Anda di halaman 1dari 26

KONTRASEPSI HORMONAL

A. PENDAHULUAN
Kontrasepsi berasal dari kata Kontra berarti mencegah atau melawan,
sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang
matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari
kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai
akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut. 1
Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan
untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung
preparat estrogen dan progesteron.1
Pengaruh pada korpus luteum yang menghambat ovulasi telah
diketahui pada awal abad ke 20. Semenjak saat itu perkembangan kontrasepsi
hormonal berlangsung terus. Tahun 1960 pil kombinasi estrogen-progesteron
mulai digunakan. Tahun 1963 pil sekuensial diperkenalkan. Sejak tahun 1965
sampai sekarang banyak diadakan penyesuaian dosis atau penggunaan
progesteron saja, sehingga muncul pil mini, dan lain-lain. Perkembangan ini
pada umumnya bertujuan mencari suatu kontrasepsi hormonal yang daya guna
tinggi, efek sampingan minimal, dan keluhan pasien yang sekecil-kecilnya.1
Lebih dari 13 juta wanita di Amerika Serikat menggunakan salah satu
di antara sejumlah preparat kontrasepsi hormonal yang tersedia untuk
mengendalikan kehamilan. Meskipun kontrasepsi hormonal menggambarkan
kejadian dramatis ditinggalkannya berbagai metode kontrasepsi tradisional
yang dipakai sebelumnya, preparat tersebut juga menciptakan suatu dilema
terapeutik yang unik.2
Ada beberapa macam kontrasepsi hormonal yang saat ini dapat
dipergunakan dan menjadi pilihan untuk wanita. Kontrasepsi hormonal ini
juga dapat diterima dan dilaksanakan oleh pasangan dalam program keluarga
berencana di seluruh dunia.3

1
B. FISIOLOGI HAID
Oogenesis dan Siklus Menstruasi
Oogenesis
Perkembangan gamet pada wanita berkembang dari fase oogonium
sampai fase oosit primer (folikel primordial), berlangsung jauh sebelum lahir.
Oogenesis terjadi jauh lebih cepat dari spermatogenesis. Fase fetal pada
oogenesis menjadi sempurna ada minggu pertama gestasi, oosit-oosit ini tetap
menjadi laten sampai pubertas. Pada wanita yang sudah matur, ovum yang
dapat difertilisasi berkembang pada folikel graafian yang terjadi setiap 28
hari.4

Siklus Menstruasi
Setelah terjadi maturasi seksual, seorang wanita akan mensekresikan
beberapa hormon dalam siklus 28 hari ini. Gonadoliberin (=Gn-RH) dan
dopamin (PIH) disekresikan oleh hipotalamus. FSH, LH dan Prolaktin
dihasilan oleh hipofisis anterior. Progesteron, estrogen dan inhibin
disekresikan oleh ovarium. Gn-RH mengatur gradian sekresi dari FSH dan
LH, yang dimana hormon-hormon tersebut akan regulasi sekresi estradiol dan
progesterone. Fungsi seks wanita dikendalikan oleh pelepasan periodik
hormon-hormon, yang mana tujuannya adalah untuk menghasilkan telur yang
dapat difertilisasi pada setiap ovarium setiap bulannya dan menciptakan
suasana yang cocok untuk penerimaan sperma (fertilisasi) dan implantasi telur
yang telah difertilisasi. Aktivitas siklus ditunjukkan dengan adanya menstruasi
bulanan.4
Siklus menstruasi bertahan sekitar 21-35 hari. Setengah siklus adalah
fase luteal/fase sekresi yang biasanya sekitar 14 hari dan setengah siklus
lainnya adalah fase folikular/fase proliferative yang bertahan sekitar 7-21 hari.
Ovulasi memisahkan kedua fase tersebut.4
Hari 1: Permulaan menstruasi (bertahan sekitar 2-6 hari)4
Hari 1-14: Fase Folikular yang dimulai sejak hari pertama menstruasi.
Endometrium menebal untuk persiapan implantasi ovum yang telah dibuahi

2
saat fase luteal, dan sekitar 20 folikel ovarian yang matang dibawah pengaruh
FSH. Salah satu dari folikel tersebut akan menjadi folikel yang dominan, yang
akan menghasilkan peningkatan kuantitas estrogen. 4
Hari 14: Ovulasi, jumlah estrogen yang dihasilkan oleh folikel yang
meningkat secara cepat diantara hari ke 12 dan 13. Peningkatan sekresi LH
merupakan respon meningginya level estrogen yang mengarah untuk
terjadinya ovulasi. Temperatur basal tubuh akan

3
Oogensis dan Silklus Menstruasi

4
meningkat 0,5oC sekitar 1-2 hari kemudian dan akan tetap meningkat hingga
akhir siklus. Peningkatan temperatur ini secara umum menandakan telah
terjadinya ovulasi. Selama ovulasi, mukus serviks kurang kental dan ostium
serviks sedikit membuka agar sperma dapat masuk.4

Hari 14-28. Fase luteal dicirikan oleh adanya perkembangan corpus


luteum yang mensekresikan progesterone; Peningkatan sekresi mukoid dari
kelenjar uterine juga terjadi. Endometrium paling responsif terhadap
progesterone sekitar hari ke 22 dari siklus, dimana terjadinya dapat terjadi
implantasi dari ovum yang telah dibuahi. Jika tidak terjadi implantasi,
estrogen dan progesterone akan menginhibisi sekresi Gn-RH, sehingga terjadi
degenerasi dari corpus luteum. Penurunan konsentrasi estrogen dan
progesterone di plasma darah akan membuat vasokonstriksi pembuluh darah
endometrial dan iskemik. Hal ini membuat terjadi deskuamasi dinding uterus
dan terjadi perdarahan (menstruasi).4

