BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Tuberkulosis
Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini
adalah salah satu penyakit tertua yang diketahui menyerang manusia. Penyakit ini biasanya
menyerang paru-paru (disebut sebagai TB Paru), walaupun pada sepertiga kasus, organ-organ
lain ikut terlibat. Jika diterapi dengan benar tuberkulosis yang disebabkan oleh kompleks
Mycobacterium tuberculosis, yang peka terhadap obat, praktis dapat disembuhkan. Tanpa terapi
tuberkulosa akan mengakibatkan kematian dalam lima tahun pertama pada lebih dari setengah
kasus.
B. Epidemiologi Tuberkulosis
Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah tersedia tapi sampai saat ini TB masih
menjadi problem kesehatan dunia yang utama. Pada tahun 1992 WHO telah mencanangkan
tuberculosis sebagai Global Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat
8,8 juta kasus baru tuberculosis pada tahun 2002 dan 3,9 juta adalah kasus BTA positif.
Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberculosis dan menurut regional WHO
jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia Tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus TB di dunia.
Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk setelah China dan India di dunia untuk jumlah
penderita TB. Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya
meninggal. Perkiraan kejadian BTA sputum positif di Indonesia adalah 266.000 tahun 1998.
Berdasarkan survey kesehatan rumah tangga 1985 dan survey kesehatan nasional 2001, TB
C. Etiologi Tuberkulosis
M.Tuberculosis berbentuk batang, berukuran panjang 5µ dan lebar 3µ, tidak membentuk
spora, dan termasuk bakteri aerob. Mycobacteria dapat diberi pewarnaan seperti bakteri lainnya,
misalnya dengan Pewarnaan Gram. Namun, sekali mycobacteria diberi warna oleh pewarnaan
gram, maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan asam. Oleh karena itu, maka
mycobacteria disebut sebagai Basil Tahan Asam atau BTA. Beberapa mikroorganisme lain yang
juga memiliki sifat tahan asam, yaitu spesies Nocardia, Rhodococcus, Legionella micdadei, dan
protozoa Isospora dan Cryptosporidium. Pada dinding sel mycobacteria, lemak berhubungan
dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik. Lipoarabinomannan, suatu molekul
lain dalam dinding sel mycobacteria, berperan dalam interaksi antara inang dan patogen,
mengeluarkan 3000 droplet nya(gabungan sel hidup dalam tubuh dengan sel yang
infektil).
Tidak semua orang yang menghirup kuman tersebut bisa tertulat penyakit TBC. Pada
orang yang sehat , biasanya kuman tersebut menjadi tidak aktif dan orang itu tetap sehat, biasany
Kekurangan Gizi
Perokok berat
Timbulnya peryakit bisa bervariasi tergantung dari imun seseorang dan jumlah kuman
yang masuk kedalam tubuh kita atau pun ada yang lansung tertular sesudah terinfeksi dan ada
D. Patogenesis Tuberkulosis
TB paru terdiri dari primer dan post primer, TB paru primer adalah infeksi yang
menyerang pada orang yang belum mempunyai kekebalan spesifik, sehingga tubuh melawan
dengan cara tidak spesifik. Pada fase ini kuman merangsang tubuh membentuk sensitized cell
yang khas sehingga uji PPD (Purified Protein Derivative) akan positif. Di paru terdapat fokus
primer dan pembesaran kelenjar getah bening hilus atau regional yang disebut komplek primer.
Pada infeksi primer ini biasanya masih sulit ditemukan kuman dalam dahak.
Kuman tuberculosis yang masuk melalui saluran nafas akan bersarang di jaringan paru
sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut sarang primer atau afek primer.
Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang
reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening
(limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional akan mengalami
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Gohn, garis fibrotic,
epituberklosis.
daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang ditimbulkan dapat
sembuh secara spontan, akan tetapi bila tidak terdapat imuniti yang adekuat,
TB paru post primer adalah TB paru yang menyerang orang yang telah mendapatkan
infeksi primer dan dalam tubuh orang tersebut sudah ada reaksi hipersensitif yang khas. Infeksi
ini berasal dari reinfeksi dari luar atau reaktivasi dari infeksi se-belumnya. Proses awal berupa
satu atau lebih pnemonia lobuler yang disebut fokus dari Assman. Fokus ini dapat sembuh
sendiri atau menjadi progresif (meluas), melunak, pengejuan, timbul kavitas yang menahun dan
E. Klasifikasi Tuberkulosis
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura.
a. Tuberkulosis paru
tulang ,persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kemih, alat kelamin, milier dan lain-
lain.
7
- Hasil pemeriksaan satu specimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan
- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan
positif
- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinik dan
tuberculosis positif
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe
pasien yaitu :
a. Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau sudah
dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat
Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologik dicurigai lesi aktif /
perburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan beberapa kemungkinan :
- Infeksi non TB (pneumonia, bronkiektasis dll) Dalam hal ini berikan dahulu
- Infeksi jamur
- TB paru kambuh
Adalah pasien yang tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum
d. Kasus gagal
- Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada
- Adalah pasien dengan hasil BTA negatif gambaran radiologik positif menjadi BTA
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai pengobatan
F. Diagnosa Tuberkulosis
pemeriksaan fisik, gambaran foto toraks, pemeriksaan basil tahan asam, pemeriksaan uji
a. Semua pasien dengan batuk produktif yang berlansung selama > 2 minggu yang
b. Semua pasien yang mampu mengeluarkan dahak yang diduga menderita TB, harus
diperiksa mikroskopis spesimen sputum/ dahak 3 kali salah satu diantaranya adalah
spesimen pagi.
c. Semua pasien dengan gambaran foto thoraks tersangka TB, harus diperiksa
mikrobiologi dahak.
berikut:
pagi hari), smentara gambaran foto toraks sesuai dengan gambaran TB.
TB harus dipercepat).
10
jam.
Anak yang dinyatakan propable TB jika skoring mencapai nilai 6 atau lebih. Namun
demikian, jika anak yang kontak dengan pasien BTA positif dan uji tuberkulinnya positif namun
tidak didapaykan tanda dan gejala, maka anak cukup diberikan profilaksis INH terutama anak
balita.
11
G. Gambaran klinik
Anamnesa
Pasien datang dengan keluhan batuk / batuk berdahak > 2 minggu , Batk disertai dahak,
dapat bercampur darah atau betuk darah, keluhan dapat disertain sesak napas, nyeri dada
(Pleuritic Chest Pain) , badah lemas, lesu , anoreksia, berat badan menurun, malaise,
berkeringan malam hari tanpa aktivitas fisik dan demam meriang lebih dari satu bulan.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi atas : gejala sistemik (umum) dan gejala
respiratorik (paru).
a) Demam
Salah satu keluhan pertama penderita TB paru adalah demam seperti gejala influenza.
Biasanya demam dirasakan pada malam hari disertai dengan keringat malam, kadang-kadang
suhu badan dapat mencapai 40° 41° C. Serangan seperti influenza ini bersifat hilang timbul,
dimana ada masa pulih diikuti dengan se rangan berikutnya setelah 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan
yang melompat-lompat dengan masa tidak sakit semakin pendek dan masa serangan semakin
panjang.
TB paru adalah peradangan yang bersifat kronik, dapat ditemukan rasa tidak enak badan
(malaise), nafsu makan berkurang yang menyebabkan penurunan berat badan, sakit kepala dan
badan pegal-pegal. Pada wanita kadang-kadang dapat dijumpai gangguan siklus haid.
