PENDAHULUAN
ini terjadi karena tuntutan yang diberikan kepada pendidikan sudah berubah. Abad
ke-21 ditandai sebagai abad keterbukaan atau abad globalisasi, artinya kehidupan
Dikatakan abad ke-21 adalah abad yang meminta kualitas dalam segala usaha dan
hasil kerja manusia. Abad ke-21 meminta sumber daya manusia yang berkualitas.
(breakthrough thinking process) apabila yang diinginkan adalah output yang bermutu
yang dapat bersaing dengan hasil karya dalam dunia yang serba terbuka. Abad ke 21
ini, pendidikan menjadi semakin penting untuk menjamin peserta didik memiliki
(1) informasi yang tersedia dimana saja dan dapat diakses kapan saja;
1
(4) komunikasi yang dapat dilakukan dari mana saja dan kemana saja (Litbang
Kemdikbud, 2013).
Pendidikan dalam prosesnya bukanlah suatu hal yang mudah apalagi dalam
menghadapi abad 21. Peran guru menghadapi era ini sangat penting untuk
menghasilkan peserta didik yang bermutu. Pendidik merupakan faktor paling penting
dalam pelaksanaan pembelajaran. Oleh sebab itulah, para siswa harus dipersiapkan
dengan empat konsep keterampilan abad 21 yang dikenal dengan 4 C, yakni berpikir
lainnya, keempat kompetensi ini menjadi fokus yang jauh lebih kuat untuk tugas guru
di abad ke-21 ini. Pencapaian keterampilan abad ke-21 tersebut dilakukan dengan
menggunakan sarana belajar yang tepat, mendesain aktivitas belajar yang relevan
pengalaman yang ada di dalam sekolah, antar sekolah, dan di luar sekolah Siswa
dapat bekerja bersama-sama secara kolaboratif pada tugas berbasis proyek yang
diterapkan ketika menghadapi rekan kerja yang berada pada lokasi yang saling
2
Menurut Munandar H (2016), dalam observasinya di SMA Negeri 1 Banda
Aceh, pembelajaran kimia lebih berpusat pada guru yaitu menerangkan, memberi
Hal ini didukung oleh Jufri, W (2017: 113) yang menyatakan bahwa guru
pelajaran sains termasuk mata pelajaran kimia masih banyak yang membelajarkan
sains hanya dengan metode ceramah dan tugas-tugas membaca sebagai pola
terdahulu. Pengalaman dan kegiatan belajar kurang diarahkan pada bagaimana cara
Hal senada juga diungkapkan oleh Ariesta, N dkk (2013) dari hasil
pembelajaran lain dalam menyampaikan materi pelajaran kimia. Guru masih belum
mengajak siswanya untuk aktif, siswa belum diajak untuk berdiskusi dan diajak untuk
menemukan konsep. Sehingga disini, guru bertindak sebagai sumber utama belajar
ajar dapat dipahami dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
diharapkan, siswa aktif dalam proses pembelajaran dan guru berperan sebagai
3
Proses belajar mengajar, guru selalu mengacu pada standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang tertuang dalam silabus. Hal ini perlu ditekankan bahwa yang
lebih penting adalah penguasaan kompetensi siswa, bukan hanya ketuntasan guru
dalam menyampaikan materi ajar, tetapi juga guru berupaya agar siswa menguasai
dalam pembelajaran kimia adalah kegiatan yang diajarkan agar peserta didik
sifat yang menyiratkan bekerja dalam kelompok yang terdiri dua atau lebih siswa untuk
utuh.
banyak metode mengajar yang dipakai oleh guru, namun tidak ada metode
pembelajaran yang satu lebih baik daripada metode pembelajaran yang lain. Masing-
dapat ditutupi oleh metode mengajar yang lain, sehingga guru dapat menggunakan
2012: 1). Namun, untuk pemilihan suatu metode mengajar perlu memperhatikan
karakteristik materi yang disampaikan, tujuan pembelajaran, waktu yang tersedia, dan
banyaknya siswa serta hal-hal lain yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.
