Bahan Mata Kuliah
Bahan Mata Kuliah
OLEH :
Pembimbing:
Dr. dr. H. SISWANTO WAHAB, Sp.KK (K)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Timbulnya Acne Vulgaris pada
Mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas Hasanuddin Angkatan 2014-2017” ini
sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran.
Selesainya skripsi ini tidak semata-mata karena hasil kerja dari penulis
sendiri melainkan juga adanya bantuan dari berbagai pihak. Olehnya itu pada
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya baik dari segi materi
maupun yang nonmateri. Ucapan terima kasih pada Dr. dr. H. Siswanto Wahab,
Sp.KK (K) selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini atas waktu, tenaga,
pikiran, semangat, dan dorongan serta bimbingan yang diberikan selama penulisan
skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua
sebagaimana mestinya. Amin.
Penulis
ix
SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Richard Winardi
Dr. dr. H. Siswanto Wahab, Sp.KK (K)
ABSTRAK
x
THESIS
FACULTY OF MEDICINE
HASANUDDIN UNIVERSITY
Richard Winardi
Dr. dr. H. Siswanto Wahab, Sp.KK (K)
Method: This research uses analytic observational research method that aims to
see the causal relationship between the anxiety level with the incidence of acne
vulgaris in medical students of Hasanuddin University 2014-2017. The design use
by the researcher is cross sectional approach which is a study conducted in one
time only.
Results: Characteristics of the sample by age most in the women group. Based on
whether or not to take acne treatment, most found in groups that do not perform
treatment. Based on the degree of acnenya, most in the group with acne degree 1.
Based on the level of anxiety, most in the group with mild anxiety. From chi-
square test, researcher found the relationship between the anxiety level with the
incidence of acne vulgaris, with p = 0.00 (p <0.05)
xi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ x
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….xvi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………xvii
BAB 1. PENDAHULUAN
xii
BAB 4. METODE PENELITIAN
4.3.2 Sampel................................................................................................... 21
xiii
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.2. Saran............................................................................................................... 31
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR TABEL
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
BAB 1
PENDAHULUAN
dengan adanya sumbatan keratin kulit. Unit pilosebaseus merupakan kesatuan unit
folikel rambut, kelenjar sebaseus, dan otot rambut penyerta. Sedangkan yang
dimaksud keratin adalah lapisan paling luar dari ari (Dewi, 2009)
penderitanya. Pada tahap ini faktor percaya diri serta aktivitas pergaulan sosial
menjadi amat penting. Walaupun masalah ini dianggap ringan dan bisa diobati
sendiri, namun jerawat juga menimbulkan kesan fisikal dan emosi yang sering
kali berkaitan dengan masalah harga diri, keyakinan terhadap diri sendiri dan
pergaulan sosial.
Jerawat yang timbul bisa ringan hingga parah yang menyebabkan kista atau
nodul. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi folikel rambut pada kulit, penyumbatan
keratin, serta minyak. Dalam hal ini bakteri yang hidup di kulit juga bisa turut
1
(Ismiyati, 2010). Berbagai penelitian menunjukkan prevalensi cemas dan depresi
fakultas lain.
2014-2017
ini adalah “apakah ada hubungan tingkat kecemasan dengan timbulnya acne
angkatan 2014-2017”.
Dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan tingkat
Universitas Hasanuddin
2
3. Untuk mengetahui hubungan kecemasan dengan akne vulgaris, dalam hal
dan dapat dijadikan sebagai dibahan bacaan dan referensi bagi mahasiswa
timbulnya jerawat.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Cemas
2.1.1 Definisi
Adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan perasaan
tidak menentu dan tidak berdaya (Suratno, 2005). Kecemasan (anxiety) sebetulnya
merupakan reaksi normal terhadap situasi yang menekan. Namun dalam beberapa
kasus, menjadi berlebihan dan dapat menyebabkan seseorang ketakutan yang tidak
rasional terhadap sesuatu hal. Kecemasan berbeda dengan fobia (phobia), karena
tidak spesifik untuk situasi tertentu. Kecemasan dapat menyerang siapa saja, setiap
ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS
symptoms yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang
diobservasi diberi 5 tingkatan skor (skala likert) antara 0 (Nol Present) sampai
Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang diperkenalkan
oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar dalam pengukuran
kecemasan terutama pada penelitian clinical trial. Skala HARS telah dibuktikan
4
memiliki validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk melakukan pengukuran
kecemasan pada penelitian clinical trial yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini
Menurut Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), penilaian kecemasan terdiri dan 14
a. Perasaan cemas: firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tensinggung.
c. Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan
d. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak
e. Gangguan kecerdasan: penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi.
g. Gejala somatik: nyeri otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil dan kedutan
otot.
i. Gejala kardiovaskuler: takikardi, nyeri dada, denyut nadi mengeras dan detak
j. Gejala pemapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas
5
k. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan
muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut.
l. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing, aminorea, ereksi
m. Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, rambut kulit
kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat (Tawi,
2012).
Cara Penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori: (Tawi,
2012)
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14
dengan hasil:
6
3. Skur 15 – 27 = kecemasan sedang.
a. Kecemasan ringan
serta lapang persepsinya meluas. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan
kreatifitas.
b. Kecemasan Sedang
orang lain.
c. Kecemasan berat
Lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada detil yang
spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal-hal lain. Seluruh perilaku dimaksudkan
untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak arahan untuk berfokus pada area
lain.
7
d. Panik
Individu kehilangan kendali diri, tidak melakukan apapun meskipun dengan perintah.
a. Teori Psikoanalitik
budaya seseorang .
5. Fungsi ansietas atau cemas: mengingatkan ego bahwa ada bahaya (Suratno,
2005).
b. Teori interpersonal
2. Orang dengan harga diri rendah, mudah mengalami kecemasan yang berat.
c. Teori Perilaku
8
1. Kecemasan merupakan hasil dari frustasi akibat berbagai hal, yang mempegaruhi
2. Individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yang
(Suratno, 2005).
d. Teori Keluarga
Kecemasan selalu ada pada tiap-tiap keluarga dalam berbagai bentuk dan sifatnya
heterogen.
e. Teori Biologik
keberadaan komedo, papul, pustul, dan kista (Rycroft et al. 2010). Inflamasi kronis
9
acne vulgaris berpengaruh pada daerah seborrhoic, terutama pada dada (15%), wajah
(99%), dan punggung (60%). Lesi yang muncul ditandai dengan keberadaan
komedo, erupsi papular, erupsi pustular, kista purulen, dan skar (Bergler-Czop et
al.2013;Layton 2010).
Acne vulgaris adalah penyakit kulit yang paling sering diderita oleh
terjadi pada remaja dengan persentase lebih dari 80% (Rzany 2006; Bergler-Czop et
Sementara kejadian acne pada usia yang lebih tua justru menunjukkan
ringan, 50,5% dengan acne sedang/moderat, dan 24,3% dengan acne berat (Behnam
2013).
1. Faktor genetik.
menderita acne. Penelitian di Jerman menunjukkan bahwa acne terdapat pada 45%
10
remaja yang salah satu atau kedua orang tuanya menderita acne, dan hanya 8% bila
2. Faktor ras.
dengan yang berkulit hitam dan acne yang diderita lebih berat dibandingkan dengan
orang Jepang.
3. Hormonal.
keparahan dari jerawat (Ayer J dan Burrows N, 2006). Beberapa faktor fisiologis
seperti menstruasi dapat mempengaruhi acne. Pada wanita, 60-70% acne yang
diderita menjadi lebih parah beberapa hari sebelum menstruasi dan menetap sampai
4. Diet.
Tidak ditemukan adanya hubungan antara acne dengan asupan total kalori
dan jenis makanan, walapun beberapa penderita menyatakan acne bertambah parah
berlemak.
5. Iklim.
11
Cuaca yang panas dan lembab memperburuk acne. Hidrasi pada stratum
korneum epidermis dapat merangsang terjadinya acne. Pajanan sinar matahari yang
6. Lingkungan.
Acne lebih sering ditemukan dan gejalanya lebih berat di daerah industri dan
7. Stres.
Acne dapat kambuh atau bertambah buruk pada penderita stres emosional.