C. JENIS KONTRASEPSI HORMONAL


1. Hormon Estrogen Kombinasi
Kontrasepsi hormon kombinasi memiliki efek yang multipel, tapi
efek yang paling penting adalah untuk mencegah ovulasi dengan supresi
faktor Gn-RH di hipotalamus sehingga dapat mencegah sekresi FSH dan
LH.Progesteron mencegah ovulasi dengan menekan skresi LH dan
mengentalkan mukus serviks sehingga mengganggu jalan sperma masuk
ke dalam serviks, serta menciptakan lingkungan yang tidak baik untuk
implantasi. Sedangkan estrogen mencegah ovulasi dengan menekan
pelepasan FSH dan mempertahankan endometrium.3
Implantasi telur yang sudah dibuahi dihambat oleh estrogen dosis
tinggi (dietil stilbestrol, etinil estradiol) yang diberikan pada pertengahan
siklus haid. Jarak waktu antara konsepsi dan implantasi rata-rata 6 hari.
Biopsi endometrium yang dilakukan setelah pemberian estrogen dosis
tinggi pasca konsepsi menunjukkan efek antiprogesteron, yang dapat

5
menghambat implantasi. Perjalanan ovum di percepat dengan pemberian
estrogen pasca konsepsi.1,5
Efek samping esterogen :
 Mual, muntah, oedem, rasa berat pada tungkai bawah, dapat jadi
gemuk.
 Hipertensi, sakit kepala.
 Mudah tersinggung, mastalgia, gangguan fungsi hati, timbul chloasma
pada wajah

2. Hormon Progesteron
Fungsi progesteron ialah menyiapkan endometrium untuk
implantasi dan mempertahankan kehamilan. Disamping itu progesteron
mempunyai pula khasiat kontrasepsi, sebagai berikut: 3,5xzcxz
a. Lendir serviks mengalami perubahan menjadi lebih pekat, sehingga
penetrasi dan transportasi sperma selanjutnya lebih sulit
b. Kapasitas sperma dihambat oleh progesteron. Kapasitas diperlukan
sperma untuk membuahi sel telur dan menembus rintangan disekeliling
ovum.
c. Jika progesteron diberikan sebelum konsepsi, maka perjalanan ovum
dalam tuba akan terhambat.
d. Implantasi dihambat bila progesteron diberikan sebelum ovulasi.
Walaupun ovulasi dapat terjadi, produksi progesteron dari korpus
luteum akan berkurang sehinga implantasi dihambat.
e. Penghambatan ovulasi melalui fungsi hipotalamus-hipofisis-ovarium.
Efek samping progesterone :5
 Langsung:Varices, obstipasi, kaki rasa kejang,fluor albus, lendir
serviks jadi kental.
 Tidak Langsung:Lekas marah, depresi, apati, lekascapek,
metrorrhagia,hipermenorrhoea.

6
D. Macam-macam kontrasepsi hormonal
Berdasarkan jenis dan cara pemakaiannya dikenal tiga macam
kontrasepsi hormonal yaitu kontrasepsi oral (Pil), kontrasepsi suntikan, dan
kontrasepsi implant.
1. Kontrasepsi Oral (Pil)
a. Pil kombinasi
Kontrasepsi oral yang kini paling sering dipakai terdiri atas
kombinasi estrogen dengan preparat progesterone (=gestagen,
progestagen), yang sangat efektif dari beberapa kontrasepsi, dan
banyak perempuan lebih menerimanya. Pil ini diminum setiap hari
selama 3 minggu selanjutnya akan diberi placebo selama 1 minggu
tanpa preparat hormon, pada saat ini biasanya akan terjadi perdarahan
dari uterus akibat penghentian pemakaian obat. Estrogennya ialah
etinil estradiol atau mestranol, dalam dosis 0,05; 0,08; atau 0,1 mg per
tablet. Progestinnya bervariasi : Nortestosteronyang merupakan
androgen, Hydroxyprogesteronyang merupakan progesteron, atau
mempunyai pengaruh estrogen instrinsik. Daya guna teoritis hampir
100% (tingkat kehamilan 0,1/100 tahun – wanita). Daya guna
pemakaian ialah 95-98% efektif (tingkat kehamilan 0,7/100 tahun
wanita).1,2,5,10
Berdasarkan penelitian terbaru, pil kombinasi yang digunakan
dimana terdapat dua hormon berbeda, tidak mengakibatkan
berkurangnya densitas tulang secara langsung. Pada penelitian dengan
dewasa muda, ada beberapa yang mengalami penurunan densitas
tulang, dan penelitian lain yang dilakukan pada wanita yang akan
menopause justru bertambah densitas tulangnya.9
 Kontraindikasi
Kontraindikasi mutlak pemakaian pil kombinasi ialah
terdapatnya riwayat tromboflebitis atau tromboflebitis, kelainan
serebrovaskular, fungsi hati tidak atau kurang baik, keganasan pada
payudara dan alat reproduksi, kehamilan dan varises berat.1,5

