Anda di halaman 1dari 37

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat menggunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

sebagai makhluk sosial. Masyarakat merupakan dua sisi mata uang yang tidak

dapat dipisahkan, tidak mungkin ada masyarakat tanpa bahasa dan tidak mungkin

pula ada bahasa tanpa masyarakat. Sebagian orang berpendapat bahwa, bahasa

sebagai sesuatu yang dilakukan masyarakat untuk orang lain, yakni berupa sebuah

permainan dari simbol verbal yang didasarkan dengan rasa (pencitraan). Sebagai

sistem mediasi, bahasa tidak hanya menggambarkan cara pandang manusia

tentang dunia dan konsepsinya, tetapi juga membentuk visi tentang

realitas.Pandangan tersebut merujuk pada pemikiran bahwa dengan melukiskan

bahasa sebagai penjelmaan pikiran dan perasaan, yaitu budi manusia, maka

bahasa itu mendapat arti jauh lebih tinggi daripada sistem bunyi atau fonem.

Dalam berinteraksi antarsesama dalam masyarakat, terkadang informasi yang

dituturkan oleh penutur dan lawan tuturnya memiliki maksud yang tersirat. Oleh

karena itu, setiap manusia harus dapat memahami maksud dan makna tuturan

yang disampaikan oleh lawan tuturnya agar informasi yang diberikan dapat

tersampaikan dengan baik. Hal semacam ini dapat dipelajari dengan ilmu

pragmatik yang di dalamnya membahas implikatur. Implikatur menurut Wijana

(1996: 38) adalah hubungan antara tuturan dengan yang disiratkan dan tidak
2

bersifat semantik, tetapi kaitannya hanya didasarkan pada latar belakang yang

mendasari kedua proposisinya.

Penggunaan bahasa dan fungsi bahasa dapat ditemukan dalam berbagai

macam bentuk. Salah satu bentuk pemakaian bahasa tersebut dapat dilihat pada

tulisan yang ada di baju kaos. Implikatur dalam baju kaos ini biasanya berupa

tulisan yang menyatakan sesuatu untuk meyakinkan, membandingkan, sindiran,

saran dan sebagainya. Tulisan dalam baju kaos biasanya dibuat sedemikian rupa

untuk menyakinkan para konsumen untuk memilih baju kaos yang dipasarkan.

Telah banyak berdiri toko baju kaos yang memakai bahasa untuk menarik

konsumen di kota Makassar, antara lain toko baju kaos Bajiki_Store, Kaos Kareba

Makassar, Bale Kaos Makassar, KOK Makassar dan Kaos Kata Makassar. Baju-

baju produksi dari toko tersebut banyak dipakai oleh kalangan remaja di

Makassar. Penggunaan bahasa pada produk baju kaos tersebut menarik untuk

dilihat lebih jauh sebab tidak hanya sebagai wadah kreatifitas tetapi terdapat

penggunaan bahasa Makassar dan adanya pesan-pesan yang terkandung di

dalamnya. Desain pada baju dapat dilihat dari katalog media online Instagram

dari toko baju di atas dengan nama akun bajiki_store, kaoskareba, balekaosmks,

kokmakassar, dan kaoskatamakassar.

Contoh data:

1) Inimi Baju ANDALANGKU PACARKU BELIKANGKA

KARNA DIA sayangka.


3

2) Kalo masih SUSAHKI Cari Yang Kaya Raya mungkin

SAATNYA Kita Cari Yang KAYA SAYA.

Implikatur menurut Zamzani (2007: 28) adalah segala sesuatu yang

tersembunyi di balik penggunaan bahasa secara aktual, benar, dan sesungguhnya.

Implikatur merupakan makna tuturan sehingga tidak harus muncul dalam tuturan

secara langsung. Oleh sebab itu, implikatur yang terdapat dalam baju kaos khas

Makassar merupakan implikatur konvensional. Hal ini, dimaksudkan karena data

lebih menjelaskan pada apa yang dimaksud. Jadi, peserta tutur umumnya sudah

mengetahui tentang maksud atau pengertian sesuatu hal tertentu. Misalnya,

kalimat yang terdapat pada salah satu baju kaos “Inimi Baju ANDALANGKU

PACARKU BELIKANGKA KARNA DIA sayangka.” Kalimat tersebut,

memiliki pesan yang ingin disampaikan oleh penutur secara tersirat.


4

Adapun, bentuk dan fungsi implikatur dalam data tersebut di atas yaitu

bentuk kalimat deklaratif yang mengandung intonasi pernyataan rasa bangga

memiliki sesuatu dalam hal ini pemberian atau hadiah yang dilihat bukan dari

benda tetapi orang yang memberikan memiliki hubungan yang erat dengan

penutur yang ditandai dengan adanya cetak tebal dan huruf kapital.

