TTTT PDF
TTTT PDF
TINJAUAN PUSTAKA
menutupi belakang kelopak dan bola mata. Konjungtivitis dibedakan ke dalam bentuk
akut dan kronis. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh bakteri seperti konjungtivitis
gonokok, konjungtivitis juga dapat disebabkan oleh virus, klamidia, alergi toksik, dan
molluscum contagiosum.4
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai mata merah (pink eye), yaitu adanya
inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang
menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak
mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah
dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis
konjungtivitis dapat hilang sendiri, tetapi ada juga yang memerlukan pengobatan.4
Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai
konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental. Penyebab penyakit ini
mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea.
Kelopak mata merupakan alat penutup mata yang berguna untuk melindungi bola
mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata. Kelopak mata
mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedangkan di bagian belakang
ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. Gangguan penutupan
lagoftalmos.
Sistem lakrimal atau sistem sekresi air mata terletak di daerah temporal bola
mata. Film air mata sangat berguna untuk kesehatan mata, air mata akan masuk ke
dalam sakus lakrimal melalui pungtum lakrimal. Bila pungtum lakrimal tidak
menyinggung bola mata, maka air mata akan keluar melalui margo pelpebra yang
disebut epifora. Epifora juga akan terjadi akibat pengeluaran air mata yang berlebihan
2.2.3. Konjungtiva
kulit pada tepi pelpebra (suatu sambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di
limbus.
ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada
melekat longgar pada kapsul tenon dan sklera di bawahnya, kecuali di limbus (tempat
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di
bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat
bentuk dengan dua kelengkungan yang berbeda. Bola mata dibungkus oleh 3 lapis
2.2.5. Kornea
Kornea adalah selaput bening mata yang tembus cahaya. Tebal kornea rata-
rata orang dewasa adalah 0,65 mm di bagian perifer, dan 0,54 mm di bagian tengah.
cahaya ke dalam bola mata menuju ke retina. Sumber nutrisi kornea adalah
pembuluh-pembuluh darah di limbus, cairan mata dan air mata. Kornea terdiri dari
lima lapisan, yaitu epitel, membran bowman, stroma, membran descement dan
endotel.
2.2.6. Sklera
Sklera adalah selaput mata yang berwarna putih dan berfungsi sebagai
pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera mempunyai kekakuan tertentu dan
tebal 1 mm. Permukaan luar sklera diselubungi oleh lapisan tipis dari jaringan yang
elastis dan halus, yaitu episklera, yang banyak mengandung pembuluh darah
sedangkan pada permukaan sklera bagian dalam terdapat lapisan pigmen berwarna
Uvea adalah lapisan vaskular di dalam bola mata, yang terdiri dari 3 bagian,
yaitu:
a. Iris mempunyai permukaan yang relatif datar dengan celah yang berbentuk bulat di
banyaknya cahaya yang masuk ke dalam bola mata secara otomatis dengan
mengecilkan dan melebarkan pupil. Pupil dapat mengecil akibat suasana cahaya
yang terang dan melebar akibat suasana cahaya yang redup atau gelap.
b. Badan siliar terdiri dari dua bagian yaitu korona siliar yang berkerut-kerut dengan
tebal 2 mm dan pars plana yang lebih halus dan rata dengan tebal 4 mm.
c. Koroid berisi pembuluh-pembuluh darah dalam jumlah yang sangat besar, yang
berfungsi untuk memberi nutrisi pada retina bagian terluar yang terletak
dibawahnya.
2.2.8. Lensa
Terletak di belakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti
cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi (terfokusnya
Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak
antara lensa dan retina. Badan kaca terdiri dari 99% air dan 1% terdiri dari 2
komponen yaitu kolagen dan asam hialuron. Fungsi badan kaca adalah
mempertahankan bola mata tetap bulat dan meneruskan sinar dari lensa ke retina.
Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung reseptor
yang menerima rangsang dari cahaya. Retina dialiri darah dari 2 sumber, yaitu lapisan
koriokapiler yang mengaliri darah pada 2/3 bagian luar retina, sedangkan 2/3 bagian
dalam retina dialiri darah dari cabang-cabang arteri retina sentral. Sel-sel pada lapisan
retina yang paling luar berhubungan langsung dengan cahaya. Sel-sel tersebut dalah
sel-sel kerucut (cone) dan batang (rod). Sel kerucut (cone) berfungsi untuk
penglihatan terang, warna dan penglihatan sentral. Sedangkan sel batang (rod)
Suatu jenis konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri yaitu infeksi bakteri
bakteri yaitu akut (termasuk hiperakut dan subakut) dan kronik. Konjungtivitis
bakteri akut biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri, berlangsung kurang dari 14
berat bila tidak diobati sejak dini. Konjungtivitis kronik biasanya sekunder terhadap
Neisseria kochii, dan Neisseria meningitidis, ditandai oleh eksudat purulen yang
banyak. Konjungtivitis gonore merupakan radang konjungtiva akut dan hebat yang
disertai dengan sekret purulen. Gonokok merupakan kuman yang sangat patogen,
virulen dan sangat bersifat invasif sehingga reaksi radang terhadap kuman ini sangat
berat. Penyakit kelamin yang disebabkan oleh gonore merupakan penyakit yang
tersebar luas di seluruh dunia secara endemik. Pada neonatus, infeksi konjungtiva
terjadi pada saat berada pada jalan kelahiran, sedang pada bayi, penyakit ini
konjungtiva. Selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan
ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan
biasanya menyebabkan mata sering berair, gatal dan banyak kotoran mata. Penyebab
paling umum adalah Streptococcus pneumoniae pada iklim sedang dan Haemophilus
tanpa folikel, tanpa cobble-stone dan tanpa flikten. Pada konjungtivitis kataralis
Konjungtivitis virus atau viral adalah suatu penyakit umum yang dapat
disebabkan oleh berbagai jenis virus. Keadaan ini berkisar antara penyakit berat yang
dapat menimbulkan cacat, sampai infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri dan dapat
berlangsung lebih lama dari pada konjungtivitis bakteri. Konjungtivitis ini terutama
disebabkan oleh adenovirus dan herpes simplex virus adalah virus yang paling
membahayakan. Selain itu penyakit ini juga disebabkan oleh virus varicella zoster,
a. Keratokonjungtivitis Epidemika
(subgrup D adenovirus manusia). Awalnya sering pada satu mata saja, dan biasanya
terbatas di bagian luar mata, tetapi pada anak-anak mungkin terdapat gejala-gejala
sistemik infeksi virus, seperti demam, sakit tenggorokan, otitis media, dan diare.
bawah.
2.3.4. Trachoma
terbentuknya parut konjungtiva. Pada kasus berat, pembalikan bulu mata ke dalam
terjadi pada masa dewasa muda sebagai akibat parut konjungtiva yang berat. Abrasi
terus menerus oleh bulu mata yang membalik dan defek film air mata menyebabkan
Konjungtivitis alergi adalah bentuk alergi pada mata yang paling sering, dan
disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai oleh sistim
imun.16 Reaksi hipersensitivitas yang paling sering terlibat pada alergi di konjungtiva
a. Konjungtivitis Vernal
1 yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren. Pada mata ditemukan papil besar
dengan permukaan rata pada konjungtiva tarsal, dengan rasa gatal berat, sekret gelatin
yang berisi eosinofil atau granula eosinofil. Pada kornea terdapat keratitis,
neovaskularisasi, dan tukak indolen. Pada tipe limbal terlihat benjolan di daerah
limbus, dengan bercak Horner Trantas yang berwarna keputihan yang terdapat di
b. Konjungtivitis Flikten
bakteri atau antigen tertentu. Konjungtivitis flikten disebabkan oleh karena alergi
dalam tubuh.4
c. Konjungtivitis Atopik
merupakan infeksi yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak
putih dan dapat timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistim imun
terganggu. Selain Candida Sp, penyakit ini juga dapat disebabkan oleh Sporothrix
pembuluh darah, fotofobia, dan blefarospasme. Selain itu penyakit ini dapat juga
disebabkan oleh pemberian obat topikal jangka panjang seperti dipivefrin, miotik,
neomycin, dan obat-obat lain dengan bahan pengawet yang toksik atau menimbulkan
iritasi.3
Perdarahan subkonjungtiva dapat juga terjadi akibat trauma langsung maupun tidak
langsung, yang kadang–kadang menutupi perforasi jaringan bola mata yang terjadi.