12
a) Batuk
Pada awal teljadinya penyakit, kuman akan berkembang biak di jaringan paru; batuk baru
akan terjadi bila bronkus telah terlibat. Batuk merupakan akibat dari terangsangnya bronkus,
bersifat iritatif. Kemudian akibat terjadinya peradangan, batuk berubah menjadi produktif karena
diperlukan untuk membuang produk-produk ekskresi dari peradangan. Sputum dapat bersifat
b)Batuk darah
Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah; berat atau ringannya batuk darah tergantung
dari besarnya pembuluh darah yang pecah. Gejala batuk darah ini tidak selalu terjadi pada setiap
TB paru, kadang-kadang merupakan suatu tanda perluasan proses TB paru. Batuk darah tidak
c)Sesak napas
Sesak napas akan terjadi akibat luasnya kerusakan jaringan paru, didapatkan pada
penyakit paru yang sudah lanjut. Sedangkan pada penyakit yang baru tidak akan dijumpai gejala
ini.
d)Nyeri dada
Biasanya terjadi bila sistem saraf terkena, dapat bersifat lokal atau pleuritik.
1) Batuk lebih dari 2 minggu, gejala ini paling dini dan paling sering dijumpai, biasanya
4) Sesak nafas yang berkaitan dengan retraksi, obstruksi, thrombosis, atau rusaknya
6) Gejala sistemik umum yang tidak khas yaitu lemah badan, demam, anoreksia, berat badan
turun .
H. Pemeriksaan fisik
paru, pemeriksaan ini tidak memberikan keterangan apa penyebab penyakit paru tersebut.
Namun demikian mungkin ada beberapa hal yang dapat dipakai sebagai pegangan pada TB paru
yaitu lokasi dan kelainan struktural yang terjadi. Pada penyakit yang lanjut mungkin dapat
dijumpai berbagai kombinasi kelainan seperti konsolidasi, fibrosis, kolaps atau efusi. Maka pada
Inspeksi : bentuk paru bisa aja simetris pada kasus baru namun pada keadaan yang lama
terdapat retraksi dinding dada, dan perubahan pergerakan pernapasan menjadi menurun
Perkusi : dalam batas normal (sonor) tidak mencolok dan tidak khas.
Auskultasi : suara napas menjadi bronkovesikuler atau bronchial, atau amforik bisa juga
didapatkan bronkofoni, atau suara bisik yang disebut (whispered pectoriloque) bahkan
I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan foto toraks standar untuk menilai kelainan pada paru ialah foto toraks PA
dan lateral, sedangkan foto top lordotik, oblik, tomogram dan floroskopi dikerjakan atas indikasi.
- Terdapat kalsifikasi
- Bayangan abnormal menetap pada foto toraks ulang setelah beberapa minggu.
Letak lesi pada orang dewasa biasanya pada segmen apikal dan posterior lobus atas,
segmen posterior lobus bawah, meskipun dapat juga mengenai semua segmen.
Gambaran radiologik TB paru tidak memperlihatkan hanya satu bentuk sarang saja, akan
tetapi dapat terlihat berbagai bentuk sarang secara bersamaan sekaligus yang merupakan bentuk
khas TB paru. Adapun bentuk sarang yang dijumpai pada kelainan radiologik adalah : sarang
dini/sarang minimal, kavitas non sklerotik, kavitas sklerotik, keadaan penyebaran penyakit yang
sudah lanjut. Kelainan radiologik foto toraks hendaklah dinilai secara teliti, karena TB paru
dapat memberikan semua bentuk abnormal pada pemeriksaan radiologik dan dikenal dengan
Penemuan basil tahan asam (BTA) dalam sputum, mempunyai arti yang sangat penting
dalam menegakkan diagnosis TB paru, namun kadang-kadang tidak mudah untuk menemukan
BTA tersebut. BTA barn dapat ditemukan dalam sputum, bila bronkus sudah terlibat, sehingga
sekret yang dikeluarkan melalui bronkus akan mengandung BTA. Pemeriksaan mikroskopik
langsung dengan BTA (--), bukan berarti tidak ditemukan Mycobacterium tuberculosis sebagai
16
penyebab, dalam hal penting sekali peranan hasil biakan kuman. Faktor-faktor yang dapat
- belum terlibatnya bronkus dalam proses penyakit, terutama pada awal sakit,
- terlalu sedikitnya kuman di dalam sputum akibat dari cara pengambilan bahan yang tidak
adekuat,
Sputum yang dapat digunakan untuk pemeriksaan yakni sputum SPS yakni
Sewaktu (S)
Pagi(P)
Sewaktu (S)
sputum, maka sangat banyak TB paru yang terlewat tanpa pengobatan. Sedangkan justru pada
TB paru yang baru dengan sputum BTA (--) dan belum menular pada orang lain, paling mudah
Pemeriksaan uji tuberkulin merupakan prosedur diagnostik paling penting pada TB paru
Sedangkan pada orang dewasa, terutama di daerah dengan prevalensi TB paru masih tinggi
seperti Indonesia sensitivitasnya rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian Handoko dkk terhadap
penderita TB paru dewasa yang menyimpulkan bahwa reaksi uji tuberkulin tidak mempunyai arti
diagnostik, hanya sebagai alat bantu diagnostik saja, sehingga uji tuberkulin ini jarang dipakai
17
untuk diagnosis kecuali pada keadaan tertentu, di mana sukar untuk menegakkan diagnosis.