Kemudian contoh (2) yang terdapat dalam kalimat “Kalo masih

SUSAHKI Cari Yang Kaya Raya mungkin SAATNYA Kita Cari Yang KAYA

SAYA.” merupakan kalimat imperatif yang berupa perintah atau suruhan dan

permintaan, ditinjau dari isinya berupa permohonan, jika pembicara meminta

lawan bicara berbuat sesuatu demi kepentingannya; ajakan berupa harapan. Hal

ini terlihat dari adanya penggunaan kata “kalo” dalam bahasa makassar yang

artinya “kalau” berupa kemungkinan-kemungkinan yang berisi tentang

permohonan dan harapan. Serta pada kata yang menggunakan huruf kapital yang

menandakan adanya intonasi penegasan dapat dilihat pada kata SUSAHKI;

SAATNYA; KAYA SAYA.

Berdasarkan pengamatan awal terdapat sepuluh jenis implikatur, yaitu (1)

pernyataan, (2) sindiran, (3) perintah, (4) ajakan, (5) larangan, (6) humor, (7)

dukungan, (8) kritik, (9) apresiasi, dan (10) protes. Sementara itu, implikatur yang

ditemukan dalam penelitian ini merupakan gabungan dari sepuluh jenis implikatur

salah satunya pada contoh (1) merupakan jenis pernyataan. Sedangkan pada

contoh (2) merupakan jenis pernyataan berisi sindiran kepada orang-orang yang

mengharapkan pasangan yang kaya raya, namun keinginannya belum terpenuhi.


5

Umumnya penggunaan bahasa yang terdapat pada desain baju yang dibuat

produsen menyimpang dari kaidah bahasa karena terlihat dari penggunaan huruf

kapital yang tidak sesuai kemudian penggunaan dialek khususnya bahasa

Makassar. Hal semacam ini sengaja dilakukan produsen untuk dapat

menghasilkan tulisan yang menarik namun memiliki makna yang tersirat. Untuk

memahami makna dari implikatur pada baju kaos konteks perlu diperhatikan.

Konteks sangat berpengaruh pada pemaknaan dalam sebuah tuturan. Konteks

meliputi semua situasi yang berada di luar teks seperti tempat, partisipan, dan

sebagainya. Maka tanpa disadari baju kaos memberikan peluang atau wadah untuk

penelitian pada bidang linguistik. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik

untuk meneliti yang berfokus pada pemanfaatan linguistik dalam hal ini

impilikatur tinjauan pragmatik. Bentuk implikatur dan fungsi implikatur itu bisa

berupa tulisan pada baju kaos yang mengandung implikatur.

1.2 Identifikasi Masalah


Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat

diidentifikasi masalah sebagai berikut.


1. Bentuk tulisan yang mengandung implikatur pada tulisan

baju kaos khas Makassar.


2. Fungsi implikatur pada tulisan baju kaos khas Makassar.
3. Faktor yang menyebabkan munculnya implikatur pada

tulisan baju kaos khas Makassar.


4. Pesan-pesan yang disampaikan melalui implikatur pada

tulisan baju kaos khas Makassar.


1.3 Batasan Masalah
Agar penelitian dapat lebih terarah, maka penelitian ini dibatasi baju kaos

yang mengandung bentuk implikatur dan fungsi implikatur yang muncul dalam
6

tulisan pada tulisan baju kaos khas Makassar. Fungsi implikatur itu bisa berupa

tulisan yang terjadi dalam baju kaos yang mengandung implikatur.


1.4 Rumusan Masalah
Sesuai dengan batasan masalah yang ada, maka rumusan masalah yang

terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.


1. Bagaimana bentuk implikatur yang terdapat pada tulisan

baju kaos khas Makassar?


2. Bagaimana fungsi implikatur yang terdapat pada tulisan

baju kaos khas Makassar?


1.5 Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian

ini adalah sebagai berikut.


1. Mendeskripsikan bentuk implikatur yang terdapat pada

tulisan baju kaos khas Makassar.


2. Mendeskripsikan fungsi implikatur yang terdapat pada

tulisan baju kaos khas Makassar.

1.6 Manfaat
1.6.1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penyusunan karya ilmiah ini diharapkan dapat

menjadi acuan sebagai bahan refenrensi bagi para peneliti selanjutnya

yang akan mengangkat topik penelitian yang sama. Selain itu, juga

diharapkan dapat menjadi pelengkap terhadap teori-teori yang ada.


