Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap orang membutuhkan istirahat dan tidur agar mempertahankan status kesehatan
pada tingkat yang optimal. Selain itu proses tidur dapat memperbaiki berbagai sel dalam
tubuh. Pemenuh kebutuhan istirahat dan tidur terutama sangat penting bagi orang yang
sedang sakit agar lebih cepat sembuh memperbaiki kerusakan pada sel.
Apabila kebutuhan istirahat dan tidur tersebut cukup maka jumlah energi yang di
harapkan dapat memulihkan status kesehtan dan mempertahankan kegiatan dalam kehidupan
sehari-hari terpenuhi. Selain itu, orang yang mengalami kelelahan juga memerlukan istirahat
dan tidur lebih dari biasanya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian istirahat dan tidur ?
2. Bagaimanakah maksut dan fisiologi tidur?
3. Apa fungsi dan tujuan tidur
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi tidur ?
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan istirahat dan tidur?

C. Tujuan Penulisan

Agar mahasiswa dan pembaca dapat memahami tentang pemenuhan istirahat tidur
secara baik dan benar

1
BAB II

PEMBAHASAN

Konsep Teori

A.Pengertian

Istirahat merupakan keadaan rileks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya
dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan. Kata
isitirahat berarti berhenti sebentar untuk melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri,
atau suatu keadaan melepaskan diri dari segala hal yang membosankan, menyulitkan, bahkan
menjengkelkan. ( Aziz Alimul, 2016)

Tidur dapat dikatakan sebagai kondisi ketika seseorang tidak sadar, tetapi dapat
dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai. Kondisi ini ditandai dengan aktivitas
fisik yang minim, tingkat kesadaran bervariasi, terjadi perubahan proses fisiologis, dan terjadi
penurunan respons terhadap stimulus eksternal. (Lyndon, 2013)

Tidur diyakini dapat memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah seharian


beraktivitas. Tidur juga diyakini dapat mengurangi stress dan menjaga keseimbangan mental
serta emosional, serta meningkatkan kemampuan dan konsentrasi saat melakukan berbagai
aktivitas. (Lyndon, 2013)

B. Karakterestik Istirahat

Terdapat beberapa karakterestik dan istirahat. Misalnya, Narrow(1967) yang dikutip


oleh Perry Potter (1993) mengemukakan enam karakterestik yang berhubungan dengan
istirahat, diantaranya sebagai berikut:

1. Merasakan bahwa segala sesuatu dapat diatasi


2. Merasa diterima
3. Mengetahui apa yang sedang terjadi
4. Bebas dari gangguan ketidaknyamanan
5. Mempunyai sejumlah kepuasan terhadap aktivitas yang mempunyai tujuan
6. Mengetahui adanya bantuan sewaktu memerlukan

2
C. Fisiologi Tidur

Tidur merupakan kondisi tidak sadar yakni individu dapat dibangunkan oleh stimulus
atau sensoris yang sesuai , atau juga dapat dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri
yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan
suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktivitas yang minim, memiliki
kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis, dan terjadi penurunan
respons terhadap rangsangan dari luar.

Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan


mekanisme serebral secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar
dapat tidu dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oeh sistem pengaktivitasi
retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf
pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan
dan tidur terletak pada otak tengah (mesensefalon) dan bagian atas pons. Selain itu, reticular
activating system(RAS) dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan
peradaban juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi
dan proses pikir. Dalam keadaaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin
seperti neropinefrin. Demikian juga pada saat tidur, kemungkinan disebabkan adanya
pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu
bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan bangun bergantung pada keseimbangan
impuls yang diterima di pusat otak dan sistem limbik. Dengan demikian, sistem pada batang
otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR.

D. Tahapan Tidur

a. Tidur NREM

Tidur NREM merupakan disebabkan oleh penurunan kegiatan dalam sistem


pengaktifan retikularis. Tahapan tidur ini disebut juga tidur gelombang lambat (slow
wave sleep), karena gelombang otak bergerak dengan sangat lambat. Tidur NREM
ditandai dengan penurunan sejumlah fungsi fisiologis tubuh termasuk juga
metabolisme, kerja otot dan tanda-tanda vital, misalnya tekanan darah dan frekuensi
napas. Hal lain yang juga terjadi pada saat tidur NREM adalah pergerakan bola mata
melambat dan mimpi berkuranf.