7
Kontraindikasi relatif ialah hipertensi, perdarahan abnormal
pervaginam yang tidak jelas sebabnya, laktasi, fibromioma uterus,
penyakit jantung atau ginjal, dan lain-lain. 1,5,6
 Mekanisme Kerja
Preparat steroidal gabungan estrogen-progestin memiliki
khasiat kontrasepsi yang multipel. Salah satu efek yang penting
adalah mencegah ovulasi yang hampir dipastikan akan terjadi lewat
supresi faktor-faktor pelepasan hipotalamus, yang selanjutnya
menimbulkan sekresi hormon FSH dan LH yang tidak tepat oleh
kelenjar hipofise. Efek kontrasepsi lainnya yang diinduksi oleh
preparat steroid kombinasi adalah perubahan maturasi
endometrium yang membuatnya tidak tepat untuk implantasi yang
berhasil bila blastokista akan terbentuk dan produksi lendir serviks
yang menghalangi penetrasi sperma. Peranan yang mungkin
terdapat pada perubahan motilitas tuba dan uterus yang
ditimbulkan oleh hormon-hormon tersebut, bila ada, masih belum
jelas. Sebagai konsekuensi kerja preparat kontrasepsi oral
kombinasi.
Esterogen plus progestin ini, bila diminum setiap hari
selama 3 minggu dari setiap 4 minggu,menghasilkan perlindungan
mutlak terhadap pembuahan. Namun demikian pengecualian yang
penting adalah periode sekitar 1 minggu sesudah pemberian
kontrasepsi oral. Sebenarnya pada wanita dengan folikel yang
matur dan segera akan mengalami ovulasi yang spontan, maka
ovulasi sesungguhnya dapat dipicu dengan memulai pemberian
kontrasepsi oral dalam situasi ini.2,3,5,6
 Cara makan pil
Pil pertama diminum pada hari kelima siklus haid. Pada
pasca persalinan, pil mulai dimakan sesudah bayi berumur 30-40
hari, sedangkan pasca keguguran 1-2 minggu pasca kejadian.
Usahakan minum pil pada waktu yang sama, seperti sehabis makan

8
malam pada tiap harinya. Tiap pagi dilakukan kontrol apakah pil
tadi malam sudah diminum. Jika lupa 1 pil, minumlah segera disaat
ingat. Jika lupa 2 pil berturut-turut, minum 2 pil segera ketika ingat
dan 2 pil lagi pada waktu biasanya pada hari berikut. Pada keadaan
in mungkin terjadi spotting. Jika lupa 3 pil, kemungkinan hamil
menjadi besar.
Sangat dianjurkan pemeriksaan sitologi vagina dan
pemeriksaan payudara setahun sekali.

 Efek samping
Pil kombinasi estrogen plus progestin yang diminum 3
minggu dari setiap 4 minggu, merupakan bentuk kontrasepsi
reversibel paling efektif yang tersedia. Angka kegagalan 0,32 per
100 tahun wanita atau lebih rendah pernah tercatat (Vassey dkk,
1982).2,5,7
Efek menguntungkan lainnya yang pernah dilaporkan
adalah berkurangnya jumlah darah menstruasi, menurunnya insiden
dismenore, kista ovari fungsional serta salpingitis, dan lebih
sedikitnya keluhan premenstruasi, berkurangnya insiden kanker
endometrium dan ovarium, penurunan frekuensi berbagai penyakit
payudara yang benigna serta mungkin pula kanker payudara dan
lebih sedikitnya insiden artritis rematoid.1,5,6
Efek samping yang merugikan dapat dibagi dalam 2
golongan, yaitu efek samping yang ringan dan efek samping yang
berat. Efek samping ringan dapat berupa pertambahan berat badan,
perdarahan diluar daur haid, mual, depresi, alopesia, melasma,
kandidiasis, amenorea pascapil, retensi cairan, dan keluhan
gastrointestinal. Efek samping ini akan hilang dan berkurang
dengan sendirinya. Umumnya efek samping ini timbul beberapa
bulan pertama pemakaian pil.1

9
Efek samping yang berat adalah tromboemboli, yang
mungkin terjadi karena peningkatan aktivitas faktor-faktor
pembekuan, atau mungkin juga pengaruh vaskuler secara
langsung.Pengguna kontrasepsi oral, terutama wanita diatas 35 dan
merokok, meningkatkan resiko infark miokard dan stroke. Penyakit
arterial sebagian besar dihubungkan dengan efek dari progesteron.
Kontrasepsi oral juga meningkatkan tekanan darah, kadang-kadang
sampai ke tahap hipertensi. Volume darah ditingkatkan oleh retensi
cairan, dan sekresi angiotensin bertambah.1,5,6
b. Bentuk Pemberian
Pemberian kontrasepsi dapat berbentuk tablet dan berupa depo
injeksi. Kontrasepsi oral biasanya dikemas dalam satu kotak yang
berisi 21 atau 22 tablet, dan sebagian kecil ada yang berisi 28 tablet
dengan 6 atau 7 tablet terakhir berupa plasebo sehingga tidak perlu lagi
istirshat 6 atau 7 hari. Minipil digunakan tanpa masa istirahat yang
terdiri dari 35 tablet.Sediaan depo injeksi dapat berupa injeksi
mikrokristalin (depoprovera) atau cairan minyak dari asam lemak
steroid ester (noristerad).Sediaan esterogen gestagen dibagi menjadi
kombnasi onofasik, bertingkat, dan sekuensial bifasik.Sediaan yang
mengandung gestagen saja seperti minipil, depo injeksi, AKDR yang
mengandung progesteron dan implant. Sediaan yang mengandung
esterogen saja hanya terbatas pada penggunaan pasca koitus atau
postkoital pil (postcoital pil).1,3,5

