Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Penyakit Jantung Bawaan


Sasaran : Pasien, keluarga, dan pengunjung RSSA
Tempat : Ruang 5 RSSA
Hari, Tanggal : Kamis, 23 Agustus 2018
Jam : 10.00
Alokasi Waktu : 35 menit
Pemateri : Mahasiswa Profesi Ners UB dan Poltekkes Malang

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah kegiatan penyuluhan, diharapkan sasaran dapat mengenal dan memahami
penyakit jantung bawaan

B. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan, diharapkan sasaran dapat memahami
pengertian, penyebab, faktor risiko, jenis (klasifikasi), tanda dan gejala, pemeriksaan
penunjang, penanganan, dan pencegahan penyakit jantung bawaan.

C. Sub Pokok Bahasan


1. Definisi penyakit jantung bawaan
2. Klasifikasi penyakit jantung bawaan
a. Penyakit jantung bawaan sianotik
b. Penyakit jantung bawaan asianotik
3. Penyebab dan faktor risiko penyakit jantung bawaan
4. Manifestasi klinis penyakit jantung bawaan
5. Pemeriksaan penunjang penyakit jantung bawaan
6. Penanganan penyakit jantung bawaan

D. Kegiatan
Tahap Waktu Kegiatan pemateri Kegiatan peserta Metode Media
Pembukaan 7 1. Memberi salam 1. Menjawab Ceramah -
menit 2. Menjelaskan tujuan salam dan tanya
kegiatan 2. Menjawab jawab
3. Menyebutkan pertanyaan
materi/sub pokok
bahasan
4. Menggali pre-
knowledge peserta
(pre-test)
Isi 20 Menjelaskan materi: Menyimak dan Ceramah Power
menit 1. Definisi penyakit memperhatikan point
jantung bawaan penjelasan
2. Klasifikasi penyakit
jantung bawaan
a. Penyakit jantung
bawaan sianotik
b. Penyakit jantung
bawaan asianotik
3. Penyebab dan
Faktor Risiko
4. Manifestasi Klinis
5. Pemeriksaan
Penunjang
6. Penanganan
7. Pencegahan
Penutup 8 1. Menanyakan apakah 1. Menanyakan Tanya -
menit ada hal yang belum hal yang belum jawab
dipahami peserta dipahami
2. Mengulangi materi 2. Menyimak
yang belum pengulangan
dipahami peserta materi
secara singkat 3. Menjawab
3. Menanyakan pertanyaan
pertanyaa post-test post-test
4. Menutup dengan
salam

E. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan materi yang akan disampaikan
b. Kesiapan alat dan media yang digunakan
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias dalam mengikuti penyuluhan
b. Peserta tidak meninggalkan tempat ketika penyuluhan sedang berlangsung
c. Peserta antusias bertanya
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta dapat menjawab 70% dari pertanyaan post-test yang dilakukan secara
lisan

F. Materi (Terlampir)
G. Daftar Pustaka
Engram.B. 1994. Rencana Asuhan KeperawatanMedikal Bedah. 1th. Ed. Editor Monica
ester, S.Kp. Jakarta
Mansjoer Arif : 1999 : Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I
Nelson, (2000), Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan. (1993). Proses
Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta :
Penerbit buku kedokteran EGC.
Szkutnik, dkk. Use of The Amplatzer Muscular Ventricular Septal Defect Occluder for
Closure of Perimembranous VentricularSeptal Defects. Heart 2007;93;355-358.
Lampiran
Materi Penyakit Jantung Bawaan

A. Definisi
Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah kelainan pada jantung atau pembuluh darah
sekitar jantung yang tidak berkembang secara normal sejak lahir (AHA, 2018). Kelainan
kardiovaskuler kongenital merupakan kelainan yang paling sering ditemui. Penyakit jantung
bawaan ditemukan pada sekitar 1% kelahiran hidup di seluruh dunia dan skitar 4-5% pada
bayi dengan riwayat keluarga ibu dengan PJB (Arifputra, 2014).

B. Etiologi dan Faktor Risiko


Terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada
beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian
penyakit jantung bawaan :
1. Faktor Prenatal :
o Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
o Ibu alkoholisme
o Umur ibu lebih dari 40 tahun.
o Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
o Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
2. Faktor Genetik :
o Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
o Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
o Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
o Lahir dengan kelainan bawaan yang lain

