Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bakteri merupakan organisme mikroskopik. Hal ini menyebabkan


organisme ini sangat sulit untuk dideteksi, terutama sebelum ditemukannya
mikroskop. Barulah setelah abad ke-19 ilmu tentang mikroorganisme, terutama
bakteri (bakteriologi), mulai berkembang. Seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, berbagai hal tentang bakteri telah berhasil ditelusuri. Akan tetapi,
perkembangan tersebut tidak terlepas dari peranan berbagai tokoh penting seperti
Robert Hooke, Antoni van Leeuwenhoek, Ferdinand Cohn, dan Robert Koch.
Istilah bacterium diperkenalkan di kemudian hari oleh Ehrenberg pada tahun
1828, diambil dari kata Yunani βακτηριον (bakterion) yang memiliki arti "batang-
batang kecil".Pengetahuan tentang bakteri berkembang setelah serangkaian
percobaan yang dilakukan oleh Louis Pasteur yang melahirkan cabang ilmu
mikrobiologi. Bakteriologi adalah cabang mikrobiologi yang mempelajari biologi
bakteri.
Makhluk hidup dalam garis besarnya dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu :
Fauna (dunia hewan) dan Flora (dunia tumbuhan).
Berdasarkan penyelidikan Ferdinand Cohn, bakteri dimasukkan ke dalam
golongan tumbuh- tumbuhan (flora) berdasarkan sifat- sifat :
a. Pada tumbuh- tumbuhan terlihat adanya dinding sel yang jelas, demikian
pula pada bakteri. Pada hewan selya tidak jelas terpisah
b. Dinding sel tumbuh- tumbuhan terdiri atas sellulosa atau hemisellulosa,
sedangkan pada sel hewan dinding selnya adalah modifikasi dari
protoplasmanya.
c. Tumbuhan mengambil makanan dari luar, dalam bentuk larutan
(holophytis= osmotroph), demikian pula pada bakteri. Hewan mengambil
makanan dari luar dalam bentuk benda- benda padat (holozois=
phagothroph).

1
d. Makanan persediaan pada tumbuhan terdiri atas zat pati yang dengan
yodium berwarna biru. Makanan persedian pada sel hewan terdiri atas
glikogen yang dengan yodium berwarna tengguli.Pada bakteri terdiri atas
glikogen, tetapi dengan sifat yang berbeda dengan glikogen sel hewan.
Mikroba di alam terdapat hampir di semua tempat.Di udara mulai dari
permukaan tanah sampai pada lapisan atmosfir yang paling tinggi.Di laut terdapat
sampai pada dasar laut yang paling dalam.Di dalam air, seperti air sungai,
selokan, kolam, atau air sawah. Pada tanah yang subur “ kira- kira terdapat 50 (
lima puluh) “ juta bakteri per gram tanah.
Mikroba terdapat di tempat dimana manusia hidup. Terdapat pada udara
yang kita hirup, pada makanan yang kita makan, juga terdapat pada permukaan
kulit, pada jari tangan, pada rambut, dalam rongga mulut, usus, dalam saluran
pernapasan dan pada seluruh permukaan tubuh yang terbuka dan dianggap sebagai
flora normal. Akan tetapi, untunglah hanya sebagian kecil dari mikroba itu yang
dapat menimbulkan penyakit (pathogen). Pada setiap cm2 (sentimeter persegi)
kulit terdapat sekitar 10.000 (sepuluh ribu) sampai dengan 100.000 (seratus ribu)
bakteri.

1.2. Rumusan masalah


1. Bagaimanakah Pertumbuhan Pada Bakteri ?
2. Apa Saja Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri ?
3. Bagaimana Siklus Pertumbuhan Bakteri ?
4. Bagaimana Proses Metabolisme Bakteri ?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Menjelaskan Pertumbuhan Pada Bakteri
2. Menjelaskan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Bakteri
3. Menjelaskan Siklus Pertumbuhan Bakteri
4. Menjelaskan Proses Metabolisme Bakteri

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pertumbuhan Bakteri


2.1.1. Pengertian Pertumbuhan Bakteri

Pertumbuhan adalah pertambahan teratur semua komponen suatu


organisme. Dengan demikian, pertambahan ukuran yang diakibatkan oleh
bertambahnya air atau karena deposit lipid bukan merupakan pertumbuhan sejati
(Entjang, Indan, 2003)

Zat makanan yang diserap bakteri sebagian akan digunakan untuk


membangun protoplasmanya, sehingga tumbuh mencapai besar tertentu,
kemudian membelah diri (berkembang biak). (Entjang, Indan, 2003)

Pertumbuhan mikroorganisme lebih ditunjukkan oleh adanya peningkatan


jumlah mikroorganisme dan bukan peningkatan sel individu. Pada dasar nya ada
dua macam tipe pertumbuhan yaitu : pembelahan inti tanpa diikuti pembelahan sel
sehingga dihasilkan Peningkatan ukuran sel (misalnya pada mikroorganisme
Koenositik) dan pembelahan inti yang diikuti pembelahan sel sehingga dihasilkan
peningkatan jumlah sel serta pembesaran ukuran sel diikuti pembelahan
membentuk dua progeni yang kurang lebih berukuran sama (Entjang, Indan,
2003)

