,9048
-CH2- 28,2054
-CH3 41,6114
-OH 43,9504
-COO- 59,0126
-COOH 78,7300
(Sumber : Reid, dkk ; 1987)

1. Limbah CPO
A. FFA (Asam Lemak Bebas)
 Asam laurat (12:0) : 1,10%
Asam laurat (C12H24O2)
Cp(l) = 10 (-CH2-) + 1(-CH3) + 1(-COOH)
= 10 (28,2054) + 1(41,6114) + 1(78,7300)
= 402,3954 J/mol.K

44
 Asam palmitat (16:0) : 43,60%
Asam palmitat (C16H32O2)
Cp(l) = 14 (-CH2-) + 1(-CH3) + 1(-COOH)
= 14 (28,2054) + 1(41,6114) + 1(78,7300)
= 515,2170 J/mol.K

 Asam stearat (18:0) : 4,50%


Asam stearat (C18H36O2)
Cp(l) = 16 (-CH2-) + 1(-CH3) + 1(-COOH)
= 16 (28,2054) + 1(41,6114) + 1(78,7300)
= 571,6278 J/mol.K
 Asam oleat (18:1) : 40,50%
Asam oleat (C18H34O2)
Cp(l) = 14 (-CH2-) + 1(-CH3) + 1(-COOH) + 2 (-CH=)
= 14 (28,2054) + 1(41,6114) + 1(78,7300) + 2 (22,1752)
= 559,5674 J/mol.K

 Asam linoleat (18:2) : 10,10%


Asam linoleat (C18H32O2)
Cp(l) = 12 (-CH2-) + 1(-CH3) + 1(-COOH) + 4 (-CH=)
= 12 (28,2054) + 1(41,6114) + 1(78,7300) + 4 (22,1752)
= 547,5070 J/mol.K

 Asam linolenat (18:3) : 0,20%


Asam linolenat (C18H30O2)
Cp(l) = 10 (-CH2-) + 1(-CH3) + 1(-COOH) + 6 (-CH=)
= 10 (28,2054) + 1(41,6114) + 1(78,7300) + 6 (22,1752) = 535,4466 J/mol.K
Cp(l) FFA = [(1,10% (402,3954) + 43,60% (515,217) + 4,50% (571,6278) + 40,50%
(559,5674) + 10,10% (547,507) + 0,20% (535,4466)]
= 537,7781 J/mol.K

45
B. Trigliserida (gliseril palmito diolein)
Trigliserida (C55H102O6)
Cp(l) = 44 (-CH2-) + 3 (-CH3) + 3 (-COO-) + 4 (-CH=) + 1 (>CH-)
= 44 (28,2054) + 3 (41,6114) + 3 (59,0126) + 4 (22,1752) + 1 (24,9048)
= 1656,5152 J/mol.K

2. Metil Ester
a. Metil ester dari esterifikasi (metil ester berasal dari FFA)
 Metil Laurat (C13H26O2)
Cp(l) = 10 (-CH2-) + 2 (-CH3) + 1(-COO-)
= 10 (28,2054) + 2 (41,6114) + 1 (59,0126)
= 424,2894 J/mol.K

 Metil Palmitat (C17H34O2)


Cp(l) = 14 (-CH2-) + 2 (-CH3) + 1(-COO-)
= 14 (28,2054) + 2 (41,6114) + 1 (59,0126)
= 537,1110 J/mol.K

 Metil Stearat (C19H38O2)


Cp(l) = 16 (-CH2-) + 2 (-CH3) + 1(-COO-)
= 16 (28,2054) + 2 (41,6114) + 1 (59,0126)
= 593,5218 J/mol.K

 Metil Oleat (C19H36O2)


Cp(l) = 14 (-CH2-) + 2 (-CH3) + 1(-COO-) + 2 (-CH=)
= 14 (28,2054) + 2 (41,6114) + 1 (59,0126) + 2 (22,1752)
= 581,4614 J/mol.K

 Metil Linoleat (C19H34O2)


Cp(l) = 12 (-CH2-) + 2 (-CH3) + 1(-COO-) + 4 (-CH=)
= 12 (28,2054) + 2 (41,6114) + 1 (59,0126) + 4 (22,1752)
= 569,4010 J/mol.K

46
 Metil Linolenat (C19H34O2)
Cp(l) = 10 (-CH2-) + 2 (-CH3) + 1(-COO-) + 6 (-CH=)
= 10 (28,2054) + 2 (41,6114) + 1 (59,0126) + 6 (22,1752)
= 557,3406 J/mol.K

Cp metil ester rata-rata =1,10% (424,2894) + 43,60% (537,111) + 4,50% (593,5218)


+ 40,50% (581,4614) + 10,10% (569,401) + 0,2%(557,3406)
= 559,6721 J/mol.K

b. Metil ester dari transesterifikasi (metil ester dari trigliserida)


Cp total = 42 (-CH2-) + 6 (-CH3) + 3 (-COO-) + 4 (-CH=)
= 42 (28,2054) + 6 (41,6114) + 3 (59,0126) + 4 (22,1752)
= 1700,0338 J/mol.K

1700,0338 J/mol K
Maka Cp(l) metil ester rata-rata =
3
= 566,7793 J/mol K

3. Gliserol
Cp(l) = 2 (-CH2-) + 3 (-OH) + 1 (>CH-)
= 2 (28,2054) + 3 (43,9504) + 1(24,9048)
= 213,1668 J/mol.K

 Perhitungan estimasi Cp(s) (J/mol K) dengan menggunakan Metode Hurst dan


Harisson
Tabel LB.3 Kontribusi Elemen Atom untuk Metode Hurst dan Harisson (J/mol K)
Atom Harga (J/mol.K)
C 10,89
H 7,56
O 13,42
(Sumber : Perry, 1997)

47
1. Limbah CPO
A. FFA
 Asam laurat (12:0) : 1,10%
Asam laurat (C12H24O2)
Cp(s) = 12 (C) + 24 (H) + 2(O)
= 12 (10,89) + 24 (7,56) + 2 (13,42)
= 338,9600 J/mol.K

 Asam palmitat (16:0) : 43,60%


Asam palmitat (C16H32O2)
Cp(s) = 16 (C) + 32 (H) + 2(O)
= 16 (10,89) + 32 (7,56) + 2 (13,42)
= 435,4400 J/mol.K

