I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan, praktikan diharapkan dapat:
1. Mengetahui pengaruh pH larutan terhadap perubahan kecepatan laju alir umpan
(pompa B)
2. Mencari Proposional Band yang ideal dengan pengadukan.
3. Mengetahui pengaruh perubahan Set Point.
4. Mengetahui pengaruh pH larutan dengan Optimasi Proses
5. Mengetahui pengaruh pH terhadap pemberian optimasi melalui PID controller.
B. Bahan
Adapun bahan yangdigunakan pada percobaan ini yaitu :
Air
NaOH 1 M
HCl 1 M
III. DASAR TEORI
A. Pengendalian pH
Pengendalian pH merupakan salah satu faktor penting dalam dunia industri.
Pengendalian ini bertujuan untuk menjaga nilai pH agar berada pada kisaran nilai
yang diinginkan sesuai dengan produk yang akan dihasilkan. Seiring dengan
meningkatnya kebutuhan performansi pengukuran dan pengendalian pH dalam
industri kimia, maka perlu dibuat sistem pengendalian yang mampu memberikan
performansi yang baik dengan akurasi yang memadai. Pada berbagai literatur
mengenai perancangan pengendalian pH,yang digunakan adalah berdasarkan pada
persamaan dinamik dan persamaan statik.
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai
kologaritmaaktivitas ion hydrogen. pH dibentuk dari informasi kuantitatif yang
dinyatakan oleh tingkat keasaman atau basa yang berkaitan dengan aktivitas ion
Hidrogen. Jika konsentrasi [H+] lebih besardaripada [OH-], maka material tersebut
bersifat asam, yaitu nilai pH kurang dari 7.Jika konsentrasi [OH-] lebih besar dari
pada [H+], maka material tersebut bersifat basa, yaitu dengan nilai pH lebih dari 7.
Pengukuran pH yang lebih akurat biasa dilakukan dengan menggunakan pH
meter.Sistem pengukuran pH mempunyai tiga bagian yaitu elektro dan pengukuran
pH, elektroda referensi, dan alat pengukur impedansitinggi.Pada praktikum kali ini
yang dikendalikan yaitu pH dengan tiga variable set point yang ingin dikendalikan
yaitu pH 7.
Peralatan proses pengendalian pH terdiri dari dua tangki yang terletak dibagian
atas alat dan dibagian dasar. Tangki atas terbagi dua, tangki A dan tangki B yang
masing-masing berisi larutan umpan berupa larutan asam dan tangki bawah sebagai
tangki penampung.
Tujuan utama pengendalian pH adalah mengendalikan pH larutan yang terdapat
pada tangki utama (MAIN) yang mengalir kebawah masuk menuju tangki
pencampur, jumlah larutan yang masuk dapat diketahui dengan mengatur katup dan
mengukur laju alir dari flowmeter. Gangguan (NOISE) dari tangki noise juga
mengalir kebawah menuju tangki pencampur, jumlah dan besar aliran dapat diatur
dan dilihat dengan flowmeter. Larutan bercampur di tangki dan di aduk oleh stirrer
kemudian di ukur oleh elektroda, hasil pengukuran diberikan ke controller CRpH
yang berhubungan dengan sebuah personal computer. Output dari controller
kemudian diberikan ke pompa peristaltik yang akan memompa sejumlah larutan
koreksi sehingga pH didalam tangki akan mendekati harga setpoint yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Dalam variasi laju alir umpan dengan setpoint bersifat agak asam dan asam kuat.
Pada laju alir yang lambat, pengendali tidak dapat mempertahankan harga pH dan
pompa akan bergerak secara periodik (bergantian) sehingga menghasilkan osilasi dan
tidak mencapai setpoint stabil. Pengurangan osilasi dapat dilakukan dengan
mempercepat laju alir. Perbedaan untuk setpoint yang bersifat agak asam dan asam
dapat diperlihatkan pada grafik yang terbentuk. Linearitas dan bentuk simetris grafik
antara setpoint yang berbeda pada saat laju alir divariasikan menunjukkan
ketergantungan pH terhadap laju alir.
Jenis – Jenis Variabel Proses dalam system pengendalian:
1. Process Variable (PV) adalah besaran fisik atau kimia yang menunjukkan
keadaan sistem proses yang dikendalikan agar nilainya tetap atau berubah
mengikuti alur tertentu (variable terkendali).