2.1.2. Faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri


1. Suhu

Sebagian besar bakteri tumbuh optimal pada suhu tubuh manusia.Akan


tetapi, beberapa bakteri dapat tumbuh dalam lingkungan ekstrim yang berada
diluar batas pertahanan organisme eukariot. Bakteri digolongkan menjadi tiga
bagian besar berdasarkan perbedaan suhu tumbuh. (M. Biomed, Radji Maksum.
2011)

3
a. Psikrofil, hidup diudara dingin
b. Mesofil, hidup diudara bersuhu sedang
c. Termofil, hidup diudara panas

Sebagian besar bakteri tumbuh hanya didalam kisaran suhu pertumbuhan


minimum dan maksimum. Bakteri biasanya tidak dapat tumbuh optimal diluar
suhu tersebut.Tiap bakteri tumbuh pada suhu berikut ini. (M. Biomed, Radji
Maksum. 2011)

a. Minimum, suhu terendah bakteri masih dapat tumbuh


b. Optimum, suhu bakteri dapat tumbuh subur
c. Maksimum, suhu tertinggi bakteri masih dapat tumbuh

Dengan membuat bakteri pertumbuhan pada kisaran suhu tertentu, kita


dapat melihat bahwa pertumbuhan bakteri pada suhu optimum biasanya sangat
tinggi. Hal ini terjadi karena suhu yang lebih tinggi akan menginaktifkan system
enzimatik didalam sel bakteri. Berdasarkan suhu pertumbuhan dikenal bakteri
psikrofil, bakteri psikrotrof, bakterimesofil, danbakteritermofil.(M. Biomed, Radji
Maksum. 2011)

a. Bakteri psikrofil
Bakteri psikrofil adalah bakteri yang tumbuh pada suhu 0oC dengan suhu
optimum 15oC dan tidak tumbuh pada suhu kamar (25oC). Bakteri ini sering
ditemukan dilaut dalam dan daerah kutub, serta sering menimbulkan pada
pengawetan makanan., contohnya: Bacillus globisporus. Organisme fakultatif psikrofil
dapat tumbuh paling baik di bawah suhu 20⁰C akan tetapi dapat hidup di atas suhu
tersebut, contohnya: Xanthomonas pharmicola.

b. Bakteri psikrotrof
Bakteri psikrotrof atau psiskrofil falkultatif adalah bakteri yang tumbuh
pada suhu 0oC dengan suhu optimum 20oC-30oC dan tidak tumbuh pada lebih dari
40oC. Bakteri ini sering terdapat dalam makanan yang disimpan pada suhu rendah
karena dapat tumbuh pada suhu lemari es.

4
Pendinginan merupakan cara yang biasa digunakan untuk mengawetkan
makanan. Metode ini didasarkan pada prinsip bahwa reproduksi bakteri menurun
pada suhu rendah.Walaupun biasanya dapat bertahan pada suhu rendah, bakteri
akan berkurang secara perlahan-lahan. Beberapa species berkurang lebih cepat
dari pada species lain. Suhu ruang lemari es telah di atur untuk menurunkan
pertumbuhan sebagian besar bakteri perusak dan mencegah pertumbuhan bakteri
pathogen, meskipun beberapa bakteri pathogen tetap dapat tumbuh.

c. Bakteri mesofil
Mesofil merupakan mikroorganisme yang tumbuh optimal pada suhu 25⁰-
40⁰C dan merupakan bakteri yang paling banyak ditemukan. Bakteri ini dapat
beradaptasi untuk hidup dan tumbuh optimum disekitar suhu inangnya. Patogen
manusia merupakan organism mesofil dengan lingkungan bersuhu tetap 37⁰C.
bakteri mesofil termasuk sebagian besar bakteri yang menyebabkan kerusakan dan
penyakit.

d. Bakteri Termofil
Termofil merupakan mikroorganisme yang memiliki pertumbuhan terbaik
55⁰C. Organisme ini memiliki pertumbuhan terbaik pada suhu 50⁰-60⁰ C.
Organisme termofil dapat mentoleransi suhu yang sangat tinggi seperti 110⁰C.
bakteri termofil tidak dapat tumbuh pada suhu dibawah 45oC. Contohnya Bacillus
stearothermophilus.

Gambar 2.1. Grafik Pertumbuhan Beberapa Jenis Bakteri

5
2. pH

pH adalah derajat keasamaan suatu larutan. Kebanyakan bakteri tumbuh


subur pada pH 6,5-7,5. Sangat sedikit bakteri yang dapat tumbuh pada pH asam
(dibawah pH 4).Beberapa bakteri disebut asidofil karena dapat menoleransi
keasaman. Salah satu tipe kemoautotrof yang ditemukan didalam drainase air
ditambang tembaga dan pabrik oksidasi sulfur dari asam sulfur dapat bertahan
pada pH 1.

Ketika dibiakkan di laboraturium, bakteri sering memproduksi asam yang


biasanya berpengaruh pada pertumbuhan bakteri itu sendiri. Untuk menetralkan
asam dan mempertahankan pH, dapar kimia dapat ditambahkan ke dalam media.
Pepton dan asam amino bekerja sebagai dapar dalam beberapa media perbenihan.
Banyak media yang juga mengandung garam fosfat sebagai dapar. Garam fosfat
tidak mempengaruhi bakteri bahkan mengandung fosfor sebagai nutrisi.