 Asam stearat (18:0) : 4,50%


Asam stearat (C18H36O2)
Cp(s) = 18 (C) + 36 (H) + 2(O)
= 18 (10,89) + 36 (7,56) + 2 (13,42)
= 495,0200 J/mol.K

 Asam oleat (18:1) : 40,50%


Asam oleat (C18H34O2)
Cp(s) = 18 (C) + 34 (H) + 2(O)
= 18 (10,89) + 34 (7,56) + 2 (13,42)
= 479,9000 J/mol.K

 Asam linoleat (18:2) : 10,10%


Asam linoleat (C18H32O2)
Cp(s) = 18 (C) + 32 (H) + 2(O)
= 18 (10,89) + 32 (7,56) + 2 (13,42)
= 464,7800 J/mol.K

48
 Asam linolenat (18:3) : 0,20%
Asam linolenat (C18H30O2)
Cp(s) = 18 (C) + 30 (H) + 2(O)
= 18 (10,89) + 30 (7,56) + 2 (13,42)
= 449,6600 J/mol.K

Cp(s) FFA = [1,1% (338,96) + 43,60% (435,44) + 4,50%(495,02)


+40,50%(479,9) + 10,10%(464,78) + 0,2%(449,66)] J/mol.K
= 458,0579 J/mol.K

B. Trigliserida (sebagai palmito-diolein)


Trigliserida (C55H102O6)
Cp(s) = 55 (C) + 102 (H) + 6 (O)
= 55 (10,89) + 102 (7,56) + 6 (13,42)
= 1450,59 J/mol.K

 Perhitungan estimasi H f ( 298) (kJ/mol) dengan menggunakan Metode Joback

Tabel LB.4 Kontribusi Gugus untuk Metode Joback (kJ/mol)


Gugus Harga (kJ/mol)
-CH= 37,97
>CH- 29,89
-CH2- -20,64
-CH3 -76,45
-OH -208,04
-COO- -337,92
-COOH -426,72
(Sumber : Reid, 1987)

Rumus : ∆H0f (298,15) = 68,29 + ∑ nj . ∆j .................................................. (Reid, 1987)

1. Asam lemak (FFA)

49
Asam lemak (FFA)
 Asam laurat (12:0) : 1,10%
Asam laurat (C12H24O2)
0
∆H f (298,15) = 68,29 + [10 (-CH2-) + 1(-CH3) + 1(-COOH)]
= 68,29 + [10 (-20,64) + 1(-76,45) + 1(-426,72)]
= -641,2800 kJ/mol

 Asam palmitat (16:0) : 43,60%


Asam palmitat (C16H32O2)
0
∆H f (298,15) = 68,29 + [14 (-CH2-) + 1(-CH3) + 1(-COOH)]
= 68,29 + [14 (-20,64) + 1(-76,45) + 1(-426,72)]
= -723,8400 kJ/mol

 Asam stearat (18:0) : 4,50%


Asam stearat (C18H36O2)
0
∆H f (298,15) = 68,29 + [16 (-CH2-) + 1(-CH3) + 1(-COOH)]
= 68,29 + [16 (-20,64) + 1(-76,45) + 1(-426,72)]
= -765,1200 kJ/mol

 Asam oleat (18:1) : 40,50%


Asam oleat (C18H34O2)
0
∆H f (298,15) = 68,29 + [14 (-CH2-) + 1(-CH3) + 1(-COOH) + 2 (-CH=)]
= 68,29 + [14 (-20,64) + 1(-76,45) + 1(-426,72) + 2 (37,97)]
= -647,9000 kJ/mol

 Asam linoleat (18:2) : 10,10%


Asam linoleat (C18H32O2)
0
∆H f (298,15) = 68,29 +[12 (-CH2-) + 1(-CH3) + 1(-COOH) + 4 (-CH=)]
= 68,29 + [12 (-20,64) + 1(-76,45) + 1(-426,72) + 4 (37,97)]
= -530,6800 kJ/mol

 Asam linolenat (18:3) : 0,20%

50
Asam linolenat (C18H30O2)
∆H0f (298,15) = 68,29 + [10 (-CH2-) + 1(-CH3) + 1(-COOH) + 6 (-CH=)]
= 68,29 + [10 (-20,64) + 1(-76,45) + 1(-426,72) + 6 (37,97)]
= -413,4600 kJ/mol

Maka, AH0f (298,15) FFA = [1,1% (-641,28) + 43,60% (-723,84) + 4,50% (-765,12) +
40,50% (-647,9) +10,10% (-530,68) + 0,2% (-413,46)]
= - 673,9038 kJ/mol

2. Trigliserida (gliserin palmito diolein)


Trigliserida (C55H104O6)
∆H0f (298,15) = 68,29+[44 (-CH2-) + 3 (-CH3) + 3 (-COO-) + 4 (-CH=) + 1 (>CH-)]
= 68,29+[44 (-20,64) + 3 (-76,45)+ 3(-337,92) + 4(37,97) + 1 (29,89)]
= -1901,2100 kJ/mol

3. Metil Ester
a. Metil Ester dari esterifikasi (FFA)
 Metil Laurat (C13H26O2)
∆H0f (298,15) = 68,29 + [10 (-CH2-) + 2 (-CH3) + 1(-COO-)]
= 68,29 + [10 (-20,64) + 2 (-76,45) + 1 (-337,92)]
= -705,3800 kJ/mol

 Metil Palmitat (C17H34O2)


∆H0f (298,15) = 68,29 + [14 (-CH2-) + 2 (-CH3) + 1(-COO-)]
= 68,29 + [14 (-20,64) + 2 (-76,45) + 1 (-337,92)]
= -711,4900 kJ/mol

 Metil Stearat (C19H38O2)


0
∆H f (298,15) = 68,29 + [16 (-CH2-) + 2 (-CH3) + 1(-COO-)]
= 68,29 + [16 (-20,64) + 2 (-76,45) + 1 (-337,92)] = -752,7700 kJ/mol
 Metil Oleat (C19H36O2)

51
∆H0f (298,15) = 68,29 +[14 (-CH2-) + 2 (-CH3) + 1(-COO-) + 2 (-CH=)]
= 68,29 + [14 (-20,64) + 2 (-76,45) + 1 (-337,92) + 2 (37,97)]
= -635,5500 kJ/mol

 Metil Linoleat (C19H34O2)