10
Sediaan kombinasi (monofasik)1,3,5
Sediaan kombinasi merupakan sediaan yang paling banyak
digunakan, setiap tablet mengandung 20-100 mg etinilestradiol dan
gestagen dengan dosis tertentu.
Pada pemilihan berbagai jenis kontrasepsi oral yang terpenting
adalah yang memiliki khasiat kontrasepsi yang paling sedikit
kegagalannya. Meskipun harus mimilih jenis yang memiliki efek
samping yang paling sedikit, ini bukan merupakan prioritas utama
dalam pemilihan kontrasepsi. Semua jenis kombinasi memiliki
keampuhan yang sama tetapi belum tentu setiap individu memiliki
kenyamanan yang sama. Kebanyakan efek samping disebabkan oleh
kandungan estrogen dalam sediaan tersebut sehingga pil kontrasepsi
dibagi menjadi pil dengan estrogen rendah ( 20-35 mg) dan pil dengan
dosis estrogen tinggi ( 50 mg). Pada dasarnya pilihlah sediaan dengan
dosis estrogen rendah.Penggunaan dosis tinggi hanya dibenarkan pada
kasus-kasus yang terjadi perdarahan pada penggunaan sediaan dengan
dosis estrogen rendah.

11
Menentukan dosis estrogen pada pil kontrasepsi jauh lebih
mudah bila dibandingkan dengan menentukan dosis gestagen karena
hampir semua gestagen memiliki struktur kimia dan proses
metabolisme yang hampir sama. Berdasarkan struktur kimia dan
metabolismenya, jenis gestagen yang ada dalam pil kontrasepsi dibagi
dalam 3 kelompok, yaitu turunan nortestosteron, progesteron dan
gonane.Kalau dilihat begitu banyak jenis gestagen yang tersedia,
timbul pertanyaan jenis gestagen mana yang memiliki efek yang kuat
terhadap penekanan ovulasi.Pertanyaan ini sulit dicari jawabannya
karena ada gestagen yang efeknya terhadap endometrium begitu kuat,
tetapi efek terhadap penekanan gonadotropin tidak begitu kuat
meskipun ikatan reseptor terhadap endometrium dan hipofisis sama-
sama kuat. Terjadinya perbedaan kerja tiap-tiap gestagen tersebut
meskipun ikatan reseptornya sama kuat , masih belum diketahui secara
pasti. Agar tidak begitu membebani tubuh dan juga agar tidak
memberikan terlalu banyak efek samping, hampir semua pil
kontrasepsi yang ada saat ini mengandung estrogen dan gestagen dosis
rendah, yang dahulu dianggap tidak mungkin.
Agar gestagen dosis tinggi tidak digunakan, mulai dicari cara
untuk mengurangi dosis gestagen suatu kontrasepsi oral, misalnya
dengan cara membuat sediaan kombinasi bertingkat ( sediaan dua
tingkat atau modifikasi tiga tingkat)
Sediaan sekuensial (bifasik)1,3,5
Pembuatan sediaan bifasik berdasarkan pemikiran bahwa siklus
haid seorang wanita normal adalah bifasik berupa fase folikuler dan
fase sekresi (fase estrogen dan fase progesteron).Jadi, pemberian
sediaan sekeunsial mirip siklus haid yang normal, karena biar
bagaimanapun pemberian progesteron pada awal siklus haid seperti
pada pemberian pil kombinasi monofasik adalah tidak fisiologik.
Pada sediaan kombinasi monofasik, estrogen dan progesteron
secara bersamaan menekan sekresi gonadotropin sehingga tidak

12
diperlukan dosis tinggi, sedangkan pada sediaan sekuensial esterogen
sendiri saja yang menekan sekresi gonadotropin, sehingga dengan
sendirinya diperlukan dosis estrogen yang tinggi.Kemungkinan terjadi
kehamilan pada penggunaan sediaan sekuensial lebih besar bila
dibandingkan penggunaan pil kombinasi monfasik.Karena pada
sediaan sekuensial fase pertamanya hanya mengandung progesteron,
tidak dijumpai adanya penekanan terhadap lendir serviks dan
endometrium, sedangkan pada sediaan kombinasi monofasik sejak
awal telah terjadi penekanan terhadap produksi lendir serviks oleh
esterogen dan progesteron. Lagipula untuk mendapatkan efek
kontrasepsi yang baik dosis estrogen dalam sediaan sekuensial
haruslah tinggi dan ini dapat menyebabkan terjadinya keputihan dan
timbulnya perdarahan bercak, yang pada akhirnya akan menimbulkan
ketidaknyamanan bagi pemakainya. Selain itu, dosis estrogen yang
tinggi merupakan resiko terjadinya tromboemboli dan keganasan pada
endometrium.Pada sediaan kombinasi monofasik karena sejak awal
efek estrogen telah dipengaruhi oleh gestagen, kemungkinan terjadi
efek samping akibat estrogen jauh lebih kecil.Atas dasar inilah
akhirnya yang paling banyak digunakan adalah pil kombinasi
monofsik.

