P17211186025 Khusnatul Maghfiroh
P17211186025 Khusnatul Maghfiroh
Dibuat Oleh:
Khusnatul Maghfiroh
NIM P17211186025
ABSTRAK
Perawatan merupakan inter disipliner untuk focus pasien dengan cedera pada otak karena
traumatik dengan mengobati cedera otak primer dan membatasi kerusakan otak lebih
lanjut dari cedera sekunder. Pada perawatan unit intensif perawat memiliki peran integral
dalam mencegah cedera otak sekunder, namun sedikit yang diketahui tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi penilaian perawat tentang risiko cedera otak sekunder. Tujuan
mengetahui variable mana yang fisiologis dan situasional mempengaruhi penilaian
perawat unit intensif yang peduli risiko pasien untuk cedera otak sekunder, manajemen
memfasilitasi dengan intervensi keperawatan, dan manajemen dengan berkonsultasi
anggota lain dari tim kesehatan dalam perawatan. Metode, Tahapan metode yang
digunakan dengan survey beberapa faktor. Sketsa mencerminkan kompleksitas scenario
kehidupan nyata secara acak dihasilkan dengan menggunakan nilai yang berbeda dari
masing-masing variable independen. Survei yang berisi sketsa dikirim keperawat di 2
tingkat pusat trauma. Regresi digunakan untuk menentukan variable mempengaruhi
penilaian tentang cedera otak sekunder. Hasil, Penilaian tentang risiko cedera otak
sekunder dipengaruhi oleh saturasi oksigen dari seorang pasien tersebut, tekanan
intrakranial, tekanan perfusi serebral, mekanisme cedera, dan diagnosis utama, serta
dengan pergeseran keperawatan. Penilaian tentang intervensi dipengaruhi oleh saturasi
oksigen pasien, tekanan intra kranial, dan tekanan perfusi serebral dan dengan pergeseran
keperawatan. Penentuan awal yang dilakukan oleh perawat adalah variabel yang paling
signifikan dari prediksi tindak lanjut penilaian. Kesimpulan, Perawat perlu standar,
berbasis bukti yang nyata dari manajemen cedera otak sekunder pada pasien sakit kritis
dengan cedera otak akibat
Kata kunci : intracranial, manajemen, cedera
ABSTRACT
Interdisciplinary care for patients with traumatic brain injury focuses on treating the
primary brain injury and limiting further brain damage from secondary injury. Intensive
care unit nurses have an integral role in preventing secondary brain injury; however, little
is known about factors that influence nurses’ judgments about risk for secondary brain
injury. Objective To investigate which physiological and situational variables influence
judgments of intensive care unit nurses about patients’ risk for secondary braininjury,
management solely with nursing interventions, and management by consulting another
member of the health care team. Methods A multiple segment factorial survey design was
used. Vignettes reflecting the complexity of real-life scenarios were randomly generated
by using different values of each independent variable. Surveys containing the vignettes
were sent to nurses at 2 level I trauma centers. Multiple regression was used to determine
which variables influenced judgments about secondary brain injury. Results Judgments
about risk for secondary brain injury were influenced by apatient’s oxygen saturation,
intracranial pressure, cerebral perfusion pressure, mechanism of injury, and primary
diagnosis, as well as by nursing shift. Judgments about interventions were influenced by a
patient’s oxygen saturation, intracranial pressure, and cerebral perfusion pressure and by
nursing shift. The initial judgments made by nurses were the most significant variable
predictive of follow-up judgments. Conclusions Nurses need standardized, evidence-
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 11. No. 1 Maret 201
PENDAHULUAN
Otak yang beratnya 2% dari berat badan menerima 1/6 dari darah yang dipompa
oleh jantung dan menggunakan 20% oksigen yang diperlukan tubuh merupakan pusat
vital yang sangat peka terhadap keadaan hipoksia maupun trauma. Kalau jaringan lain
mampu mentolerir hipoksia selama satu jam tetapi jaringan otak hanya dalam tiga menit.
Begitu juga trauma sangat berpengaruh terhadap fungsi dari otak itu sendiri sebagai pusat
semua sistem didalam tubuh manusia. Salah satu penyebab hipoksia otak dan trauma otak
adalah kenaikan tekanan intrakranial yang berlebihan.
Trauma kapitis adalah suatu trauma mekanik yang secara langsung atau tidak
langsung mengenai kepala dan mengakibatkan gangguan fungsi neurologis. Cedera
kepala (Head Injury) adalah jejas atau trauma yang terjadi pada kepala yang dikarenakan
suatu sebab secara mekanik maupun non-mekanik.