3
Tidur NREM terbagi menjadi empat tahap, yaitu sebagi berikut :

1. Tahap I
Tahap I merupakan tahapan paling dangkal dari tidur dan merupakan
tahap transisi antara bangun dan tidur. Tahap ini ditandai dengan individu
yang cendrung rileks, masih sadar dengan lingkunganya, merasa mengantuk,
bola mata bergerak dari samping ke samping, frekuensi nadi dan napas sedikit
menurun, serta mudah dibangunkan. Tahap I normalnya berlangsung sekitar 5
menit atau sekitar 5% dari total tidur.
2. Tahap II

Tahap II merupakan tahap ketika individu masuk pada tahap


tidur,tetapi masih dapat bangun dengan mudah. Tahap I dan tahap II ini
termasuk dalam tidur ringan (ligjt sleep). Pada tahap II, otot mulai relaksasi,
mata pada umumnya menetap, dan proses-proses di dalam tubuh terus
menurun yang ditandai dengan penurunan denyut jantung, frekuensi napas,
suhu tubuh, dan metabolisme. Tahap II normalnya berlangsung selama 10-20
menit dan merupakan 50-55% dari total tidur.

3. Tahap III

Tahap III merupakan awal dari tahap tidur dalam atau tidur
nyenyak(deep sleep). Tahap ini dicirikan dengan relaksasi otot menyeluruh
serta pelambatan denyut nadi, frekuensi napas, dan proses tubuh yang lain.
Pelambatan tersebut disebabkan oleh dominasi sistem saraf parasimpatetik.
Pada tahap III, indivisu cendrung sulit dibangunkan. Tahap III berlangsung
selama 15-30 menit dan merupakan 10% dari total tidur.

4. Tahap IV
Pada tahap IV, individu tidur semakin dalam atau delta sleep. Tahap
IV ditandai dengan perubahan fisiologis, yaitu EEG gelombang otak melemah
serta penurunan denyut jantung, tekanan darah, tonus otot, metabolisme, dan
suhu tubuh. Pada tahap ini, individu jarang bergerak dan sulit dibangunkan.
Tahap ini berlangsung selam 15-30 menit dan merupakan 10% dari total tidur.

4
b. Tidur REM

Tidur REM disebut juga tidur paradoks. Tahapan ini biasanya terjadi rata-rata
stiap 90 menit dan berlangsung selama 5-20 menit. Tidur REM tidak senyenyak tidur
NREM dan biasanya sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini. Tidur REM penting
untuk keseimbangan mental dan emosi. Selain itu, tahapan tidur ini juga berperab
dalam proses belajar, memori, dan adaptasi.

Tidur REM ditandai dengan :

1. Lebih sulit dibangunkan atau justru dapat bangun dengan tiba-tiba


2. Tonus otot sangat terdepresi dan menunjukan inhibsi kuat proyeksi spinal atas
sistem pengaktivasi retikularis
3. Sekresi lambung meningkat
4. Frekuensi denyut jantung dan pernapasan sering kali menjadi tidak teratur
5. Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot-otot yang tidak teratur.
6. Mata ceoat tertutuo dan terbuka
7. Metabolisme meningkat.`

E. Fungsi dan Tujuan Tidur

Fungsi dan tujuan tidur secara jelas tidak diketahui, akan tetapi diyakini bahwa tidur
dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, kesehatan, mengurangi
stress pada paru, kardiovaskuler, endokrin, dan lain-lain. Energi disimpan selama tidur,
sehingga dapat diarahkan kembali fungsi seluler yang penting. Secara umum terdapat dus
efek fisiologis dari tidur yaitu pertama, efek pada sistem sraf yang diperkirakan dapat
memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan di antara berbagai susunan saraf, dan kedua
efek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh karena
selama tidur terjadi penurunan.

