Irigasi Feb
Irigasi Feb
DISUSUN OLEH :
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Sistem Irigasi ini dengan waktu yang telah ditetapkan dengan judul
“Sistem Jaringan dan Bangunan Irigasi”.
Dalam penulisan makalah ini, kami selaku penulis tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak, oleh karena itu kami ucapakan terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu makalah ini terselesaikan dengan baik.
Febi Syawiana
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Irigasi: berasal dari istilah Irrigatie (Bahasa Belanda) atau Irrigation (Bahasa
Inggris) yang diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk mendatangkan
air dari sumbernya guna keperluan pertanian mengalirkan dan membagikan air
secara teratur, setelah digunakan dapat pula dibuang kembali melalui saluran
pembuang. Maksud Irigasi: yaitu untuk memenuhi kebutuhan air (water supply)
untuk keperluan pertanian, meliputi pembasahan tanah, perabukan/pemupukan,
pengatur suhu tanah, menghindarkan gangguan hama dalam tanah, dsb.
Tanaman yang diberi air irigasi umumnya dibagi dalam 3 golongan besar yaitu:
Padi: Irigasi di Indonesia umumnya digunakan pemberian air kepada muka tanah
dengan cara menggenang (flooding method) Tebu Palawija (jagung, kacang-
kacangan, bawang, cabe, dan lain sebagainya).
Bangunan
Bangunan Permanen/ Bangunan
1 Bangunan Utama
Permanen Semi Permanen Sementara
Kemampuan
Bangunan
Mengatur Debit
Saluran
Irigasi Saluran Irigasi dan Saluran Irigasi
dan
3 Jaringan Saluran Pembuang Pembuang Tidak dan Pembuang
Sepenuhnya
Terpisah Terpisah Jadi Satu
Efisiensi Secara
5 50-60 % 40-50% <40%
Keseluruhan
Tak Ada
6 Ukuran Sampai 2000 Ha <500 Ha
Batasan
(Sumber KP 01: Kriteria Perencanaan Bagian
Jaringan Irigasi)
1. Irigasi Teknis
- Pemberian airnya dapat diukur, diatur dan terkontrol pada beberapa titik
tertentu
- Sistem pemberian air dan sistem pembuangan air tidak mesti sama
sekali terpisah
(Sumber: Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP-01)
3. Irigasi Sederhana
Prinsip dari jaringan irigasi sederhana adalah sebagai berikut:
- Biasanya menerima bantuan pemerintah untuk pembangunan dan atau
penyempurnaan, tetapi dikelola dan dioperasikan oleh aparat desa
• Lokasi bangunan.
dengan garis-garis kontur dengan skala 1: 25000. Peta Ikhtisar detail yang biasa
di sebut “
Peta Petak” dipakai untuk perencanaan dibuat dengan skala 1: 5000 dan untuk
petak tersier
Di daerah –daerah yang ditanami padi, luas petak tersier yang ideal
adalah antara 50-100 ha, kadang-kadang sampai 150 ha. Batas-batas petak
tersier harus jelas seperti misalnya: Parit, Jalan, batas desa, sungai, dll. Petak
tersier dibagi menjadi petak-petak kwarter, dengan luas 8-15 ha. Panjang
saluran tersier sebaiknya 1500 m, kadang-kadang panjang saluran tersier
mencapai 2000 m. Panjang saluran Kwarter maksimum 500 m tetapi
prakteknya kadang mencapai 800 m.
1.3.1.2. Petak Sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani
oleh saluran sekunder. Petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak
di saluran primer atau sekunder. Batas-batas petak sekunder umumnya berupa tanda-
tanda topografi yang jelas seperti saluran pembuang. Luas petak berbeda-beda
tergantung pada situasi daerah. Saluran sekunder
sering terletak dipunggung medan, mengairi kedua sisi saluran, hingga saluran
pembuang yang membatasinya. Saluran sekunder boleh juga direncana sebahai saluran
garis tinggi yang mengairi lereng-lereng medan yang lebih rendah
Petak Primer terdiri dari beberapa petak sekunder , untuk itu petak-
petak ini akan mengambil air langsung dari saluran primer. Petak primer
dilayani oleh satun saluran primer yang mengambil air langsung dari sumber
air (sungai)
1.3.2. Bangunan
- Pengambilan utama
- Pintu Bilas
- Kolam olak
- Tanggul Banjir
b. Pengambilan Bebas
Bangunan yang dibuat ditepi sungai yang mengalirkan air
sungai kedalam jaringan irigasi tanpa mengatur tinggi muka air di
sungai. Dalam keadaan demikian jelas bahwa muka air sungai harus
lebih tinggi dari daerah yang diairi dan jumlah air yang dibelokkan
dapat dijamin cukup.