Mekanisme yang tepat dari proses jerawat tidak sepenuhnya dipahami, namun
diketahui dicirikan oleh sebum berlebih, hiperkeratinisasi folikel, stres oksidatif dan
Acne vulgaris ditandai dengan empat tipe dasar lesi : komedo terbuka dan
tertutup, papula, pustula dan lesi nodulokistik. Satu atau lebih tipe lesi dapat
mendominasi; bentuk yang paling ringan yang paling sering terlihat pada awal usia
remaja, lesi terbatas pada komedo pada bagian tengah wajah. Lesi dapat mengenai
dada, punggung atas dan daerah deltoid. Lesi yang mendominasi pada kening,
12
rambut (acne pomade). Mengenai tubuh paling sering pada laki-laki. Lesi sering
kedalaman dan kronisitas proses (Darmstadt dan Al Lane dalam Nelson 1999). Acne
dapat disertai rasa gatal, namun umumnya keluhan penderita adalah keluhan estetika.
Komedo adalah gejala patognomonik bagi acne berupa papul miliar yang di
melanin disebut komedo hitam atau komedo terbuka (black comedo, open comedo).
Sedang bila berwarna putih karena letaknya lebih dalam sehingga tidak mengandung
unsure melanin disebut komedo putih atau komedo tertutup (white comedo, close
keparahan ini sendiri ditentukan berdasarkan sistem skor (scoring system) pada tahun
Grade 3: Banyak komedo, papul dan pustul inflamatory kecil maupun besar
Grade 4: Komedo yang banyak dan lesi yang dalam bergabung dan
membentuk kanal, dan melibatkan wajah serta bagian atas batang tubuh.
13
2.2.6. Patogenesis Acne vulgaris
asam linoleat kulit dan adanya peningkatan aktivitas IL-1, sehingga menyebabkan
sebum, dan bakteri sehingga membentuk mikrokomedo yang makin membesar dan
ruptur dinding folikel.Respon tubuh terhadap ini adalah inflamasi. Tipe sel
predominan yang berperan dalam 24 jam pertama rupturnya komedo ini adalah
ditemukan di perivaskuler. Satu hingga dua hari setelah komedo ruptur, netrofil
dihidrotestosteron (DHT) sebagai poten androgen serta bekerja pada aktivitas sebosit
yang berlebih.
Patogenesis yang kedua ialah kelebihan produksi sebum yang berasal dari
kelenjar sebacea. Salah satu komponen sebum, yaitu trigliserida berperan dalam
14
patogenesis akne. Trigliserida dipecah menjadi asam lemak bebas oleh P. acnes
sebagai flora normal unit pilosebacea. Asam lemak bebas ini mempengaruhi
bakteri gram positif dan anaerob yang ditemukan di folikel sebasea. Dinding sel P.
kemotaktis.
a) Pengobatan topikal.
peradangan, dan mempercepat penyembuhan lesi. Obat topikal terdiri atas: bahan
iritan yang dapat mengelupas kulit; antibiotika topikal yang dapat mengurangi
jumlah mikroba dalam folikel acne vulgaris; anti peradangan topikal; dan lainnya
15
b) Pengobatan sistemik.
bakteri sistemik; obat hormonal untuk menekan produksi androgen dan secara
retinoid oral sebagai antikeratinisasi; dan obat lainnya seperti anti inflamasi non
steroid.
c) Bedah kulit.
jaringan parut akibat acne vulgaris meradang yang berat yang sering menimbulkan
berikut:
a) Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipid sebum dengan cara diet rendah
b) Menghindari terjadinya faktor pemicu, misalnya : hidup teratur dan sehat, cukup
16
menjauhi terpacunya kelenjar minyak, misalnya minuman keras, pedas, rokok, dan
sebagainya.
pencegahan dan cara maupun lama pengobatannya serta prognosisnya. Hal ini
penting terhadap usaha penatalaksanaan yang dilakukan yang membuatnya putus asa
17
BAB 3
Keadaan Cemas
HPA
(Hypothalamic Pituitary Adrenal Axis)
Hormon Androgen ↑
Testosteron Androgen →
Dihidrotestosteron
Produksi sebum ↑
Proliferasi dan diferensiasi sebosit
Aktivasi Propinobacterium
acne
Inflamasi
18
3.2 Kerangka Konsep
Keterangan :
- = Variabel independen
(
= Variabel dependen
19
BAB 4
METODE PENELITIAN
untuk melihat hubungan sebab akibat antara tingkat kecemasan dengan timbulnya
sectional yaitu sebuah penelitian yang dilakukan dalam sekali waktu saja.