F. Siklus Tidur

Selama tidur, individu mengalami siklus tidur yang didalmnya trdapat pergantian
antara tahap tidur NREM dan REM secara berulang. Siklus tidur pada individu sebagi
berikut:

a. Pergeseran dari tidur NREM tahap I –III selam 30 menit

5
b. Pergeseran dari tidur NREM tahap III ketahap IV. Tahap IV ini berlangsung selama
20 menit
c. Individu kembali mengalami tifdur NREM tahap III dan tahap II yang berlangsung
selama 20 menit
d. Pergeseran dari tidur NREM tahap II ke tidur REM. Tidur REM ini berlangsung
selama 10 menit
e. Pergeseran dari tidur REM ke tidur NREM tahap II
f. Siklus tidur pun dimulai, tidur NREM terjadi bergantian dengan tidur REM. Siklus ini
normalnya berlangsung selama 1,5 jam dan setiap orang umumnya 4-5 siklus selama
7-8 jam tidur.

G. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Tidur

1. Penyakit

Banyak penyakit dapat meningkatkan kebutuhan tidur, misalnya penyakit yang


disebabkan oleh infeksi, terutama infeksi limfa. Infeksi limfa berkaitan dengan keletiham
sehingga penderitanya membutuhkan lebih banyak waktu tidur untuk mengatasi
keletihan tersebut. Sebagian penyakit juga menyebabkan penderita kesulitan untuk tidur,
misalnya penyakit yang menyebabkan nyeri atau distress fisik.

2. Kelelahan

Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan akibat aktivitas


yang tinggi umumnya memerlukan lebih banyak tidur untuk memulihkan kondisi tubuh.
Makin lelah seseorang, makin pendek siklus REM yang dilaluinya. Setelah beristirahat,
biasanya siklus REM akan kembali memanjang.

3. Lingkungan

Ada atau tidak adanya stimulus tertentu dari lingkungan dapat menghambat
upaya tidur, contohnya suhu yang tidak nyaman, ventilasi yang buruk, atau suara-suara
tertentu. Stimulus tersebut dapat memperlambat proses tidur. Namun, seiring waktu
individu dapat teradaptasi terhadap kondisi tersebut sehingga tidak lagi terpengaruh

6
4. Stress Psikologis

Stress psikologis pada seseorang dapat menyebabkan ansietas atau ketegangan


dan depresi. Akibatnya, pola tidur dapat terganggu. Ansietas dan depresi dapat
meningkatkan kadar norepinefrin pada darah melalui stimulasi sistem saraf simpatetis.
Akibatnya, terjadi pengurangan siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta
seringnya terjaga pada saat tidur.

5.Gaya Hidup

Rutinitas sesorang dapat mempengaruhi pola tidur. Contohnya individu yang


sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya agar bisa tidur pada waktu yang
tepat.

6. Motivasi

Motivasi dapat mendorong sesorang untuk tidur sehingga mempengaruhi proses


tidur, misalnya seseorang untuk tidur sehingga mempengaruhi proses tidur, misalnya
seseorang ingin tidur lebih cepat agar keesokan harinya tidak terlambat ke bandara.
Selain itu, motivasi juga mendorong seseorang untuk tidak tidur. Keinginan ia utnuk
terjaga dapat menutupi rasa lelahnya, misalnya seseorang yang ingin menonton siaran
olahraga yang di tayangkan pada dini hari akan tetap terjaga agar dapat menonton siaran
tersebut.

7. Stimulan, Alkohol, dan Obat-obatan

Contoh stimulan yang paling umum ditemukan adalahkafein dan nikotin. Kafein
dapat merangsang sistem saraf pusat sehingga menyebabkan kesulitan untuk tidur.
Kafein dapat ditemukan dalam minuman contoh kopi, dan teh. Nikotin yang terdapat
dalam rokok dapat menstimulasi tubuh sehinggaperokok biasanya sulit untuk tidur dan
mudah tebangun pada malam hari.

8. Diet dan Nutrisi

Asupan nutrisi yang adekuat dapat mempercepat proses tidur, misalnya asupan
protein. Asupan protein yang tinggi dapat mempercepat proses tidur karena adanya
triptofan (asam amino) hasil pencernaan protein yang dapat mempermudah proses tidur.