2. Manipulated Variable (MV) adalah variable yang digunakan untuk melakukan
koreksi atau mengendalikan PV (variable pengendali).
3. Set Point (SP) adalah nilai variable proses yang diinginkan (nilai acuan).
4. Gangguan (w) adalah variable masukan yang mampumempengaruhinilai PV
tetapi tidak digunakan untuk mengendalikan.
5. Variabel Keluaran Tak Dikendalikan adalah variable yang menunjukkan
keadaan sistem proses tetapi tidak dikendalikan secara langsung.
Langkah-langkah sistem pengendalian proses adalah sebagai berikut:
1. Mengukur
Tahap pertama dari langkah pengendalian adalah mengukur atau mengamati nilai
variable proses.
2. Membandingkan
Hasil pengukuran atau pengamatan variable proses (nilai terukur) dibandingkan
dengan nilai acuan (set point).
3. Mengevaluasi
Perbedaan antara nilai terukur dan nilai acuan dievaluasi untuk menentukan
langkah atau cara melakukan koreksi atas perbedaan itu.
4. Mengoreksi
Tahap ini bertugas melakukan koreksi variabel proses, agar perbedaan antara
nilai terukur dan nilai acuan tidak ada atau sekecil mungkin. Untuk pelaksanan
langkah-langkah pengendalian proses tersebut diperlukan instrumentasi sebagai
berikut:
a. Unit proses
b. Unit pengukuran.
Bagian ini bertugas mengubah nilai variable proses yang berupa besaran fisika atau
kimia menjadi sinyal standar (sinyal pneumatic dan sinyal listrik).
dengan sudut kemiringan 45o untuk pita proporsional 100%. Pada rentang di dekat
setpoint, setiap harga error mempunyai hubungan satu-satu yang mencangkup dari
0% - 100% yang disebut PITA PROPORSIONAL. Persamaan yang digunakan
adalahh :
P = Kp.Ep + Po
Pb = 100/Kp
Dimana
P = output pengendali
Kp = konstanta proporsional antara error dan output
pengendali Ep = Error persen skala penuh
Po = output saat tak terdapat error
Ketika sinyal regulasi mencapai 100% atau katup pneumatic terbuka penuh,
error mencapai level saturasi (jenuh), penambahan error tidak akan meningkatkan
sinyal regulasi.
Disini perlu diketahui range interval error sinyal regulasi dapat beroperasi
antara 0%-100%. Range variasi error dinyatakan sebagai Proportional apabila error
(e) antara 0-PB, maka persen sinyal regulasi (x) adalah :
X = e . PB
Semakin besar PB, semakin kecil keluaran controller (x) untuk error yang sama.
Dengan kata lain, semakin rendah Gain proportional kontroler.
Sistem pengendali yang hanya menggunakan mode Proportional ini
mempunyai ketentuan sebagai berikut :
a. Error tidak dapat dieliminasi (dikurangi) dan sulit mencapai set point
b. Adanya error sisa (residu) yang disebut OFFSET yang bertambah dengan
bertambahnya PB.
Ciri – ciri pengontrol proposional
a. Jika nilai Kp kecil, pengontrol proposional hanya mampu melakukan koreksi
kesalahn yang kecil, sehingga akan menghasilkan respon sistem yang lambat
(menambah rise time).
b. Jika nilai Kp dinaikan, respon/tanggapan sistem akan semakin cepat mencapai
keadaan mentapnya (mengurangi rise time)
c. Namun, jika nilai Kp diperbesar sehingga mencapai harga yang berlebihan akan
mengakibatkan sistem bekerja tidak stabil atau respon sistem akan berosilasi
d. Nilai Kp dapat diset sedemikian sehingga mengurangi steady state error tetapi
tidak menghilangkannya.
2. INTEGRAL
JikaG(s)adalah kontrol I maka u dapat dinyatakan sebagaiu(t) =
[integrale(t)dT]Kidengan Ki adalah konstanta Integral, dan dari persamaan diatas,
G(s) dapat dinyatakansebagai u = Kd.[deltae / deltat] Jika e(T) mendekati konstan
(bukan nol) maka u(t) akanmenjadisangat besar sehingga diharapkan dapat
memperbaiki error. Jika e(T)mendekati nol maka efek kontrol I ini semakin kecil.