1.6.2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penyusunan karya ilmiah ini diharapkan dapat

membantu pembaca dalam memberikan pemahaman dalam melihat

berbagai bentuk implikatur dan fungsi implikatur. Pembaca yang

dimaksud adalah peneliti dan masyarakat.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu


Penelitian yang dilakukan Firda Mustikawati pada tahun 2011 tentang

impilikatur yang berjudul Implikatur dalam wacana Nuwun Sewu pada surat kabar

Solopos. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Subjek penelitian ini yaitu

wacana yang terdapat dalam kolom Nuwun Sewu pada surat kabar Solopos edisi

Maret-Mei 2011 sejumlah 150 wacana. Objek penelitiannya yaitu implikatur,

fungsi implikatur, dan gaya bahasa yang mendukung kemunculan implikatur

dalam wacana kolom Nuwun Sewu. Data diperoleh dengan metode simak dengan

teknik baca dan teknik catat. Data dianalisis dengan teknik analisis padan

pragmatis. Ketepatan analisis dilakukan dengan expert judgment oleh seorang

wartawan dari Surat Kabar Jawa Pos.


Penelitian yang dilakukan Tri Agustina pada tahun 2009 berjudul

“Implikatur dalam Wacana Iklan Politik Pemilu Tahun 2009 di Kabupaten

Sleman”. Skripsi Agustina (2009) membahas tentang wujud tuturan,

penyimpangan prinsip kerja sama dan implikatur dalam wacana iklan politik

pemilu tahun 2009 di Kabupaten Sleman. Dalam penelitian tersebut disimpulkan


8

bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa ragam kalimat yang paling banyak

digunakan dalam berkampanye melalui iklan politik adalah ragam berita.

Penyimpangan prinsip kerja samanya berupa penyimpangan maksim kuantitas,

maksim kuantitas dan kualitas, serta penyimpangan maksim kuantitas, kualitas

dan relevansi. Implikatur dalam wacana iklan politik pemilu tahun 2009 di

Kabupaten Sleman tersebut adalah perintah yang berupa ajakan dan harapan.

Kesamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada permasalahan

yang akan dikaji yaitu tentang implikatur. Perbedaan penelitian ini dengan

sebelumnya, yaitu pada sumber datanya. Sumber data 31 dari penelitian

sebelumnya berasal dari penggunaan implikatur dalam wacana iklan politik

pemilu tahun 2009 di Kabupaten Sleman.


Skripsi Felisia Rizqi Tiara (2015) yang berjudul Implikatur dalam Wacana

Kolom Cari Angin Pada Surat Kabar Tempo. Objek dalam penelitian ini adalah

jenis implikatur, fungsi implikatur yang meliputi menyatakan, menyindir,

menyindir dengan bahasa humor, mengkritik, memprotes, melarang, memberikan

dukungan, mengapresiasi, mengkritik dan memprotes, serta gaya bahasa yang

mendukung terjadinya implikatur yang meliputi ironi, sinisme, simile, meatfora,

hiperbola, metonimia, paradox, dan personifikasi. Penelitian yang dilakukan

peneliti lebih banyak merujuk pada skirpsi Felisia Rizqi Tiara, yaitu menganalisis

jenis implikatur, fungsi implikatur, dan gaya bahasa yang mendukung terjadinya

implikatur. Penbeda antara penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan

peneliti adalah data yang digunakan. Penelitian yang akan dilakukan adalah

ungkapan yang terdapat pada badan angkutan umum, sedangkan penelitian ini

menggunakan data berupa wacana kolom pada usrat kabar pojok.


9

Melihat hal di atas, penelitian tentang implkatur sudah dilakukan oleh

peneliti-peneliti terdahulu. Akan tetapi, penelitian yang dilakukan belum ada yang

secara khusus membahas tentang implikatur pada tulisan baju kaos khas

Makassar.
2.2. Konsep

Koentjaraningrat (1997:21) mengungkapkan bahwa, “Konsep merupakan

definisi dan apa yang perlu diamati; konsep menentukan antara variabel empiris”.

Sedangkan menurut Kridalaksana (1984:106) konsep merupakan gambaran

mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang

digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut. Maka, untuk

memahami hal-hal yang ada dalam penelitian ini, perlu dipaparkan beberapa

konsep, yaitu baju kaos, bentuk, dan fungsi.

2.3. Landasan Teori


2.3.1. Pragmatik
Zamzani (2007:16) menyatakan bahwa pragmatik pada hakikatnya

mengkaji maksud penutur dalam menuturkan sebuah satuan lingual tertentu

pada sebuah bahasa. Kajian pragmatik selalu terarah pada permasalahan

pemakaian bahasa dalam suatu masyarakat bahasa, mengungkap bagaimana

perilaku berbahasa suatu masyarakat bahasa bersosialisasi. Sedangkan

menurut Kridalaksana (2008: 198) pragmatik merupakan ilmu bahasa yang

mempelajari isyarat-isyarat bahasa yang mengakibatkan keserasian

pemakaian bahasa dalam komunikasi. Senada dengan pendapat tersebut

Nababan (1987: 2) menyatakan bahwa pragmatik merupakan aturan-aturan

pemakaian bahasa, yaitu pemilihan bentuk bahasa dan penentuan maknanya

sehubungan dengan maksud pembicara sesuai dengan konteks dan keadaan.