Cedera kepala adalah penyakit neurologis yang paling sering terjadi diantara
penyakit neurologis lainnya yang biasa disebabkan oleh kecelakaan,
meliputi: otak, tengkorak ataupun kulit kepala saja.
(Brunner&Suddart,1987:2210). Jadi, cedera kepala (head Injury) atau trauma atau jejas
yang terjadi pada kepala bisa oleh mekanik ataupun non-mekanik yang meliputi kulit
kepala, otak ataupun tengkorak saja dan merupakan penyakit neurologis yang paling
sering terjadi, biasanya dikarenakan oleh kecelakaan (lalu lintas). Atau ada berbagai
klasifikasi yang dipakai dalam penentuan derajat trauma kepala. Head injury ini akan
mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial yang merupakan kondisi bahaya dan
harus segera ditangani. Ciri-ciri peningkatan tekanan intrakranial adalah terjadi nyeri
1093
Head Up In Management Intracranial For Head Injury Paper Evidence Based Practice (Ebp) Deni
Wahyudi
kepala yang hebat, muntah proyektil, hipertensi, bradikardi, pupil anisokor, dan juga
terjadi penurunan kesadaran.
Hal tersebut dilatarbelakangi oleh elevasi kepala tempat tidur selama vasospasme
telah dibatasi dalam upaya untuk meminimalkan vasospasme atau gejala sisa atau
keduanya. Akibatnya, beberapa pasien tetap pada istirahat selama berminggu-minggu.
Juga cedera otak sering membawa kematian dalam setiap pasien yang menderita dari itu.
Waktu lama sebelum pasien mencapai perawatan medis akan menyebabkan cacat
sementara atau permanen fisik . Perawatan medis yang tepat dan respon cepat akan
mengurangi risiko memiliki kedua efek buruk. Kasus ini bisa konservatif mengobati
dengan operasi memang. Ini pasien cedera otak harus menerima perawatan pemantauan
hemodinamik seperti tertentu, tanda-tanda vital pengamatan dan pengaturan posisi
samping pengobatan konservatif dan terapi obat-obatan tertentu.
METODE
Metode review literatur berupa analisis jurnal keperawatan yang membahas penelitian
yang berkaitan dengan manajemen penanganan peningkatan tekanan
1094
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 11. No. 1 Maret 2015
intra kranial dalam pasien yang mengalami cedera kepala atau head injury dengan
menggunakan head up salah satunya yang dilaksanakan oleh Patricia A. Blissitt, Pamela
H. Mitchell, David W. Newell, Susan L. Woods and Basia Belza dari American Jurnal of
Critical Care (AJCC) pada pasien dengan aneurisma subarachnoid hemorrhage.
Penelitian lain dilaksanakan oleh Jajuk Retnowati dari Instalasi Gawat Darurat
(IGD) Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo Surabaya tentang pengaruh posisi Head Up 30
derajat terhadap perubahan tanda-tanda vital dan tingkat kesadaran pada pasien COB
(Cedera Otak Berat) post trepanasi.
Pencarian jurnal didapatkan dari hasil pencarian literature dengan menggunakan
google scholar searching machine, Proquest, EBSCO, dan SpringLink dengan kata kunci
management of intracranial pressure, head injury. Kriteria yang diambil adalah jurnal
yang dipublikasikan pada tahun 2003-2013 dengan menggunakan bahasa inggris.
Hasilnya ada pola atau trend yang menunjukkan bahwa kepala pada tempat tidur
yang ditinggikan akan meningkatkan vasospasme. Sebagian kelompok , tidak ada
perbedaan yang signifikan dalam pasien pada posisi yang berbeda dari kepala yang
ditinggikan tempat tidurnya. Memanfaatkan lain langkah analisis varians, nilai P berkisar
0,34-0,97, baik melampaui 05. Hal
1095
Head Up In Management Intracranial For Head Injury Paper Evidence Based Practice (Ebp) Deni
Wahyudi
tersebut menunjukan tidak ada kerusakan saraf terjadi. Kesimpulan secara umum, elevasi
kepala pada tempat tidur tidak menyebabkan perubahan berbahaya dalam aliran darah di
otak yang berhubungan dengan vasospasme .
Peningkatan tekanan intrakranil ini bisa disebabkan oleh 3 faktor (Suadoni, 2009)
yaitu peningkatan volume otak (odema, perdarahan), cairan cerebrospinal (peningkatan
produksi, penurunan absorbsi, ketidak adekuatan cirkulasi) dan juga disebakan oleh darah
(vasodilatasi, obstruksi vena kapa superior, gagal jantung dan trombosis di vena serebral).