∆H0f (298,15) = 68,29 + [12 (-CH2-) + 2 (-CH3) + 1(-COO-) + 4 (-CH=)]
= 68,29 + [12 (-20,64) + 2 (-76,45) + 1 (-337,92) + 4 (37,97)]
= -518,3300 kJ/mol

 Metil Linolenat (C19H34O2)


∆H0f (298,15) = 68,29 + [10 (-CH2-) + 2 (-CH3) + 1(-COO-) + 6 (-CH=)]
= 68,29 + [10 (-20,64) + 2 (-76,45) + 1 (-337,92) + 6 (37,97)]
= -401,1100 kJ/mol

∆H0f (298,15) Metil Ester = 1,10% (-705,38) + 43,60% (-711,49) + 4,50% (-752,77) +
40,50% (-635,55) + 10,10% (-518,33) + 0,2% (-401,11)
= -662,3948 kJ/mol

b. Metil ester dari transesterifikasi (trigliserida)


∆H0f (298,15) = 68,29 + [42 (-CH2-) + 6 (-CH3) + 3 (-COO-) + 4 (-CH=)
= 68,29 + [42 (-20,64) + 6 (-76,45)+ 3(-337,92) + 4(37,97)]
= -2119,1700 kJ/mol
∆H0f (298,15) rata-rata = -2119,1700 kJ mol-1 / 3 = -706,39 kJ/mol

Tabel LB.5 Panas Reaksi Pembentukan [kJ/mol]


Komponen ∆Hf,298,15
CH3OH -201,1667
H2O -241,8352
Gliserol (C3H8O3) 584,9232
(Sumber: Reklaitis, 1983)
 Nilai Panas Laten Penguapan (∆HVL)

52
Tabel LB.6 Nilai Panas Laten Penguapan ∆H VL
Senyawa ∆HVL (J/mol)
CH3OH 35270,4
H2O 40656,2
(Sumber : Reklaitis, 1983)

Tabel LB.7 Data Air Pemanas dan Air Pendingin yang Digunakan
T (0C) H (kJ/kg) λ (kJ/kg)
Air pendingin 30 125,7 -
Air proses 60 251,1 -
Saturated steam 100 - 2256,9
(Sumber: Smith,1983)

53
1. Heater (E-201)
Saturated steam (T=1000C)

Trigliserida (l) E-201 Trigliserida (l)


FFA (l) 9 10 FFA (l)
Air (l) T = 63 oC Air (l)
Kotoran (l) P = 1 atm Kotoran
T = 30oC, T = 63 oC,
P = 1 atm P = 1 atm

Kondensat (T = 100 0C)

Perhitungan Panas Bahan Masuk Heater (E-201)


Alur 9
303.15 K

 Cp (trigliserida) dT
298,15 K
= 1.656,5152 J/mol K (303,15 – 298,15) K

= 8.282,58 J/mol = 8.282,58 kJ/kmol


303.15 K

 Cp (FFA) dT
298,15 K
= 537,7781J/mol K (303,15 – 298,15) K

= 2.688,89 J/mol = 2.688,89 kJ/kmol

4,72118.10 1
303.15 K

 Cp (l )
298,15 K
(air) dT = [18,2964 (303,15 – 298,15) +
2
(303,152 -

- 1,33878.10 -3
298,152) + (303,153 – 298,153) +
3
1,31424.10 -6
(303,154 – 298,154)
4
= 374,7055 J/mol = 374,7055 kJ/kmol
303.15 K

 Cp ( s) (kotoran) dT = 1,381 kJ/kg K (303,15 – 298,15) K


298,15 K

= 6,905 kJ/kg x 60,09 kg/kmol


= 414,92 kJ/kmol

54
Tabel LB.8 Perhitungan Panas Bahan Masuk Heater (E-201)
Komponen 9
N senyawa 303,15 303,15

  senyawa Cp dT
9
Cp dT Qi N
(i) 298,15 298,15

kmol/jam kJ/kmol kJ/jam


FFA 1,26 2.688,89 3.388,00
Trigliserida 1,81 8.282,58 14.991,47
Air 0,032 374,7055 11,99
Kotoran 0,000832 414,92 0,34
Qin alur 9 18.391,8

Perhitungan Panas Bahan Keluar Heater (E-201)


Alur 10
336.15 K

 Cp (trigliserida) dT
298,15 K
= 1.656,5152 J/mol K (336,15 – 298,15) K

= 62.947,5776 J/mol = 62.947,5776 kJ/kmol


336.15 K

 Cp (FFA) dT
298,15 K
= 537,7781J/mol K (336,15 – 298,15) K

= 20.435,5678 J/mol = 20.435,5678 kJ/kmol

4,72118.10 1
336.15 K

 Cp (l)
298,15 K
(air) dT = [18,2964 (336,15 – 298,15) +
2
(336,152 -

- 1,33878.10 -3
298,152) + (336,153 – 298,153) +
3
1,31424.10 -6
(336,154 – 298,154)
4
= 2860,7378 J/mol = 2860,7378 kJ/kmol

55
336.15 K

 Cp (s )
298,15 K
(kotoran) dT = 1,381 kJ/kg K (336,15 – 298,15) K

= 52,478 kJ/kg x 60,09 kg/kmol


= 3.13,4030 kJ/kmol
Tabel LB.8 Perhitungan Panas Bahan Keluar Heater (E-201)
Komponen 10
N senyawa 336,15 336,15

 Cp dT  N senyawa Cp dT
10
Qi
(i) 298,15 298,15

kmol/jam kJ/kmol kJ/jam


FFA 1,26 20.435,57 25.748,81
Trigliserida 1,81 62.947,58 113.935,12
Air 0,032 2.860,74 91,54
Kotoran 0,000832 3.153,40 2,62
Qin alur 10 139.778,09

dQ/dT = Qout - Qin


= 139.778,09 kJ/jam - 18.391,8 kJ/jam
= 121.386,29 kJ/jam

Maka, steam yang diperlukan adalah :


dQ/dT
ms =
H steam

121.386,29 kJ/jam
=
2256,9 kJ/kg
= 53,78 kg/jam

56
1. Reaktor Esterifikasi (R-210)

57
1. Reaktor esterifikasi Saturated steam (T=1000C)
(R210)
Trigliserida
FFA Air
Kotoran 10
T = 63 oC, 1 atm Trigliserida
FFA
Asam sulfat R-210 Metil Ester
13
Air T = 63 0C Metanol
T = 30 oC, 1 atm 11 P = 1 atm Air
Asam sulfat
T = 63 oC, 1 atm
Metanol
Air 12
T = 30 oC, 1 atm