(PDPI, 2014)
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dapat menunjang untuk mendiagnosis TB paru dan
- limfositosis / monositosis
- Hemoglobin rendah
Dalam keadaan aktif/eksaserbasi, leukosit agak meninggi dengan geseran ke kiri dan
limfosit di bawah nilai normal, laju endap darah meningkat. Dalam keadaan
regresi/menyembuh, leukosit kembali normal dengan limfosit nilainya lebih tinggi dari nilai
J. Diagnosa Banding
A. Simple brochopneumonia
D. Brokiektasis
E. Bronkitis
F. Emfisema
18
K. Penyulit
1. Pleuritis
2. Empiema
4. Bronkitis kronis
5. Kor pulmonar
6. Amioloidosis
7. Aspergilosis
8. Karsinoma bronkogenik
9. Hipokalemia
10. Anemia
11. Pneumothorak
L. Penatalaksanaan Tuberkulosis
Pengobatan tuberculosis terbagi menjadi 2 fase yaitu, fase intensif (2-3 bulan) dan fase
lanjutan 4-7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan tambahan.
- INH
- Rifampicin
- Pirazinamid
- Streptomisin
- Etambutol
- Kanamisin
- Amikasin
- Kuinolon
- Obat lain masih dalam penelitian yaitu makrolid dan amoksilin dan asam klavulanat
- Beberapa obat berikut ini belum tersedia di Indonesia antara lain: Kapreomisin,
prothioamide)
Kemasan
- Obat Tunggal, disajikan secara terpisah, yakni INH, Rifampisin, Pirazinamid dan
Etambutol
20
- Obat Kombinasi dosis tetap (Fixed Dose Combination-FDC). Kombinasi dosis tetap
Dosis Obat
Obat Dosis Dosis yang Dianjurkan Dosis Dosis (mg) / Berat Badan (kg)
Pengembangan pengobatan TB paru yang efektif merupakan hal yang paling penting
Pengembangan strategi DOTS untuk mengontrol epidemic TB merupakan priority utam WHO.
International Union Against Tuberculosis and Lung Disease (IUALTD) dan WHO menyarankan
untuk menggantikan paduan obat tunggal dengan kombinasi dosis tetap dalam pengobatan TB
primer pada tahun 1998. Dosis obat tuberculosis kombinasi dosis tetap berdasarkan WHO.