Peningkatan tekanan tinggi intrakranial secara klasik ditandai dengan suatu trias, yaitu
nyeri kepala, muntah-muntah dan papil edema.
Pathway PTIK
1096
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 11. No. 1 Maret 2015
↓
terjadi metabolisme anaerob
↓
ATP yang dihasilkan sedikit +
asam laktat ↑
↓
+
Na hanya dapat influks tidak dapat efluks
↓
shif cairan ke interstisial
↓
oedem otak
↓
semakin menghambat perfusi ke jaringan otak
Otak terdesak ke bawah melalui tentorium (herniasi otak)
↓
Menekan pusat vasomotor, arteri cerebral post, N. Occulomotorius,
corticospinal pathway, serabut RAS
↓
Mekanisme untuk mempertahankan kesadaran, pengaturan suhu, tekanan
darah, nadi, respirasi, dan pergerakan menjadi terganggu.
Untuk itu sebagai perawat diruangan NCCU harus mengetahui bagaimana ciri-
ciri pasien yang mengalami PTIK dan intervensi yang harus dilakukan. Adapun
pengkajian yang harus dilakukan adalah :
a. Airway :
Pastikan penanganan jalan nafas dengan teknik kontrol servikal sehingga dapat
memudahkan oksigen masuk ke paru-paru. Lakukan posisi head up < 30 derajat untuk
mempermudah aliran masuk daln keluar darah ke otak. Pada pasien dengan GCS < 8
maka harus segera dipasang ETT.
b. Breathing
Pastikan asupan oksigen adekuat dengan mempertahankan saturasai 95 – 100 %. Lihat
perkembangan data apakah simestris atau tidak, deviasi trakea, suara nafas tambahan,
distensi vena jugularis. Berikan oksigen dengan konsentrasi tinggi melalui SMRM
ataupun SMNRM. Apabila pasien dilakukan pemasangan ETT maka di anjurkan
memakai ventilator mekanik.
c. Circulation
Kaji tekanan darah pasien, frekuensi nadi, suhu, dan adanya ciri-ciri perdarahan.
Pasang IV line 2 jarum besar. Pada kasus peningkatan tekanan
1097
Head Up In Management Intracranial For Head Injury Paper Evidence Based Practice (Ebp) Deni
Wahyudi
intrakranial, frekuensi nadi dan pernapasan menurun, sedangkan tekanan darah dan
suhu meningkat.
d. Disability
Menilai gangguan neruologis pada psien seperti tingkat kesadaran, pupil, laserasi,
muntah, nyeri kepala. Tingkat kesadaran biasanya terjadi penurunan dari : sadar,
gelisah, menjadi tidak sadarkan diri. Penilaian kesadaran ini menggunakan nilai GCS.
Pupil biasanya mengalami masalah yaitu anisokor
sebagai penanda adanya herniasi otak. Muntah, dapat terjadi pada peningkatan
tekanan pada pusat refleks muntah di medulla.
Untuk mengetahui tekanan yang terjadi pada otak, ada beberapa cara
yaitu
a. Pengukuran Epidural (EDP)
Penanaman sensor tekanan atau penempatan transducer langsung di atas permukaan
dura.
b. Pemantauan tekanan subdural
Memasang stopcock yang diisi saline pada rongga subdural melalui lubang pada
kranium. Stopcock ini dihubungkan dengan tranducer melalui pipa intravena berisis
saline.
c. Pemantauan tekanan ventrikuler.
Penggunaan ventrikulostomi untuk mengeluarkan cairan CSF untuk studi diagnostik
merupakan prosedur neurosurgical yang lama yang paling dapat dipercaya untuk
mengukur TIK.
1098
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 11. No. 1 Maret 2015
Saran
Diharapkan kedepannya ada penelitian terkait dengan pengukuran tekanan
intrakranial pada pasien dengan trauma kepala yang dapat diimplementasikan diruangan
khususnya diruangan NCCU.
DAFTAR PUSTAKA
Dal, C. L., Keane, N. J., Bir, C. A., Ryan, A. G., Xu, L., & VandeVord, P. J. (2012).
Head orientation affects the intracranial pressure response resulting from shock
wave loading in the rat. Journal of Biomechanics, 45(15), 2595-602.
doi:http://dx.doi.org/10.1016/j.jbiomech.2012.08.024
Copyright: © the author(s), YCAB publisher and Public Health of Indonesia. This is an open-access
article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution Non-Commercial License,
which permits unrestricted non-commercial use, distribution, and reproduction in any medium,
provided the original work is properly cited.