3. Tekanan osmotik

Bakteri memperoleh semua nutrisi dari cairan disekitarnya. Bakteri


membutuhkan air untuk pertumbuhan. Konsentrasi garam atau gula yang tinggi
menyebabkan air keluar dari sel bakteri sehingga menghambat pertumbuhan atau
menyebabkan plasmolisis, seperti ditunjukkan pada gambar 3.2. Efek tekanan
osmotik berhubungan dengan jumlah ion dan molekul terlarut di dalam larutan.

Beberapa organisme disebut halofil eksterm karena dapat beradaptasi


dengan baik pada kadar garam yang tinggi. Beberapa bakteri bahkan
membutuhkan garam untuk pertumbuhannya. Bakteri ini digolongkan sebagai
halofil obligat. Sedangkan halofil fakultatif tidak membutuhkan konsentrasi
garam tinggi, tetapi dapat tumbuh dalam larutan garam 2%; pada konsentrasi ini,
bakteri-bakteri lain kemungkinan mati atau terhambat pertumbuhannya.

Sebagian besar bakteri harus tumbuh dalam media yang berair. Sebagai
contoh konsentrasi agar yang digunakan untuk memadatkan media pertumbuhan
bakteri adalah 1,5% (agar merupakan kompleks polisakarida yang diisolasi dari

6
ganggang laut). jika konsentrasi agar lebih tinggi, tekanan osmotik akan
meningkat sehingga dapat menghambat pertumbuhan beberapa bakteri. Jika
tekanan osmotik disekitar sel lebih rendah (misalnya dalam air suling), air akan
masuk kedalam sel bakteri melalui dinding sel bakteri.

Gambar 2.2. Pengaruh Tekanan Osmotic Terhadap Sel Bakteri

4. Faktor kimia

Selain air, unsur penting yang dibutuhkan untuk pertumbuhan


mikroorganisme adalah unsur kimia, antara lain karbon, nitrogen, sulfur, fosfor,
dan unsur kelumit (misalnya Cu, Zn, dan Fe).

Beberapa unsur lain juga diperlukan oleh bakteri untuk sintesis materi
seluler, yaitu nitrogen dan sulfur untuk sintesis protein; nitrogen dan fosfor untuk
sintesis DNA, RNA, dan ATP. Bakteri menggunakan nitrogen terutama untuk
membentuk gugus amino berupa asam amino dan protein. Sebagian besar bakteri
mampu menguraikan protein dan menyusun kembali asam amino menjadi protein
baru yang dibutuhkan. Bakteri juga membutuhkan sejumlah kecil unsur mineral
(misalnya K, Mg, Ca, Fe, Cu, Zn, dan Mo) sebagai kofaktor, yang merupakan
unsur penting untuk memfungsikan beberapa jenis enzim.

7
5. Oksigen

Mikroorganisme yang menggunakan oksigen menghasilkan lebih banyak


energi dari nutrien yang diperoleh dari pada mikroba yang tidak menggunakan
oksigen (anaerob). Bakteri yang membutuhkan oksigen untuk hidup disebut
bakteri aerob obligat. Bakteri aerob obligat memiliki kelemahan, yaitu oksigen
sangat sedikit terlarut didalam media dan air di lingkungan bakteri tersebut. Oleh
sebab itu, kebanyakan bakteri aerob telah berkembang sehingga mempunyai
kemampuan untuk bertumbuh tanpa oksigen disebut dengan anaerob fakultatif.
Dengan kata lain, bakteri fakultatif dapat menggunakan oksigen bila ada oksigen,
tetapi dapat terus bertumbuh dengan menggunakan proses fermentasi atau
respirasi anaerob apabila oksigen tidak cukup tersedia. Contoh bakteri anaerob
fakultatif adalah Escherichia coli.

2.1.3. Media Perbenihan

Media perbenihan adalah media nutrisi yang disiapkan untuk


menumbuhkan bakteri di dalam skala laboratorium. Media perbenihan harus dapat
menyediakan energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri. Media harus
mengandung sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, dan faktor pertumbuhan
organik. (M. Biomed, Radji Maksum. 2011).

Sejumlah bakteri yang diinokulasikan pada sebuah media perbenihan


disebut inokulum. Bakteri yang tumbuh dan berkembang biak dalam media
perbenihan ini disebut biakan bakteri.

Media perbenihan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Harus mengandung nutrisi yang tepat untuk bakteri spesifik yang akan
dibiakkan.
2. Kelembapan harus cukup, pH sesuai, dan kadar oksigen cukup baik.
3. Media perbenihan harus steril dan tidak mengandung
Mikroorganisme lain.
4. Media diinkubasi pada suhu tertentu.

8
Jika ingin menumbuhkan bakteri pada media padat, agar ditambahkan ke
dalam media pertumbuhan. Agar adalah kompleks polisakarida yang diperoleh
dari ganggang laut. Beberapa mikroba mampu mensintesis senyawa agar sehingga
membentuk padatan. Agar mencair pada suhu sekitar 100oC dan tetap cair pada
suhu 40oC. Dilaboratorium,media agar dipanaskan dalam tangas air bersuhu 50oC.
Pada suhu ini, media agar cair tersebut dapat dituang diatas bakteri dan tidak akan
mematikan bakteri. Agar yang telah membeku dapat digunakan untuk
mengikumbasi bakteri dapat tumbuh pada suhu mendekati 100oC. Pada suhu ini,
agar belum mencair kembali. Sifat sangat berguna untuk menubuhkan bakteri
termofilik.