Kondensat (100 0C)

Reaksi yang terjadi :


Asam sulfat
Asam lemak (FFA) + Metanol Metil Ester + Air

Panas Masuk = Panas Keluar + Akumulasi


Asumsi : Keadaan steady state, sehingga akumulasi = 0
Maka : Panas Masuk = Panas Keluar
dQ/dt = r.∆Hr + Qout - Qin
dQ/dt = r.∆Hr (Tr) + [ ( ∑outlet streams Nis (Hs (Ti) – Hs (Tr)) - ∑inlet streams Nks (Hs (Tk)
- Hs (Tr))] (Reklaitis, 1983)
T out T in
dQ/dt = r.∆Hr (Tr) + ∑ Nsout  Cp dT
T ref
- ∑ Nsin  Cp
T ref
dT

58
Konversi FFA = 98%
- X N inFFA
r1 =
 FFA
- 0,98 x 1,26 kmol/jam
=
-1
= 1,23 kmol/jam

Perhitungan panas reaksi :


∆Hr (298) = [(∆H0f , Metil Ester + ∆H0f , Air) – (∆H0f, FFA + ∆H0f , Metanol)]
= [(-662,3948 + (-241,8352)) – (-673,9038 + (-201,1667))] kJ/mol
= -29,1595 kJ/mol = -29,1595 x 103 kJ/kmol
r1 x ∆Hr (298) = 1,23 kmol/jam x (-29,1595 x 103 kJ/kmol)
= -35.866,19 kJ/jam

Perhitungan Panas Bahan Masuk Reaktor Esterifikasi (R-210)


Alur 10
336.15 K

 Cp (trigliserida) dT
298,15 K
= 1.656,5152 J/mol K (336,15 – 298,15) K

= 62.947,5776 J/mol = 62947,5776 kJ/kmol


336.15 K

 Cp (FFA) dT
298,15 K
= 537,7781J/mol K (336,15 – 298,15) K

= 20.435,5678 J/mol = 20435,5678 kJ/kmol

4,72118.10 1
336.15 K

 Cp (l)
298,15 K
(air) dT = [18,2964 (336,15 – 298,15) +
2
(336,152 -

- 1,33878.10 -3
298,152) + (336,153 – 298,153) +
3
1,31424.10 -6
(336,154 – 298,154)
4
= 2.860,7378 J/mol = 2.860,7378 kJ/kmol
336.15 K

 Cp (s ) (kotoran)
dT = 1,381 kJ/kg K (336,15 – 298,15) K
298,15 K

59
= 52,478 kJ/kg x 60,09 kg/kmol
= 3153,4030 kJ/kmol

Tabel LB.8 Perhitungan Panas Bahan Masuk Reaktor Esterifikasi (R-210)


Komponen 10
N senyawa 336,15 336,15

 Cp N Cp dT
10
dT Qi senyawa
(i) 298,15 298,15

kmol/jam kJ/kmol kJ/jam


FFA 1,26 20.435,57 25.748,81
Trigliserida 1,81 62.947,58 113.935,12
Air 0,032 2.860,74 91,54
Kotoran 0,000832 3.153,40 2,62
Qin alur 10 139.778,09

Alur 11
303.15 K

 Cp (air) dT
298,15 K
= 374,7055 kJ/kmol

Cp asam sulfat(l) 97% pada 20 0C = 0,341 cal/gr = 139,8209 kJ/kmol K (Perry, 1997)
298,15 K

 Cp (asam sulfat) dT
293,15 K
= 139,8209 (298,15 – 293,15)

= 699,1045 kJ/kmol
303.15 K

 Cp (asam sulfat) dT
298,15 K
= 699,1045 + 139,8209 (303,15 – 298,15)

= 1398,2090 kJ/kmol

Tabel LB.9 Perhitungan Panas Bahan Masuk Reaktor Esterifikasi (R-210)

60
Komponen 11
N senyawa 303,15 303,15

 Cp N Cp dT
11
dT Qi senyawa
(i) 298,15 298,15

kmol/jam kJ/kmol kJ/jam


Asam sulfat 0,0067 1.398,21 9,37
Air 0,0013 374,71 0,49
Qin alur 11 9,86

Alur 12
T2


T1
Cp methanol (l) dT = [a(T2–T1) + b/2(T22–T1 2) + c/3(T2 3–T1 3) + d/4(T2 4–T1 4)]

303.15 K
3,35820
 Cp (metanol) dT
298,15 K
= [-258,250 (303,15 – 298,15) +
2
(303,152 – 298,152)

- 1,16388.10 -2 3 3 1,40516.10 -5
+ (303,15 – 298,15 ) +
3 4
(303,154 – 298,154)
= 406,1177 kJ/kmol
303.15 K

 Cp (air) dT
298,15 K
= 374,7055 kJ/kmol

Tabel LB.10 Perhitungan Panas Bahan Masuk Reaktor Esterifikasi (R-210)


Komponen 12
N senyawa 303,15 303,15

 Cp N Cp dT
12
dT Qi senyawa
(i) 298,15 298,15

kmol/jam kJ/kmol kJ/jam


Metanol 24,23 406,12 9.840,29
Air 0,89 374,71 333,49
Qin alur 12 10.173,78

Maka Qin total = Q10 + Q11 + Q12


= 139.778,09 kJ/jam + 9,86 kJ/jam + 10.173,78 kJ/jam
= 149.961,73 kJ/jam
Perhitungan Panas Bahan Keluar Reaktor Esterifikasi (R-210)

61
Alur 13
336.15 K

 Cp (trigliserida) dT
298,15 K
= 6.2947,5776 kJ/kmol

336.15 K

 Cp (FFA) dT
298,15 K
= 20.435,5678 kJ/kmol

336.15 K

 Cp (metil ester) dT
298,15 K
= 559,6721 J/mol K (336,15 – 298,15) K

= 21.267,5398 J/mol = 21.267,5398 kJ/kmol


336.15 K
3,35820
 Cp (metanol) dT
298,15 K
= [-258,250 (336,15 – 298,15) +
2
(336,152 – 298,152)

- 1,16388.10 -2 1,40516.10 -5
+ (336,153 – 298,153) +
3 4
(336,154 – 298,154)
= 3.214,1353 kJ/kmol
336.15 K

