Latar Belakang, Dan Pengertian
Latar Belakang, Dan Pengertian
Latar Belakang, Dan Pengertian
PENDAHULUAN
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi
sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila
konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif
akan mulai ekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari
proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan
1
hidup jenisnya. Terdapat banyak hormon dalam tumbuhan itu sendiri, tapi khusus kali ini
dalam makalah ini hanya akan membahas mengenai Gas Etilen dan.
1. Fitohormon atau hormon tanaman adalah senyawa organik bukan nutrisi yang aktif dalam
jumlah kecil (< 1mM) yang disintesis pada bagian tertentu, pada umumnya ditranslokasikan
kebagian lain tanaman dimana senyawa tersebut, menghasilkan suatu tanggapan secara
biokimia, fisiologis dan morfologis.
2. Zat Pengatur Tumbuh adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi
rendah (< 1 mM) mendorong, menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
3. Inhibitor adalah senyawa organik yang menghambat pertumbuhan secara umum dan tidak
ada selang konsentrasi yang dapat mendorong pertumbuhan. Pertumbuhan, perkembangan,
dan pergerakan tumbuhan dikendalikan beberapa golongan zat yang secara umum dikenal
2
sebagai hormon tumbuhan atau fitohormon. Penggunaan istilah "hormon" sendiri
menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan dan tumbuhan.Sebagaimana pada hewan,
hormon tumbuhan juga dihasilkan dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam sel. Beberapa
ahli berkeberatan dengan istilah ini karena fungsi beberapa hormon tertentu tumbuhan
(hormon endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan) dapat diganti dengan
pemberian zat-zat tertentu dari luar, misalnya dengan penyemprotan (hormon eksogen,
diberikan dari luar sistem individu). Mereka lebih suka menggunakan istilah zat pengatur
tumbuh(bahasa Inggris plant growth regulator). Hormon tumbuhan merupakan bagian dari
proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu
terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu,
sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai ekspresi. Dari sudut pandang evolusi,
hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-
tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.
Retardan. Cathey (1975) mendefinisikan retar dan sebagai suatu senyawa organik yang
menghambat perpanjangan batang, meningkatkan warna hijau daun, dan secara tidak
langsung mem-pengaruhi pembungaan tanpa menyebabkan pertumbuhan yang abnormal.
Sinyal kimia interseluler untuk pertama kali ditemukan pada tumbuhan. Konsentrasi yang
sangat rendah dari senyawa kimia tertentu yang diproduksi oleh tanaman dapat memacu atau
menghambat pertumbuhan atau diferensiasi pada berbagai macam sel-sel tumbuhan dan
dapat mengendalikan perkembangan bagian-bagian yang berbeda pada tumbuhan. Dengan
menganalogikan senyawa kimia yang terdapat pada hewan yang disekresi oleh kelenjar ke
aliran darah yang dapat mempengaruhi perkembangan bagian-bagian yang berbeda pada
tubuh, sinyal kimia pada tumbuhan disebut hormon pertumbuhan. Namun, beberapa ilmuwan
memberikan definisi yang lebih terperinci terhadap istilah hormon yaitu senyawa kimia yang
disekresi oleh suatu organ atau jaringan yang dapat mempengaruhi organ atau jaringan lain
dengan cara khusus. Berbeda dengan yang diproduksi oleh hewan senyawa kimia pada
tumbuhan sering mempengaruhi sel-sel yang juga penghasil senyawa tersebut disamping
mempengaruhi sel lainnya, sehingga senyawa-senyawa tersebut disebut dengan zat pengatur
tumbuh untuk membedakannya dengan hormon yang diangkut secara sistemik atau sinyal
jarak jauh.