sebab yang tidak dapat dideteksi yang terjadi pada mata bagian depan. Secara klinis,
di bawah konjungtiva dan dapat menjadi cukup berat sehingga menyebabkan kemotik
kantung darah yang berat dan menonjol di atas tepi kelopak mata. Hal ini akan
mudah pecah atau rusak. Ketika hal ini terjadi, darah bocor ke dalam ruang antara
pembuluh darah konjungtivalis atau episklera. Namun kadang tidak dapat ditemukan
vitamin C (scurvy), trauma mata tumpul atau tajam, benda asing, pembedahan pada
subkonjungtiva.
2.4. Patogenesis4
oleh karena adanya film air mata. Pada permukaan konjungtiva yang berfungsi
saluran lakrinal ke meatus nasi inferior. Film air mata mengandung beta lysine,
lysozyne, IgA, IgG yang berfungsi menghambat pertumbuhan kuman. Apabila ada
kuman patogen yang dapat menembus pertahanan tersebut sehingga terjadi infeksi
kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan membuka
sempurna, maka mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi yang menyebabkan
Akibat jangka panjang dari konjungtivitis yang dapat bersifat kronis yaitu
mikroorganisme, bahan alergen, dan iritatif menginfeksi kelenjar air mata sehingga
tekanan intra okuler yang lama kelamaan menyebabkan saluran air mata tersumbat.
Aliran air mata yang terganggu akan menyebabkan iskemia saraf optik dan terjadi
Gejala klinis konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu sensasi tergores
atau terbakar, sensasi penuh di sekeliling mata, gatal, dan fotofobia. Sensasi benda
asing, sensasi tergores dan terbakar sering dihubungkan dengan edema dan
hipertrofi papila yang biasanya menyertai hiperemia konjungtiva. Jika ada rasa sakit
a. Orang
lebih banyak pada anak-anak dan dewasa. Ras yang banyak menderita trachoma
adalah Ras Yahudi, penduduk asli Australia (Australian Aborigin) dan Indian
Amerika.18 Sebuah studi yang dilakukan di 3024 sekolah dasar anak-anak di wilayah
Ankara Turki (1997) menemukan bahwa 4,6% anak memiliki alergi konjungtivitis.19
konjungtivitis bakteri terjadi pada rentang usia 0-2 tahun, 28% terjadi pada rentang 3-
9 tahun, 13% terjadi pada rentang 10-19 tahun dengan sisa 36% kasus terjadi pada
orang dewasa.5 Penelitian yang dilakukan Baig. R, dkk (2010) di Pakistan terhadap
anak sekolah berusia 5-19 tahun, yang berjumlah 818 anak diperoleh prevalensi
penderita konjungtivitis alergi lebih tinggi pada anak laki-laki dibandingkan anak
perempuan.19
konjungtiva yaitu 99.195 kasus.12 Penelitian yang dilakukan oleh Dhika Alloyna
tahun 2009 sampai 2010 di RSUP H. Adam Malik Medan diperoleh 285 penderita
konjungtivitis yang terdiri dari perempuan sebanyak 154 orang dan laki-laki sebanyak
131 orang.14
Prevalensinya adalah 9,3% di pedesaan, 12,9% di pusat desa dan 18,4% di kota.19
lebih sering ditemukan pada anak-anak didaerah padat penduduk.4 Secara geografis,
trachoma adalah yang paling umum di daerah yang kering, panas, dan berdebu.
