D. Kegiatan
Tahap Waktu Kegiatan pemateri Kegiatan peserta Metode Media
Pembukaan 7 1. Memberi salam 1. Menjawab Ceramah -
menit 2. Menjelaskan tujuan salam dan tanya
kegiatan 2. Menjawab jawab
3. Menyebutkan pertanyaan
materi/sub pokok
bahasan
4. Menggali pre-
knowledge peserta
(pre-test)
Isi 20 Menjelaskan materi: Menyimak dan Ceramah Power
menit 1. Definisi penyakit memperhatikan point
jantung bawaan penjelasan
2. Klasifikasi penyakit
jantung bawaan
a. Penyakit jantung
bawaan sianotik
b. Penyakit jantung
bawaan asianotik
3. Penyebab dan
Faktor Risiko
4. Manifestasi Klinis
5. Pemeriksaan
Penunjang
6. Penanganan
7. Pencegahan
Penutup 8 1. Menanyakan apakah 1. Menanyakan Tanya -
menit ada hal yang belum hal yang belum jawab
dipahami peserta dipahami
2. Mengulangi materi 2. Menyimak
yang belum pengulangan
dipahami peserta materi
secara singkat 3. Menjawab
3. Menanyakan pertanyaan
pertanyaa post-test post-test
4. Menutup dengan
salam
E. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan materi yang akan disampaikan
b. Kesiapan alat dan media yang digunakan
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias dalam mengikuti penyuluhan
b. Peserta tidak meninggalkan tempat ketika penyuluhan sedang berlangsung
c. Peserta antusias bertanya
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta dapat menjawab 70% dari pertanyaan post-test yang dilakukan secara
lisan
F. Materi (Terlampir)
G. Daftar Pustaka
Engram.B. 1994. Rencana Asuhan KeperawatanMedikal Bedah. 1th. Ed. Editor Monica
ester, S.Kp. Jakarta
Mansjoer Arif : 1999 : Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I
Nelson, (2000), Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan. (1993). Proses
Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta :
Penerbit buku kedokteran EGC.
Szkutnik, dkk. Use of The Amplatzer Muscular Ventricular Septal Defect Occluder for
Closure of Perimembranous VentricularSeptal Defects. Heart 2007;93;355-358.
Lampiran
Materi Penyakit Jantung Bawaan
A. Definisi
Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah kelainan pada jantung atau pembuluh darah
sekitar jantung yang tidak berkembang secara normal sejak lahir (AHA, 2018). Kelainan
kardiovaskuler kongenital merupakan kelainan yang paling sering ditemui. Penyakit jantung
bawaan ditemukan pada sekitar 1% kelahiran hidup di seluruh dunia dan skitar 4-5% pada
bayi dengan riwayat keluarga ibu dengan PJB (Arifputra, 2014).
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit akibat saturasi oksigen
yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit
antara 50-65%. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida
(PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH. Pasien
dengan hemoglobin dan hematokrit normal atau rendah mungkin menderita
defisiensi zat besi.
2. Radiologis
Sinar x pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada
pembesaran jantung. Gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat
seperti sepatu.
3. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi
ventrikel kanan.
4. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, over riding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan.
Penurunan ukuran arteri pulmonalis dan penurunan aliran darah ke paru-paru.
5. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum ventrikel
multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal
perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan
ventrikel kanan dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.
E. Penatalaksanaan Medis
1. Bedah Jantung
Pada prinsipnya penanganan penyakit jantung bawaan harus dilakukan sedini
mungkin. Operasi paliatif saat ini masih banyak dilakukan dengan tujuan
memperbaiki keadaan umum, sambil menunggu saat operasi korektif dapat
dilakukan. Namun tindakan paliatif ini seringkali menimbulkan distorsi pertumbuhan
jantung, di samping pasien menghadapi risiko operasi dua kali dengan biaya yang
lebih besar pula. Oleh karena itu terus dilakukan upaya serta penelitian agar operasi
jantung dapat dilakukan pada neonatus dengan lebih aman.
2. Kadiologi Intervension
Berbagai jenis kardiologi intervensi antara lain adalah:
o Balloon atrial septostomy (BAS) adalah prosedur rutin yang dilakukan pada
pasien yang memerlukan percampuran darah lebih baik, misalnya TAB
(transposisi arteri besar) dengan septum ventrikel yang utuh. Prosedur ini
dilakukan dengan membuat lubang di septum interatrium, dan biasanya
dilakukan di ruang rawat intensif dengan bimbingan ekokardiografi.
o Balloon pulmonal valvuloplasty (BPV) kini merupakan prosedur standar untuk
melebarkan katup pulmonal yang menyempit, dan ternyata hasilnya cukup baik,
dan biayanya juga jauh lebih rendah dibandingkan dengan operasi. Umumnya
pasca BVP kondisi fisik pasien bertambah baik.
o Balloon mitral valvotomy (BMV) umumnya dikerjakan pada kasus stenosis katup
mitral akibat demam reumatik.
o Balloon aortic valvuloplasty (BAV) belum dilakukan rutin dan kasusnya juga
jarang dijumpai.
o Penyumbatan duktus arteriosus menggunakan coil Gianturco, namun belum
dianggap rutin karena harga coil dan peralatan untuk memasukkan coil tersebut
cukup mahal.
o Di Subbagian Kardiologi FKUI/RSCM tindakan intervensi kardiologi yang pernah
dilakukan adalah dilatasi balon dan pemasangan stent pada arteri renalis pada
pasien arteritis Takayasu. Pasca tindakan kondisi pasien baik dan tekanan darah
turun. Tindakan lainnya seperti penutupan DSA (defek septum atrium), DSV
(defek septum ventrikel), fistula koroner, MAPCA (major aortico -pulmonary
collateral arteries) belum pernah dilakukan.
o Di Institut Jantung Negara Kuala Lumpur Malaysia, penutupan duktus arteriosus
persisten dilakukan dengan menggunakan umbrella, coil dan ADO (amplatzer
ductal occluder); sedangkan untuk defek septum atrium ditutup dengan
menggunakan ASO (amplatzer septal occluder).
Apa yang Harus Dilakukan bila Menghadapi Pasien atau Dicurigai Menderita PJB?
Bila menghadapi seorang anak yang dicurigai menderita penyakit jantung bawaan, yang
perlu dilakukan adalah
1. Menempatkan pasien khususnya neonatus pada lingkungan yang hangat, dapat
dilakukan dengan membedong atau menempatkannya pada inkubator.
2. Memberikan oksigen
3. Memberikan cairan yang cukup dan mengatasi gangguan elektrolit serta asam basa.
4. Mengatasi kegawatan dengan menggunakan obat-obatan jika terdapat tanda tanda
seperti gagal jantung, serangan sianotik, renjatan kardiogenik.
5. Menegakkan diagnosis/jenis kelainan yang diderita. Jika tidak memiliki fasilitas,
pasien dapat dirujuk ke tempat yang fasilitasnya lengkap terutama tersedia alat
ekokardiografi. Tata laksana PJB dan edukasi yang disampaikan ke orangtua
pasien, tergantung dari jenis kelainan yang ada.
6. Pemantauan yang cermat untuk mengetahui adanya komplikasi, sehingga dapat
dilakukan tindakan sebelum komplikasi ada.