 Cp (air) dT
298,15 K
= 2.860,7378 kJ/kmol

336.15 K

 Cp (asam sulfat) dT
298,15 K
= 699,1045 + 139,8209 (336,15 – 298,15)

= 6.012,2987 kJ/kmol
336.15 K

 Cp
298,15 K
(s ) (kotoran)
dT = 3.153,4030 kJ/kmol

62
Tabel LB.11 Perhitungan Panas Bahan Keluar Reaktor Esterifikasi (R-210)
Komponen 13
N senyawa 336,15 336,15

 Cp N Cp dT
13
dT Qi senyawa
(i) 298,15 298,15

kmol/jam kJ/kmol kJ/jam


Trigliserida 1,81 62.947,58 133.935.12
FFA 0,03 20.435,57 613,07
Metil Ester 1,23 21.267,54 26.159,07
Metanol 23 3.214,14 73.925,22
Air 2,14 2.860,74 6.121,98
Asam sulfat 0,0067 6.012,29 40,28
Kotoran 0,000832 3.153,40 2,62
Qout alur 13 240.797,36

dQ/dT = Qout - Qin total + r1. ∆Hr


= 240.797,36 kJ/jam - 149.961,73 kJ/jam - 35.866,19 kJ/jam
= 54.969,44 kJ/jam
Reaktor menggunakan steam uap panas sebagai media pemanas yang masuk pada
suhu 100 0C dan tekanan 1 atm, kemudian keluar sebagai kondensat pada suhu 100
0
C dan tekanan 1 atm.
∆Hsteam = H(steam) 100 0C – H(kondensat) 100 0C
= 2676,0 kJ/kg – 419,1 kJ/kg
= 2256,9 kJ/kg
∆Hsteam = λ (100 0C)

Maka, steam yang diperlukan adalah :


dQ/dT
ms =
H steam
54.069,44 kJ/jam
=
2256,9 kJ/kg
= 24,36 kg/jam

63
2. Reaktor Transesterifikasi (R-220)

Trigliserida Saturated steam (T=100 oC)


FFA

Metanol 14 Trigliserida
Air 3. FFA
R-220 Metil Ester
Kotoran
T = 63 oC 18 Metanol
o P = 1 atm Gliserol
T = 63 C, 1
t Air
Metanol 17 Asam sulfat
NaOH NaOH
Air T = 63 oC, 1
T = 30 oC, 1 atm
Kondensat (T = 100 oC)

Reaksi yang terjadi :

NaOH
Trigliserida + 3 Metanol 3 Metil Ester + Gliserol

Perhitungan laju reaksi (r) :


Konversi Trigliserida = 98%
- X N intrigliserida
r1 =
 trigliserida
- 0,98 x 1,81 kmol/jam
=
-1
= 1,77 kmol/jam

64
Perhitungan panas reaksi :
∆Hr (298) = [(3 x ∆H0f , Metil Ester + ∆H0f , gliserol) – (∆H0f, trigliserida + 3 x ∆H0f , Metanol)]
= [(3 x (-706,39) + (584,9232)) – (-1901,2100 + (3 x (-201,1667))]
= 970,4633 kJ/mol = 970,4633.103 kJ/kmol

r1 x ∆Hr (298) = 1,77 kmol/jam x (970,4633.103 kJ/kmol)


= 1.684.821,335 kJ/jam

Perhitungan Panas Bahan Masuk Reaktor Transesterifikasi I (R-220)


Alur 14
336.15 K

 Cp (trigliserida) dT
298,15 K
= 6.2947,5776 kJ/kmol

336.15 K

 Cp (FFA) dT
298,15 K
= 20.435,5678 kJ/kmol

336.15 K

 Cp (metil ester) dT
298,15 K
= 559,6721 J/mol K (336,15 – 298,15) K

= 21.267,5398 J/mol = 21.267,5398 kJ/kmol


336.15 K
3,35820
 Cp (metanol) dT
298,15 K
= [-258,250 (336,15 – 298,15) +
2
(336,152 – 298,152)

- 1,16388.10 -2 3 3 1,40516.10 -5
+ (336,15 – 298,15 ) +
3 4
(336,154 – 298,154)
= 3.214,1353 kJ/kmol
336.15 K

 Cp (air) dT
298,15 K
= 2.860,7378 kJ/kmol

298,15 K

 Cp (asam sulfat) dT
293,15 K
= 139,8209 (298,15 – 293,15)

= 699,1045 kJ/kmol
336.15 K

 Cp (asam sulfat) dT = 699,1045+139,8209 (336,15 – 298,15) =6.012,2987 kJ/kmol


298,15 K

65
336.15 K

 Cp
298,15 K
(s ) (kotoran)
dT = 3.153,4030 kJ/kmol

Tabel LB.11 Perhitungan Panas Bahan Masuk Reaktor Transesterifikasi (R-220)


Komponen 14
N senyawa 336,15 336,15

 Cp N Cp dT
14
dT Qi senyawa
(i) 298,15 298,15

kmol/jam kJ/kmol kJ/jam


Trigliserida 1,81 62.947,58 133.935.12
FFA 0,03 20.435,57 613,07
Metil Ester 1,23 21.267,54 26.159,07
Metanol 0,23 3.214,14 739,25
Air 0,022 2.860,74 62,93
Asam sulfat 0,0001 6.012,29 0,6
Kotoran 0,000832 3.153,40 2,62
Qout alur 14 161.512,66

Alur 17
303.15 K
3,35820
 Cp (metanol) dT
298,15 K
= [-258,250 (303,15 – 298,15) +
2
(303,152 – 298,152)

- 1,16388.10 -2 1,40516.10 -5
+ (303,153 – 298,153) +
3 4
(303,154 – 298,154) = 406,1177 kJ/kmol

4,72118.10 1
303.15 K

 Cp (l)
298,15 K
(air) dT = [18,2964 (303,15 – 298,15) +
2
(303,152 -

- 1,33878.10 -3
298,152) + (303,153 – 298,153) +
3
1,31424.10 -6
(303,154 – 298,154)
4
= 374,7055 J/mol = 374,7055 kJ/kmol
Cp NaOH (l) 99% pada 19 oC = 137, 856 kJ/kmol K (Perry, 1997)

66
298,15 K

 Cp (NaOH) dT
292,15 K
= 137,856 (298,15 – 292,15)