Universitas Hasanuddin.
4.3.1 Populasi
20
4.3.2 Sampel
diikutsertakan dalam penelitian ini dan sampel diambil dari 4 kelompok yaitu
mahasiswa angkatan 2014, 2015, 2016, dan 2017 yang kiranya mewakili tiap
adalah dengan pertimbangan bahwa cara tersebut secara teknis lebih sesuai
dengan penelitian ini. Banyaknya subyek yang diambil sesuai dengan besar
21
Bersedia menjadi responden penelitian dengan menandatangani
informed consent
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang
22
4.6.3 Penyajian data
Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan diagram menurut
Hal-hal yang terkait dengan etika dengan penelitian dalam penelitian ini adalah
medik, sehingga diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas
sebelumnya.
23
BAB 5
HASIL PENELITIAN
untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan timbulnya acne vulgaris pada
mahasiswa pendidikan dokter. Hasil penelitian berupa data primer yang didapatkan
dari kuesioner dengan metode stratified random sampling dengan total sampel 150
orang.
kejadian acne, dan tingkat kecemasan, sehingga diketahui distribusi karakteristik dari
Microsoft Excel yang hasilnya dapat dilihat dalam bentuk tabel dan diagram.
– Desember 2016
24
Jenis Kelamin (tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)
Laki-laki 56 37.3
Perempuan 94 62.7
– Desember 2016
100
90
80
70
FREKUENSI
60
50
40
30
20
10
0
Laki-laki Perempuan
JENIS KELAMIN
Berdasarkan tabel dan diagram 5.1 dapat dilihat bahwa dari 150 sampel yang
56 orang (37.3%),
25
Tabel 5.2 Distribusi sampel berdasarkan pernah tidaknya melakukan pengobatan
Tidak 84 56
90
80
70
FREKUENSI
60
50
40
30
20
10
0
Obat oral atau topikal Obat pasaran Tidak
dokter
PERNAH TIDAKNYA MELAKUKAN PENGOBATAN
Berdasarkan tabel dan diagram 5.2 dapat dilihat bahwa dari 150 sampel yang
26
jerawat adalah pada kelompok yang tidak melakukan pengobatan sebanyak 84 orang
(56%), di urutan kedua berada pada kelompok yang melakukan pengobatan jerawat
menggunakan obat-obat yang dijual di pasaran sebanyak 43 orang (28.7%), dan yang
Tabel 5.3 Distribusi sampel berdasarkan kejadian acne vulgaris di lingkungan Prodi
– Desember 2016
0 12 8
1 76 50.7
2 48 32
3 9 6
4 5 3.3
27
80
70
60
FREKUENSI
50
40
30
20
10
0
0 1 2 3 4
DERAJAT ACNE
Berdasarkan tabel dan diagram 5.3 dapat dilihat bahwa dari 150 sampel yang
kelompok acne derajat 1 sebanyak 76 orang (50.7%), di urutan kedua berada pada
kelompok acne derajat 2 sebanyak 48 orang (32%), di urutan ketiga berada pada
kelompok acne derajat 0 sebanyak 12 orang (8%), di urutan keempat berada pada
kelompok acne derajat 3 sebanyak 9 orang (6%), dan yang paling sedikit pada
– Desember 2016
Tidak cemas 33 22
Cemas sedang 39 26
28
Total 150 100
70
60
FREKUENSI
50
40
30
20
10
0
Tidak cemas Cemas ringan Cemas sedang Cemas berat
Tingkat Kecemasan
Berdasarkan tabel dan diagram 5.4 dapat dilihat bahwa dari 150 sampel yang
cemas ringan sebanyak 64 orang (42.7%), di urutan kedua berada pada kelompok
cemas sedang sebanyak 39 orang (26%), di urutan ketiga berada pada kelompok
tidak cemas sebanyak 33 orang (22%), dan yang paling sedikit adalah kelompok