10

Pragmatik adalah bagian dari ilmu bahasa yang terkait dengan aspek

pemakainya, yang disesuaikan dengan konteks dan situasi berbahasa. Lebih

lanjut, Mulyana (2005: 21) menyatakan bahwa segala sesuatu yang

berhubungan dengan tuturan, apakah itu berkaitan dengan arti, maksud,

maupun informasinya, sangat tergantung pada konteks yang melatarbelakangi

peristiwa tuturan itu.


Berdasarkan pendapat ahli bahasa yang telah dipaparkan di atas, maka

disimpulkan bahwa pragmatik merupakan ilmu bahasa yang terkait dengan

makna yang memiliki hubungan erat dengan konteks serta pragmatik

memiliki beberapa sub materi mengenai situasi tutur, tindak tutur, deiksis,

pranggapan, prinsip kerja sama, prinsip kesantunan dan implikatur.

Berdasarkan sub materi tersebut, maka lebih lanjut dijelaskan yang memiliki

keterkaitan dengan penelitian. Salah satunya yaitu implikatur yang merupakan

kajian teori dalam penelitian ini.


2.3.1.1. Impilkatur
Menurut Nadar (2009:60) implikatur “implicature” berasal dari

kata kerja yaitu to imply sedangkan kata bendanya adalah implication.

Adapun Mulyana (2005:11) mengatakan implikatur diturunkan dari kata

“implicatum” istilah ini hampir sama dengan kata implication, yang artinya

maksud, pengertian, keterlibatan. Implikatur sering terjadi dalam

berkomunikasi dan memiliki fungsi sebagai jembatan yang

menghubungkan antara yang diucapkan dengan yang diimplikasikan.


Artikel yang berjudul “Logic and Conversation” menyatakan bahwa

sebuah tuturan dapat mengimplikasikan proposisi yang bukan merupakan

bagian dari tuturan tersebut. Proposisi yang diimplikasikan itu dapat


11

disebut dengan implikatur (Rahardi, 2005:43). Sementara itu, Zamzani

(2007:28) memberikan definisi bahwa implikatur merupakan segala

sesuatu yang tersembunyi di balik penggunaan bahasa secara aktual, benar,

dan sesungguhnya.
Berdasarkan penjelasan dari beberapa ahli di atas, maka disimpulkan

bahwa implikatur merupakan makna yang tersirat dalam suatu tuturan yang

memiliki keterkaitan erat dengan tujuan tuturan, konteks tuturan, penutur

dan lawan tutur. Berikut ini merupakan konsep iKonsep Implikatur


Komunikasi dapat berjalan dengan lancar ketika mitra tutur dan

penutur memiliki semacam kesamaan latar belakang pengetahuan tentang

sesuatu yang dipertuturkan. Dalam hal ini latar belakang pengetahuan,

implikatur berkaitan dengan konteks. Oleh sebab itu, konteks yang

dimaksudkan adalah konteks epistemis.


Implikatur digunakan dalam berbahasa tidak dilakukan secara tidak

sengaja atau tidak memiliki fungsi. Akan tetapi, implikatur memiliki

pertimbangan pada sebuah makna tuturan. Pertimbangan makna tuturan

dalam implikatur terkadang memiliki fungsi menyindir, menyatakan,

memerintah. Adapun fungsi implikatur biasanya diungkapkan secara tidak

langsung untuk menjaga etika kesopanan, menjaga agar tidak

menyinggung perasaan orang ataupun sebaliknya atau makna tersirat.

Menurut Lubis (1991:73) ada empat macam konsep implikatur:


a. Dapat memberikan penjelasan makna atau fakta-fakta kebahasaan

yang takterjangkau oleh teori linguistik;


b. Dapat memberikan penjelasan yang tegas tentang perbedaan

lahiriah dari yang dimaksud si pemakai bahasa;


12

c. Dapat memberikan pemerian semantik yang sederhana tentang

hubungan klausa yang dihubungkan dengan kata penghubung yang

sama;
d. Dapat memerikan berbagai fakta yang secara lahiriah kelihatan

tidak berkaitan, malah berlawanan (seperti metafora).


Inti konsep implikatur adalah menjelaskan perbedaan yang ada antara

apa yang diutarakan penutur dengan apa yang diimplikasi oleh penutur.