Media agar biasanya dimasukkan ke dalam tabung reaksi atau kedalam cawan
petri. Agar yang ditempatkan didalam tabung reaksi dengan posisi tabung
dimiringkan disebut dengan agar miring (slant). Agar miring mempunyai luas
permukaan yang lebih luas untuk pertumbuhan dibandingkan agar tegak.

Gambar 2.3. Pengaruh Oksigen Terhadap Berbagai Pertumbuhan Berbagai Tipe


Bakteri

9
2.1.4. Jenis-Jenis Media Pertumbuhan Bakteri
1. Media sintetik

Media ini digunakan untuk menumbuhkan bakteri kemoheterotrof.


Organisme yang membutuhkan faktor pertumbuhan disebut fastidious misalnya
lactobacillus. Bakteri ini kadang kala digunakan untuk menentukan kadar vitamin
tertentu dalam sebuah bahan media, bahan uji, bakteri kemudian di satukan.
Selanjutnya, pertumbuhan bakteri diamati. Pertubuhan bakteri yang sebanding
dengan kadar asam laktat yang dihasilkan bakteri akan sebanding dengan jumlah
vitamin dalam bahan uji. Semakin banyak sel Lactobacillus yang tumbuh,
semakin banyak asam laktat yang dihasilakan semakin tinggi kadar vitamin yang
diuji yang terkandung didalam media. (M. Biomed, Radji Maksum. 2011)

2. Media Kompleks

Media perbenihan ini biasanya digunakan secara rutin dilaboratorium


media ini mengandung nutrisi tinggi, yang terdiri atas ekstrak ragi, ekstrak
daging atau tumbuh-tumbuhan, ataupun protein sederhana dari sumber lain.
Protein merupakan sumber energi bagi bakteri, yaitu dengan menugubah protein
menjadi asam amino dengan menggunakan enzim atau asam sehingga protein
dapat dicerna oleh bakteri yang diperoleh dari ekstrak daging atau ragi
merupakan sumber nutrisi untuk pertumbuhan bakteri. Media kompleks
berbentuk cairan disebut nutrient broth sedangkan yang ditambahkan agar
disebut nutrient agar.

3. Media biakan khusus


Banyak bakteri tidak dapat tumbuh dalam media buatan laboratorium
contoh, Mycobacterium leprae. Bakteri ini masih ditumbuhkan di dalam binatang
armadillo, yamg memilihi suhu tumbuh cukup rendah sehingga cocok untuk
prtumbuham bakteri Mycobacterium leprae.

10
Cara untuk menaikkan konsentrasi CO2 yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
bakteri antara lain sebagai berikut:
1. Menggunakan stoples lilin (candle jar)
Stoples bertutup kedap yang berisi lilin yang menyala saat akan diinkubasi.
Kadar CO2 lebih tinggi karena lilin yang menyala. Bakteri yang memerlukan
konsentrasi CO2 yang tinggi untuk pertumbuhan disebut kupnofil.

2. Kantong penghasil CO2


Cara ini dipakai bila hanya salah satu atau dua biakan cawan petri yang akan
diinkubasi. Kantong plastik dilengkapi dengan generator gas kimia yang dapat
mengeluarkan CO2 yang dibuthkan dengan meremas kantong plastik atau
dibasahi dengan beberapa mililiter air. Metode ini disebut membiakaan bakteri
dan mikroaerofilik. Misalnya campylobacter.

4. Media Selektif Dan Diferensial


Digunakan untuk medeteksi ada tidaknya bakteri spesifik yang
berhubungan dengan penyakit atau sanitasi yang buruk. Media selektif dirancang
untuk menekan pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dan mendukung
pertumbuhan bakteri yang diinginkan. Contoh bismuth sulfie agar digunakan
untuk mengisolasi bakteri salmonella typhi dari tinja.
Media dferensial memudahkan perbedaan koloni bakteri yang diinginkan
dari koloni lain yang tumbuh pada lempeng media yang sama. Agar darah adalah
media yang mengandung sel darah merah dan sering digunakan untuk parah ahli
mikrobiologi untuk mengidentifikasi spesies bakteri yang menghancurkan sel
darah merah. Misalnya streptococcus pygones, menyebabkan infeksi saluran
napas. bakteri mampu melisis sel darah sehingga terbentuk area jernih di sekitar
koloni (betahemolisis). Contoh media yang bersifat selektif dan diferensial:
staphylococcus aureus, macConkey agar

11
5. Media Pengayaan
Digunakan untuk mengisolasi bakteri yang berjumlah sangat sedikit.
Media yang digunakan biasanya media cair. Dirancang untuk memperbanyak
tipe bakteri yang diinginkan sehingga dapat dideteksi. Media ini juga digunakan
untuk mendukung pertumbuhan bakteri tertentu didalam biakan campuran.
Contoh, bakteri yang dapat tumbuh dalam fenol.
Tahapan pengayaan adalah upaya yang dilakukan untuk menumbuhkan
bakteri dalam beberapa kali pemindahan ke media yang baru. Keika biayakan
terakhir di sebarkan dia atas media padat yang mengandung komposisi yang
sama dengan media cair, hanya koloni yang mampu menggunakan fenol yang
bertahan tumbuh. Aspek lain teknik ini adalah fenol bersifat toksik terhadap
sebagai besar bakteri.