C. Klasifikasi dan Manifestasi Klinis


Secara garis besar, penyakit jantung bawaan dibagi menjadi penyakit jantung bawaan
sianotik dan penyakit jantung bawaan asianotik.
1. Penyakit jantung bawaan Asianotik
Jenis PJB asianotik yang sering ditemukan adalah sebagai berikut.
a. Defek Septum Atrium (DSA)
a) DSA adalah kelainan pada jantung dimana sekat yang memisahkan atrium
kiri dan kanan terbuka secara abnormal. DSA ditemukan pada 5-10% dari
keseluruhan PJB. DSA lebih sering ditemukan pada perempuan dibanding
laki-laki (rasio 2:1).
b) Tanda dan gejala DSA:
Kebanyakan pasien dengan DSA tidak menunjukkan gejala hingga dewasa
muda. Saat mendekati paruh baya, tanda dan gejala seperti sesak napas
terutama saat beraktivitas mulai muncul.
b. Defek Septum Ventrikel (DSV)
DSV adalah kelainan pada jantung dimana sekat yang memisahkan ventrikel kiri
dan kanan terbuka secara abnormal. DSV ditemukan pada 5-50 per 1.000
kelahiran hidup. DSV lebih banyak terjadi pada perempuan daripada laki-laki.
Kebanyakan DSV kecil menutup sendiri secara spontan.
c. Duktus Arteriosus Paten (DAP)
a) DAP adalah duktus arteriousus yang tetap membuka setelah bayi lahir.
Kelainan ini banyak terjadi pada bayi-bayi prematur. Insiden DAP ditemukan
sekitar 10-15%dari seluruh PJB.
b) Tanda dan gejala DAP
Pasien DAP yang memiliki defek kecil dapat hidup normal dengan tidak
atausedikit gejala, namun defek yang besar dapat menimbulkan gagal
jantung kongestif yang serupa dengan gagal jantung pada VSD.
d. Stenosis Pulmonal (SP)
Stenosis pulmonal secara umum untuk menunjukkan adanya obstruksi pada
jalan keluar ventrikel kanan atau arteri pulmonalis dan cabang-cabangnya.
Sebagian besar stenosis pulmonal bersifat ringan dengan prognosis baik
sepanjang hidup pasien. Pada stenosis yang berat akan terjadi limitasi curah
jantung sehingga menyebabkan sesak nafas, distritmia hingga gagal jantung.
e. Stenosis Aorta (SA)
Pada kelainan ini dapat ditemui katup aorta hanya memiliki dua daun yang
seharusnya tiga atau memiliki bentuk abnormal seperti corong. Dalam jangka
waktu tertantu lubang atau pembukaan katup tersebut sering menjadi kaku dan
menyempit karena terkumpulnya endapat kalsium.
2. Penyakit jantung bawaan Sianotik
a. Tetralogi of Fallot (TOF)
TOF merupakan PJB yang banyak ditemukan yakni berkisar 7-10% dari seluruh
penyakit jantung bawaan. TOF merupakan kelainan yang terdiri dari kombinasi 4
komponen yakni defek septum ventrikel, over-riding aorta, stenosis pulmonal
serta hipertensi ventriken kanan.
Pada TOF ringan pada waktu istirahat maupun melakukan aktivitas fisik tidak
tampak adanya sianosis. Pada TOF yang moderat hingga berat, sianosis akan
tampak bahkan pada saat anak beristirahat.
b. Atresia Pulmonal
Atresia pulmonal merupakan kelainan jantung konginetal yang sangat jarang
ditemukan. Atresia pulmonal disebabkan oleh gagalnya proses pertumbuhan
katup pulmonal, sehingga tidak terdapat hubungan antara ventrikel kanan
dengan arteri pulmonal.
Manifestasi klinis kelainan jantung kongenital sangat bervariasi, tergantung
macam kelainannya. Kelainan yang menyebabkan penurunan aliran darah ke paru atau
percampuran darah berkadar tinggi zat asam dengan darah kotor dapat menimbulkan
sianosis, ditandai oleh kebiruan di kulit, kuku jari, bibir, dan lidah. Hal ini dikarenakan
tubuh tidak mendapatkan zat asam memadai akibat pengaliran darah kotor ke tubuh.
Pernapasan si anak akan lebih cepat dan nafsu makan berkurang. Daya toleransi gerak
yang rendah mungkin ditemukan pada anak yang lebih tua.
Kelainan yang dapat menyebabkan sianosis atau kebiruan adalah penyumbatan katup
pulmonal (antara bilik jantung kanan dan pembuluh darah paru) yang mengurangi aliran
darah ke paru, tertutupnya katup pulmonal (pada muara pembuluh darah paru) yang
menghambat aliran darah dari bilik jantung kanan ke paru, tetralogi fallot (kelainan yang
ditandai oleh bocornya sekat bilik jantung, pembesaran bilik jantung kanan,
penyempitan katup pulmonal dan transposisi aorta), serta tertutupnya katup trikuspidal
(terletak antara serambi dan bilik jantung kanan) yang menghambat aliran darah dari
serambi ke bilik jantung kanan. Selain itu, gejala kebiruan juga bisa muncul jika terjadi
transposisi pembuluh darah besar, gangguan pertumbuhan ruangan, katup dan
pembuluh darah yang berhubungan dengan sisi jantung kiri, serta kelainan akibat salah
bermuaranya keempat vena paru yang seharusnya ke serambi jantung kiri (Nelson,
2002).