3
Ahli biologi tumbuhan telah mengidentifikasi 5 tipe utama ZPT yaitu auksin,
sitokinin,giberelin, asam absisat dan etilen. Tiap kelompok ZPT dapat menghasilkan
beberapa pengaruh yaitu kelima kelompok ZPT mempengaruhi pertumbuhan, namun hanya 4
dari 5 kelompok ZPT tersebut yang mempengaruhi perkembangan tumbuhan yaitu dalam hal
diferensiasi sel. Seperti halnya hewan, tumbuhan memproduksi ZPT dalam jumlah yang
sangat sedikit, akan tetapi jumlah yang sedikit ini mampu mempengaruhi sel target. ZPT
menstimulasi pertumbuhan dengan memberi isyarat kepada sel target untuk membelah atau
memanjang, beberapa ZPT menghambat pertumbuhan dengan cara menghambat pembelahan
atau pemanjangan sel. Sebagian besar molekul ZPT dapat mempengaruhi metabolisme dan
perkembangan sel-sel tumbuhan. ZPT melakukan ini dengan cara mempengaruhi lintasan
sinyal tranduksi pada sel target. Pada tumbuhan seperti halnya pada hewan, lintasan ini
menyebabkan respon selular seperti mengekspresikan suatu gen, menghambat atau
mengaktivasi enzim, atau mengubah membran.Pengaruh dari suatu ZPT bergantung
pada spesies tumbuhan, situs aksi ZPT pada tumbuhan, tahap perkembangan tumbuhan dan
konsentrasi ZPT. Satu ZPT tidak bekerja sendiri dalam mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan, pada umumnya keseimbangan konsentrasi dari beberapa ZPT-lah
yang akan mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
4
Giberelin Mendorong perkembangan biji, perkembangan Meristem apikal tunas
kuncup, pemanjangan batang dan ujung dan akar;
pertumbuhan daun muda; embrio.
daun; mendorong pembungaan dan
perkembangan buah; mempengaruhi
pertumbuhan dan diferensiasi akar.
Asam Menghambat pertumbuhan; merangsang Daun; batang, akar,
absisat penutupan stomata pada waktu kekurangan air, buah berwarna
(ABA) memper-tahankan dormansi. hijau.
5
lainnya. Keseimbangan hormon, dapat mengontrol pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan daripada peran hormon secara mandiri. Interaksi ini akan menjadi muncul dalam
penyelidikan tentang fungsi hormon
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam makalah
ini yaitu:
1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
6
BAB II
PEMBAHASAN
Ethylene adalah hormon tumbuh yang secara umum berlainan dengan Auksin,
Gibberellin, dan Cytokinin. Dalam keadaan normal ethylene akan berbentuk gas dan struktur
kimianya sangat sederhana sekali. Di alam ethilene akan berperan apabila terjadi perubahan
secara fisiologis pada suatu tanaman. Hormon ini akan berperan pada proses pematangan
buah dalam fase klimakterik.
Penelitian terhadap ethylene, pertama kali dilakukan oleh Neljubow (1901) dan
Kriedermann (1975), hasilnya menunjukan gas ethylene dapat membuat perubahan pada akar
tanaman. Hasil penelitian Zimmerman etal (1931) menunjukan bahwa ethylene dapat
mendukung terjadinya absisi pada daun, namun menurut Rodriquez (1932), zat tersebut dapat
mendukung proses pembungaan pada tanaman nanas.
Penelitian lain telah membuktikan tentang adanya kerja sama antara auxin dan ethylene
dalam pembengkakan (swelling) dan perakaran dengan cara mengaplikasikan auksin pada
jaringan setelah ethylene berperan. Hasil penelitian menunjukan bahwa kehadiran auksin
dapat menstimulasi produksi ethylene.
Hormon Gas Etilen adalah hormon yang berupa gas yang dalam kehidupan tanaman
aktif dalam proses pematangan buah. Aplikasi mengandung ethephon, maka kinerja sintetis
ethylen berjalan optimal sehingga tujuan agar buah cepat masak bisa tercapai. (misalnya:
Etephon, Protephon) merk dagang antara lain: Prothephon 480SL. Gas Etilen banyak
ditemukan pada buah yang sudah tua.
Etilen merupakan hormon tumbuh yang diproduksi dari hasil metabolisme normal
dalam tanaman. Etilen berperan dalam pematangan buah dan kerontokan daun. Etilen disebut
juga ethene (Winarno, 2007). Senyawa etilen pada tumbuhan ditemukan dalam fase gas,
sehingga disebut juga gas etilen. Gas etilen tidak berwarna dan mudah menguap (Yatim,
2007)
7
Hormon Gas Etilen adalah hormon yang berupa gas yang dalam kehidupan tanaman
aktif dalam proses pematangan buah. Aplikasi mengandung ethephon, maka kinerja sintetis
ethylen berjalan optimal sehingga tujuan agar buah cepat masak bisa tercapai. (misalnya:
Etephon, Protephon) merk dagang antara lain: Prothephon 480SL. Gas Etilen banyak
ditemukan pada buah yang sudah tua (Vitriyatul, 2012).
Gas etilen adalah suatu senyawa volatil yang dikeluarkan oleh buah-buahan dan
sayuran segar. Jumlah gas etilen yang dikeluarkan bervariasi menurut jenis buah dan sayuran
segar yang dihasilkan. Buah apel dikenal sebagai buah yang banyak menghasilkan gas etilen.