2.1.5. Cara Memperoleh Biakan Murni

Metode isolasi yang umum digunakan untuk mendapatkan biakan murni


adalah penanaman di atas media agar menurut metode mepeng gores (streak plate
method). Sengkelit inokulasi digunakan untuk membuat goresan diatas media
dengan sedemikian rupa sehingga setelah diinkubasi akan menghasilkan
pertumbuhan koloni bakteri yang terpisah – pisah. Koloni yang terpisah tersebut
dipindahkan kedalam media baru sehingga diperoleh biakan murni yang hanya
terdiri atas satu jenis bakteri. (M. Biomed, Radji Maksum. 2011)

2.1.6. Penyimpanan Biakan Bakteri

Cara yang umum dilakukan untuk menyimpan dan mengawetkan biakan


bakteri untuk jangka panjang adalah liofilisasi atau penyimpanan di dalam deep
freezer. Deep frezing adalah suatu proses pembekuan cepat, yaitu biakan bakteri
dibekukan pada suhu -50 oC sampai dengan -90 oC liofilisasi dilakukan dengan
membekukan biakan bakteri pada suhu -54oC sampai -72oC dan air biakan
dihilangkan dengan vakum tinggi (sublimasi). Serbuk bakteri yang telah
mengalami proses liofilisasi dapat bertahan tahunan. Bakteri tersebut dapat

12
dihidupkan kembali kapan saja dengan melakukan hidrasi menggunakan media
cair yang sesuai. (M. Biomed, Radji Maksum. 2011)

2.1.7. Siklus Pertumbuhan Bakteri


1. Pembelahan Bakteri

Pertumbuhan bakteri, menunjukkan pertambahan jumlah bakteri, bukan


pertambahna ukuran sel. Bakteri berproduksi dengan pembelahan biner. Beberapa
spesies bakteri berproduksi dengan membentuk sel anakkan (budding). Sela
anakkan ini dibentuk dan membesar sampai berukuran sama dengan sel induknya,
kemudian memisah, seperti pada gamabar 3.4. beberapa bakteri berfilamen
berproduksi dengan membuat rantai konidiospora pada ujung filament. Beberapa
spesies beberapa filament membentuk fragmen sederhana dan fragmen tersebut
menandakan adanya pertumbuhan sel baru.

2. Waktu Generasi

Waktu generasi atau waktu perbanyakan bakteri adalah waktu yang


dibutuhkan oleh satu sel bakteri untuk membelah dari satu sel menjadi dua sel.
Reproduksi pembelahan sel tersebut adalah pembelahan biner, yang sejauh ini
merupakan mekanisme yang umum terjadi. sel bakteri dapat membelah dari satu
sel menjadi dua sel, dari dua sel menjadi empa sel, dari empat sel menjadi delapan
sel, dan seterusnya. Oleh karena itu penggandaan, (doubling time) suatu populasi
bekteri dikatakan sebagai penggandaan eksponensial.

Waktu yang dibutuhkan oleh sebuah sel untuk membelah sangat bervariasi
diantara organisme dan sangat bergantung pada kondisi lingkungan, antara lain
suhu, sebagian besar bakteri mempunyai waktu perbanyakan 1-3 jam, tetapi ada
juga yang membutuhkan waktu lebih dari 24 jam tiap generasi, jika penggandaan
terjadi setiap dua puluh menit, sebagaimana yang terjadi pada Escherechia coli,
setelah 20 generasi, sebuah sel awal tunggal akan meningkat menjadi lebih dari 1
juta sel, dalam waktu kurang lebih 7 jam. Dalam 30 generasi atau selama 10 jam,
populasi bakteri akan menjadi 1 miliar dan selama 24 jam akan berkembang

13
menjadi 1021. Grafik pertumbuhan bakteri seperti ini sangat sulit digambarkan jika
menggunakan angka aritmatika biasa. Oleh sebab itu, skala logaritma lebih umum
digunakan untuk membuat grafik pertumbuhan bakteri.

Gambar 2.4. Pembelahan Biner Pada Bakteri

3. Fase Pertumbuhan
Setelah bakteri diinokulasikan kedalam media pertumbuhan cair,
jumlah populasi bakteri dihitung pada interval waktu tertentu. Dengan
demikian, dapat dibuat kurva pertumbuhan sel bakteri pada interval waktu
tertentu, seperti yang terihat pada gambar 3.5. fase pertumbuhan bakteri terdiri
atas fase lag, fase log, fase stationer, dan fase kematian.
a. Fase lag
Fase ini merupakan fase awal, yaitu jumlah sel sangat sedikit karena sel
belum mengalami pembelahan sel dalam media yang baru. Fase lag ini
dapat berlangsung selama 1 jam atau beberapa hari.