4
(1998) bahwa sama seperti seorang pendidik harus mengajarkan keterampilan
akademis, keterampilan kolaborasi juga harus diberikan kepada peserta didik, karena
tindakan ini akan bermanfaat bagi mereka untuk meningkatkan kerja kelompok, dan
bekerjasama menuju satu tujuan, yakni adanya pemahaman bahwa tidak ada satu
orangpun yang memiliki semua jawaban yang tepat, kecuali dengan bekerjasama
(Afriono, D :2013)
pembelajaran meliputi :
(b). Beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif
(d).Mampu berkompromi dengan anggota yang lain dalam kelompok demi tercapainya
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang bertumpu dan melaksanakan empat pilar belajar yang dianjurkan oleh UNESCO
untuk pendidikan yaitu Learning to know, Learning to do, Learning to how dan
Learning to be live together. Keempat pilar tersebut menuntut seorang guru untuk
kreatif, bekerja scara tekun dan harus mampu dan mau meningkatkan
kemampuannnya (c).
sesama peserta didik sehingga dapat mngembangkan potensi diri dan menemukan
jati dirinya. Model pembelajaran seperti ini hanya dapat berlangsung dengan
Menurut susanto (2010) dalam Sudirman dan Bokingo, A.H. (2016) terdapat 7
macam bahasa.
5) Teaching with new view abaut abilities, artinya guru mengajar dengan
adalah 21st Century; Skills, scientific approach, dan authentic assesment (BSNP,
44:2004). Ketiga konsep tersebut dirangkum dalam sebuah skema yang disebut
skills rainbow” (Triling dan Fadel, 2009 ). Keterampilan pengetahuan abad 21 meliputi
:(1) life and career skills, (2) learning and innovation skills, dan (3)Information media
7
Berdasarkan “21st Century Partnership Learning Framework”, terdapat
beberapa kompetensi keahlian yang harus dimiliki oleh Sumber Daya Manusia di abad
pengembangan pribadi
6. Kemampuan informasi dan literasi media (Information and Media Literacy Skills)
8
Mengutip dari Daryanto dan Karim (2016), BNSP merumuskan 16 prinsip
pembelajaran yang harus dipenuhi dalam proses pendidikan abad 21, sedangkan
sosialnya)
pembelajaran yang secara aktif mengembangkan minat dan potensi yang dimilikinya.
Siswa tidak lagi dituntut untuk mendengarkan dan menghafal materi pelajaran yang
pengetahuan awal yang telah dimiliki peserta didik dengan informasi baru yang telah
9
2. Education should be collaborative ( Pendidikan harus Berkolaborasi)
Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya dan nilai-nilai
yang dianutnya. Dalam menggali informasi dan membangun makna, siswa perlu
dan talenta setiap orang serta bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan diri
Pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak memberi dampak terhadap
kehidupan nyata sehari-hari siswa. Oleh karena itu, materi pelajaran perlu dikaitkan
lingkungan sosialnya)
mengambil peran dan melakukan aktivitas tertentu dalam lingkungan sosial. Siswa
itu, siswa perlu diajak pula mengunjungi panti-panti asuhan untuk melatih kepekaan
10
Sejalan dengan karateristik pembelajaran dalam Kurikulum 2013 seperti yang
1. Berpusat pada peserta didik; guru harus lebih banyak mendengarkan siswanya
3. Peserta didik disarankan untuk lebih lebih aktif dengan cara memberikan berbagai
5. Semua kompetensi (KI-1, KI-2, KI-3, dan KI-4) harus dibelajarkan secara
7. Guru harus dapat memotivasi peserta didik untuk memahami interkoneksi antar
konsep, baik dalam mata pelajarannya dan antar mata pelajaran, serta aplikasinya
11
dalam dunia nyata.
sepanjang hayat, aktif, pembelajar yang mandiri; oleh karena itu guru perlu menjadi
'pelatih pembelajaran' – sebuah peran yang sangat berbeda dari guru kelas
dukungan yang akan membantu siswa mencapai tujuan belajar mereka. Guru sebagai
Pelajaran Sains dalam hal ini mata pelajaran kimia merupakan salah satu rumpun
mata pelajaran IPA di jenjang tingkat atas (SMA dan SMK) yang mana mempunyai
kehidupan sehari-hari, untuk itu diperlukan guru yang siap menghadapi tantangan
tersebut.
Kemendikbud (2017) merumuskan bahwa salah satu tujuan mata pelajaran kimia
adalah memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling keterkaitannya
12
pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan
Menurut Chin, C & Chia, L, (2004) dalam Haryani S. dkk (2011), pembelajaran
kimia di SMA yang berlangsung selama ini, dimulai dengan penjelasan dari guru suatu
konsep tertentu, kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab dengan sesekali praktikum
dan latihan. Pada kegiatan latihan, guru menugaskan siswa mengerjakan soal-soal
yang berada di bagian akhir dari suatu bab tertentu. Soal-soal ini sangat abstrak dan
tidak berkaitan dengan kehidupan nyata siswa, misalnya untuk materi stoikiometri
Sebagai contoh beberapa banyak energi yang dihasilkan dari suatu proses kimia
utamanya soal yang terkait dengan hitungan seperti stoikiometri, derajat keasaman,
dan termokimia selalu menjadi target bagi guru agar siswanya terampil
menyelesaikan soal. Hal yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas adalah guru
memberikan berbagai contoh soal dan memberikan soal latihan sebanyak mungkin.