D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit akibat saturasi oksigen
yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit
antara 50-65%. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida
(PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH. Pasien
dengan hemoglobin dan hematokrit normal atau rendah mungkin menderita
defisiensi zat besi.
2. Radiologis
Sinar x pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada
pembesaran jantung. Gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat
seperti sepatu.
3. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi
ventrikel kanan.
4. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, over riding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan.
Penurunan ukuran arteri pulmonalis dan penurunan aliran darah ke paru-paru.
5. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum ventrikel
multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal
perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan
ventrikel kanan dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.

E. Penatalaksanaan Medis
1. Bedah Jantung
Pada prinsipnya penanganan penyakit jantung bawaan harus dilakukan sedini
mungkin. Operasi paliatif saat ini masih banyak dilakukan dengan tujuan
memperbaiki keadaan umum, sambil menunggu saat operasi korektif dapat
dilakukan. Namun tindakan paliatif ini seringkali menimbulkan distorsi pertumbuhan
jantung, di samping pasien menghadapi risiko operasi dua kali dengan biaya yang
lebih besar pula. Oleh karena itu terus dilakukan upaya serta penelitian agar operasi
jantung dapat dilakukan pada neonatus dengan lebih aman.
2. Kadiologi Intervension
Berbagai jenis kardiologi intervensi antara lain adalah:
o Balloon atrial septostomy (BAS) adalah prosedur rutin yang dilakukan pada
pasien yang memerlukan percampuran darah lebih baik, misalnya TAB
(transposisi arteri besar) dengan septum ventrikel yang utuh. Prosedur ini
dilakukan dengan membuat lubang di septum interatrium, dan biasanya
dilakukan di ruang rawat intensif dengan bimbingan ekokardiografi.
o Balloon pulmonal valvuloplasty (BPV) kini merupakan prosedur standar untuk
melebarkan katup pulmonal yang menyempit, dan ternyata hasilnya cukup baik,
dan biayanya juga jauh lebih rendah dibandingkan dengan operasi. Umumnya
pasca BVP kondisi fisik pasien bertambah baik.
o Balloon mitral valvotomy (BMV) umumnya dikerjakan pada kasus stenosis katup
mitral akibat demam reumatik.
o Balloon aortic valvuloplasty (BAV) belum dilakukan rutin dan kasusnya juga
jarang dijumpai.
o Penyumbatan duktus arteriosus menggunakan coil Gianturco, namun belum
dianggap rutin karena harga coil dan peralatan untuk memasukkan coil tersebut
cukup mahal.
o Di Subbagian Kardiologi FKUI/RSCM tindakan intervensi kardiologi yang pernah
dilakukan adalah dilatasi balon dan pemasangan stent pada arteri renalis pada
pasien arteritis Takayasu. Pasca tindakan kondisi pasien baik dan tekanan darah
turun. Tindakan lainnya seperti penutupan DSA (defek septum atrium), DSV
(defek septum ventrikel), fistula koroner, MAPCA (major aortico -pulmonary
collateral arteries) belum pernah dilakukan.
o Di Institut Jantung Negara Kuala Lumpur Malaysia, penutupan duktus arteriosus
persisten dilakukan dengan menggunakan umbrella, coil dan ADO (amplatzer
ductal occluder); sedangkan untuk defek septum atrium ditutup dengan
menggunakan ASO (amplatzer septal occluder).

Apa yang Harus Dilakukan bila Menghadapi Pasien atau Dicurigai Menderita PJB?
Bila menghadapi seorang anak yang dicurigai menderita penyakit jantung bawaan, yang
perlu dilakukan adalah
1. Menempatkan pasien khususnya neonatus pada lingkungan yang hangat, dapat
dilakukan dengan membedong atau menempatkannya pada inkubator.
2. Memberikan oksigen
3. Memberikan cairan yang cukup dan mengatasi gangguan elektrolit serta asam basa.
4. Mengatasi kegawatan dengan menggunakan obat-obatan jika terdapat tanda tanda
seperti gagal jantung, serangan sianotik, renjatan kardiogenik.
5. Menegakkan diagnosis/jenis kelainan yang diderita. Jika tidak memiliki fasilitas,
pasien dapat dirujuk ke tempat yang fasilitasnya lengkap terutama tersedia alat
ekokardiografi. Tata laksana PJB dan edukasi yang disampaikan ke orangtua
pasien, tergantung dari jenis kelainan yang ada.
6. Pemantauan yang cermat untuk mengetahui adanya komplikasi, sehingga dapat
dilakukan tindakan sebelum komplikasi ada.

Anda mungkin juga menyukai