= 827,136 kJ/kmol
303.15 K

 Cp (NaOH) dT
298,15 K
= 827,136 + 137,856 (303,15 – 298,15)

= 1516,416 kJ/kmol
Tabel LB.15 Perhitungan Panas Bahan Masuk Reaktor Transesterifikasi I (R-220)
Komponen 17
N senyawa 303,15 303,15

 Cp N Cp dT
17
dT Qi senyawa
(i) 298,15 298,15

kmol/jam kJ/kmol kJ/jam


Metanol 10,71 406,1177 4.349,54
NaOH 0,39 1.516,416 591,40
Air 0,36 374,7055 134,64
Qin alur 17 5.075,58

Maka Qin total = Q14 + Q17


= 161.512,66 kJ/jam + 5.075,58 kJ/jam
= 166.588,24 kJ/jam

Perhitungan Panas Bahan Keluar Reaktor Transesterifikasi I (R-220)


Alur 18
336.15 K

 Cp (trigliserida) dT
298,15 K
= 62947,5776 kJ/kmol

336.15 K

 Cp (FFA) dT
298,15 K
= 20435,5678 kJ/kmol

336.15 K

 Cp (metil ester) dT
298,15 K
= 566,7793 J/mol K (336,15 – 298,15) K

= 21537,6134 J/mol = 21537,6134 kJ/kmol

67
336.15 K

 Cp (metanol) dT
298,15 K
= 3214,1353 kJ/kmol

336.15 K

 Cp (gliserol) dT
298,15 K
= 213,1668 J/mol K (336,15 – 298,15) K

= 8100,3384 J/mol = 8100,3384 kJ/kmol


336.15 K

 Cp (air) dT
298,15 K
= 2860,7378 kJ/kmol

336.15 K

 Cp (asam sulfat) dT
298,15 K
= 6012,2987 kJ/kmol

298,15 K

 Cp (NaOH) dT
292,15 K
= 137,856 (298,15 – 292,15)

= 827,136 kJ/kmol
336.15 K

 Cp (NaOH) dT
298,15 K
= 827,136 + 137,856 (336,15 – 298,15)

= 6065,664 kJ/kmol
336.15 K

 Cp (s ) (kotoran)
dT = 3153,4030 kJ/kmol
298,15 K

68
Tabel LB.16 Perhitungan Panas Bahan Keluar Reaktor Transesterifikasi I (R-220)
Komponen 18
N senyawa 336,15 336,15

 Cp dT  N senyawa Cp dT
18
Qi
(i) 298,15 298,15

kmol/jam kJ/kmol kJ/jam


Trigliserida 0,04 62.947,58 2.222,05
FFA 0,03 20.435,57 574,24
Metil Ester 6,52 21.537,61 141.551,66
Metanol 5,4 3.214,13 17.011,78
Gliserol 1,77 8.100,34 14.026,55
Asam sulfat 0,0001 6.012,29 0,6
NaOH 0,39 6.065,66 2.298,28
Air 0,39 2.860,74 1.129,42
Kotoran 0,000832 3.153,40 2,6
Qout alur 18 178.817,18

dQ/dT = Qout - Qin total + r1. ∆Hr


= 178.817,18 kJ/jam - 166.588,24 kJ/jam + 1.684.821,335 kJ/jam
= 1.697.050,27 kJ/jam

Maka, steam yang diperlukan adalah :


dQ/dT
ms =
H steam

1.697.050,27 kJ/jam
=
2256,9 kJ/kg
= 751,94 kg/jam

69
4. Reaktor Transesterifikasi II (R-230)

Trigliserida (l)
FFA (l) Saturated steam (T=100 oC)
Metil Ester (l)
Metanol (l)
Trigliserida (l)
Gliserol (l) 19 FFA (l)
Air (l)
Asam 4. sulfat (l)
R-230 Metanol (l)
NaOH (l) 23
T = 63 oC Gliserol (l)
Kotoran (s)
P = 1 atm Air (l)
T = 63 oC, 1 atm
Asam sulfat (l)
5. 22 24 NaOH (l)
Metanol (l)
NaOH 6.(l) Kotoran (s)
Air (l) T = 63 oC, 1
T = 30 oC, 1 atm at
Kondensat (T = 100 0C)

Reaksi yang terjadi :

NaOH
Trigliserida + 3Metanol 3Metil ester + Gliserol

Perhitungan laju reaksi (r) :


Konversi Trigliserida = 98%
- X N intrigliserida
r1 =
 trigliserida
- 0,98 x 0,04 kmol/jam
=
-1
= 0,0392 kmol/jam

70
Perhitungan panas reaksi :
∆Hr (298) = [(3 x ∆H0f , Metil Ester + ∆H0f , gliserol) – (∆H0f, trigliserida + 3 x ∆H0f , Metanol)]
= [(3 x (-706,39) + (584,9232)) – (-1901,2100 + (3 x (-201,1667))]
= 970,4633 kJ/mol = 970,4633.103 kJ/kmol

r1 x ∆Hr (298) = 0,0392 kmol/jam x (970,4633.103 kJ/kmol)


= 38.042,16 kJ/jam

Perhitungan Panas Bahan Masuk Reaktor Transesterifikasi II (R-230)


Alur 19
336.15 K

 Cp (trigliserida) dT
298,15 K
= 62947,5776 kJ/kmol

336.15 K

 Cp (FFA) dT
298,15 K
= 20435,5678 kJ/kmol

336.15 K

 Cp (metil ester) dT
298,15 K
= 566,7793 J/mol K (336,15 – 298,15) K

= 21537,6134 J/mol = 21537,6134 kJ/kmol


336.15 K

 Cp (metanol) dT
298,15 K
= 3214,1353 kJ/kmol

336.15 K

 Cp (gliserol) dT
298,15 K
= 213,1668 J/mol K (336,15 – 298,15) K

= 8100,3384 J/mol = 8100,3384 kJ/kmol


336.15 K

 Cp (air) dT
298,15 K
= 2860,7378 kJ/kmol

336.15 K

 Cp (asam sulfat) dT
298,15 K
= 6012,2987 kJ/kmol

298,15 K

 Cp (NaOH) dT
292,15 K
= 137,856 (298,15 – 292,15)

= 827,136 kJ/kmol

71
336.15 K

 Cp (NaOH) dT
298,15 K
= 827,136 + 137,856 (336,15 – 298,15)