Hasil belajar yang diperoleh melalui pembelajaran ini hanya berupa peningkatan
pengetahuan, tidak sesuai karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk.
pembelajaran yang dilakukan selama ini harus diubah agar siswa mempunyai
yang berhubungan dengan sains (Gallagher, dkk., 1995) dalam Haryani S. dkk (2011).
13
Perubahan paradigma pembelajaran yang perlu dilakukan bukan menyangkut
peran guru tidak bisa digantikan, bahkan harus diperkuat. Pada era sekarang, abad
pembelajaran yang kreatif. Oleh karena itu karakteristik guru dalam abad 21 dalam
1. Guru disamping sebagai fasilitator, juga harus menjadi motivator dan inspirator
Kemampuan guru dalam posisi sebagai fasilitator, ini berarti harus mengubah
cara berpikir bahwa guru adalah pusat (teacher center) menjadi siswa adalah
pusat (student center) sebagaimana dituntut dalam kurikulum 13. Ini berarti
guru perlu memposisikan diri sebagai mitra belajar bagi siswa, sehingga guru
bukan serba tahu karena sumber belajar dalam era digital sudah banyak dan
tersebar, serta mudah diakses oleh siswa melalui jaringan internet yang
terkoneksi pada gawai. Ini memang tidak mudah, karena berkait dengan
transformasi kultural baik yang masih berkembang dalam guru maupun siswa
2. Salah satu prasyarat paling penting agar guru mampu mentrasformasikan diri
dalam era pedagogi siber atau era digital, adalah tingginya minat baca. Tanpa
minat baca tinggi, maka guru pada era pedagogi siber sekarang ini akan
14
berdampak serius bukan saja pada menurunya kualitas pembelajaran, tetapi
4. Guru abad 21 harus kreatif dan inovatif dalam mengembangkan metode belajar
mengikatnya, dengan menolaknya sebagai suatu fakta dan sebagai satu kenyataan
Oleh karena itu manusia akan selalu melakukan interaksi dan kerjasama dengan
orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkannya. Lebih-lebih dalam era
globalisasi seperti saat ini, ada kecenderungan ketergantungan antar manusia dalam
segala hal.
suatu aspek sosial yang harus dimiliki oleh setiap orang dalam kehidupannya (
dibutuhkan oleh masyarakat dalam kehidupan dewasa ini, karena hampir semua
perilaku yang ada di masyarakat menunjukkan adanya kerjasama dari semua lapisan
Menurut Ted Panitz (1996), istilah kolaborasi menunjuk pada filsafat interaksi dan
gaya hidup personal sedangkan John Myers (1991) menyatakan kata kolaborasi
berasal dari bahasa Latin dengan memfokuskan pada proses (Lasidos, P. A dan
15
Matondang. Z, 2015). Bordessa (2005) menyatakan pentingnya seseorang peserta
benar-benar harus belajar untuk bekerjasama menuju satu tujuan, yakni adanya
pemahaman bahwa tidak ada satu orangpun yang memiliki semua jawaban yang
dengan pernyataan Johnson, Johnson & Holubec (1998), yang menyatakan bahwa
keterampilan kerjasama juga harus diberikan kepada peserta didik, karena tindakan
ini akan bermanfaat bagi mereka untuk meningkatkan kerja kelompok, dan
belajar untuk bekerjasama menuju satu tujuan, yakni adanya pemahaman bahwa
tidak ada satu orangpun yang memiliki semua jawaban yang tepat, kecuali dengan
merupakan aspek kepribadian yang penting, dan perlu dimiliki oleh setiap orang. Oleh
didik, agar menjadi suatu kebiasaan bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
pembelajaran adalah:
16
(a). Memiliki kemampuan dalam kerjasama berkelompok
(b). Beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif
(d).Mampu berkompromi dengan anggota yang lain dalam kelompok demi tercapainya
yang menggeser pembelajaran berpusat pada guru menjadi yang berpusat pada
mana para siswa dengan variasi yang bertingkat bekerjasama dalam kelompok kecil
ke arah satu tujuan. Dalam kelompok ini para siswa saling membantu antara satu
dengan yang lain. Keterampilan kolaborasi harus diimplementasikan oleh guru dalam
belajar. Seseorang harus memiliki pasangan untuk dapat belajar kolaborasi. Dengan
kemampuan yang beragam bekerja bersama dalam suatu kelompok kecil untuk