7
H. Gangguan Masalah Kebutuhan Tidur

1. Insomnia

Insomnia adalah kesukaran dalam memulai dan mempertahankan tidur sehingga


tidak dapat memenuhi kebutuhan tidur sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan tidur
yang adekuat, baik kuantitas maupun kualitas. Keadaan ini merupakan keluhan tidur yang
paling sering dijumpai, baik bersifat sementara maupun persisten. Insomnia yang bersifat
sementara umumnya berhubungan dengan kecemasan dan kegelisahan.

Insomnia dapat di bagi menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut :

a. Insomnia inisial : ketidakmampuan untuk memulai tidur


b. Insomnia intermitten : ketidakmampuan untuk tetap tertidur karena terlalu sering
terbangun
c. Insomnia terminal : ketidakmampuan untuk tidur kembali stelah terbangun pada
malam hari

2. Hipersomnia

Hipersomnia merupakan kebalikan dari insomnia. Hipersomnia adalah gangguan


tidur yang ditandai dengan tidur berlebihan, terutama pada siang hari, walaupun sudah
mendapatkan tidur yang cukup. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi medis
tertentu, misalnya gangguan pada sistem saraf, hati, atau ginjal; gangguan metabolisme
dan masalah psikologis, seperti depresi, kecemasan, dan mekanisme koping untuk
menghindari tenggung jawab pada siang hari.

3. Parasomnia

Parasomnia merupakan prilaku yang dapat menganggu tidur atau perilaku yang
muncul pada saat seseorang tidur. Gangguan ini umumnya terjadi pada anak-anak.
Beberapa turunan parasomnia antara lain adalah sering terjaga (misalnya tidur berjalan dan
night terror), gangguan transisi bangun tidur (misalnya mengigau), parasomnia yang
berkaitan dengan tidur REM (misalnya mimpi buruk), dan lain-lain (misalnya bruksisme)

4. Narkolepsis

Narkolepsis merupakan gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara
tiba-tiba pada siang hari. Narkolepsis di duga merupakan suatu gangguan neorologis yang

8
di sebabkan oleh kerusakan genetik sistem saraf pusat yang menyebabkan tidak
terkendalinya periode tidur REM.

5. Apnea saat tidur


Apnea saat tidur (sleep apnea) merupakan kondisi ketika napas terhenti secara
periodik pada saat tidur. Apnea saat tidur dapat dibagi menjadi tiga jenis, yitu apnea
sentral, obstruktif, serta campuran (sentral dan obstuktif). Apnea sentral melibatkan
disfungsi pusat pengendalian napas di otak. Apnea obstruktif terjadi ketika otot dan
struktur rongga mulut relaks dan jalan npas tersumbat. Apnea obstruktif dapat
menyebabkan mendengkur, mengantuk berlebihan pada siang hari, dan kematian bayi
secara mendadak . Apnea tipe ini dapat ditemukan pada penderita penyakit kronis,
misalnya pada penderita penyakit hati tahap akhir.
6. Somnabulisme
Merupakan keadaan ketika tengah tertidur, tetapi melakukan kegiatan orang yang
tidak tidur. Penderita sering kali duduk dan melakukan tindakan motorik, misalnya
berjalan, berpakaian, pergi ke kamar mandi, berbicara, atau mengemudikan kendaraan.
7. Enuresa
Enuresa atau mengompol merupakan kegiatan buang air kecil yang tidak disengaja
pada waktu tidur. Enuresa dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu enuresa nokturnal dan
diurnal. Enuresa nokturnal merupakan keadaan mengompol pada saat tidur dan umumnya
terjadi karena ada gangguan pada tidur NREM. Enuresa diurnal merupakan keadaan
mengompol pada saaat bnagun tidur .