29
Tabel 5.5 Uji Chi Square
Kecemasan
p-value
tidak cemas cemas ringan cemas sedang cemas berat Total
Grade 0 3 7 2 0 12
Grade 1 24 42 9 1 76
Acne Grade 2 6 15 23 5 48
0,000
Grade 3 0 1 4 4 9
Grade 4 0 0 1 4 5
Total 33 65 38 14 149
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara tingkat
Hubungan tingkat kecemasan dan acne vulgaris berbanding lurus di mana semakin
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Yosipovitch et.al pada siswa di
vulgaris dan juga peningkatan asam lemak bebas dalam wajah (Yosipovitch, at.al,
2007). Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Ika dari Universitas
hubungan antara kecemasan dengan angka kejadian akne vulgaris dengan nilai
p=0,044 (p<0,05) (Ika, 2015). Dengan demikian penelitian ini adalah salah satu
30
BAB 6
6.1 Kesimpulan
didapatkan sampel sebanyak 150 orang (stratified random sampling), maka dapat
3. Berdasarkan derajat acnenya, paling banyak pada kelompok dengan derajat acne
1.
6.2 Saran
31
1. Bagi mahasiswa, diharapkan agar dapat mencari tahu lebih banyak tentang acne
kecemasan mahasiswa.
3. Bagi penelitian lebih lanjut diharapkan dapat menggunakan lebih banyak sampel
untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat sesuai harapan.
32
DAFTAR PUSTAKA
Abdulghani, M. 2008. Aspek psikis dan Akne Vulgaris .Ilmu Penyakit Kulit
Psikologis. Jakarta.
Adhy S. 2008. Kejadian dan faktor resiko akne vulgaris. Media Med Indones. 37-43
Adhy, I.A. 2003. Knowledge, beliefs and perception of youth toward acne vulgaris,
Saudi Med Journal. Available from
Jenny, S. 2007. Analisis Data Penelitian Deskriptif. Dalam: Arikunto, S., ed.
Manajemen Penelitian. Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 262-296.
Brown, G.R. and Burns, T. 2005. Akne, Erupsi, Akneiformis, dan Rosasea. Lecture
Notes : Dermatology . Ed8. Jakarta : Erlangga, pp: 55-65
Cordain, L., Hurtado, M., Eaton, S.B., 2002. Acne vulgaris: A disease of Western
Draelos JD. 2009. Skin care maintenance product. Dalam Atlas of cosmetic
dermatology, Churcill Livingston. 77-82
Dewi, D., Hamzah, M., Aisyah, S. 2005. Akne vulgaris. Ilmu Penyakit Kulit Dan
Kelamin, Edisi 5, Jakarta
Efendi, Z., 2003. Peranan Kulit dalam Mengatasi Terjadinya Akne Vulgaris..
El-Masry, R., Ghreiz, S. M., Helal, R. M., Audeh, A. M. dan Shams, T. 2013.
Perceived Stress and Burnout among Medical Students during the Clinical Period of
Their Education. Ibnosina J Med BS 2013,5(4), 179-188.
33
Gunawan ,B . 2007.Stres dan Sistem Imun Tubuh : Suatu Pendekatan
Psikoneuroimunologi . Cermin DuniaKedokteran. 154 : 13-16.
Lili. 2010. Perawatan Kulit pada Akne. Medicinal Jurnal Kedokteran Indonesia.
17 – 19.
Siregar , R. S. 2001. Akne Vulgaris, Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Ed.
Carolin wijaya & Peter Anugrerah, Cetakan III, EGC, Jakarta. Sulastomo E. 2013.
Kulit Cantik dan Sehat, Mengenal dan Merawat Kulit. Jakarta: PT. Kompas Media
Nusantara. 3 – 62
34
DATA DIRI PENELITI
NIM : C11114337
Agama : Buddha
Anak ke : 3 (tiga)
Telepon : 082189562763
Email : richardwinardi@yahoo.com
35
Riwayat Pendidikan :
Pengalaman Organisasi :
1. MYRC FK UNHAS
36