14
Gambar 2.5. Siklus Pertumbuhan Sel Bakteri.

b. Fase log
Pada fase ini, sel mulai membelah dan memasuki masa pertumbuhan
atau penambahan jumlah sel secara logaritmik dan disebut dengan fase
eksponensial. Reproduksi seluler paling aktiv pada fase ini dan
menunjukkan waktu generasi yang konstan sehingga grafik pertumbuhan
berupa garis lurus. Metabolisme sel paling aktiv pada fase log, oleh karena
itu beberapa perlakuan terhadap sel, baik untuk isolasi protein tertentu dari
dalam sel maupun manipulasi sel, sering dilakukan pada fase log.
Selama fase log, bakteri menjadi lebih sensitive terhadap lingkungan
yang buruk. Sebagai contoh, radiasi dan antibiotic dapat mempengaruhi
beberapa tahap penting dalam proses pertumbuhan sel selama fase ini .

c. Fase stasioner
Bila pertumbuhan berlanjut tanpa terkontrol, dapat dihasilkan jumlah
sel yang sangat besar. Sebagai contoh, secara teoritis sebagai bakteri
dengan berat 9,5 x 10-13 g per sel yang membelah setiap 20 menit dapat
berkembang menjadi populasi sel dengan berat mencapai setara dengan

15
80.000 ton hanya dalam waktu 25,5 jam. Namun demikian kenyataannya,
hal terebut tidak terjadi. Pada akhirnya, tingkat pertumbuhan melambat,
jumlah sel yang mati mengimbangi jumlah sel yang baru dan populasi
menjadi stabil. Aktivitas metabolisme juga melambat pada fase ini.
Periode keseimbangan ini disebut dengan fase stasioner.
Kekurangan nutrisi, akumulasi produk sisa dan perubahan PH yang
bersifat toksik bagi sel dianggap menjadi penyebab berhentinya
pertumbuhan eksponsial sel. Dengan bantuan alat khusus yang disebut
dengan kemostat, suatu populasi dapat tepat berada dalam fase
pertumbuhan eksponensial dengan memindahkan media yang sudah
terpakai dengan mengganti media itu dengan yang baru. Teknik biakan
berkelanjutan ini dipakai dalam industri fermentasi.

d. Fase kematian
Jumlah kematian sel pada akhirnya akan melampaui jumlah sel baru
yang terbentuk dan populasi sel mulai memasuki fase kematian atau fase
penurunan. Fase ini berlanjut sampai populasi menyusut menjadi fraksi
kecil atau seluruh populasi mati. Beberapa spesies melalui seluruh
rangkaian fase hanya dalam beberapa hari, tetapi spesies yang lain masih
menyisakan sel yang dapat bertahan dalam jumlah yang sangat kecil.

2.2. Metabolisme Bakteri

Metabolisme adalah semua proses kimia yang terjadi didalam sel hidup.
Karena semua reaksi kimia yang terjadi membutuhkan atau melepaskan energi,
metabolisme dapat digambarkan sebagai suatu keseimbangan energi yang
dibutuhkan oleh makhluk hidup. Metabolisme terdiri atas dua jenis reaksi kimia,
yaitu proses kimia yang menghasilkan energi dan proses kimia yang
membutuhkan energi. Selama bakteri hidup dan melangsungkan proses hidup
(seperti tumbuh,bergerak, dan berkembang biak), bakteri selalu memerlukan
energi. Oleh karena itu, bagian yang penting dalam mempelajari metabolisme

16
bakteri adalah bagaimana bakteri memperoleh energi. (M. Biomed, Radji
Maksum. 2011)

Dalam sel hidup, proses reaksi kimia yang menghasilkan energi disebut
dengan katabolisme, sedangkan proses reaksi kimia yang membutuhkan energi
disebut dengan anabolisme. Reaksi katabolik umumnya merupakan reaksi
hidrolisis yang memecah senyawa organik kompleks menjadi senyawa-senyawa
yang lebih sederhana, misalnya reaksi pemecahan senyawa gula menjadi karbon
dioksida dan air. Reaksi ini disebut juga dengan reaksi katabolisme karbohidrat.
Sebaliknya, reaksi anabolik adalah pembentukan molekul protein dari asam
amino, pembentukan nukleotida dari asam nukleat, dan pembentukan polisakarida
dan monosakarida. Proses biosintesis ini sangat dibutukan dalam pertumbuhan
sel.

Sebelum proses metabolisme terjadi, diperlukan pengaktifan submit yang


akan digunakan dan energi yang tinggi, yaitu ATP (adenosin trifosfat). Energi
untuk metabolisme diambil dari proses fermentasi, respirasi, dan fotosintesis.
Energi pada proses fermentasi dan respirasi diperoleh dari proses katabolisme
karbohidrat.

Beberapa golongan bakteri heterotrof, termasuk bakteri patogen,


menggunakan zat organik sebagai sumber karbon untuk mendapatkan energi.
Bakteri autotrof mendapatkan energi dari oksidasi senyawa anorganik. Bakteri ini
menggunakan karbon dioksida sebagai sumber karbon untuk sintesis selnya.
Namun, diperlukan energi dan koenzim untuk mengubah karbon dioksida menjadi
bahan sel.

Beberapa jenis koenzim berperan sebagai pembawa elektron dan sangat


penting untuk membantu enzim. Yaitu dengan menerima atom yang dilepas oleh
substart. Koenzim yang berperan paling penting dalam metabolisme seluler antara
lain nikotinamida adenin dinukleotida (NAD+) dan nikotinamida adenin
dinukleotida fosfat (NADP+). Bakteri yang dapat melakukan fotosintesis
memperoleh energi yang dibutuhkan dari cahaya, sedangkan bakteri autotrof

17
harus memperoleh energi dari oksidasi kimia. Pada proses oksidasi, elektron yang
dibebaskan dari oksidasi senyawa anorganik, seperti belerang dan amoniak,
disalurkan melalui transpor elektron yang pada akhirnya akan menghasilkan
energi tinggi berupa ATP.