b. Pil sekuensial
Diberikan estrogen selama 14-15 hari pertama, selanjutnya
kombinasi estrogen dan progesteron selama 7 hari lalu 7 hari
tidakmakan pil. Pada akhir minggu ke-4 akan terjadi “withdrawal
bleeding”5
Khasiatnya untuk menghambat ovulasi. Cara pemakaian, efek
samping dan kontraindikasi sama dengan pil kombinasi.
Keuntungan :
 Perubahan pada endometrium mendekati keadaan alamiah
 Perdarahan/spotting jarang terjadi

13
 Jumlah darah haid biasa/normal
 Efek samping sedikit
Kekurangan:
 Kegagalan lebih tinggi
 Efek samping pada wanita yang peka terhadap oestrogen lebih
banyak.7

c. Pil Mini
Pil mini mengandung progestin saja, tanpa estrogen. Dosis
progestinnya pun kecil; 0,5 mg atau kurang. Pil mini harus diminum
tiap hari, juga pada waktu haid.1,2,5
Pencegahan kehamilan mungkin karena pengaruh terhadap
motilitas tuba, korpus luteum, endometrium dan lendir serviks serta
pencegahan ovulasi.5
Indikasi :
1. Kontraindikasi estrogen atau tidak cocok dengan estrogen.
2. Umur diatas 35 tahun.
3. Perokok
4. Hipertensi
5. Menyusui
6. Pasien diabetes.
Kontraindikasi
1. Sebelumnya pernah hamil ektopik
2. Kista ovarium
3. Kanker payudara
4. Penyakit hati aktif, penyakit arterial, obat seperti valproate,
spironolaktone, dan meprobamate.
Mekanisme Kerja
Para peneliti belum mengetahui benar mengenai mekanisme kerjanya,
tetapi mungkin sekali pencegahan kehamilan terjadi oleh gabungan
beberapa efek, termasuk motilitas tuba, pengaruh terhadap korpus

14
luteum, endometrium, lendir serviks, dan juga pencegahan
ovulasi.1 Tidak seperti pil kombinasi, pil mini dapat menghambat
ovulasi. Tetapi, keefektifannya menimbulkan pembentukan mukus
serviks yang menghalangi penetrasi sperma serta mengubah maturasi
endometrium yang cukup untuk mencegah keberhasilan implantasi
blastokist. Karena mukus tidak akan tahan lebih dari 24 jam, pil mini
yang diminum pada waktu yang sama tiap hari akan efektif.2,5
Keuntungan
Pil mini efek minimal pada metabolisme karbohidrat dan koagulasi,
dan tidak menyebabkan eksaserbasi hipertensi. Dapat ideal bagi
beberapa wanita yang memiliki faktor resiko komplikasi
kardiovaskuler. Disini termasuk juga wanita yang memiliki riwayat
trombosis, hipertensi, atau migren, atau wanita lebih dari 35 tahun dan
perokok. Pil mini juga pilihan yang tepat bagi ibu menyusui.5
Kerugian
Kekurangan utama dari pil mini adalah kegagalan kontrasepsi. Dengan
kegagalan, relatif meningkatkan proporsi kehamilan ektopik. Adapun
efek samping utama pil mini beberapa perdarahan tidak teratur,
dan spotting.1,5,7

d. Kontrasepsi Postkoitus
Isi: Lynoral atau Stillbestrol. Dosis: sangat tinggi yaitu
Stillbestrol 25-50 mg atau Lynoral 1 mg. Stilbestrol yang diberikan
setelah senggama untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan,
dikenal dengan instilah ”morning-after pill.” Kuchara (1971)
melaporkan tidak terjadinya kehamilan pada 1.000 orang wanita yang
tidak mendapatkan perlindungan kontrasepsi secara memadai pada saat
senggama namun dalam waktu 3 hari mulai menggunakan stilbestrol,
25 mg dua kali sehari, selama 5 hari berikutnya.2
Alat kontrasepsi darurat yang dikenal denganMorning After
Pill kian populer terutama di masyarakat barat yang dikenal permisif

15
dalam masalah seks. Morning After Pill termasuk jenis alat kontrasepsi
darurat yang idealnya hanya dipakai pada kondisi pelaku hubungan
seks tidak menginginkan terjadinya pembuahan padahal, saat
melakukan hubungan seks mereka tidak menggunakan alat kontrasepsi
apapun baik itu pil, spiral, susuk atau bahkan kontrasepsi instan seperti
kondom.1,2
Mekanisme kerja senyawa ini belum dipahami sepenuhnya
tetapi sangat besar kemungkinannya terdapat gangguan implantasi
dengan cara tertentu. Nusea dan vomiting merupakan efek
samping yang umum terjadi. Efek teratogenik yang mungkin terdapat
pada pemakaian obat tersebut harus dipikirkan bila kehamilan tetap
terjadi. Pencegahan kehamilan juga pernah dilaporkan dengan
pemakaian etinil estradiol atau preparat ekuina estrogen konjugasi
(Premarin) kalau diminum dengan dosis tinggi selama waktu beberapa
hari.2
Yupze dkk. (1982) menggunakan preparat estrogen plus
progestin dimana kombinasi tersebut digunakan dalam 2 kali
pemberian dengan interval waktu 12 jam yang dimulai dalam waktu 72
jam setelah senggama. Pada suatu uji coba yang melibatkan 692 orang
wanita, angka kehamilan yang terlihat pada para wanita tersebut adalah
1,6 persen.2

2. Kontrasepsi Suntikan
Suntikan hormonal adalah hormon steroid yang dipakai untuk
keperluan kontrasepsi dalam bentukan suntikan. Untuk mengatasi
kerepotan dari pelaksanaan dari Pil Mini, maka preparat injeksi
diperkenalkan.3,5,10
Yang digunakan adalah long-acting progestin, yaitu Norestiteron
enantat (NETEN) dengan nama dagang depomedroksi progesterone acetat
(DPMA). Suntikan diberikan pada hari ke 3 – 5 pasca persalinan, segera
setelah keguguran.