Menurut Griffin dan Sacharow dalam Simbolon (1991), secara umum gas etilen akan
mempercepat proses pematangan dan pemasakan, kerusakan fisik dan fisiologis.
Etilen adalah hormon tanaman alami yang penting pengaruhnya terhadap pelayuan
dan pemasakan dari buah klimakterik (Utama, 2006). Menurut Kader (1992), buah
klimakterik yaitu buah yang menunjukkan kenaikan produksi karbondioksida dan etilen yang
besar saat penuaan. Contoh buah klimakterik yaitu apel, alpukat, pisang, mangga, dan tomat.
Selama proses pematangan, buah klimakterik menghasilkan lebih banyak etilen endogen
daripada buah nonklimakterik.
Menurut Hadiwiyoto (1981), etilen endogen adalah gas etilen yag dihasilkan oleh
buah yang telah matang dengan sendirinya yang dapat memicu pematangan buah lain di
sekitarnya.
Ethylene merupakan salah satu jenis senyawa hidrokarbon, yang memiliki rumus
kimia C2H4 (CnH2n), nama IUPAC (International Union of Pure and Apllied
Chemistry)-nya adalah Etena, yang termasuk dalam jenis alkena, yaitu senyawa
hidokarbon yang memiliki ikatan karbon rangkap (C=C), yang paling sederhana.
Senyawa ini memiliki berat molekul sebesar 28,05 gram/mol, densitas-nya sebesar
8
1,178 kg/m3[1], kelarutan di dalam air-nya sebesar 3,5 mg/100 mL, berwujud gas
tidak berwarna pada kondisi lingkungan normal, serta berbau segar dan musky.
Etilen memiliki sifat-sifat mudah larut dalam lemak, sangat mobil dan bersifat
autokatalitik,senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang pada suhu kamar berbentuk
gas,tidak berwarna,tidak berbau,titik didihnya sekitar -140C,titik lelehnya sekitar
169C. Biosintesis etilen dapat berlangsung melalui empat jalur berbeda; jalur linoleat,
etanol, β-alanin dan jalur metionin. Namun diantara keempat jalur ini, jalur
metionin-lah yang dianggap paling tepat dalam hubungan antara etilen dengan
prosen pematangan buah (Pantastico,1989). Pemberian etilen berpengaruh nyata
terhadap waktu yang diperlukan untuk mencapai puncak klimaterik (Biale, 1954;
Mapson dan Robinson, 1966; Pantastico dan Mendoza, 1970; dan Vines, 1965 dalam
Pantastico, 1989). Berdasarkan respon yang diberikan buah terhadap pemberian
etilen, buah-buahan dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu klimaterik dan
nonklimaterik. Biale (1954) dalam Pantastico (1989) menyatakan bahwa buah
nonklimaterik akan bereaksi terhadap pemberian C2H4 pada tingkat manapun pada
9
kehidupan prapanen dn pasca panen, sedangkan buah klimaterik hanya akan
mengadakan reaksi respiratik bila diberikan C2H4 dalam tingkat pra klimaterik, dan
tidak lagi peka terhadap C2H4 setelah permulaan kenaikan klimaterik dilampaui.
Etilen sering dimanfaatkan oleh para distributor dan importir buah. Buah
dikemas dalam bentuk belum masak saat diangkut pedagang buah. Setelah sampai
untuk diperdagangkan, buah tersebut diberikan etilen (diperam) sehingga cepat
masak.
Dalam pematangan buah, etilen bekerja dengan cara memecahkan klorofil pada
buah muda, sehingga buah hanya memiliki xantofil dan karoten. Dengan demikian,
warna buah menjadi jingga atau merah. Pada aplikasi lain, etilen digunakan sebagai
obat bius (anestesi).
Fungsi lain etilen secara khusus adalah:
Etilen diproduksi oleh tumbuhan tingkat tinggi dari asam amino metionin yang
esensial pada seluruh jaringan tumbuhan. Produksi etilen bergantung pada tipe
jaringan, spesies tumbuhan, dan tingkatan perkembangan. Etilen dibentuk dari
metionin melalui 3 proses:
10
ATP merupakan komponen penting dalam sintesis etilen. ATP dan air akan
membuat metionin kehilangan 3 gugus fosfat.
Asam 1-aminosiklopropana-1-karboksilat sintase(ACC-sintase) kemudian
memfasilitasi produksi ACC dan SAM (S-adenosil metionin).
