Anda di halaman 1dari 4

PEMERIKSAAN APTT (ACTIVATED

PARTIAL THROMBOPLASTIN TIME)

 Yazhid Bashar LD
 9 months ago
 0 Comments
Facebook Twitter

PENDAHULUAN

Tes APTT (activated partial


thromboplastin time, atau masa tromboplastin parsial teraktivasi) merupakan tes penyaring
pembekuan darah melalui jalur intrinsik dan jalur bersama yaitu faktor pembekuan XII,
prekalikren, kininogen, XI, IX, VIII, X, V protrombin dan fibrinogen (1,2,3,4).
Teori yang banyak dianut untuk menerangkan proses pembekuan darah adalah teori cascade atau
waterfall yang dikemukakan oleh Mac Farlane, Davie, dan Ratnoff. Menurut teori ini tiap faktor
pembekuan darah diubah menjadi aktif oleh faktor sebelumnya dalam rangkaian enzimatik.
Faktor pembekuan beredar dalam darah sebagai prekursor yang akan diubah menjadi enzim bila
diaktifkan. Enzim ini akan mengubah prekursor selanjutnya menjadi enzim. Jadi mula-mula
faktor pembekuan darah bertindak sebagai substrat dan kemudian sebagai enzim(1).
Proses pembekuan darah dimulai melalui dua jalur yaitu jalur intrinsik yang dicetuskan oleh
aktivasi kontak dengan melibatkan F.XII, F.XI, F.IX, F.VIII, HMWK, PK, platelet factor 3
(PF.3) dan ion Kalsium, serta jalur ekstrinsik yang dicetuskan oleh tromboplastin jaringan
dengan melibatkan F.VII, ion Kalsium. Kedua jalur ini kemudian bergabung menjadi jalur
bersama yang melibatkan F.X, F.V, protrombin dan fibrinogen (1,2).
Tes APTT merupakan modifikasi dari tes PTT (partial thromboplastin time, atau masa
tromboplastin parsial) yang dapat dilakukan lebih cepat dengan hasil yang lebih teliti
(1,2,3,4,5,6). Tes APTT digunakan bersama tes pembekuan lain, misalnya PT (prothrombin
time) untuk menentukan kelainan terletak pada inhibitor atau pada defisiensi faktor
pembekuan(1,2). Zat inhibitor merupakan zat yang menghambat pembentukan fibrin, misalnya
antitrombin III, protein C dan protein S (8).
Tujuan penulisan ini untuk mengetahui cara kerja tes APTT dan interpretasinya.

METODE
Metode koagulasi (7).

PRINSIP
Prinsip kerja tes ini adalah mengukur lamanya terbentuk bekuan bila ke dalam plasma
ditambahkan reagens tromboplastin parsial dan aktivator serta ion kalsium (1).

BAHAN

Sampel (3,7):
Persiapan penderita dan sampel:

1. Tes dikerjakan sebelum penderita diberi transfusi atau pengobatan.


2. Bendungan seminimal mungkin untuk mencegah terjadinya hemokonsentrasi dan
lepasnya aktivator plasminogen
3. Penggunaan semprit plastik untuk mencegah adhesi trombosit dan aktivasi plasminogen.
4. Jarum yang dipakai paling kecil (no.20) untuk mencegah terjadinya hemolisis.
5. Sampel yang dipakai adalah plasma sitrat (9 bagian darah : 1 bagian Na. Sitrat 38 g/l)

Untuk kontrol orang sehat, perlakuannya sama dengan sampel.

Reagen (3):
1. Kaolin 5g/l dalam larutan buffer barbiton
2. Fosfolipid 20 sampai 25 IU/dl
Larutan 1 dan 2 sudah dalam 1 larutan disebut reagen aktivator
3. CaCL2 0,025 mol/l

Alat (3):
1. Tabung reaksi 4. Inkubator
2. rak tabung 5. Stopwatch
3. batang pengaduk berupa Nichrome loopstop watch
CARA KERJA:
1. 100 L aktivator ditambahkan 100 L plasma dimasukkan ke dalam tabung A.
2. 200 L CaCl2 masukkan ke dalam tabung B.
3. Inkubasi kedua tabung selama 5 menit pada suhu 37C.
4. Ambil 100 L CaCl2 (tabung B) masukkan ke dalam tabung A.
5. Jalankan stopwatch, aduk, amati hingga terjadi bekuan.
6. Tes ini diulang pada plasma kontrol (3).

NILAI RUJUKAN
20 - 40 detik

INTERPRETASI
APTT akan memanjang pada (3):
1. Disseminated intravasculer coagulation
2. Penyakit-penyakit hati
3. Transfusi masif.
4. Pemberian heparin, dosis heparin diatur sampai APTT mencapai 1,5 - 2,5 kali nilai kontrol.
5. Defisiensi faktor bekuan selain faktor VII.
APTT akan memendek pada (3):
1. Reaksi fase akut perdarahan
2. Penyakit Myeloproliferatif.
Untuk Mengetahui letak kelainan pembekuan dilakukan tes terhadap inhibitor:
Campuran 50:50 antara plasma kontrol dan plasma pasien dicampur dan dilakukan tes, jika tetap
memanjang berarti terdapat inhibitor tetapi bila terkoreksi berarti kelainannya disebabkan oleh
adanya defisiensi (3).

Anda mungkin juga menyukai