standar
penggunaan monoterapi
Penetuan dosis terapi kombinasi dosis tetap 4 obat berdasarkan rentang dosis yang telah
ditentukan oleh WHO merupakan dosis yang efektif atau masih termasuk dalam batas dosis
1. TB Paru (kasus baru), BTA positif atau pada foto thoraks lesi luas. Paduan obat yang
2. TB Paru (kasus baru), BTA negative, pada foto thoraks lesi minimal. Paduan obat yang
Sebelum ada hasil uji resistensi dapat diberikan 2RHZES/1RHZE. Fase lanjutan dengan
hasil uji resistensi. Bila tidak terdapat hasil uji resistensi dapat diberikan obat RHE
selama 5 bulan
Sebelum ada hasil uji resistensi seharusnya diberikan obat lini 2 (contoh paduan: 3-6
Etionamid, Sikloserin). Dalam keadaan tidak memungkinkan pada fase awal dapat
diberikan 2RHZES/1RHZE. Fase lanjutan sesuai dengan hasil uji resistensi dapat
diberikan obat RHE selama 5 bulan. Dapat pula dipertimbangkan tindakan bedah untuk
Pasien TB Paru kasus lalai berobat, akan dimulai pengobatan kembali sesuai dengan
Klinis dan radilogi tidak aktif atau ada perbaikan maka pengobatan OAT dihentikan.
Bila gambaran radiologi aktif, lakukan analisis lebih lanjut untuk memastikan
terbukti TB maka pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang lebih kuat
Pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang lebih kaut dan jangka waktu
- Bila BTA positif, pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang lebih kaut
- Pengobatan TB paru kasus kronik, jika belum ada hasil uji resistensi, berikan
RHZES. Jika telah ada hasil uji resistensi, sesuaikan dengan hasil uji resistensi
(minmal terdapat 4 macam OAT yang massif sensitive) ditambah dengan obat lini 2
seperti kuinolon, betalaktam, makrolid, dll. Pengobatan minimal 18 bulan. Jika tidak
Sebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek samping. Namun
sebagian kecil dapat mengalami efek samping. Oleh karena itu pemantauan kemungkinan
terjadinya efek samping sangat penting dilakukan selama pengobatan. Efek samping yang terjadi
dapat ringan atau berat, bila efek samping ringan dan dapat diatasi simptomatis maka pengobatan
1. Isoniazid
Efek samping ringan dapat berupa tanda-tanda keracunan pada syaraf tepi, kesemutan,
rasa terbakar di kaki dan nyeri otot. Efek ini dapat dikurangi dengan pemberian
piridoksin dengan dosis 100 mg/hari atau dengan vitamin B kompleks. Pada keadaan
piridoksin (syndrome pellagra). Efek samping berat dapat berupa hepatitis imbas obat
yang terjadi pada kurang lebih 0,5% pasien. Bila terjadi hepatitis imbas obat atau ikterik,
hentkan OAT dan pengobatan sesuai dengan pedoman TB pada keadaan khusus.
2. Rifampisin
Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya memerlukan pengobatan simptomatis
ialah:
- Sindrom dispepsi, berupa sakit perut, mual, anorexia, muntah-muntah kadang diare.
- Hepatitis imbas obat atau ikterik, bila terjadi hal tersebut, OAT harus distop dulu dan
- Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. Bila salah satu dari
gejala ini terjadi, Rifampisin harus segera dihentikan dan jangan diberikan lagi
Rifampisin dapat menyebabkan warna merah pada air seni, keringat, air mata dan air liur.
Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolism obat dan tidak berbahaya. Hal ini
harus diberitahukan kepada pasien agar mereka mengerti dan tidak perlu khawatir.
3. Pirazinamid
Efek samping utama adalah hepatitis imbas obat (penatalaksanaan sesuai pedoman TB
pada keadaan khusus). Nyeri sendi juga dapat terjadi (beri aspirin) dan kadang-kadang
ekskresi dan penimbunan asam urat. Kadang-kadang terjadi reaksi demam, mual,
4. Etambutol
buta warna untuk warna merah dan hijau. Meskipun demikian keracunan okuler tersebut
tergantung dengan dosis yang diapakai, jarang sekali terjadi pada dosis 15-25
akan kembali normal dalam beberapa minggu setelah obat dihentikan. Sebaiknya
etambutol tidak diberikan pada anak karena risiko kerusakan okuler untuk dideteksi.
