AGAMA
AGAMA
Di susun oleh :
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
TINJAUAN TEORI
A. Bayi Tabung
I. Pengertian
Adalah sebuah teknik pembuahan sel telur (ovum) di luar tubuh
wanita. Bayi tabung adalah salah satu metode untuk mengatasi
masalah kesuburan ketika metode lainnya tidak berhasil. Bayi tabung
dikenal dengan istilah pembuahan in vitro atau dalam bahasa Inggris
dikenal sebagai in vitro fertilisation.
Ketiga, apabila mani yang ditabung itu mani suami-istri dan cara
mengeluarkannya termasuk muhtaram, serta dimasukan ke dalam
rahim istri sendiri, maka hukum bayi tabung menjadi mubah (boleh).
Meski tak secara khusus membahas bayi tabung, Majelis Tarjih dan
Tajdid PP Muhammadiyah juga telah menetapkan fatwa terkait boleh
tidak nya menitipkan sperma suami-istri di rahim istri kedua. Dalam
fatwanya, Majelis Tarjih dan Tajdid mengungkapkan, berdasarkan
ijitihad jama’i yang dilakukan para ahli fikih dari berbagai pelosok
dunia Islam, termasuk dari Indonesia yang diwakili Mu hammadiyah,
hokum inseminasi buatan seperti itu termasuk yang dilarang. “Hal itu
disebut dalam ketetapan yang keempat dari sidang periode ke tiga dari
Majmaul Fiqhil Islamy dengan judul Athfaalul Anaabib (Bayi
Tabung)”, papar fatwa Majelis Tarjih PP Muhammadiyah.
Rumusannya, “cara kelima inseminasi itu dilakukan di luar kandungan
antara dua biji suami-istri, kemudian ditanamkan pada rahim istri yang
lain (dari suami itu), hal itu dilarang menurut hukum Syara”. Sebagai
ajaran yang sempurna, Islam selalu mampu menjawab berbagai
masalah yang terjadi di dunia modern saat ini.
B. HAID
I. Pengertian
Haid adalah darah yang keluar dari kemaluan perempuan yang
sehat, yang telah mencapai usia haid (9 tahun qomariyah). Sedangkan
darah yang keluar dari seorang perempuan yang sakit, maka disebut
sebagai darah fasad (rusak/penyakit). Darah yang keluar sebelum usia
9 tahun (hijriah) adalah darah yang rusak (darah fasad). Darah yang
keluar selain masa-masa haid dikategorikan sebagai darah istihadhoh.
II. Warna dan Sifat Darah Haid
Warna darah haid dari yang terkuat sampai yang terlemah adalah
hitam, merah, kelabu, kuning, keruh. Sedangkan sifat-sifat darah
adalah kental, amis (berbau tidak sedap), kental dan amis. Contoh:
1. Darah hitam-kental, lebih kuat daripada darah hitam-encer
2. Darah hitam-amis, lebih kuat daripada darah hitam-tidak amis
3. Darah kental-amis, lebih kuat daripada darah kental saja, atau
amis saja.
Catatan: Sifat dan warna darah ini baru digunakan ketika darah
haid yang keluar melebihi batas maksimal haid (15 hari), hal ini
bertujuan agar perempuan dapat menentukan mana masa haidnya
dan mana masa sucinya.
I. Pengertian
Nifas adalah darah yang keluar setelah melahirkan (terpisahnya
anak dari sang ibu yang melahirkan). Disyaratkan dalam darah nifas
yaitu darah yang keluar setelah melahirkan adalah dalam kurun 15
hari pertama setelah bayi dilahirkan. Artinya, darah nifas itu keluar
sejak hari ke-1 sampai hari ke-15 setelah melahirkan. Jika ternyata
darah keluar tetapi tidak dalam masa 15 hari tersebut, maka
perempuan tersebut tidak mengalami nifas, dan darah yang keluar
tersebut dihukumi haid menurut qaul ashoh.
Contoh:
Pada tanggal 1 seorang perempuan melahirkan, namun darah baru
keluar pada tanggal 5. Dengan demikian, darah yang keluar mulai
tanggal 5 dihukumi haid, sedangkan tanggal 1 hingga 40 atau 60
hari berikutnya terbilang sebagai nifas.
Pada tanggal 1 seorang perempuan melahirkan, namun darah baru
keluar pada tanggal 17. Dengan demikian, perempuan tersebut
tidak mengalami nifas, dan darah yang keluar pada tanggal 17
tersebut dikategorikan sebagai darah haid (dengan tetap melihat
kategori haid perempuan tersebut).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: “Darah yang dilihat
seorang wanita ketika mulai merasa sakit adalah nifas.” Beliau
tidak memberikan batasan 2 atau 3 hari. Dan maksudnva yaitu
rasa sakit yang kemudian disertai kelahiran. Jika tidak, maka itu
bukan nifas. Para ulama berbeda pendapat tentang apakah masa
nifas itu ada batas minimal dan maksimalnya. Menurut Syaikh
Taqiyuddin dalam risalahnya tentang sebutan yang dijadikan
kaitan hukum oleh Pembawa syari’at, halaman 37 Nifas tidak ada
batas minimal maupun maksimalnya. Andaikata ada seorang
wanita mendapati darah lebih dari 40, 60 atau 70 hari dan
berhenti, maka itu adalah nifas. Namun jika berlanjut terus maka
itu darah kotor, dan bila demikian yang terjadi maka batasnya 40
hari, karena hal itu merupakan batas umum sebagaimana
dinyatakan oleh banyak hadits.”