ABSTRACT
Background: Head-injured patients have traditionally been maintained in the head-up position to
ameliorate the effects of increased intracranial pressure (ICP). However, it has been reported that
the 15 degrees head-up position may improve cerebral perfusion pressure (CPP) and outcome. We
sought to determine the impact of 30 and 15 degrees on intracranial pressure change.
Methods: This was a quasi-experimental study with posttest only control time series time design.
There were 30 head-injured patients was selected using consecutive sampling, with 15 assigned in
the treatment (30° head-up position) and control group (15° head-up position). Intracranial
pressure variable was identified using the level of consciousness and mean arterial pressure
parameters. Wilcoxon signed rank test was used for data analysis
Results: Findings showed p-value 0.010 (<0.05) on awareness level and p-value 0.031 (<0.05) on
mean arterial pressure, which indicated that there was a statistically significant effect of the 30°
head-up position on level of awareness and mean arterial pressure.
Conclusion: There was a significant effect of the 30° head-up position on intracranial pressure
changes, particularly in the level of awareness and mean arterial pressure in patients with head
injury. It is recommended that for health workers to provide knowledge regarding this
intervention to prevent increased intracranial pressure.
Key words: Consciousness level, 30° head-up position, intracranial pressure, mean arterial pressure
Characteristics n %
Age
15 – 25 10 33.3%
26 – 35 9 30%
36 – 45 2 6.67%
46 – 55 5 16.67%
56 – 65 4 13.33%
Gender
Male 18 60%
Female 12 40%
Variables n Mean SD
Level of Awareness
30° Head-up position
Posttest 1 15 13.67 1.44
Posttest 2 15 14.87 0.32
15° Head-up position
Posttest 1 15 14.40 0.91
Posttest 2 15 14.60 0.91
Mean Arterial Pressure (MAP)
30° Head-up position
Posttest 1 15 80.42 18.5
Posttest 2 15 93.76 5.57
15° Head-up position
Posttest 1 15 85.01 15.3
Posttest 2 15 81.05 15.4
The result of the awareness level on the 30° awareness on the 15° head-up position, the
head-up position in 15 respondents in posttest mean of awareness level in posttest 1 was
1 showed that 26.67% of respondents had 14.40 and in posttest 2 was 14.60. For the
awareness level 9-12 and 73.33% of them had mean arterial pressure, in the 30° head-up
awareness level 13-15. In posttest 2, it was position, MAP in the posttest 1 was 80.42 and
100% of respondents had awareness level posttest 2 was 93.76. While in the 15° head-up
ranged 13-15. Table 2 shows that the mean position, MAP in the posttest 1 was 85.01 and
level of awareness in posttest 1 was 13.67 and posttest 2 was 81.05.
in posttest 2 was 14.87. While the level of
Table 3. Effect of the 30° head-up position on intracranial pressure changes using Wilcoxon
signedrank test
Level of Awareness P-value
30° Head-up position
Posttest 1 0.010*
Posttest 2
15° Head-up position 0.083
Posttest 1
Posttest 2
Mean Arterial Pressure (MAP)
30° Head-up position
0.031*
Posttest 1
Posttest 2
15° Head-up position 0.035*
Posttest 1
Posttest 2
*Significant level (<0.05)
Wilcoxon signed rank test as shown in the Pressure (MAP) variable was measured in
Table 3 showed p-value 0.010 (<0.05), this study because of the particularity of
which indicated that there was a the clinical symptoms in head injury
statistically significant effect of the 30° namely decreased level of consciousness
head-up position on level of awareness and change in blood pressure. Besides,
compared to the 15° head-up position. MAP is used in the formula: Cerebral
However, there were statistically Perfusion Pressure = Mean Arterial
significant effects of both 30° and 15° Pressure - Intracranial Pressure.10
head-up position on mean arterial pressure Cerebral Perfusion Pressure is the pressure
with p-value 0.031 and 0.035 (<0.05). of brain perfusion, which is related to the
intracranial pressure.