= 6065,664 kJ/kmol
336.15 K

 Cp
298,15 K
(s ) (kotoran)
dT = 3153,4030 kJ/kmol

Tabel LB.16 Perhitungan Panas Bahan Masuk Reaktor Transesterifikasi II (R-230)


Komponen 19
N senyawa 336,15 336,15

 Cp dT  N senyawa Cp dT
19
Qi
(i) 298,15 298,15

kmol/jam kJ/kmol kJ/jam


Trigliserida 0,04 62.947,58 2.222,05
FFA 0,03 20.435,57 574,24
Metil Ester 6,52 21.537,61 141.551,66
Metanol 0,054 3.214,13 173,56
Gliserol 0,018 8.100,34 145,8
Asam sulfat 0,000001 6.012,29 0,006
NaOH 0,004 6.065,66 24,26
Air 0,0039 2.860,74 11,15
Kotoran 0,00000832 3.153,40 0,026
Qout alur 19 142.480,702

Alur 22
303.15 K
3,35820
 Cp (metanol) dT
298,15 K
= [-258,250 (303,15 – 298,15) +
2
(303,152 – 298,152)

- 1,16388.10 -2 1,40516.10 -5
+ (303,153 – 298,153) +
3 4
(303,154 – 298,154) = 406,1177 kJ/kmol

72
4,72118.10 1
303.15 K

 Cp (l)
298,15 K
(air) dT = [18,2964 (303,15 – 298,15) +
2
(303,152 -

- 1,33878.10 -3
298,152) + (303,153 – 298,153) +
3
1,31424.10 -6
(303,154 – 298,154)
4
= 374,7055 J/mol = 374,7055 kJ/kmol
Cp NaOH (l) 99% pada 19 oC = 137, 856 kJ/kmol K (Perry, 1997)
298,15 K

 Cp (NaOH) dT
292,15 K
= 137,856 (298,15 – 292,15)

= 827,136 kJ/kmol
303.15 K

 Cp (NaOH) dT
298,15 K
= 827,136 + 137,856 (303,15 – 298,15)

= 1516,416 kJ/kmol

Tabel LB.18 Perhitungan Panas Bahan Masuk Reaktor Transesterifikasi II (R-230)


Komponen 22
N senyawa 303,15 303,15

 Cp N Cp dT
22
dT Qi senyawa
(i) 298,15 298,15

kmol/jam kJ/kmol kJ/jam


Metanol 0,23 406,12 93,40
NaOH 0,0085 1.516,42 12,88
Air 0,0083 374,71 3,11
Qin alur 24 109,39

Maka Qin total = Q19 + Q22


= 142.480,702 kJ/jam + 109,39 kJ/jam
= 142.590,092 kJ/jam

73
Perhitungan Panas Bahan Keluar Reaktor Transesterifikasi II (R-230)
Alur 23
336.15 K

 Cp (trigliserida) dT
298,15 K
= 62947,5776 kJ/kmol

336.15 K

 Cp (FFA) dT
298,15 K
= 20435,5678 kJ/kmol

336.15 K

 Cp (metil ester) dT
298,15 K
= 566,7793 J/mol K (336,15 – 298,15) K

= 21537,6134 J/mol = 21537,6134 kJ/kmol


336.15 K

 Cp (metanol) dT
298,15 K
= 3214,1353 kJ/kmol

336.15 K

 Cp (gliserol) dT
298,15 K
= 213,1668 J/mol K (336,15 – 298,15) K

= 8100,3384 J/mol = 8100,3384 kJ/kmol


336.15 K

 Cp (air) dT
298,15 K
= 2860,7378 kJ/kmol

336.15 K

 Cp (asam sulfat) dT
298,15 K
= 6012,2987 kJ/kmol

336,15 K

 Cp (NaOH) dT
292,15 K
= 137,856 (298,15 – 292,15)

= 827,136 kJ/kmol
336.15 K

 Cp (NaOH) dT
298,15 K
= 827,136 + 137,856 (336,15 – 298,15)

= 6065,664 kJ/kmol
336.15 K

 Cp (s ) (kotoran)
dT = 3153,4030 kJ/kmol
298,15 K

74
Tabel LB.19 Perhitungan Panas Bahan Keluar Reaktor Transesterifikasi II (R-230)
Komponen 23
N senyawa 336,15 336,15

 Cp dT  N senyawa Cp dT
23
Qi
(i)
kmol/jam 298,15 298,15

kJ/kmol kJ/jam
Trigliserida 0,00081 62.947,58 51,22
FFA 0,03 20.435,57 574,24
Metil Ester 6,59 21.537,61 141.932,85
Metanol 0,17 3.214,14 546,40
Gliserol 0,0519 8.100,34 420,41
Asam sulfat 0,000001 6.012,29 0,0061
NaOH 0,013 6.065,66 77,34
Air 0,013 2.860,74 37,19
Kotoran 0,00000832 3.153,40 0,026
Qout alur 23 143.639,68

dQ/dT = Qout - Qin total + r1. ∆Hr


= 143.639,68 kJ/jam - 142.590,092 kJ/jam + 38.042,16 kJ/jam
= 39.091,75 kJ/jam

Maka, steam yang diperlukan adalah :


dQ/dT
ms =
H steam
39.091,75 kJ/jam
=
2.256,9 kJ/kg
= 17,32 kg/jam

75
5. Cooler (E-301)
Air Pendingin (T= 30 oC)
Trigliserida (l)
FFA (l) Metil Ester (l)
Metil Ester (l) Gliserol (l)
Gliserol (l) 24 E-301 25 Air (l)
Air (l) Asam sulfat (l)
Asam sulfat (l) NaOH (l)
NaOH (l) Metanol (l)
Metanol (l)
T = 30 oC
P = 1 atm
P = 1 atm Kondensat (T = 60 oC)

Perhitungan Panas Bahan Masuk Cooler (E-301)