Penelitian yang dilakukan Rizki Arrizal pada Juni 2009 sampai April 2010 di
102 orang. Dari penelitian ini didapatkan jumlah penderita konjungtivitis pada musim
kemarau sebanyak 47 orang dan penderita konjungtivitis pada musim hujan sebanyak
55 orang.12
2.6.2. Determinan
a. Umur
tetapi pada anak-anak mungkin terdapat gejala-gejala sistemik infeksi virus, seperti
demam, sakit tenggorokan, otitis media, dan diare.3 Infeksi bakteri merupakan
penyebab dari 50% kasus konjungtivitis pada anak-anak dan 5% pada orang
dewasa.22 Penelitian yang dilakukan oleh Dhika Alloyna tahun 2009 sampai 2010 di
kelompok usia < 1 tahun (4,2%), kelompok usia 31-40 tahun (22,1%).14
dengan penyakit tuberkulosis paru. Penderita lebih banyak anak-anak, pada orang
dewasa juga dapat dijumpai tetapi lebih jarang. Meskipun sering dihubungkan dengan
penyakit tuberkulosis paru, tetapi tidak jarang penyakit paru-paru tersebut tidak
simpleks tipe 1 dan tipe 2, dan dua picornavirus. Dua agen yang ditularkan secara
Neisseria gonorrhoeae.
permukaan mata dari substansi luar. Pada film air mata, komponen akueosa
pelpebra membilas air mata ke duktus air mata secara konstan. Air mata mengandung
dengan hygiene sanitasi yang buruk. Konjungtivitis dapat menyebar dengan cepat jika
dengan orang-orang disekitarnya. Tetapi hal ini berkaitan dengan keadaan atau
kebersihan lingkungan tersebut yang menjadi faktor risiko penyebaran yang lebih
cepat.
c. Alergi
Konjungtivitis alergi biasanya ada riwayat alergi (hay fever, asma, atau eksim)
pada pasien atau keluarganya. Kebanyakan pasien pernah menderita dermatitis atopik
sejak bayi. Parut pada lipatan fleksura, lipat siku, pergelangan tangan dan lutut sering
pada pasien sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut konjungtiva dapat
tertentu diikuti oleh ulserasi kornea dan perforasi. Ulkus kornea dapat terjadi pada
Parut di konjungtiva adalah komplikasi yang sering terjadi pada trachoma dan
lakrimal. Hal ini mengurangi komponen akueosa dalam film air mata prakornea
membaliknya bulu mata ke dalam (trikiasis) atau seluruh tepian pelpebra (entropion)
sehingga bulu mata terus-menerus menggesek kornea, infeksi bakterial kornea, dan
parut kornea.
yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat agar tidak sakit.25
a. Diagnosis
Pada saat anamnesis yang perlu ditanyakan meliputi usia, karena penyakit ini
berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh pada pasien yang lebih tua. Pada
pasien yang aktif secara seksual, perlu dipertimbangkan penyakit menular seksual dan
riwayat penyakit pada pasangan seksual. Perlu juga ditanyakan durasi lamanya
hubungannya dengan penyakit, riwayat alergi dan alergi terhadap obat-obatan, dan
maupun ocular, keparahan dan frekuensi gejala, faktor-faktor risiko dan keadaan
Diperkirakan riwayat alergi baik pada pasien maupun keluarga pasien serta
observasi pada gejala klinis untuk menegakkan diagnosis konjungtivitis alergi. Gejala
yang paling penting untuk mendiagnosis penyakit ini adalah rasa gatal pada mata,
b. Pengobatan3
memberikan hasil dengan antibiotik setelah 3-5 hari maka pengobatan dihentikan dan
karena virus , pengobatannya hanya suportif karena dapat sembuh sendiri. Diberikan
kompres, astringen, lubrikasi, pada kasus yang berat dapat diberikan antibiotik
edemanya. Pada kasus yang berat dapat diberikan antihistamin dan steroid sistemik.
Pengobatan trachoma dengan tetrasiklin salep mata, 2-4 kali sehari, 3-4
konjungtivitis yaitu dengan menggunakan alat bantu penglihatan berupa kaca mata,