DISCUSSION On the other hand, Olviani8 states
This study aimed to analyze the effect of that Mean Arterial Pressure should be
the 30° head-up position on changes in maintained above 60 mmHg to ensure
intracranial pressure in patients with head perfusion to the brain, coronary artery and
injury. Intracranial pressure was described kidney during head-up position. In
in terms of awareness level and mean addition, an increase in blood pressure or
arterial pressure. Findings of this study enlarged pulse pressure (the difference
revealed that there was a statistically between systolic and diastolic blood
significant effect of the 30° head-up pressure) or changes in vital signs is a
position on level of awareness. This is in clinical symptom of increased intracranial
line with previous study found that 93.3% pressure.12 Changes in systole and diastole
of patients post-op trepanation had will also affect the value of mean arterial
composmentis awareness after given 30° pressure in patients with head injury.
head-up position in 30 minutes. Positioning is one of the familiar
The 30° head-up position aims to forms of nursing intervention in the
secure the patient in the fulfillment of application of patient care. The 30° head-
oxygenation in order to avoid hypoxia in up position is part of progressive
the patient, and intracranial pressure may mobilization of level I in head-injured
be stable within the normal range.11 In patients who can be non-pharmacological
addition, this position is more effective to techniques to maintain intracranial
maintain the level of consciousness pressure stability. The 30° head-up
because it affects the anatomical position position can launch venous drainage from
of the human body which then affects the the head and stable condition; and prevent
patient's hemodynamics. The 30° head-up neck flexion, head rotation, cough and
position is also effective for brain sneeze.
homeostasis and prevent secondary brain However, the effect of the 30° head-
damage by respiratory function stability to up position on intracranial pressure is
maintain adequate cerebral perfusion.12 influenced by many factors include drug
Findings of this study also revealed factors, history of hypertension and other
that there was statistically significant effect nonpharmacological techniques. Drug
of both 30° and 15° head-up position on factors are excluded in this study due to the
mean arterial pressure. This is consistent researchers limitations in controlling the
with previous study indicated that head-up half-life of the drug, and the other
position in the range 15-30° could decrease confounding factors such as prior history
cerebral perfusion pressure and stabilize of disease were also excluded because in
mean arterial pressure.8 The Mean Arterial
Format : Abstrak
Tautan teks lengkap
Acta Neurochir (Wien). 2010 Mar; 152 (3): 443-50. doi: 10.1007 / s00701-009-0520-1. Epub 2009 6 Oktober.
Abstrak
OBJEKTIF: Selama perubahan postural jangka pendek, faktor-faktor yang menentukan amplitudo
tekanan nadi intrakranial (ICPPA) tetap konstan, kecuali untuk resistensi serebrovaskular (CVR).
Oleh karena itu, dimungkinkan untuk menarik kesimpulan dari ICPPA ke resistensi
serebrovaskular (CVR) dan dengan demikian perubahan relatif pada tekanan perfusi otak (CPP).
METODE: Usia, jenis kelamin, penyakit, skor Skala Koma Glasgow, penempatan drainase
ventrikel, analisis gas darah, dan parameter manajemen jalan napas secara prospektif dicatat
pada 40 pasien. Perubahan tekanan intrakranial (ICP), CPP, mean arterial pressure (MAP), dan
ICPPA pada ketinggian kepala 0 derajat, 30 derajat, dan 60 derajat diukur dan dianalisis secara
online. Status autoregulasi serebrovaskular diperiksa menggunakan indeks reaktivitas-tekanan
(PRx).
HASIL: Secara keseluruhan 36 subjek memenuhi persyaratan penelitian. Tiga pasien memiliki
PRx positif yang menunjukkan autoregulasi yang terganggu dan dikeluarkan. Jadi, 33 yang
tersisa untuk dianalisis (18 perempuan dan 15 laki-laki). Semuanya dibius dan diberi ventilasi
mekanis dengan skor Glasgow Coma mulai dari 3-8. Selama perubahan ketinggian kepala dari 0
derajat ke 60 derajat, kami menemukan peningkatan yang signifikan (p <0,05) dari ICP,
peningkatan ICCPA, pengurangan MAP, dan penurunan CPP. Peningkatan ICPPA dikaitkan
dengan penurunan CPP (0 derajat hingga 60 derajat, r = -0,42, p <0,05).
KESIMPULAN: Elevasi kepala adalah bagian penting dari terapi ICP dan CPP dalam perawatan
neurointensive. Saat mencari posisi tubuh bagian atas optimal spesifik spesifik pasien, ICPPA
dapat memberikan informasi tambahan. Asalkan autoregulasi otak utuh, ICPPA terendah dari
pasien sesuai dengan posisi tubuh bagian atas individu dengan CPP tertinggi.
Ketentuan MeSH
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19806306 1/2
25/12/2018 Amplitudo pulsa tekanan intrakranial selama perubahan ketinggian kepala: parameter baru untuk menentukan tekanan perfusi otak…