Kontrol I dapat memperbaikisekaligus menghilangkan respon steady-state, namun
pemilihan Ki yang tidak tepat dapat
menyebabkan respon transien yang tinggi sehingga dapat menyebabkan
ketidakstabilansistem. Pemilihan Ki yang sangat tinggi justru dapat menyebabkan
output berosilasikarena menambah orde sistem.
Mode kontrol integral selalu digunakan berpasangan dengan mode proporsional
dengan persamaan :
Dengan mode gabungan ini error pertama-tama akan meningkat kemudian
berkurang dengan cepat oleh aksi proporsional. Error tidak akan nol dikarenakan
adanya offset. Aksi kontrol integral akan mengurangi error residu (OFFSET) dari
proporsional. Dengan mode ini kemungkinan untuk mengurangi error secara tuntas,
sedangkan kondisi equilibrium baru memerlukan aliran masuk yang baru yang
digerakkan oleh mode integral juga.
Umumnya mode gabungan ini digunakan ketika variabel yang dikendalikan
diharapkan mengalami perubahan besar namun lambat yang memerlukan perubahan
cukup besar pada sinyal regulasi (x).
Ciri – ciri pengontrol integral
a. Keluaran pengontrol integral membutuhkan selang waktu tertentu, sehingga
pengontrol integral cenderung memperlambat respon
b. Ketika sinyal kesalahan berharga nol, keluaran pengontrol akan bertahan pada
nilai sebelumnya.
c. Jika sinyal kesalahan tidak berharga nol, keluaran akan menunjukan kenaikan atau
penurunan yang dipengaruhi oleh besarnya sinyal kesalahan dan nilai Ki
d. Konstanta integral Ki yang berharga besar akan mempercepat hilangnya offset.
Tetapi semakin besar nilai konstanta ki akan mengakibatkan peningkatan osilasi
sari sinyal keluaran pengontrol.
3. DERIVATIF
Mode derivatif juga dipergunakan bergabung dengan moode proporsional
dengan persamaan :
Jika error konstan, derivative sebagai fungsi waktu akan mempunyai harga nol
(tidak ada output). Mode proportional derivative ini digunakan apabila diharapkan
perubahan yang cepat dan dalam batas level yang diizinkan. Oleh karena level
control mempunyai variasi bahan yang rada lambat, penggunaan mode derivatif
kurang memberi pengertian yang jelas.
Mode gabungan yang melibatkan derivative yang digunakan pada CRpH adalah
mode gabungan lengkap atau mode PID (Proportional, Integral, Derivatif) dengan
persamaan :
Gabungan ketiganya disini memberikan kemungkinan pengendalian yang
sempurna dan menghasilkan pengendalian yang optimal. Ciri – ciri kontrol derivative
a. Pengontrol tidak dapat menghasilkan keluaran jika tidak ada perubahan pada
masukannya (berupa perubahan sinyal kesalahan )
b. Jika sinyal kesalahan berupa terhadap waktu, maka keluaran yang dihasilkan
pengontrol tergantung pada nilai kd dan laju perubahan sinyal kesalahan.
c. Pengontrol diferensial mempunyai suatu karakter untuk mendahului, sehingga
pengontrol ini dapat menghasilkan koreksi yang signifikan sebelum pembangkit
kesalahan menjadi sangat besar. Jadi pengontrol diferensial dapat mengantisipasi
pembangkit kesalahan, memberikan aksi yang bersifat korektif dan cenderung
meningkatkan stabilitas sistem.
d. Dengan meningkatkan nilai Kd, dapat meningkatkan stabilitas sistem dan
mengurangi overshoot.
IX. KESIMPULAN
Buku Petunjuk Praktikum Laboratorium Pengendalian Proses. Politeknik
Negeri Ujung Pandang. Jurusan Teknik Kimia: Politeknik negeri Ujung
Pandang.
Anonim. 2015. Pengendalian pH. Diakses pada tanggal 14 Desember
2018.http://s3.amazonenews.com/academia.edu.documents/34010782/CR
pH.docx
Anonim. 2015. Pengendalian pH. Diakses pada tanggal 14 Desember
2018. https://kikimidia.blogspot.com/2015/12/laporan-crph-pengendalian-
proses.html
Deviana, Wahyu Sisilia. 2016. Diakses pada tanggal 15 Desember 2018.
http://wahyusisilia.blogspot.com/2016/01/laporan-pengendalian-nilai-ph-
crph.html