16
Contoh preparat :
 Suntikan progestin
o Depomedroxyprogesteron acetate (DMPA). Preparat :
DEPOPROVERA®
o Norethisterone enanthate (NETO / NEE/Net-En). Preparat:
NORISTERAT®
 Suntikan kombinasi dari estrogen dan progesteron yang diberikan tiap
bulan. Depo Medroxy Progesteron Acetat 25 mg + Estradiol Sipionat 5
mg. Preparat: CYCLOFEM® 3,8
Dua preparat tersebut dapat digunakan untuk penggunaan waktu
yang panjang. Medroxyprogesterone acetat 150 mg setiap 3 bulan serta
300 mg setiap 6 bulan, sedangkan norethisterone oenanthate 200 mg 2
bulan. Suntikan diberikan pada hari ke 3-5 hari pasca persalinan, segera
setelah keguguran, dan pada masa interval sebelum hari kelima haid.
Teknik penyuntikan ialah secara injeksi intramuskular dalam, di daerah m.
Gluteus maksimus atau deltoideus. 1,3,5
Kontraindikasi
 DMPA dan Net-En
 Kehamilan
 Perdarahan abnormal uterus
 Karsinoma payudara
 Karsinoma traktus genitalia (kecuali karsinoma endometrium)
 Penyakit hati
 Kelainan tromboemboli
 Diabetes Melitus
 Nulipara
 DMPA 25 mg + Estradiol Sipionat 5 mg
 Kehamilan
 Perdarahan abnormal uterus
 Karsinoma payudara
 Karsinoma traktus genitalia (kecuali karsinoma endometrium)

17
 Penyakit hati
 Kelainan tromboemboli
 Diabetes Melitus
 Nulipara
 Sekresi abnormal dari puting susu dan tidak sementara
menetekkan bayinya
 Pemakaian obat-obatan : barbiturat, antikonvulsan, rifampisin,
steroid sistemik, obat-obatan yang mempengaruhi sistem
kardiovaskuler atau hepatik atau obat yang digunakan sebagai
profilaksis untuk jangka panjang terhadap sistem
kardiovaskuler atau hepatik.

Mekanisme Kerja
 DMPA : 2,3
 Menghambat ovulasi
 Mempengaruhi endometrium sehingga menghambat implantasi
dari blastosis
 Mengubah lendir serviks menjadi lebih kental
 Menghambat transportasi ovum melalui saluran tuba.
 NEE/Net-EN :
Mekanisme kerja Net-En serupa dengan DMPA, tetapi ada perbedaan
sedikit, Net-En tidak begitu kuat menghambat hipofisis dan
hipotalamus, tetapi cukup hanya dengan mengganggu keseimbangan
FSH dan LH.
 DMPA 25 mg + Estradiol Sipionat 5 mg :
Mekanisme kerja nya sama dengan DMPA. Penambahan estrogen
dimaksudkan agar endometrium berada dalam keadaan yang sama
dengan siklus haid normal.

18
Keuntungan
Keuntungan pada preparat suntikan medroksiprogesteron asetat
(Depo-Provera) adalah keefektifan dengan preparat kotrasepsinya yang
sebanding dengan preparat kontrasepsi oral kombinasi. Kerjanya yang
berlangsung lama dengan penyuntikan yang diperlukan hanya sebanyak
dua hingga empat kali setahun. Laktasi yang cenderung untuk tidak
terganggu dan dapat digunakan oleh wanita > 35 tahun. 2,5
Kerugian
Kerugian yang ditimbulkan adalah gangguan haid berupa siklus
haid yang memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau
sedikit, perdarahan yang tidak teratyr atau perdarahan bercak yang
biasanya dirasakan pada bulan pertama penyuntikan serta amenore yang
timbul pada kebanyakan wanita setelah satu atau dua tahun setelah
penyuntikan.Keadaan anovulasi yang berlangsung lama sesudah
pemakaiannya dihentikan. Berat badan bertambah, sakit kepala. Pada
sistem kardiovaskuler efeknya sangat sedikit, mungkin ada sedikit
peninggian dari kadar insulin dan penurunan HDL-kolesterol. 2,5,7
Waktu Pemberian
a. Pasca persalinan
1). Hari ke 3-5 post partum atau setelah 6 minggu post partum dan
sebelum berkumpul dengan suami.
2). Tepat pada jadwal suntikan berikutnya.

b. Pasca Abortus
1). Segera setelah dilakukan kuretase atau sebelum 14 hari.
2). Jadwal waktu suntikan yang diperhitungkan.

c. Interval
1). Hari kelima menstruasi
2). Jadwal waktu suntikan diperhitungkan.