Implikasi pragmatis (pragmatic implication) adalah apa yang secara logis

merupakan kesimpulan dari suatu ujaran, serta latar belakang apa yang

diketahui bersama oleh pembicara dan pendengar dalam konteks tertentu

(Kridalaksana, 2008:91). Jadi, dapat dikatakan bahwa sebenarnya

implikatur merupakan sebuah informasi yang ingin disampaikan oleh

penutur akan tetapi tidak diungkapkan secara langsung.


1. Jenis-jenis Implikatur
a) Implikatur Konvensional
Menurut Mulyana (2005: 12), implikatur konvensional adalah

pengertian yang bersifat umum dan konvensional. Adapun Zamzani

(2007: 28) menyatakan bahwa implikatur konvensional adalah

implikatur yang langsung diperoleh dari kata-kata dan kaidah

gramatikal. Kridalaksana (2008: 91) menyatakan bahwa implikatur

konvensional merupakan makna yang dipahami atau diharapkan pada

bentuk-bentuk bahasa tertentu tetapi tidak terungkap. Sementara itu,

Rosidi (2009) menyatakan bahwa implikatur konvensional

mengandung implikasi yang diperoleh langsung dari makna kata

(yang didengar) bukan dari prinsip percakapan. Itu artinya bahwa


13

implikatur konvensional adalah makna harfiah seperti yang

dinyatakan oleh elemen kalimat secara formal struktural.


Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

implikatur konvensional lebih menjelaskan pada apa yang dimaksud.

Jadi, peserta tutur umumnya sudah mengetahui tentang maksud atau

pengertian sesuatu hal tertentu.


b) Impilikatur Percakapan
Implikatur percakapan menurut Mulyana (2005: 13) memiliki

makna dan pengertian yang lebih bervariasi. Pemahaman terhadap

hal “yang dimaksudkan” sangat bergantung kepada konteks

terjadinya percakapan. Zamzani (2007: 28) menyatakan bahwa

implikatur percakapan adalah implikatur yang muncul dalam konteks

pemakaian bahasa yang bersifat khusus. Kridalaksana (2008: 91)

menyatakan bahwa implikatur percakapan adalah makna yang dapat

dipahami, akan tetapi kurang terungkap dalam apa yang diucapkan.

Sementara itu, Rosidi (2009) menyebut implikatur percakapan

sebagai implikatur nonkonvensional. Implikatur nonkonvensional

adalah implikatur yang diperoleh dari fungsi pragmatis yang tersirat

dalam suatu percakapan. Implikatur nonkonvensional inilah yang

saat ini dikenal dengan sebutan implikatur. Rosidi (2009)

menjelaskan lebih lanjut bahwa implikatur nonkonvensional adalah

tindak ilokusi yang implikasi pragmatiknya diambil dari prinsip-

prinsip percakapan.
Mulyana (2005: 81) menyatakan bahwa tindak ilokusi

(illocutionary act) berarti tindak ujar yang isinya menyatakan


14

sesuatu. Jenis komunikasinya bersifat interpersonal dan isinya

mengandung tindakan. Misalnya tindakan pertanyaan, pernyataan,

tawaran, janji, ejekan, permintaan, perintah, pujian, dan sebagainya.


Yule (2006: 74) menyatakan bahwa implikatur percakapan atau

sering disebut implikatur percakapan khusus ialah implikatur yang

terjadi dalam peristiwa komunikasi yang terjadi dalam konteks

khusus. lebih lanjut Yule mengemukakan bahwa untuk mengetahui

implikatur jenis ini kita perlu memperhitungkan informasi-informasi

yang kita ketahui terkait dengan peristiwa komunikasi tersebut.

2.3.2 Bentuk dan Fungsi Implikatur

Chaer (2010: 79) menjelaskan bahwa fungsi utama tuturan adalah

fungsi menyatakan (deklaratif), fungsi menanyakan (interogatif), fungsi

menyuruh (imperatif), termasuk fungsi melarang, fungsi meminta maaf, dan

fungsi mengkritik. Adapun penjelasan mengenai fungsi menyatakan, fungsi

menanyakan, dan fungsi menyuruh di dalam kajian gramatika dilakukan

dalam kalimat deklaratif, kalimat interogatif, dan kalimat imperatif.

Sedangkan menurut Zamzani (2007: 32), bentuk kalimat secara tradisional

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kalimat deklaratif, kalimat interogatif, dan

kalimat imperatif. Selanjutnya, akan dijelaskan bentuk dan fungsi kalimat

yaitu:
(1) Kalimat Deklaratif (pernyataan)
Menurut Zamzani (2007: 32) kalimat deklaratif adalah kalimat yang

mengandung intonasi deklaratif; dalam ragam tulis biasanya diberi tanda

titik (.) atau tidak diberi tanda apa-apa. Alwi (2003: 353) menyatakan bahwa

dalam pemakaian bahasa bentuk kalimat deklaratif umumnya digunakan


15

oleh pembicara atau penulis untuk membuat pernyataan sehingga isinya

merupakan berita bagi pendengar atau pembacanya.