Oksigen dibutuhkan untuk mengoksidasi ACC dan memproduksi etilen.
Reaksi ini dikatalisasi menggunakan enzim pembentuk etilen.
Sekarang ini dilakukan penelitian yang berfokus pada efek pematangan buah.
ACC sintase pada tomat menjadi enzim yang dimanipulasi melalui
bioteknologi untuk memperlambat pematangan buah sehingga rasa tetap
terjaga.
11
menjadi besar, hal tersebut mengakibatkan proses pelunakan sehingga
metabolisme respirasi dipercepat.
2. Selama klimaterik, kandungan protein meningkat dan diduga etilen lebih
merangsang sintesis protein pada saat itu. Protein yang terbentuk akan terlihat
dalam proses pematangan dan proses klimaterik mengalami peningkatan enzim-
enzim respirasi
Berikut grafik hubungan antara pertumbuhan buah dengan laju respirasi dan
produksi gas etilene.
(Nicolaï et al. Engineering properties of Foods, Rao, Rizvi and Datta, Eds.
CRC, 2005)
Dari grafik disamping, laju respirasi tertinggi terjadi pada fase
pembelahan sel (cell division) baik pada buah klimaterik maupun non-klimaterik.
Hal ini dikarenakan ketika sel melakukan pembelahan, di butuhkan energi yang
sangat besar dan satu-satunya sumber energi tersebut adalah dari proses respirasi.
Seiring dengan pertumbuhan buah maka laju respirasi semakin menurun sampai
pada awal pemasakan (ripening) buah.
Produksi etilene pada fase pembelahan sel sampai pembesaran sel (cell
enlargement) tidak ada perbedaan antara buah klimaterik dengan non-klimaterik.
Memasuki fase ripening, fase inilah yang membedakan buah klimaterik
dengan non-klimaterik. Pada buah klimaterik terjadi peningkatan dalam jumlah
besar terhadap produksi etilene dan laju respirasinya. Sementara pada buah non-
klimaterik tidak terjadi peningkatan etilene maupun laju respirasi.
Waktu pemanenan di lapangan memberikan perbedaan. Buah klimaterik
dapat dipanen sebelum fase ripening (pemasakan) karena fase ripening akan
terus berlanjut meskipun telah dipetik dari pohonnya. Sementara buah non-
klimaterik harus tetap berada di pohonnya agar bisa masak (ripening).
12
Contohnya, buah pisang dapat dipanen saat buah sudah matang penuh meskipun
warna kulit masih hijau, karena fase ripeningnya akan berlanjut meskipun tidak
di pohonnya (tidak harus menunggu kemasakan di pohonnya). Tetapi buah jeruk
hanya bisa masak untuk dapat dikonsumsi apabila tetap berada di pohonnya.
Di dalam industri kimia, etilen digunakan untuk beberapa hal antara lain :
13
BAB III
KESIMPULAN
Ethylene adalah hormon tumbuh yang secara umum berlainan dengan Auksin,
Gibberellin, dan Cytokinin. Dalam keadaan normal ethylene akan berbentuk gas dan struktur
kimianya sangat sederhana sekali. Di alam ethilene akan berperan apabila terjadi perubahan
secara fisiologis pada suatu tanaman. Hormon ini akan berperan pada proses pematangan
buah dalam fase klimakterik.
Etilen merupakan hormon tumbuh yang diproduksi dari hasil metabolisme normal
dalam tanaman. Etilen berperan dalam pematangan buah dan kerontokan daun. Etilen disebut
juga ethene (Winarno, 2007). Senyawa etilen pada tumbuhan ditemukan dalam fase gas,
sehingga disebut juga gas etilen. Gas etilen tidak berwarna dan mudah menguap (Yatim,
2007). Etilen merupakan salah satu jenis senyawa hidrokarbon, yang memiliki rumus
kimia C2H4 (CnH2n), nama IUPAC (International Union of Pure and Apllied
Chemistry)-nya adalah Etena.
14
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. https://www.kompasiana.com/painan/558e34d4f3927398048b456a/senyawa-
ethylene-untuk-mempercepat-pemasakan-buah
Anonim. http://khadik-astro.blogspot.com/2011/12/pengaruh-etilen-pada-pematangan-
buah.html
Anonim. http://dyacintaflora.blogspot.com/2012/04/hormon-etilen.html?m=1
Anonim. http://pendidikanbiologiunirowtuban.blogspot.com/2013/12/makalah-
etilen.html
Anonim. https://torajafarmer.files.wordpress.com/2016/10/klimat.png?w=399&h=266
15