Atas dasar ini, jika darah nifasnya melebihi 40 hari, padahal
menurut kebiasaannya sudah berhenti setelah masa itu atau
tampak tanda-tanda akan berhenti dalam waktu dekat, hendaklah
si wanita menunggu sampai berhenti. Jika tidak, maka ia mandi
ketika sempurna 40 hari karena selama itulah masa nifas pada
umumnya. Kecuali, kalau bertepatan dengan masa haidnya maka
tetap menunggu sampai habis masa haidnya. Jika berhenti setelah
masa (40 hari) itu, maka hendaklah hal tersebut dijadikan sebagai
patokan kebiasaannya untuk dia pergunakan pada masa
mendatang.
Namun jika darahnya terus menerus keluar berarti ia
mustahadhah. Dalam hal ini, hendaklah ia kembali kepada
hukum-hukum wanita mustahadhah yang telah dijelaskan pada
pasal sebelumnya. Adapun jika si wanita telah suci dengan
berhentinya darah berarti ia dalam keadaan suci, meskipun
sebelum 40 hari. Untuk itu hendaklah ia mandi, shalat, berpuasa
dan boleh digauli oleh suaminya.Terkecuali, jika berhentinya
darah itu kurang dari satu hari maka hal itu tidak dihukumi suci.
Demikian disebutkan dalam kitab Al-Mughni.
Nifas tidak dapat ditetapkan, kecualijika si wanita melahirkan
bayi yang sudah berbentuk manusia. Seandainya ia mengalami
keguguran dan janinnya belum jelas berbentuk manusia maka
darah yang keluar itu bukanlah darah nifas, tetapi dihukumi
sebagai darah penyakit. Karena itu yang berlaku baginya adalah
hukum wanita mustahadhah.
Minimal masa kehamilan sehingga janin berbentuk manusia
adalah 80 hari dihitung dari mulai hamil, dan pada umumnya 90
hari. Menurut Al-Majd Ibnu Taimiyah, sebagaimana dinukil
dalam kitab Syarhul Iqna’: “Manakala seorang wanita mendapati
darah yang disertai rasa sakit sebelum masa (minimal) itu, maka
tidak perlu dianggap (sebagai nifas). Namun jika sesudahnya,
maka ia tidak shalat dan tidak puasa. Kemudian, apabila sesudah
kelahiran temyata tidak sesuai dengan kenyataan maka ia segera
kembali mengerjakan kewajiban; tetapi kalau tidak teryata
demikian, tetap berlaku hukum menurut kenyataan sehingga tidak
pedu kembali mengerjakan kewajiban”
II. Masa Nifas
Masa nifas secara umum adalah 40 hari dan malamnya. Sedangkan
masa paling sedikitnya nifas adalah lahdzoh ()لحظة/sak kecrutan (bhs.
Jawa). Dan masa paling lama nifas adalah 60 hari dan malamnya.
I. Pengertian
Memiliki buah hati atau momongan adalah suatu kebahagiaan bagi
setiap orang tua, kehadirannya merupakan anugerah dari Allah yang
harus disyukuri sekaligus amanat yang harus dijaga dengan baik.
Sebaliknya, tak jarang ketidak-hadiran momongan menjadi pemicu
keretakan rumah tangga.