5. Streptomisin.
Efek samping utama adalah kelainan syaraf VIII (Nervus Vestibulocochlearis) yang
berkaitan dengan keseimbangan dan pendengaran. Risiko efek samping tersebut akan
26
meningkat seiring dengan peningkatan dosis yang digunakan dan umur pasien. Risiko
tersebut akan meningkat pada pasien dengan gangguan fungsi ekskresi ginjal. Gejala efek
samping yang terlihat adalah telinga berdenging (tinnitus), pusing dan kehilangan
keseimbangan. Keadaan ini dapat dipulihkan bila obat segera dihentikan atau dosisnya
dikurangi 0,25 gram. Jika pengobatan diteruskan makan kerusakan alat keseimbangan
Reaksi hipersensitivitas kadang terjadi berupa demam yang timbul tiba-tiba disertai sakit
kepala, muntah dan eritema pada kulit. Efek samping sementara dan ringan (jarang
terjadi) seperti kesemutan sekitar mulut dan telinga yang mendenging dapat terjadi segera
setalah suntikan. Bila reaksi ini mengganggu maka dosis dapat dikurangi 0,25 gram.
Streptomisisn dapat menembus sawar plasenta sehingga tidak boleh diberikan pada
perempuan hamil sebab dapat merusak saraf pendengaran janin. (PDPI, 2006)
Gejala TBC adalah dimulai dengan batuk-batuk ringan, tetapi lama-lama tambah hebat
hingga keluar darah sedikit-sedikit. Gejala-gejala lainnya adalah: penderita tampak pucat, badan
lemah semakin kurus, suhu badan naik dan kalau malam hari mengeluarkan keringat. Kadang-
sumber penularan. Selain itu bagi yang biasa ke dokter, dapat juga minta penyuntikan vaksin
BCG. Seorang ibu yang menderita TBC paru-paru, sebaiknya tidak menyusui anaknya selama
27
belum sembuh. Seseorang yang menderita penyakit tertentu, di samping TB, memerlukan
a. Kehamilan
Pada prinsipnya pengobatan Tuberkolosis (TB) pada kehamilan tidak berbeda dengan
pengobatan TB pada umumnya. Menurut WHO, hampir semua Obat Anti Tuberkolosis (OAT)
aman untuk kehamilan, kecuali streptomisin. Streptomisin tidak dapat dipakai pada kehamilan
karena bersifat permanent ototoxic dan dapat menembus barier placenta. Keadaan ini dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran dan keseimbangan yang menetap pada bayi
yang akan dilahirkan. Perlu dijelaskan kepada ibu hamil bahwa keberhasilan pengobatannya
sangat penting artinya supaya proses kelahiran dapat berjalan lancar dan bayi yang akan
Pada prinsipnya pengobatan TB pada ibu menyusui tidak berbeda dengan pengobatan
pada umumnya. Semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui. Seorang ibu menyusui yang
menderita TB harus mendapat paduan OAT secara adekuat. Pemberian OAT yang tepat
merupakan cara terbaik untuk mencegah penularan kuman TB kepada bayinya. Ibu dan bayi
tidak perlu dipisahkan dan bayi tersebut dapat terus disusui. Pengobatan pencegahan dengan INH
Rifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal (pil KB, suntikan KB, susuk KB),
seperti penderita TB lainnya. Obat TB pada penderita HIV/AIDS sama efektifnya dengan
penderita TB yang tidak disertai HIV/AIDS. Prinsip pengobatan penderita TB-HIV adalah
stadium klinis HIV sesuai dengan standar WHO. Penggunaan suntikan Streptomisin harus
Pengobatan penderita TB-HIV sebaiknya diberikan secara terintegrasi dalam satu UPK untuk
Pemberian OAT pada penderita TB dengan hepatitis akut dan atau klinis ikterik, ditunda
sampai hepatitis akutnya mengalami penyembuhan. Pada keadaan dimana pengobatan Tb sangat
diperlukan dapat diberikan streptomisin (S) dan Etambutol (E) maksimal 3 bulan sampai
29
hepatitisnya menyembuh dan dilanjutkan dengan Rifampisin (R) dan Isoniasid (H) selama 6
bulan.