Fungsi menyatakan dalam bentuk deklaratif menurut Chaer (2010: 80)

digunakan untuk beberapa keperluan: pertama, untuk menyatakan atau

menyampaikan informasi faktual saja; kedua, untuk menyatakan keputusan

atau penilaian; ketiga, untuk menyatakan ucapan selamat atau ucapan duka

kepada lawan tutur; dan keempat, untuk menyatakan perjanjian, peringatan

atau nasihat. Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kalimat

deklaratif merupakan kalimat berita yang berfungsi untuk menyatakan

sesuatu.

(2) Kalimat Imperatif (perintah)


Chaer (2010: 18) menjelaskan bahwa kalimat imperatif adalah kalimat

yang diujarkan oleh seorang penutur dan dengan harapan agar pendengar

atau lawan tutur memberi reaksi dalam bentuk tindakan secara fisik.

Sementara itu, menurut Alwi (2003: 353), kalimat imperatif adalah kalimat

perintah atau suruhan dan permintaan, jika ditinjau dari isinya, dapat

diperinci menjadi enam golongan:


(a) Perintah atau suruhan biasa, jika pembicara menyuruh lawan

bicaranya berbuat sesuatu;


(b) Perintah halus, jika pembicara tampaknya tidak memerintah lagi,

tetapi menyuruh mencoba atau mempersilahkan lawan bicara sudi

berbuat sesuatu;
(c) Permohonan, jika pembicara minta lawan bicara berbuat sesuatu

demi kepentingannya;
16

(d) Ajakan dan harapan, jika pembicara mengajak atau berharap lawan

bicara berbuat sesuatu;


(e) Larangan atau perintah negatif, jika pembicara menyuruh agar

jangan dilakukan sesuatu; dan


(f) Pembiaran, jika pembicara minta agar jangan dilarang.
Ciri-ciri kalimat imperatif menurut Alwi (2003: 353) antara lain,

intonasi yang ditandai nada rendah di akhir tuturan dan pemakaian partikel

penegas, penghalus, dan kata tugas ajakan, harapan, permohonan, dan

larangan.
Fungsi menyuruh dalam bentuk kalimat imperatif menurut Chaer

(2010: 93) yaitu, yang pertama berfungsi menyuruh dan yang kedua

berfungsi melarang. Fungsi kalimat imperatif jika dilihat dari pihak penutur

didalamnya terdapat fungsi melarang, fungsi meminta maaf dan fungsi

mengkritik.
(3) Kalimat Interogatif (pertanyaan)
Zamzani (2007: 33) menjelaskan bahwa kalimat interogatif adalah

kalimat yang mengandung intonasi interogatif; dalam ragam tulis biasa

diberi tanda tanya (?), dan partikel tanya. Sementara itu, Chaer (2010: 18)

menjelaskan bahwa kalimat interogatif adalah kalimat yang diujarkan oleh

seorang penutur dan dengan harapan agar pendengar atau lawan tutur

memberi jawaban dalam bentuk ujaran juga. Fungsi menanyakan dalam

bentuk kalimat interogatif digunakan untuk menanyakan yang menghendaki

adanya jawaban. Di dalam kajian gramatika, kalimat-kalimat di atas

digunakan untuk menyampaikan makna. Sementara itu, di dalam kajian

pragmatik kalimat-kalimat di atas digunakan untuk menyampaikan maksud.


2.3.3 Konteks Situasi
17

Semua pemakaian bahasa mempunyai konteks. Halliday (1992: 6)

menyatakan bahwa istilah konteks dan teks diletakkan bersama,

mengingatkan bahwa dua hal ini merupakan aspek dari proses yang sama.

Ada teks dan ada teks lain yang menyertainya itu disebut konteks. Konteks

adalah aspek-aspek lingkungan fisik atau sosial yang kait-mengait dengan

ujaran tertentu (Kridalaksana, 2008:134).

Menurut Sobur (2009: 56), konteks memasukkan semua situasi dan

hal yang berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti

partisipan dalam bahasa, situasi di mana teks tersebut diproduksi, fungsi yang

dimaksudkan, dan sebagainya. Arti atau makna sebuah kalimat sebenarnya

barulah dapat dikatakan benar bila kita ketahui siapa pembicaranya, siapa

pendengarnya bila diucapkan dan lain-lain. Berdasarkan beberapa pendapat

tentang pengertian konteks di atas, dapat disimpulkan bahwa keberadaan

konteks sangat diperlukan dalam sebuah peristiwa tutur. Konteks merupakan

bagian yang menyertai teks. Makna dalam sebuah kalimat atau tuturan dapat

dikatakan benar bila diketahui darimana kalimat atau tuturan itu ada.