17
mencapai tujuan akademik bersama. Setiap siswa dalam suatu kelompok
kolaboratif, siswa berbagi peran, tugas, dan tanggung jawab guna mencapai
asumsi bahwa manusia selalu menciptakan makna bersama dan proses tersebut
selalu memperkaya dan memperluas wawasan mereka. Menurut Smith & MacGregor
c. Menata ulang kurikulum serta menyesuaikan keadaan sekitar dan suasana kelas
bahwa pembelajaran yang memandang peserta didik menjadi cerdas, kritis, dan
18
kehidupan mereka sehari-hari adalah merupakan hal penting, karena proses belajar
yang diperoleh peserta didik selama ini lebih banyak pada “belajar tentang” (learning
Pembelajaran yang hanya berorientasi pada hasil belajar kognitif tingkat rendah,
tentu akan memberikan dampak yang kurang positif pada peserta didik, karena
peserta didik cenderung individualistis, kurang bertoleransi dan jauh dari nilai-nilai
kebersamaan. Mereka belajar semata-mata hanya mencari nilai yang bagus, dan
mementingkan diri sendiri. Hal yang seperti ini akan terbawa hingga dewasa, sehingga
akan mengalami kesulitan dalam bergaul dan bekerjasama dengan orang lain atau
Hal tersebut akan terkait dengan perilaku peserta didik setelah mereka berada
Salah satu cara yang relevan bagi peserta didik untuk belajar menghadapi
tersebut menurut (Panitz, 1996) disebut dengan collaborative learning, yakni suatu
19
berikut. Ketika terjadi kolaborasi, semua peserta didik aktif. Mereka saling
berkomunikasi secara alami. Dalam sebuah kelompok yang terdiri atas 4 sampai 6
anak, disana pendidik sudah membuat rancangan agar peserta didik yang satu
dengan yang lain bisa berkolaborasi. Dalam kelompok yang sudah ditentukan oleh
2016)
a. Para siswa dalam kelompok menetapkan tujuan belajar dan membagi tugas
sendiri-sendiri
anggota;
menyelesaikan masalah;
20
d. Serta tanggung jawab bersama dan setiap anggota berkontribusi dengan
melakukan yang terbaik dan mengikuti apa yang ditugaskan (Anantyart, P dkk
: 2017)
21
BAB III
PEMBAHASAN
KETERAMPILAN KOLABORASI PEMBELAJARAN KIMIA
MENUJU LITERASI SAINS PADA ABAD 21
Pada abad ke-21, siswa harus turut berperan dalam kegiatan pendidikan.
dan bekerja bersama dalam masyarakat yang memiliki keanekaragaman budaya dan
organisasi. Mereka harus belajar bahwa mereka tidak akan selalu dihargai, tetapi
mereka harus mencari dan menggunakan bakat dan ide-ide mereka di antara
beragam siswa lainnya. Ini merupakan keterampilan penting yang harus dilatih dan
Hal ini juga akan membangun kesadaran dan pengetahuan tentang perbedaan
yang ada di antara individu dan masyarakat. Lingkungan sekolah harus menawarkan
kesempatan bagi peserta didik untuk menghargai, bergaul dengan baik dan hidup
dan ini merupakan keterampilan hidup abad ke-21 yang sangat dihargai.
untuk saling bekerjasama, menghargai dan menghormati orang lain yang disebut
kecakapan yang diperlukan dalam proses interaksi antara guru dengan siswa, siswa
dengan siswa untuk mencapai tujuan bersama, dan setiap anggota kelompok
22
Saat ini telah terjadi perubahan paradigma dalam pembelajaran. Pembelajaran
tidak diartikan lagi sebagai proses transfer pengetahuan dari guru kepada siswa,
melainkan sebagai upaya guru untuk membantu siswa dengan menyediakan sarana
dan situasi yang mendukung agar siswa dapat mengkonstruksi konsep atau
pemahamannya. Tanggung jawab belajar terdapat pada diri siswa, sedangkan guru
dan tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat. Dalam hal ini, guru lebih
berfungsi sebagai fasilitator. Guru harus memberikan kesempatan lebih kepada siswa
siswa, siswa dengan siswa melalui berbagai model pembelajaran. Mengutip dari
Karami, M dkk (2012) , bahwa saat ini pembelajaran kolaboratif memiliki peran penting
dalam metode pengajaran. Dalam metode ini, siswa melalui kerja sama satu sama
keterampilan dan kemampuan mereka (Jacbs, Barbara Ott & Yvonne Ulrich, 1997).