Energi ATP umunya dibentuk pada saat terjadi oksidasi-reduksi didalam


sel. Energi ATP yang dihasilkan selama proses katabolisme akan digunakan
kembali dalam proses anabolisme untuk membangun komponen-komponen sel
yang dibutuhkan dalam pertumbuhan sel. Molekul ATP terdiri atas gugus adenin,
ribosa, dan 3 gugus fosfat (Pi) terminal terlepas dari ATP, senyawa adenosin
difosfat (ADP) dan energi akan terbentuk. Energi yang dilepaskan dalam reaksi
katabolisme tersebut kemudian digunakan dalam reaksi ADP dan Pi untuk
menyintesis ulang ATP. Reaksi penambahan Pi ke dalam senyawa kimia dikenal
dengan fosforilasi.

ATP ADP + Pi + energi

ADP + Pi + energi ATP

Peran ATP dalam keseimbangan reaksi anabolik dan katabolik sangat


penting dalam mempertahankan kehidupan sel. sel hanya menggunakan sebagian
dari energi yang dilepaskan pada proses katabolisme sedangakan sebagian dari
energi lagi dilepaskan ke lingkungan sebagai energi panas. Karena setiap sel
memerlukan energi untuk kebutuhan hidup,kesinambungan energi selalu
dibutuhkan oleh sel.

2.2.1. Jalur Metabolisme Produksi Energi

Suatu sel dapat menyimpan dan melepaskan energy dari molekul-molekul


organic melalui serangkaian proses reaksi yang terkendali. Apabila suatu energy
dilepaskan seketika sebagai energy panas, energy tersebut tidak serta merta dapat
memicu suatu reaksi kimia. Apabila proses tidak terkendali, energi yang
dilepaskan sekaligus justru dapat merusak sel. Oleh karena itu, dalam melepaskan
dan menggunakan energi seluler, sel harus melepaskan elektron dari suatu

18
senyawa ke senyawa lain melalui jalur yang terkendali dalam serangkaian reaksi
oksidasi-reduksi. Serangkaian proses reaksi kimia yang dikatalis oleh suatu enzim
yang terjadi di dalam sel disebut jalur metabolisme (metabolic pathway).
(M. Biomed, Radji Maksum. 2011)

2.2.2. Metabolisme Karbohidrat

Pada umumnya, mikroorganisme mengoksidasi karbohidrat sebagai


sumber utama energy seluler. Katabolisme karbohidrat yang melibatkan reaksi
penguraian molekul karbohidrat untuk menghasilkan energy ATP merupakan
proses yang penting dalam metabolisme sel. (M. Biomed, Radji Maksum. 2011)

Glukosa merupakan jenis karbohidrat yang paling sering dimanfaatkan


oleh mikroorganisme sebagai sumber energi. Untuk memproduksi energi dari
glukosa, mkroorganisme menggunakan dua jaur proses, yaitu fermentasi dan
respirasi. Kedua proses tersebut biasanya berawal dari satu langkah pertama yang
sama, yaitu glikolisis, yang kemudian disusul dengan jalur metabolisme yang
berbeda untuk respirasi dan fermentasi. Respirasi glukosa terjadi dalam tiga
tahapan yaitu, tahap glikolisis, siklus krebs, dan rantai transport electron. Pada
tahap glikolisis, terjadi oksidasi glukosa menjadi asam piruvat yang menghasilkan
energi ATP dan NADH. Pada siklus krebs, juga akan dihasilkan energi ATP dan
NADH, yang kemudian akan diteruskan ke dalam sistem transport elektron.
Sistem transport elektron dapat memproduksi lebih banyak energi ATP.
(M. Biomed, Radji Maksum. 2011)

Glikolisis juga dikenal dengan jalur metabolisme Embden-meyerhof. Jalur


ini merupakan mekanisme umum untuk mengubah glukosa menjadi asam piruvat.
Glikolisis terdiri atas dua tahap utama, yaitu tahap persiapan dan tahap
pembentukan energi ATP. Pada tahap persiapan, setiap glukosa membutuhkan dua
molekul ATP untuk memulai jalur metabolisme ini. Pada tahap pembentukan
energi ATP, empat molekul ATP akan dihasilkan melalui fosforilasi substrat
dengan mengubah glukosa menjadi asam piruvat. Dengan demikian, selama
proses glikolisis, dua molekul ATP akan dihasilkan dari setiap molekul glukosa

19
yang teroksidasi. Selain jalur glikolisis, ada beberapa jalur metabolisme
alternative, antara lain sebagai berikut :

1. Jalur pentose fosfat(pentose phosphate pathway), yaitu glukosa diubah


menjadi glukosa-6-fosfat 6-fosfoglukonat pentose fosfat. Gugus
pentose merupakan produk yang sangat penting dalam sintesa asam
nukleat, sintesis glukosa dari karbon dioksida pada fotosintesis, dan
beberapa jenis asam amino. Jalur metabolisme pentose fosfat
menghasilkan satu molekul ATP dari setiap glukosa yang teroksidasi.
Beberapa bakteri yang menggunakan jalur metabolisme pentose fosfat
adalah Bacillus subtilis, Escherichia coli, dan Enterococcus faecalis.
2. Jalur Entner-Doudoroff, yaitu glukosa diubah menjadi 6-fosfoglukonat
ketodi-oksiglukonat piruvat dan gliseraldehida. Jalur Entner-
Doudoroff menghasilkan dua molekul NADPH dan satu molekul ATP.
Beberapa jenis bakteri dapat melakukan metabolisme melalui jalur ini
tanpa glikolisis ataupun jalur pentose fosfat. Beberapa jenis bakteri Gram
negatif yang dapat melakukan metabolisme melalui jalur Entner-
Doudoroff adalah Pseudomonas, Rhizobium dan Agrobacterium. Bakteri
Gram positif umumnya tidak melakukan metabolisme melalui jalur
Entner-Doudoroff.