Alur 25
336.15 K

 Cp (trigliserida) dT
298,15 K
= 62947,5776 kJ/kmol

336.15 K

 Cp (FFA) dT
298,15 K
= 20435,5678 kJ/kmol

336.15 K

 Cp (metil ester) dT
298,15 K
= 566,7793 J/mol K (336,15 – 298,15) K

= 21537,6134 J/mol = 21537,6134 kJ/kmol


336.15 K

 Cp (metanol) dT
298,15 K
= 3214,1353 kJ/kmol

336.15 K

 Cp (gliserol) dT
298,15 K
= 213,1668 J/mol K (336,15 – 298,15) K

= 8100,3384 J/mol = 8100,3384 kJ/kmol


336.15 K

 Cp (air) dT
298,15 K
= 2860,7378 kJ/kmol

336.15 K

 Cp (asam sulfat) dT
298,15 K
= 6012,2987 kJ/kmol

336,15 K

 Cp (NaOH) dT
292,15 K
= 137,856 (298,15 – 292,15)

76
= 827,136 kJ/kmol
336.15 K

 Cp (NaOH) dT
298,15 K
= 827,136 + 137,856 (336,15 – 298,15)

= 6065,664 kJ/kmol
336.15 K

 Cp
298,15 K
(s ) (kotoran)
dT = 3153,4030 kJ/kmol

Tabel LB.19 Perhitungan Panas Bahan Masuk Cooler (E-301)


Komponen 24
N senyawa 336,15 336,15

 Cp N Cp dT
24
dT Qi senyawa
(i)
kmol/jam 298,15 298,15

kJ/kmol kJ/jam
Trigliserida 0,00081 62.947,58 51,22
FFA 0,03 20.435,57 574,24
Metil Ester 6,59 21.537,61 141.932,85
Metanol 0,00125 3.214,14 4,02
Gliserol 0,00054 8.100,34 4,40
Asam sulfat 0,0000000102 6.012,29 0,000061
NaOH 0,00025 6.065,66 1,52
Air 0,00056 2.860,74 1,58
Kotoran 0,0000000832 3.153,40 0,00026
Qout alur 24 142.569,83

Perhitungan Panas Bahan Keluar Cooler (E-301)


Alur 25
303,15 K

 Cp
298,15 K
(l ) (trigliserida)
dT = 1656,5152 J/mol.K (303,15 – 298,15) K

= 8282,576 J/mol = 8282,576 kJ/kmol


303.15 K

 Cp (l ) (FFA)
dT = 537,7781 J/mol.K (303,15 – 298,15) K
298,15 K

77
= 2688,8905 J/mol = 2688,8905 kJ/kmol
303.15 K

 Cp (l ) (metil ester)
dT = 566,7793 J/mol K (303,15 – 298,15) K
298,15 K

= 2833,8965 J/mol = 2833,8965 kJ/kmol


303.15 K
3,35820
 Cp (metanol) dT
298,15 K
= [-258,250 (303,15 – 298,15) +
2
(303,152 – 298,152)

- 1,16388.10 -2 1,40516.10 -5
+ (303,153 – 298,153) +
3 4
(303,154 – 298,154) = 406,1177 kJ/kmol
303.15 K

 Cp (l ) (gliserol)
dT = 213,1668 J/mol K (303,15 – 298,15) K
298,15 K

= 1065,834 J/mol = 1065,834 kJ/kmol

4,72118.10 1
303,15 K

 Cp (l )
298,15 K
(air) dT = [18,2964 (303,15 – 298,15) +
2
(303,152 -

- 1,33878.10 -3
298,152) + (303,153 – 298,153) +
3
1,31424.10 -6
(303,154 – 298,154)
4
= 1125,7921 kJ/kmol
303,15 K

 Cp (asam sulfat) dT
298,15 K
= 699,1045 + 139,8209 (303,15 – 298,15)

= 1398,209 kJ/kmol
303,15 K

 Cp (NaOH) dT
298,15 K
= 827,136 + 137,856 (303,15 – 298,15)

= 1516,416 kJ/kmol
303.15 K

 Cp ( s) (kotoran) dT = 1,381 kJ/kg K (303,15 – 298,15) K


298,15 K

= 6,905 kJ/kg x 60,09 kg/kmol


= 414,92 kJ/kmol

78
Tabel LB.24 Neraca Panas Keluar Cooler (E-301)
Komponen 25
N senyawa 303,15 303,15

 Cp dT  N senyawa Cp dT
25
Qi
(i) 298,15 298,15

kmol/jam kJ/kmol kJ/jam


Trigliserida 0,00081 8.282,576 6,70
FFA 0,03 2.688,8905 80,66
Metil Ester 6,59 2.833,8965 18.675,33
Gliserol 0,00054 1.065,834 0,57
Metanol 0,00125 406,1177 0,51
Air 0,00056 1.125,7921 0,63
Asam sulfat 0,0000000102 1.398,209 0,0000143
NaOH 0,00025 1.516,416 0,38
Kotoran 0,0000000832 414,92 0,000034
Qout alur 25 18.764,78

dQ/dT = Qout - Qin


= 18.764,78 kJ/jam - 142.569,83 kJ/jam
= -123.805,05 kJ/jam

Maka, air pendingin yang diperlukan adalah :


- dQ/dT
ms =
H
- dQ/dT
=
H (60 C)  H (30 0 C)
0

- (-123.805,05) kJ/jam
=
251,1 kJ/kg - 125,7 kJ/kg
= 988,07 kg/jam

79
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Limbah padat dan cair dari pembuatan minyak kelapa sawit (CPO), masih
mengandung minyak kelapa sawit yang banyak. Kandungan minyak kelapa sawit
sekitara 20%. Minyak kelapa sawit mengandung trigliserida dimana trigliserida
mengandung asam lemak baik jenuh maupun tidak jenuh. Pada proses pembuatan
biodiesel tahap awal preparasi bahan baku. Pemisahan bahan padat yang berupa
limbah dari minyak kelapa sawit dengan minyak itu sendiri. Minyak dari pemisahan
tersebut di esterifikasi dengan methanol dan katalis asam H2SO4. Produk yang
terbentuk memiliki kadar FFA dibawah 1% sehingga lanjut ke proses selanjutnya
yaitu transesterifikasi dengan methanol dan katalis basa KOH. Dari transesterifikasi
ini akan dihasilkan biodiesel kemudian dimurnikan.
2. Neraaca massa pembuatan biodiesel tersebut memiliki tahapan yang panjang

3. Neraca energi pembuatan biodiesel tentu memiliki tahapan yang panjang pula

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan.

Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun bagi para

pembacanya seabgai kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bisa menjadi acuan

untuk meningkatkan makalah-makalah selanjutnya dan bermanfaat bagi para pembaca dan

terkhusus buat kami.

80
1

Anda mungkin juga menyukai