9
Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
a. Riwayat tidur
Pengkajian riwayat tidur meliputi :
 Pola tidur antara lain kuantitas (lama tidur) dan kaulitas tidur
 Aktivitas atau kebiasaan yang dilakukan sebelum tidur
 Lingkungan tidur, yaitu kondisi penerangan, tingkat kebisingan, dengan siapa
pasien tidur, dan lain-lain.
 Penggunaan obat tidur dan obat-obatan lain sebelum tidur
 Perubahan terkini pada pola tidur
b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik meliputi observasi fisik, perilaku, dan tingkat energi pasien.
Kondisi fisik yang menunjukan bahwa pasien mengalami masalah tidur antara lain
terdapat lingkaran kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak,
konjungtiva merah, dan lain-lain. Indikasi perilaku yang menunjukan adanya masalah
ti dur meliputi rasa gelisah, bicara lambat, dan tidak fokus atau perhatian. Pasien yang
mengalami masalah tidur akan terlihat lemah, latergik, atau lelah akibat kekurangan
energi.

B. Diagnosis Keperawatan
a. Gangguan pola tidur, berhubungan dengan :
1. Sering terjaga pada malam hari, misalnya karena gangguan transpor oksigen,
eliminasi, dan metabolisme
2. Tidur berlebihan pada siang hari, misalnya akibat obat-obatan sedatif, hipnotik,
antidepresan, amfetamin, dan barbiturat
3. Immobilitas atau aktivitas siang hari yang tidak adekuat
4. Depresi dan takut, misalnya takut operasi
5. Nyeri , misalnya nyeri pada kaki
6. Lingkungan yang menganggu
b. Kecemasan, berhubungan dengan ketidakmampuan untuk tidur, henti napas saat tidur
(sleep apnea), dan ketidakmampuan mengawasi perilaku.
c. Koping individu tidak efektif, berhubungan dengan insomnia
d. Gangguan pertukaran gas, berhubungan dengan apnea saat tidur

10
e. Potensi cedera
f. Gangguan konsep diri, berhubungan dengan penyimpangan tidur hipersomnia

C. Perencanaan Keperawatan
Tujuan :
Perencanaan keperawatan pada masalah kebutuhan istirahat dan tidur bertujuan untuk
mempertahankan (atau membentuk) pola tidur yang membeerikan energi yang cuku untuk
menjalankan aktivitas sehari-hari.

Rencana tindakan :

a. Identifikasi faktor yang menyebabkan gangguan tidur


b. Kurangi distraksi lingkungan dan hal-hal yang dapat menganggu tidur
c. Tingkatkan aktivitas pada siang hari dengan memperhatikan kondisi kesehatan
pasien
d. Bantu pasien untuk memicu tidur (induce sleep)
e. Kurangi kemungkinan cedera selama tidur
f. Berikan pendidikan kesehatan dan lakukan rujukan jika diperlukan

Tindakan keperawatan :

a. Identifikasi faktor yang mempengaruhi pola tidur


Contoh :
1. Perubahan lingkungan
Gangguan pola tidur dapat terjadi pada pasien rawat inap baru yang tak bisa
tidur karena masih merasa asing dengan lingkungan rumah sakit dan khawatir
dengan penyakitnya. Tindakan yang dapat diberikan antara lain:
a) Libatkan pasien dalam membuat jadwal aktivitas
b) Berikan lingkungan yang dapat membuat pasien tenang dan nyaman
c) Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi
d) Jelaskan dan berikan dukungan kepada pasien agar tidak kuat dan cemas
2. Insomnia
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia antara lain:
a) Kembangkan pola tidur –istirahat yang efektif, misalnya melalui olahraga
rutin, menghindari tidur pada siang atau sore hari, dan menghindari
kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur

11
b) Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan berprotein tinggi sebelum
tidur, misalnya keju dan susu
c) Anjurkan pasien untuk tidur pada waktu yang sama
d) Anjurkan pasien tidur pada saat mengantuk
e) Anjurkan pasien untuk melakukan relaksasi sebelum tidur, misalnya
membaca, mendengarkan musik atau meditasi
3. Somnabulisme
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi somnabulisme :
a) Jaga keamanan pasien dengan melindunginya dari lingkungan yang tidak
aman, misalnya dengan memasang kunci pintu yang baik
b) Cegah timbulnya cedera
c) Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk melakukan tindakan pengobatan
dengan diazepam
4. Enuresa
a) Anjurkan pasien untuk mengurangi minum beberapa jam sebelum tidur
b) Anjrkan pasien untuk buang air kecil sebelum tidur sehingga kandung
kemih kosong
c) Bangunkan pasien pada malam hari untuk buang air kecil
5. Narkolepsi
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi narkolepsi antara lain
adalah melakukan kolaborasi dalam pemberian obat-obatan seperti amfetamin
atau metilpenidase hidroklorida (ritalin), atau dengan antidepresan seperti
imipramin hidroklorida.
b. Kurangi distraksi lingkungan dan hal-hal yang dapat menganggu tidur
1) Mengurangi distraksi lingkungan
a) Menutup pintu kamar
b) Matikan pesawat telepon, misalnya dengan mencabut kabel telepon
c) Nyalakan “bunyi-bunyian” yang lembut, misalnya musik yang tenang
d) Redupkan atau matikan lampu
e) Pasang lamou tidur
f) Kurangi jumlah stimulus, misalnya dengan mematikan atau menurunkan
volume televisi
2) Mengurangi hal-hal yang dapat menganggu tidur
a) Hindari prosedur yang tidak perlu selama periode tidur

12
b) Batasi pengunjung selam periode istirahat yang optimal (misalnya setelah
makan)
c. Memberikan aktivitas pada siang hari denganmemperhatikan kondisi kesehatan
pasien
1) Rancang aktivitas pada siang hari yang dapat menolong pasien, misalnya jalan
kaki atau terapi fisik
2) Usahakan agar pasien tidak tidur siang lebih dari 90 menit
3) Anjurkan pasien untuk tidur pada pagi hari
d. Bantu pasien memicu tidur (induce sleep)
1) Bantu pasien melakukan rutinitas sebelum tidur semaksimal mungkin,
misalnya mandi, menggosok gigi, dan membersihkan muka
2) Anjurkan pasien untuk membersihkan tempat tidur nya sebelum tidur
3) Anjurkan psien untuk melakukan relaksasi sebelum tidur, misalnya meminum
susu hangat, membaca buku, mendengarkan musik, atau menonton televisi
4) Pastikan pasien tidur tanpa gangguan selama sedikitnya 4 atau 5 priode,
masing-masing 90 menit setiap 24 jam
e. Kurangi kemungkinan cedera selama tidur
1) Posisikan tempat tidur sehingga menjadi rendah
2) Letakan bel di dekat pasien dan ajarkan pasien cara meminta bantuan
3) Berikan penerangan secukupnya sehingga pasien dapat berjalan ke kamar
mandi dengan aman tanpa takut tersandung sesuatu
4) Jika pasien menggunakan slang drainase, gantungkan slang di tempat tidur dan
ajarkan cara memindahkanya.
D. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan istirahat dan tidur dapat dinilai dari kemampuan
dalam memenuhi kebutuhan tidur, baik uantitatif maupun kualitatif serta kemampuan dalam
melakukan teknik-teknik yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan tidur.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Istirahat merupakan keadaan rileks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya
dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan. Kata
isitirahat berarti berhenti sebentar untuk melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri,
atau suatu keadaan melepaskan diri dari segala hal yang membosankan, menyulitkan, bahkan
menjengkelkan. Tidur dapat dikatakan sebagai kondisi ketika seseorang tidak sadar, tetapi
dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai. Kondisi ini ditandai dengan
aktivitas fisik yang minim, tingkat kesadaran bervariasi, terjadi perubahan proses fisiologis,
dan terjadi penurunan respons terhadap stimulus eksternal.

B.Saran

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi
para pembaca, kritik dan saran sangat diharapkan penulis demi kesempurnaan makalah
selanjutnya.

14
Daftar Pustaka

Hidayat, Aziz Alimul. 2016. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta. Salemba
Medika

Saputra, Lyndon. 2013. Kebutuhan Dasar Manusia. Tanggerang. Binarupa Aksara

15

Anda mungkin juga menyukai