secara individual. Hasil dari beberapa penelitian telah menunjukkan efek positif dari
pembelajaran kolaboratif pada keterampilan belajar dan tingkat kognitif siswa yang
tinggi (Jacbs, Barbara Ott & Yvonne Ulrich, 1997, Celuch dan Slama, 1999) dalam
Karami, M dkk (2012). Namun keterampilan ini sebagian besar diabaikan oleh guru
23
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fahyuddin dkk (2015), menunjukkan
bahwa prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan pendekatan belajar secara
(Arrington et al., 2008). Harskamp and Ding (2006) melaporkan bahwa belajar
pemecahan masalah siswa dibandingkan belajar secara individu. Sama dengan hasil
studi Blaye et al. (1991), menyelidiki efektifitas metode kolaboratif dan belajar
masalah kimia
pembelajaran sebagai dialogue antara peserta didik dengan peserta didik, peserta
didik dengan pembelajar, peserta didik dengan masyarakat dan lingkungannya. Para
mengajar sebagai ”percakapan" di mana para pembelajar dan para peserta didik
Merujuk hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnama dan Hendrajaya (2016)
kolaboratif dibandingkan secara individual, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :
24
Analisis Kebutuhan Pembelajaran dengan metode CSCL
dengan baik dan berfokus pada bagian tertentu dalam menyelesaikan tugasnya.
menggunakan seluruh waktunya secara efisien untuk tetap fokus pada tugas dan
kelompok mendengarkan dan berinteraksi dengan baik pada sebagian waktu tertentu;
85% menunjukkan bahwa setiap anggota menghargai pendapat dan diskusi yang
berlangsung.
25
Pada deskriptor tanggung jawab bersama diperoleh 35% kebanyakan
anggota mengerjakan tugasnya dan 65% setiap anggota tim melakukan yang terbaik
1 2 3 4
Berikut deskriptor dari tiap kecakapan pada tabel, antara lain kecakapan
= anggota kelompok bekerjasama dengan baik dan berfokus pada bagian tertentu,
dan 4 = anggota menggunakan seluruh waktunya secara efisien untuk tetap fokus
anggota tidak mendengarkan ide anggota lain, 2 = beberapa anggota sulit menghargai
ide anggota lain, 3 = anggota mendengarkan dan berinteraksi dengan baik pada
sebagian waktu teretentu, dan 4 = setiap anggota menghargai pendapat dan diskusi.
jika banyak yang berkompromi maka anggota akan bergerak ke depan kelas dengan
26
Pada kecakapan bertanggung jawab bersama memiliki descriptor dengan skor
tugas dan 4 = setiap anggota tim melakukan yang terbaik dan mengikuti apa yang
telah ditugaskan.
Bekerja produktif
0%
5%
35%
60%
2 = Terkadang bekerjasama
4 = anggota menggunakan seluruh waktunya secara efisien untuk tetap fokus pada tugas dan
menyelesaikan masalah
27
Sikap menghargai
0% 0%
15%
100%
85%
Kompromi
0% 0%
35%
65%
28
Tanggungjawab bersama
0%
35%
65%
Hal ini sejalan dengan (Zubaidah, 2016) bahwa salah satu keterampilan yang
menjadikan siswa yang tidak paham menjadi paham karena bantuan teman sejawat.
Hubungan timbal balik yang positif akan mendatangkan manfaat. Siswa dapat saling
29
BAB IV
KESIMPULAN
menghargai dan saling berkontribusi sehingga dari keterampilan ini dapat ditanamkan
kebiasaan kepada peserta didik untuk memahami apa yang dipelajari, sikap ingin
proses pembelajaran hal ini terlihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
tanggungjawab bersama 65 %.
sikap positif; 6) meningkatkan harga diri; 7) belajar secara inklusif; 8) merasa saling
30
DAFTAR PUSTAKA
Fahyuddin, dkk ( 2015), Perbandingan Metode Kolaborasi Dengan Contoh Tugas Dan
Belajar Individual Dalam Pengembangan Kemampuan Pemecahan Masalah Kimia,
Cakrawala Pendidikan, Februari 2015, Th. XXXIV, No. 1
Jufri, W. (2017), Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung : Pustaka Reka Cipta
31
Munandar, H (2016). Analisis Pelaksanaan Pembelajaran Kimia Di Kelas Homogen,
Pada Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar, Jurnal Mekom, Vol.3 No.2
Agustus 2016
Sudirman dan Bakingo, H. A, (2016), Teachers Of The Year Kinerja Guru dalam
Bingkai Perkembangan Pendidikan Abad 21 , ISBN : 1978-602-361-102-7
32