Bila ada kecurigaan gangguan faal hati, dianjurkan pemeriksaan faal hati sebelum
pengobatan Tb. Kalau SGOT dan SGPT meningkat lebih dari 3 kali OAT tidak diberikan dan
bila telah dalam pengobatan, harus dihentikan. Kalau peningkatannya kurang dari 3 kali,
pengobatan dapat dilaksanakan atau diteruskan dengan pengawasan ketat. Penderita dengan
kelainan hati, Pirasinamid (Z) tidak boleh digunakan. Paduan OAT yang dapat dianjurkan adalah
Isoniasid (H), Rifampisin (R) dan Pirasinamid (Z) dapat di ekskresi melalui empedu dan
dapat dicerna menjadi senyawa-senyawa yang tidak toksik. OAT jenis ini dapat diberikan
Streptomisin dan Etambutol diekskresi melalui ginjal, oleh karena itu hindari
penggunaannya pada penderita dengan gangguan ginjal. Apabila fasilitas pemantauan faal ginjal
tersedia, Etambutol dan Streptomisin tetap dapat diberikan dengan dosis yang sesuai faal ginjal.
Paduan OAT yang paling aman untuk penderita dengan gagal ginjal adalah 2HRZ/4HR.
30
Diabetes harus dikontrol. Penggunaan Rifampisin dapat mengurangi efektifitas obat oral
anti diabetes (sulfonil urea) sehingga dosis obat anti diabetes perlu ditingkatkan. Insulin dapat
digunakan untuk mengontrol gula darah, setelah selesai pengobatan TB, dilanjutkan dengan anti
diabetes oral. Pada penderita Diabetes Mellitus sering terjadi komplikasi retinopathy diabetika,
oleh karena itu hati-hati dengan pemberian etambutol, karena dapat memperberat kelainan
tersebut.
penderita seperti:
Meningitis TB
Selama fase akut prednison diberikan dengan dosis 30-40 mg per hari, kemudian
diturunkan secara bertahap. Lama pemberian disesuaikan dengan jenis penyakit dan kemajuan
O. Komplikasi TB Paru
Beberapa yang bisa terjadi akibat pengembangn penyakit paru ini adalah adalah seperti :
1. Mengitis TB
2. Peritonitis TT
3. Spondilosis TB
4. Kelenjar TB
5. TB Kulit
32
BAB III
IDENTITAS PASIEN
Identitas Pasien
Nama : Muhammadin
Umur : 67 tahun
Agama : Islam
Anamnesa
Riwayat Penyakit Sekarang : demam sejak 2 hari yll, lemas, berkeringat malam hari
Pasien datang ke RSUD Datu Beru dengan keluhan sesak napas , diserai dengan batuk
dan demam 2 hari yang lalu, pasien mengeluh lemas, berkringat dimalam hari dan adanya
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tani
Pemeriksaan Fisik
Vital Sign
Suhu : 38,0oC
Pernapasan : 28x/menit
Keadaan Umum
KU : Tampak kesakitan
GCS : E4V5M6 = 15
Status Generalis
Kepala-Leher
Paru
Inspeksi:
1. Bentuk & ukuran: bentuk dada kiri dan kanan simetris, barrel chest (-), pergerakan
2. Permukaan dada: reraksi dinding dada (+) papula (-), petechiae (-), purpura (-),
3. Penggunaan otot bantu nafas: SCM tidak aktif, tidak tampak hipertrofi SCM, otot bantu
Palpasi:
Trakea: tidak ada deviasi trakea, iktus kordis teraba di ICS V linea parasternal sinistra.
35
Perkusi:
Batas paru-hepar Inspirasi: ICS VI, Ekspirasi: ICS IV; Ekskursi: 2 ICS.
Batas paru-jantung:
Auskultasi:
Pulmo:
Rhonki (+/+).
Wheezing (+/+).