Setelah glukosa dipecah menjadi asam piruvat, asam piruvat dapat


diproses kembali melalui proses fermentasi atau proses respirasi seluler

20
Gambar 2.6. Bagan Reaksi Glikolisis Jalur Embden-Meyerhof

2.2.3. Metabolisme Lemak Dan Protein

Karbohidrat, khususnya glukosa, merupakan sumber utama pembentukan


energi bagi mikroorganisme. Namun demikian, mikroorganisme juga dapat
memetabolisme nutrisi lain, seperti lemak dan protein. Sebagaimana telah kita
lalui, lemak terdiri atas asam lemak dan gliserol.

Mikroorganisme dapat membuat enzim lipase, yaitu enzim ekstraseluler


yang dapat menguraikan lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Masing- masing
komponen ini kemudian akan dimetabolisme lebih lanjut dalam siklus krebs.

Pada gambar 2.7 dapat dilihat bahwa gliserol dipecah menjadi dihidroksi
aseton fosfat, kemudian dikatabolisme melalui glikolisis dan siklus krebs.
Sementara itu, asam lemak dioksidasi membentuk gugus asetil, yang kemudian
bergabung dengan koenzim A membentuk asetil CoA. Selanjutnya, asetil CoA
dikatabolisme melalui proses siklus krebs. (M. Biomed, Radji Maksum. 2011)

21
Protein merupakan senyawa yang juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber
energi oleh mikroorganisme. Enzim protease dan peptidase yang dikeluarkan oleh
mikroorganisme dapat memecah protein menjadi asam amino.

Sebelum dikatabolisme, asam amino harus terlebih dahulu diubah menjadi


suatu senyawa yang dapat masuk ke dalam siklus krebs. Proses deaminasi
merupakan salah satu mekanisme untuk memperoleh senyawa tersebut , yaitu
gugus amino dari asam amino dilepaskan dan diubah menjadi ion amonium
(NH4+) sehingga organic Tersebut dapat masuk ke dalam siklus krebs. Proses lain
untuk mengonversi asam amino adalah reaksi dekarboksilasi dan dehidrogenasi.

Gambar 2.7. Jalur Katabolisme Lemak

Dalam proses respirasi, bakteri dapat menggunakan berbagai jalur


katabolisme senyawa organik untuk menghasilkan energi, seperti yang dilihat
pada gambar 2.8.

22
Gambar 2.8. Berbagai Jalur Katabolisme Senyawa Organik Yang Digunakan
Oleh Bakteri Dalam Proses Respirasi Untuk Menghasilkan Energi

23
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pertumbuhan adalah pertambahan teratur semua komponen suatu organisme.


Dengan demikian, pertambahan ukuran yang diakibatkan oleh bertambahnya air
atu karena deposit lipid bukan merupakan pertumbuhan sejati. Pertumbuhan
mikroorganisme lebih ditunjukkan oleh adanya peningkatan jumlah
mikroorganisme dan bukan peningkatan sel individu

Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah


suhu, pH, Tekanan Osmotik, Faktor kimia dan Oksigen. Jenis – jenis media
pertumbuhan bakteri antara lain media Sintetik, media Kompleks, Media biakan
khusus, media selektif dan media diferensial.

Dalam siklus pertumbuhan bakteri terdiri dari fase- fase yaitu fase lag atau
fase awal, fase log atau fase pembelahan, fase stasioner atau fase periode
keseimbangan dan fase kematian.

Metabolisme adalah reaksi kimia yang berlangsung di dalam organisme


hidup dan merupakan reaksi yang sangat terkoordinasi, mempunyai tujuan, serta
mencakup berbagai kerja sama dari banyak sistem multienzim.
Metabolisme fungi lebih kompleks dari pada bakteri, karena fungi merupakan
mikroorganisme eukariotik yang sangat bervariasi  kemampuan memanfaatkan
nutrient dari lingkungan dan kemampuan metabolisme yang dimiliki oleh fungi
juga sangat bervariasi. Hingga saat ini masih banyak yang belum di ketahui
mengenai kemampuan metabolism fungi, dan perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut  mengetahui system metabolism fungi secara keseluruhan.

Fungi dan bakteri sama-sama memanfaatkan nutrient dari lingkungan sebagai


sumber untuk bahan metabolismenya, serta metabolisme yang di lakukan meliputi
(anabolisme dan katabolisme).

24
3.2. Saran

Penulisan makalah ini belum sempurna untuk itu kami sebagai penulis
mengharapkan kritikan positif yang membangun demi menyempurnakan makalah
ini, semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

25
Daftar Pustaka

Entjang, Indan. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. Bandung : Citra Aditya


Bakti

M. Biomed, Radji Maksum. 2011. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: EGC

26

Anda mungkin juga menyukai