19
3. Kontrasepsi Implant
Kerepotan untuk datang ke klinik dan ketergantungan pada
suntikan dapat diatasi dengan inplant subdermal long acting (3-5 tahun).
Sistem Norplant, yang memberikan progestin levonorgestrel dalam sebuah
wadah silastik yang ditanamkan intradermal.2,3,5,8,10
Norplant I berisi 6 kapsul silastik (polydimethyl silaxone) masing-
masing berisi 36 mg. Levonorgestrol suatu sintetik progestin dalam bentuk
kristal kering dimana ujung-ujungnya ditutup dengan silastic medical
grade adhesive dengan diameter 2,4 mm dan panjang 3,4 cm. Melepaskan
85 µg per hari selama 3 bulan, 50 µg tiap hari sampai 18 bulan dan setelah
itu sampai tingkat akhir 30 µg. Implant ini efektif untuk 5 tahun. 3,5,10
Norplant II memiliki 2 tangkai mengandung masing-masing 70
mg levonorgestrel. Tiap tangkai melepaskan 50 µg hormon tiap hari dan
memberikan proteksi untuk 3 sampai 5 tahun. 3,5,8
Indikasi8
 Wanita yang sudah punya anak dan tidak ingin hamil dalam waktu 5
tahun atau tidak ingin anak lagi tetapi tidak mau mengalami proses
implantasi.
 Tidak cocok dengan estrogen dan AKDR.
Kontraindikasi8
 Hamil atau diduga hamil
 Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya
 Kanker payudara, jenis kanker lain yang ada kaitannya dengan
ketergantungan hormon
 Penyakit hati akut
 Gangguan tromboemboli atau thrombophlebitis
 Penyakit jantung koroner atau gangguan serebrovaskuler
 Diabetes melitus

20
Mekanisme Kerja
1. Menekan ovulasi
2. Membuat lendir serviks menjadi kental
3. Menekan perkembangan siklik endometrium sehingga mengganggu
proses implantasi 1
Efek Samping
Efek samping utama dari kontrasepsi progestin adalah gangguan siklus
haid berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak, dan amenorea.
Nyeri kepala terutama disertai pandangan kabur, nyeri perut bagian
bawah/nyeri panggul, Norplant hilang, nyeri payudara, ikterus,
thrombophlebitis, thromboemboli, gangguan libido, depresi, perubahan
berat badan, mual, pusing, dan gelisah.1,5,7,8
Implanon implanon adalah jenis kontrasepsi susuk tidak terdegradasi
yang terdiri dari simpai kopolimer etilen-viniasetat (EVA) sebagai
pembawa substansi aktif senyawa progestin 3-keto-dogestrel (3-keto-
DSG). Bentuknya batang putih lentur dengan panjang 40 mm dan diameter
2 mm dalam suatu jarum yang terpasang pada inserter khusus berbentuk
semprit sekali pakai dalam kemasan steril kantong aluminium.1,5
Implanon memiliki keuntungan dengan menggunakan satu tangkai berisi
67 mg desogestrel. Impalnon hanya menggunakan implant progesteron.
Dan mengeluarkan 30 µg per hari dan implant tetap efektif sampai 3
tahun.3,4,5
Indikasi
Sebagai kontrasepsi jangka panjang untuk menjarangkan / dan / atau
mengakhiri kesuburan selama laktasi, serta bila penggunaan estrogen
merupakan kontraindikasi.8
Kontraindikasi Relatif
Diduga atau diketahui hamil, tromboemboli aktif, perdarahan vagina tanpa
sebab jelas, penyakit hati akut, tumor jinak atau ganas, dan dugaan
menderita kanker payudara.8

21
Mekanisme Kerja
Implanon menghalang ovulasi, dinding endometrium menipis maka
menyukarkan penempelan embrio. Mukus di kawasan serviks juga
menebal menyukarkan sperma untuk berenang ke kawasan uterus.5
Efek Samping
Terutama berupa gangguan siklus haid, yaitu perdarahan tak teratur dan
amenore. Aliran haid menjadi sedikit dan sakit ketika haid berkurang.
Menyebabkan kitaran yang tidak tetap atau tidak datang haid bagi
beberapa bulan. Semua peringatan, efek samping, dan perhatian khusus
yang berlaku untuk metode kontrasepasi yang hanya mengandung
progesterone juga berlaku untuk Inplanon.1,5

4. ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM ( AKDR / IUD )


AKDR adalah alat yang terbuat dari polietilen dengan atau tanpa
metal / steroid dan ditempatkan dalam rongga rahim.5
Dimasa lampau AKDR dibuat dalam berbagai bentuk dan bahan
berbeda-beda, saat ini AKDR yang tersedia di seluruh dunia hanya 3 tipe
saja :
1. Inert, dibuat dari plastik (Lipppes Loop) atau baja anti karat (The
Chinese Ring)
2. Mengandung tembaga, CuT 380 A, CuT 200 C, Multiload ( ML Cu
250 dan 375 ) dan Nova T
3. Mengandung hormon steroid : seperti progesteron dan levonorgetrel.
Salah satu AKDR yang saat ini beredar adalah yang berbentuk T,
yang mengandung progesteron atau levanorgestrel, AKDR yang
mengandung 38 mg progesteron akan melepaskan ± 65 mg prgesteron dan
disimpan dalam endometrium. Kadar yang dikeluarkan tersebut terlalu
rendah sehingga tidak memiliki efek sistemik, dan fungsi ovarium pun
tidak terpengaruh sama sekali.1,5