2.3.4 Media Sosial


Media Sosial adalah media yang didesain untuk memudahkan interaksi

sosial yang bersifat interaktif atau dua arah. Media sosial berbasis pada

teknologi internet yang mengubah pola penyebaran informasi dari yang

sebelumnya bersifat satu ke banyak audiens, banyak audiens ke banyak

audiens Paramitha, (2011:42). Adapun menurut Manampiring (2015)

mengemukakan bahwa media sosial merupakan sarana komuikasi masa kini


18

yang sangat cepat dan pesat dalam perkembangannya, Media sosial juga

berkembang pesat dari berbagai macam


Media sosial ada dalam ada dalam berbagai bentuk yang berbeda,

termasuk social network, forum internet, weblogs, social blogs, micro

blogging, wikis, podcasts, gambar, video, rating, dan bookmark sosial.

Menurut Kaplan dan Haenlein ada enam jenis media sosial: proyek kolaborasi

(misalnya, wikipedia), blog dan microblogs (misalnya, twitter), komunitas

konten (misalnya, youtube), situs jaringan sosial (misalnya facebook,

instagram), virtual game (misalnya world of warcraft), dan virtual social

(misalnya, second life).


Media sosial dapat membantu manusia dalam berbagai aspek

kebutuhan. Aspek hiburan, pendidikan, kesehatan, mengekspresikan diri,

perhubungan dan lain lainklasifikasi dan tipe sesuai dengan kebutuhan

masyarakat dunia. Media sosial sudah menjadi sebuah kebutuhan pada

masyarakat dengan latar belakang moderenitas saat ini. Media sosial dapat

membantu manusia dalam berbagai aspek kebutuhan. Aspek hiburan,

pendidikan, kesehatan, mengekspresikan diri, perhubungan dan lain lain

Komunikasi yang biasanya secara tatap muka dapat dilakukan di

manapun dan kapanpun tanpa ada batasan dengan dukungan media-media

sosial yang ada seperti facebook, twitter, instagram, path, dan media sosial

lainnya. Karakteristik media sosial yang bersifat maya sering menghasilkan

fenomena-fenomena yang booming baik di kalangan pengguna media sosial

itu sendiri maupun khalayak luas. Tentunya tiap media sosial memiliki

fenomena tersendiri, bergantung pada cara penyebaran informasi oleh


19

penggunanya. Fenomena ini muncul dan berkembang di berbagai media sosial

seperti twitter, facebook, path, dan instagram.

2.3.5 Instagram
Komunikasi dalam internet disebut juga dengan computer mediated

communication (CMC) di dalamnya memberikan fasilitas dengan berbagai

aplikasi, salah satunya media sosial. Freddrick (2013: 35) mendeskripsikan

computer mediated communication (CMC) sebagai proses komunikasi dan

interaksi antara manusia melalui perangkat komputer.

Jenis-jenis media sosial diantaranya facebook, Twitter, Path,

instagram, blog, youtube (Nasrullah, 2015). Jenis-jenis media sosial tersebut

mempunyai keunggulan, salah satunya instagram merupakan media sosial

yang fitur-fiturnya memfokuskan aplikasi foto, video dan telah menyita

banyak perhatian pengguna online. Menurut situs instagram, aplikasi

instagram didirikan oleh Kevin.

2.4 Kerangka Pikir


Kerangka berpikir merupakan sebuah bagan atau alur dalam memecahkan

suatu masalah yang dikaji dalam penelitian. Alur pemikiran dalam kerangka

berpikir akan menjadi pondasi untuk pemikiran selanjutnya. Kerangka berpikir

dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan hubungan dan keterkaitan

antarvariabel. Dalam penelitian ini, subjek kajian yang diteliti adalah tulisan

tulisan baju kaos khas Makassar yang diidentifikasikan mengandung unsur

implikatur.
20

Skema Kerangka Pikir

Tulisan Baju Kaos Khas Makassar

Implikatur

Bentuk Implikatur Fungsi Implikatur

Pragmatik

Hasil Penelitian

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


21

Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif.

Jenis yang lebih mengedepankan kualitas data yang diperoleh secara deskriptif,

dimana dalam penelitian ini ada tiga tahap penting, yaitu pengumpulan data,

analisis data dan penyajian analisis data. Jenis penelitian kualitatif ini sesuai

dengan tujuan yaitu mendeskripsikan bentuk implikatur dan menganalisis fungsi

implikatur pada tulisan baju kaos khas Makassar.


