Anda di halaman 1dari 3

Nama : Sri Rahayu

NIM : 03031281621119
Kelas :A
Kampus : Indralaya

HASIL DISKUSI TEMPERATURE MEASUREMENT


1. Berdasarkan 5 (lima) alat pengukur temperatur, yang mana yang paling efektif ?
Jawab:
Terdapat 5 alat ukur temperatur yang digunakan, yakni termometer bimetal, termocouple,
thermistor, RTD, dan pyrometer. Dalam segi keakuratan hasil pengukuran, alat ukur yang
paling baik yaitu pyrometer. Pyrometer dapat mengukur suhu sangat tinggi (500-3000o C),
serta merupakan non-contact measurement namun pyrometer memiliki biaya pengadaan awal
yang tinggi (mahal). Dalam segi biaya, alat ukur yang paling murah adalah termometer
bimetal dan thermocouple. Pemilihan suatu alat ukur temperatur dipilih berdasarkan rentang
temperatur yang akan diukur. Sensor yang dipilih hendaklah memiliki rentang range
temperature yang tidak jauh atau berada pada range temperatur yang akan diukur atau yang
akan dimonitoring. Contohnya jika temperatur yang diukur kisaran pada 0-300oC maka dipilih
sensor temperatur yang memiliki range dengan 0-400oC. Jadi menurut saya pribadi yang
paling efektif adalah sensor suhu yang range pengukuran tinggi, linearitas atau keakurasian
dapat ditoleransi, dan harganya murah. Dari kelima alat tersebut yang paling efektif menurut
saya adalah termocouple dikarenakan:
1. Range pengukuran suhu tinggi. Pada umumnya digunakan untuk furnace, oven, mesin
pengering, boiler dan sebagainya yang bisa mencapai 600oC atau lebih.
2. Memberikan respon langsung terhadap perubahan suhu
3. Harganya murah. Dibandingkan dengan RTD dan pyrometer, thermocouple jauh lebih
murah walaupun dalam segi akurasi pyrometer yang paling akurat dan RTD
keakuratannya diurutan kedua.
4. Termocoule dapat dipilih sebagai sensor apabila ada linearitas atau keakurasian tidak
dianggap terlalu penting, atau dapat ditoleransi. Misalkan tidak masalah apabila suhu
yang diinginkan 200oC tetapi yang didapatkan pada suhu 198oC. Bila keakurasian
dianggap penting maka alternative yang dipilih yaitu RTD yang lebih murah
dibangding pyrometer.
5. Thermocouple dipilih apabila tidak untuk range temperature yang terlalu dekat dengan
suhu ruangan. Misalnya suhu yang diminta 38oC dari suhu ruangan yang 28oC. oleh
karena itu thermocouple tidak digunakan untuk penetas telur karena telurnya bisa
matang pada akhirnya.
Jadi pemilihan sensor atau alat ukur suhu tergantung dari range, akurasi, dan harga.

2. Apa hubungan resistansi terkait dengan sinyal yang dihasilkan pada pengendalian temperatur?
Jawab:
Semakin tinggi temperatur suatu penghantar, semakin tinggi pula getaran elektron-elektron
bebas dalam penghantar tersebut. Getaran elektron-elektron bebas inilah yang akan
menghambat jalannya muatan listrik (arus listrik) dalam penghantar tersebut. Adapun
hambatan jenis penghantar (ρ) akan berubah seiring dengan perubahan temperatur. Semakin
tinggi temperatur penghantar, hambatan jenisnya akan semakin tinggi, dan sebaliknya.
Perubahan hambatan jenis ini selanjutnya akan diikuti oleh perubahan hambatan total (R)
penghantar itu sendiri. Sensor temperature resistif bekerja dengan cara mengubah besaran
temperature ke dalam resistensi. Yang termasuk sensor jenis ini adalah thermistor dan RTD
(Resistive Temperature Detector).

Termistor atau thermal resistor adalah suatu jenis resistor yang sensitive terhadap perubahan
suhu. Prinsipnya adalah memberikan perubahan resistansi yang sebanding dengan perubahan
suhu. Perubahan resistansi yang besar terhadap perubahan suhu yang relatif kecil menjadikan
termistor banyak dipakai sebagai sensor suhu yang memiliki ketelitian dan ketepatan yang
tinggi. Thermistor terdiri dari dua jenis yaitu PTC (Positive Temperature Coefficient) dan
NTC (Negative Temperature Coefficient). PTC nilai resistansinya akan meningkat tinggi
ketika suhunya tinggi dan NCT nilai resistansinya menurun ketika suhunya meningkat tinggi.
Termistor yang dibentuk dari bahan oksida logam campuran (sintering mixture), kromium,
kobalt, tembaga, besi, atau nikel, berpengaruh terhadap karakteristik termistor, sehingga
pemilihan bahan oksida tersebut harus dengan perbandingan tertentu. Dimana termistor
merupakan salah satu jenis sensor suhu yang mempunyai koefisien temperatur yang tinggi.
Komponen dalam termistor ini dapat mengubah nilai resistansi karena adanya perubahan
temperatur. Dengan demikian dapat memudahkan kita untuk mengubah energi panas menjadi
energi listrik.
Ketika suhu elemen RTD meningkat, maka resistansi elemen tersebut juga akan meningkat.
Dengan kata lain, kenaikan suhu logam yang menjadi elemen resistor RTD berbanding lurus
dengan resistansinya. Elemen RTD biasanya ditentukan sesuai dengan resistansi mereka
dalam ohm pada nol derajat celcius (0⁰ C). Spesifikasi RTD yang paling umum adalah 100 Ω
(RTD PT100), yang berarti bahwa pada suhu 0⁰ C, elemen RTD harus menunjukkan nilai
resistansi 100 Ω. Ketika RTD menerima panas, maka panas tersebut akan dikonversikan oleh
RTD ke dalam bentuk besaran listrik yaitu tahanan. Panas yang dihasilkan berbanding lurus
dengan tahanan dari jenis elemen logam platina yang ada pada sensor RTD, kemudian bentuk
tahanan tersebut diterima oleh tranduser kemudian tranduser merubahnya menjadi sinyal fisi
dan mengirimnya ke TRC.

Anda mungkin juga menyukai