c. Pengambilan dari Waduk
d. Stasiun Pompa
- Batas ujung saluran ini adalah boks bagi tersier yang terakhir
- Saluran kwarter membawa air dari boks bagi tersier ke boks bagi
kuarter
- Bentuk ambang harus sama agar memiliki koefisien debit yang sama.
irigasi yang melayani lebih dari satu jenis tanaman dari penerapan sistem
golongan. Untuk itu kriteria ini menetapkan agar tetap memakai pintu dan alat
ukur debit dengan memenuhi tiga syarat proporsional yaitu:
Aliran akan diukur pada bagian hulu (udik) saluran primer, di cabang saluran
jaringan primer dan di bangunan sadap sekunder maupun tersier. Sesuai dengan
KP 01 Bangunan ukur dapat dibedakan menjadi bangunan ukur aliran atas bebas
(free overflow) dan bangunan ukur alirah bawah (underflow). Beberapa dari
bangunan pengukur dapat juga dipakai untuk mengatur aliran air. Bangunan ukur
yang dapat dipakai sesuai KP 01 ditunjukkan pada Tabel 1.2 berikut. (penjelasan
jenis-jenis alat ukur dijelaskan pada bab 3).
Tabel 1.2. Alat-alat ukur
Tipe Mengukur dengan Mengatur
tempat-tempat di mana tinggi muka air pada saluran dipengaruhi oleh bangunan
terjun atau
got miring (chute). Untuk mencegah peruhahan muka air di saluran dipakai
mercu tetap
notch).
1. Bangunan terjun
Dengan bangunan terjun, menurunnya muka air (dan tinggi energi)
dipusatkan di satu tempat Bangunan terjun bisa memiliki terjun tegak
atau terjun miring. Jika perbedaan tinggi energi mencapai beberapa
meter, maka konstruksi got miring perlu dipertimbangkan.
2. Got miring
Daerah got miring dibuat apabila trase saluran rnelewati ruas medan
dengan kemiringan yang tajam dengan jumlah perbedaan tinggi energy
yang besar. Got miring berupa potongan saluran yang diberi pasangan
(lining) dengan aliran superkritis, dan umurnnya mengikuti kemiringan
medan alamiah.
1. Gorong-gorong
2. Talang
3. Sipon
4. Jembatan sipon
Jembatan sipon adalah saluran tertutup yang bekerja atas dasar tinggi
tekan dan dipakai untuk mengurangi ketinggian bangunan pendukung di
atas lembah yang dalam.
5. Flum (Flume)
Tipe flum yang dipakai untuk mengalirkan air irigasi melalui situasi-
situasi medan tertentu, misalnya:
7. Terowongan
Diperlukan untuk melindungi saluran baik dari dalam maupun dari luar.
Dari luar bangunan itu memberikan perlindungan terhadap limpasan air
buangan yang berlebihan dan dari dalam terhadap aliran saluran yang
berlebihan akibat kesalahan eksploitasi atau akibat masuknya air dan luar
saluran.
ruas saluran tersebut. Biasanya jalan inspeksi terletak di sepanjang sisi saluran
irigasi. Jembatan dibangun untuk saling menghubungkan jalan-jalan inspeksi di
seberang saluran irigasi/pembuang atau untuk menghubungkan jalan inspeksi
dengan jalan umum. Perlu dilengkapi jalan petani ditingkat jaringan tersier dan
kuarter sepanjang itu memang diperlukan oleh petani setempat dan dengan
persetujuan petani setempat pula, karena banyak ditemukan di lapangan jalan
petani yang rusak atau tidak ada sama sekali sehingga akses petani dari dan ke
sawah menjadi terhambat, terutama untuk petak sawah yang paling ujung.
- Sanggar tani sebagai sarana untuk interaksi antar petani, dan antara
petani dan petugas irigasi dalam rangka memudahkan penyelesaian
permasalahan yang terjadi di lapangan. Pembangunannya disesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi petani setempat serta letaknya di setiap
bangunan sadap/offtake.
Saluran Irigasi berawal dari intake sampai badan air yang dipakai
untuk menerima air yang sudah atau bekas dipakai dan kelebihan air yang ada
pada daerah irigasi. Umumnya pengaliran air irigasi menggunakan saluran
terbuka yang mempunyai permukaan air bebas. Cara pengaliran ini
digolongkan sebagai sistem gravitasi, dimana air mengalir karena ada
perbedaan tinggi permukaan air antara kedua ujung saluran. Menurut fungsinya
saluran irigasi dapat dibedakan:
1. Saluran Pembawa
Saluran ini dimulai dari bangunan penangkap air atau intake pada
bangunan bendung yang mengalirkan air untuk diberikan kedaerah pertanian.