22
Mekanisme kerja untuk AKDR yang mengandung hormon progesteron :
1. Gangguan proses pematangan proliferasi-sekretoris sehingga timbul
penekanan terhadap endometrium dan terganggunya proses implantasi
( endometrium tetap dalam fase proliferasi )
2. Lendir serviks lebih kental / tebal karena pengaruh progestin.
3. Menekan ovulasi 5
Preparat levonogestrel (Mirena®). Preparat ini melepaskan
levonogestrel ke dalam uterus secara relatif 20 µg per hari, dimana
menurunkan efek sistemik dari progestin. Terbuat dari T-shaped struktur
polyethylene memiliki batang yang dibungkus dengan silinder
polydimetilsiloxane / levonogestrel campuran untuk mengatur kecepatan
pelepasan hormon. Dan dimasukkan seperti AKDR normal. 1,5
Indikasi
 Menyukai metode kontrasepsi yang efektif, berjangka panjang, tetapi
belum menerima metode permanen saat ini.
 Menyukai metode praktis (tidak perlu metode barrier atau menelan pil
setiap hari).
 Punya anak satu atau lebih
 Sedang menyusui dan ingin memakai kontrasepsi
 Wanita perokok berat (? 15 batang rokok sehari), umur 35 tahun
 Berisiko rendah mendapat PMS
Kontra Indikasi
 Dugaan hamil
 Sedang atau sering terkena infeksi panggul (gonorea, chlamidia) atau
servisitis dengan cairan mukopurulen
 Menderita keputihan berbau dari saluran serviks/gonorea atau servitis
chlamedia.
 Perdarahan vagina yang tidak diketahui sebabnya
Kembalinya kesuburan dengan cepat setelah pencabutan AKDR
adalah keuntungan dari AKDR, selain itu AKDR efektif sampai 3 tahun.

23
Angka kegagalan pengguan Mirena® 0,1 % dmana lebih rendah
dibandingkan CuT 380 A.1,5

E. DAFTAR OBAT KONTRASEPSI HORMONAL DI INDONESIA

Sediaan yang mengandung progestin saja ( Mini pil )11

Sediaan Progestin

Excluton 0,5 mg Lynestrenol

Cerazette 75 ug Desogestrel

Sediaan yang mengandung gestagen ( Depo injeksi )11

Sediaan Progestin

Depo Provera 150 mg Medroxy Progesteron Acetat

Sediaan yang mengandung kombinasi estrogen +progestin (injeksi)11

Sediaan Estrogen + Progestin

Cyclofem 50 mg Medroxy Progesteron Acetat

10 mg Estradiol cypionate

Sediaan yang mengandung Progestin ( Implant )11

Sediaan Progestin

Implanon 68 mg Etonogestrel

Indoplant 75 mg Levonorgestrel

Norplant 36 mg Levonorgestrel

AKDR
Inert, dibuat dari plastik (Lipppes Loop) atau baja anti karat (The Chinese Ring)
Mengandung tembaga, CuT 380 A, CuT 200 C, Multiload ( ML Cu 250 dan 375 )
dan Nova T.

24
Khusus Obat Oral:12

ESTROGEN

KELAS CONTOH OBAT

Etinilestradiol Lynoral 0,05 mg

Etniliestradiol dan Norgestrel Mikrodiol (Etinilestradiol 30 mcg dan


norgestrel 150 mcg)

PROGESTERON

KELAS CONTOH OBAT


Alylestrenol 5 mg
Allylestrenol
Gravynon 5 mg
Norelut 5 5 mg
Noretisteron
Primolut N 5mg
Medroksi Progesteron Asetat
MPA 5 mg
Dydrogesterone 10 mg
Dydrogesterone
Duphaston 10 mg

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro Hanifa, Bari Saifuddin Abdul, Rachinhadhi Trijatmo, editor.


Kontrasepsi Hormonal. In: Ilmu Kandungan. Edisi Kedua. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo; 2007. Hal 543 – 556.
2. DeCherney Alan, Nathan Lauren, MuphyGoodwin, Laufer Neri. Chapter
36 Contraceptiuon & Family Planning in Current Diagnosis and Treatment
in Obstetric and Gynaecology. Cunningham : McGraw-Hill Companies.
2003.
3. Cunningham Gary, dkk. Contraception, Chapter 32. William Obstetrics.
22th ed. Cunningham : McGraw-Hill Companies. 2007.
4. Despopoulos Agamemnon, Silbernagl Stefan. Color Atas of Physiology.
New York: Thieme. 2003. Hal. 289-291.
5. Baziad Ali. Kontrasepsi Hormonal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2008. Hal 11-30.
6. Pitkin Joan, Peattie Alison, Magowan Brian. Obstetrics and Gynaecology
an Illustrated Colour Text. New York: Churchill Livingstone. 2003. Hal
106-110.
7. Sawong, Wolita. Hubungan Jenis dan Lama Pemakaian Kontrasepsi
Hormonal dengan Gangguan Menstruasi di BPS. Surabaya. FKM UNAIR.
8. Frequently Asked Questions. Contracepstion. New York: The American
College of Obstetricians and Gaenecologiest.
9. Hormonal Contraceptions and Bone Health. Reproductive Health and
Research. World Health Organizations.
10. Latif, Omnia F Samra, MD. 2011. Contraception. (Online). (
http://emedicine.medscape.com/article/258507-overview, diakses 10 Juni
2014).
11. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi edisi 6 tahun 2006-2007
12. Formularium Obat InHealth edisi IV. PT. Asuransi Jiwa InHealth
Indonesia. 2014

26

Anda mungkin juga menyukai