Abdomen
Inspeksi:
Bentuk: simetris
Permukaan kulit: tanda-tanda inflamasi (-), sianosis (-), venektasi (-), ikterik (-), massa (-
), vena kolateral (-), caput meducae (-), papula (-), petekie (-), purpura (-), ekimosis (-),
Distensi (-)
Ascites (-)
Auskultasi:
Peristaltik 6x/menit
Perkusi:
Palpasi:
Massa (-)
Ekstremitas
37
I. Pemeriksaan Penunjang
PO Thorax = adanya berck-bercak awan dengan batas yang tidak tegas + kavitas
+ hiper corakan bronkovascular (adanya proses spesifik aktif pada bagian atas
paru).
1. Asma Bronkhitis
2. Pneumonia
3. Bronkiektasis
38
IV. Penatalaksanaan
- Diet M II
- Levofloxacin 500 mg 1 x 1
- Sulcrafat syr 3 x 1 C
39
FOLLOW UP
HR : 85x/i
RR : 25x/i
Temp : 38,6oC
HR : 69x/i
RR : 25x/i
Temp : 35,oC
HR : 83x/i
RR : 22x/i
Temp : 35,oC
Betahistine 3 x 1 tab
HR : 67x/i
RR : 22x/i
Temp : 35,oC
Betahistine 3 x 1 tab
S : Batuk (+), jantung berdebar (+) pusing (+), sakit kepala (+)
HR : 69x/i
RR : 22x/i
Temp : 35,oC
Betahistine 3 x 1 tab
HR : 69x/i
RR : 22x/i
Temp : 35,oC
Betahistine 3 x 1 tab
HR : 70x/i
RR : 22x/i
Temp : 35,oC
Betahistine 3 x 1 tab
HR : 64x/i
RR : 22x/i
Temp : 35,oC
Betahistine 3 x 1 tab
V. Prognosis
Dubia ad Bonam
47
BAB IV
KESIMPULAN
TBC adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium
tuberculosis. Penyakit ini adalah salah satu penyakit tertua yang diketahui menyerang manusia.
Penyakit ini biasanya menyerang paru-paru (disebut sebagai TB Paru), walaupun pada sepertiga
kasus, organ-organ lain ikut terlibat. Jika diterapi dengan benar tuberkulosis yang disebabkan
oleh kompleks Mycobacterium tuberculosis, yang peka terhadap obat, praktis dapat
disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan mengakibatkan kematian dalam lima tahun pertama
Pasien datang dengan keluhan batuk / batuk berdahak > 2 minggu , Batk disertai dahak,
dapat bercampur darah atau betuk darah, keluhan dapat disertain sesak napas, nyeri dada
(Pleuritic Chest Pain) , badah lemas, lesu , anoreksia, berat badan menurun, malaise,
berkeringan malam hari tanpa aktivitas fisik dan demam meriang lebih dari satu bulan.
Pengobatan tuberculosis terbagi menjadi 2 fase yaitu, fase intensif (2-3 bulan) dan fase
lanjutan 4-7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan tambahan.
- INH
- Rifampicin
- Pirazinamid
- Streptomisin
48
- Etambutol
- Kanamisin
- Amikasin
- Kuinolon
- Obat lain masih dalam penelitian yaitu makrolid dan amoksilin dan asam klavulanat
- Beberapa obat berikut ini belum tersedia di Indonesia antara lain: Kapreomisin,
prothioamide)
Kemasan
- Obat Tunggal, disajikan secara terpisah, yakni INH, Rifampisin, Pirazinamid dan
Etambutol
- Obat Kombinasi dosis tetap (Fixed Dose Combination-FDC). Kombinasi dosis tetap
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
1. Amin, Zulkifli . Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (tuberkulosis paru) ED.VI. JILID III . Editor
Aru W.Sudoyo n dkk. Jakarta : Interna Publishing .2014
2. DAS. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru . Editor Hood Alsagaff, Abdul Mukty Cet-5 Surabaya:
Airlangga University Press. 2012
3. Bickley,Lynn S. Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan ED.8 Jakarta: EGC.2011
4. Sobotta . Organ-Organ Dalam ,Editor: Friedrich Paulsen dan Jens Waschke . Ed. 23 – Jakarta :
EGC 2012