Pada awal saluran, dimensi saluran masih besar karena harus membawa seluruh
air untuk kebutuhan seluruh daerah irigasi, kemudian saluran ini pecah terbagi
menjadi dua atau tiga saluran yang lebih kecil. Seterusnya saluran-saluran
cabang ini pecah lagi menjadi dua atau tiga yang lebih kecil sesuai debit yang
dialirkan dan terus ke petak tanah yang diairi (sawah).
2. Saluran Pembuang
Saluran ini dimulai dari saluran nyang paling kecil., langsung menerima air sisa
dari lahan irigasi, disalurkan dan bertemu dengan saluran lain yang sama
karakteristiknya membentuk saluran yang lebih besar , dan seterusnya saluran
terakhir akan masuk ke sungai atau pembuang terakhir. Pelayanan satu daerah
irigasi yang luasnya sama, dimensi saluran pembuang lebih besar dari pada
dimensi saluran pembawa, karena saluran pembuang disamping membuang
debit sisa irigasi, juga harus mengalirkan debit yang timbul dari prespitasi
keluar daerah irigasi. Kecepatan aliran pada saluran irigasi direncanakan
sedemikian rupa sehingga kecepatan maksimum yang terjadi tidak sampai
menimbulkan gerusan pada saluran, dan kecepatan minimum yang terjadi juga
tidak sampai menimbulkan sedimentasi pada saluran serta tidak memberi
kesempatan tumbuhnya tumbuh-tumbuhan Akuatik. Untuk itu biasanya diatur
dengan menyesuaikan dimensi penampang dan kemiringan dasar saluran.
Saluran pembawa selalu di tempatkan pada posisi tertinggi dari daerah yang
akan diairi agar seluruh lahan dapat diairi, sedang saluran pembuang
ditempatkan pada posisi yang paling rendah agar bisa menerima seluruh air
yang sudah terpakai (Gambar 1.7).
1. Saluran punggung
Arah mengalir dan posisi saluran hampir mengikuti garis tinggi medan.
Saluran ini mempunyai kemiringan dasar saluran sesuai dengan kebutuhan
rencana untuk mendapatkan kecepatan aliran yang diinginkan.
Saluran garis tinggi banyak dipergunakan pada daerah pegunungan
dimana saluran ini ditempatkan pada kaki bukit atau pada lereng gunung untuk
membawa air dari suatu sumber ke lokasi di mana air tadi akan diberikan ke
lahan pertanian yang lokasinya jauh dari sumber tetapi perbedaan elevasinya
tidak besar. Contoh: Saluran Ngluweng dari DAM Ngluweng ke Telaga
Sarangan (Gambar 1.9).
Apabila saluran garis tinggi putus maka akan sangat sulit untuk
membangun kembali, sebab lokasinya berada di atas kaki gunung.
Kemungkinan lain untuk mendapatkan air kembali, dengan menyambung
saluran dengan menggunakan bangunan bantu berupa talang swperti yang
pernah dilakukan pada Saluran Talun ketika mengalami longsor pada tahun
tujuh puluhan. Saluran tersebut masih bisa disambung dengan menggunakan
talang beton (Gambar 1.10).
Melayani pemberian air untuk satu kelompok petak irigasi yang secara
keseluruhan kelompok ini dinyatakan sebagai satu petak kwarter. Luas petak
kwarter bisa sampai 20 Ha. Petak-petak kwarter berupa sawah dan
diperkenankan langsung mengambil air dari saluran kwarter bersangkutan
dengan alur atau pipa paralon atau bambu debit saluran kwarter berkisar antara
10 sampai dengan 40 liter/detik.
2. Saluran Tersier
Saluran ini melayani pemberian air untuk kelompok petak sawah yang
merupakan gabungan dua atau lebih petak kwarter. Air dari saluran tersier tidak
boleh diambil langsung untuk diberikan petak sawah sekalipun petak sawah
tersebut berdempetan dengan saluran. Saluran tersier hanya meneruskan air ke
saluran kwarter yang menjadi cabang dari saluran tersier itu sendiri. Luas suatu
daerah irigasi tersier biasanya tidak lebih dari 150 Ha dan debitnya kurang dari
300 liter/detik.
3. Saluran Sekunder
4. Saluran Primer
Saluran ini melayani air untuk satu daerah irigasi dimulai dari bangunan
penangkap air sampai ujung hilir terakhir dimana saluran ini terbagi menjadi
dua saluran. Saluran primer sangat besar dimana lebar dasar saluran bisa
mencapai 10 m atau disebut Parit Raya.