Salah satu bentuk syukur atas adanya buah hati adalah menjaga dan
merawatnya dengan sebaik mungkin, diantaranya dengan memberikan
air susu ibu (ASI). Sebagian wanita di tengah arus isu emansipasi dan
kesetaraan gender yang mengalir keluar dari batasnya kanalnya-
menganggap menyusui sebagai beban. Dengan alasan kesibukan,
mereka rela tidak menyusui buah hatinya sendiri. Bahkan diantaranya
tega enggan menyusui anaknya hanya dengan alasan demi menjaga
keindahan tubuhnya. Lalu bagaimana Islam dan para ahli hukum
Islam memandang praktek menyusui? Sebagai agama yang
komprehensif, Islam telah menyinggung masalah menyusui ini dalam
Kitab-Nya, tepatnya dalam Al Baqarah, 233 :
ُضا َعةَ َو َعلَى ْال َم ْولُو ِد لَه َ الرَّ َاملَي ِْن ِل َم ْن أ َ َرادَ أ َ ْن يُتِ َّم
ِ ض ْعنَ أ َ ْو ََلدَه َُّن َح ْولَي ِْن ك ِ َو ْال َوا ِلدَاتُ ي ُْر
ٌ ار َوا ِلدَة ٌ ِب َو َل ِدهَا َو ََل َم ْولُود
َّ ضَ ُ س ِإ ََّل ُو ْس َع َها ََل ت ٌ ف نَ ْف ِ ِر ْزقُ ُه َّن َو ِكس َْوت ُ ُه َّن ِب ْال َم ْع ُر
ُ َّوف ََل ت ُ َكل
َاو ٍر َف ََل ُجنَا َح ُ اض ِم ْن ُه َما َوتَش ٍ ص ااَل َع ْن ت ََر َ ِث ِمثْ ُل ذَلِكَ فَإ ِ ْن أ َ َرادَا ف ِ لَهُ ِب َولَ ِد ِه َو َعلَى ْال َو ِار
سلَّ ْمت ُ ْم َما َءاتَ ْيت ُ ْم
َ ضعُوا أ َ ْو ََلدَ ُك ْم فَ ََل ُجنَا َح َعلَ ْي ُك ْم ِإذَا ِ َعلَ ْي ِه َما َو ِإ ْن أ َ َردْت ُ ْم أ َ ْن ت َ ْست َْر
(233 : ير )البقرة ٌ ص َّ َّللاَ َوا ْعلَ ُموا أ َ َّن
ِ ََّللاَ بِ َما تَ ْع َملُونَ ب َّ وف َواتَّقُواِ بِ ْال َم ْع ُر
” Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuannya. Dan
kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan
cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani kecuali sesuai dengan kadar
kemampuannya. Janganlah seorang ibu (menjadi) menderita sengsara
karena anaknya dan seorang ayah (jangan menjadi menderita) karena
anaknya, dan ahli warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya
ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kalian
ingin anak kalian disusui oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagi
kalian apabila kalian memberikan pembayaran sepatutnya.
Bertakwalah kalian kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha
melihat apa yang kalian kerjakan.” Siapakah “para ibu” yang
dimaksud dalam ayat tersebut.
Ada tiga pendapat dalam memahami kata “para ibu” yang ada
dalam ayat di atas :
1. Mujahid, Ad Dhahhak dan As Siddiy: maksud dari kata “para
ibu” dalam ayat tersebut adalah isteri-isteri yang telah dicerai
oleh suaminya yang masih memiliki anak kecil yang masih
perlu disusui.
2. Al Wahidiy : makna kata “para ibu” di sini adalah wanita yang
masih berstatus sebagai isteri dan memiliki anak kecil untuk
disusui.
3. Abu Hayyan dalam Bahr al Muhith : maksud dari kata “para
ibu” di ayat tersebut adalah umum, mencakup isteri aktif
maupun isteri yang sudah dicerai.
http://www.obatalamikolesterol.com/tag/haid-dan-nifas-menurut-pandangan-
islam/
http://indonesiaindonesia.com/f/5631-nifas-hukum-hukum-seputarnya/
http://ml.scribd.com/doc/54926473/Haid-Menurut-Pandangan-Islam
http://yayanakhyar.wordpress.com/2009/04/08/masa-nifas-dalam-islam/
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2012/02/konsep-dasar-menyusui-bayi.html
http://alpontren.com/index.php?mact=News,cntnt01,print,0&cntnt01articleid=22
&cntnt01showtemplate=false&cntnt01returnid=15
http://keperawatanreligionsrikandipuspaamandaty.wordpress.com/2010/12/17/bay
i-tabung-dalam-pandangan-islam/
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/fatwa/10/05/08/114856-apa-
hukum-bayi-tabung-menurut-islam-
A. Bayi Tabung
B. Haid
C. Nifas
D. Menyusui
E. AIDS
A. Penutup
B. Daftar Pustaka
BAB III
PENUTUP
Bayi tabung merupakan sebuah teknik pembuahan sel telur (ovum)
di luar tubuh wanita.bayi tabung biasanya di lakukan oleh pasangan
suamin istri yang telah lama tidak memiliki keturunan dimana meraka
menginginkan keturunan. Proses tersebut diawasi lansung oleh seorang
dokter.
Haid merupakan darah yang keluar dari kemaluan perempuan
yang sehat, darah haid terjadi pada seorang perempuan yang sehat,tidak
manepous,tidak hamil,dan tidak terjadinya penuaan dini.
Nifas merupakan darah yang keluar setelah melahirkan
(terpisahnya anak dari sang ibu yang melahirkan). Nifas pada umumnya
terjadi selama 40 hari.
Menyusui merupakan suatu proses dari orang tua
khususnyaseorang ibu untuk merawat anknya.Orang tua hendaaknya
memberikan nutrisi khususnya asi kepada anaknya selama 2,5 tahun
penuh,ibu memberikan asinya secara eksklusif dan ayah mencari nafkah
untuk memberikan makan yang bergi kepada ibu agar anak tersebut
tumbuh menjadi anak yang sehat dan pandai.
Aids merupakan penyakit penyakit yang menyerang dan atau
merusak system kekebalan tubuh manusia melalui HIV. Karena hubungan
seksual dimana berganti-gantinya pasangan yang mnyebabkan virus
tersebut mudah menular.