3.2. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Pada tahap pengumpulan data, peneliti menggunakan metode penelitian

sebagai berikut:
3.2.1. Penelitian Pustaka
Penelitian pustaka dimaksudkan untuk mencari, mengumpulkan, serta

memilih konsep relevan dengan masalah yang akan dibahas. Dalam penelitian ini,

dilakukan pembacaan beberapa buku serta hasil penelitian, pengumpulan, dan

pencatatan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah penelitian ini. Semua

data dan teori yang ditentukan berkaitan dengan pokok penelitian dijadikan

landasan teori yang memperkuat penelitian yang dilakukan. Dalam hal ini konsep

tersebut merupakan teori atau pendapat dari pakar juga dimkasudkan untuk

memperoleh berupa data tertulis.

3.2.2. Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan bertujuan memperoleh data primer. Data primer

diperoleh dari objek data yang akan diteliti. Metode pengumpulan data pada

penelitian ini menggunakan metode simak. Metode simak adalah metode yang

digunakan untuk memperoleh data dan melakukan penyimakan terhadap

penggunaan bahasa. Mahsun (2005:92) menjelaskan bahwa istilah menyimak di


22

sini tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan tetapi juga

penggunaan bahasa secara tertulis.

Desain pada kaos kemudian diamati dan disimak dengan mengkhususkan

pada penggunaan bahasa yang berkaitan pemanfaatan aspek-aspek kebahasaan.

Selanjutnya, sebagai lanjutan dari metode simak digunakan pula teknik catat. Data

yang diperoleh kemudian dicatat (dalam hal ini diketik kemudian di-print out

sebagai bentuk investarisasi data untuk dianalisis. Data tersebut kemudian

dibandingkan dengan data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian pustaka.

3.3. Sumber Data


Mengingat ada dua jenis data yang digunakan, yaitu data primer dan data

sekunder maka sumbernya perlu dijelaskan. Data primer dala penelitian ini

bersumber dari akun media sosial toko baju produksi tersebut dalam hal ini

Instagram yang memposting sebagai media promosi. Data diambil secara acak

dan desain dipilih dengan apa yang akan diteliti. Penelitian ini mengambil

beberapa data sebagai sampel yang sesuai untuk masuk ke tahap klasifikasi.

Semantara itu, data sebagai data sekunder diperoleh dari penelitian yang relevan

dengan objek kajian buku-buku, skripsi, tesis dan artikel yang mendukung

penelitian ini. Kemudian data sekunder dapat dibandingkan dengan fakta primer

untuk mendukung keabsahan hasil analisis. Penelitian ini menggunakan data pada

tulisan baju kaos khas Makassar.


3.4. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan semua anggota kelompok subjek yang telah menjadi

target kesimpulan dari suatu akhir penelitian dalam satu tempat yang sama.

Jumlah populasi umumnya sangat besar, dalam suatu penelitian biasanya hanya

diambil sebagian subjek yang bisa mewakili seluruh karakter dari populasi yang
23

ada. Subjek penelitian yang mewakili tersebut disebut dengan sampel

(Sudaryanto, 1993:19).
3.4.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin

meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya

merupakan penelitian populasi atau studi populasi atau study sensus (Sabar,

2007).
Pada penelitian ini yang menjadi populasi yakni semua bentuk implikatur

tulisan baju kaos khas Makassar. Data yang diambil mulai bulan Januari sampai

Maret 2018. Adapun data yang akan dianalisis berasal dari empat akun yaitu

Bajiki_Store, Kaos Kareba Makassar, Bale Kaos Makassar, KOK Makassar dan

Kaos Kata Makassar. Jadi, jumlah populasi sebanyak 60.


3.4.2. Sampel
Adapun yang menjadi sampel adalah semua bentuk implikatur tulisan baju

kaos khas Makassar. Pengambilan data tersebut, dilakukan secara purposif yakni

pengambilan data sesuai dengan kebutuhan peneliti. Data yang diambil dari

instagram sebanyak 16 postingan yang diposting pada bulan Januari sampai

Maret 2018.
3.5. Metode Analisis Data
Data yang telah diperoleh setelah melakukan pengumpulan data, dianalisis

dengan menggunakan metode. Data tersebut dianalisis berdasarkan bentuk

implikatur dan fungsi implikatur pada tulisan baju kaos khas Makassar. Berikut

langkah-langkah dalam mengolah data.


1. Mengindetifikasi implikatur pada baju kaos khas Makassar.
2. Mengelompokan data desain baju kaos khas Makassar.
3. Menganalisis bentuk dan fungsi implikatur pada baju kaos khas

Makassar.
4. Menyimpulkan hasil analisis.
24
25

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Bentuk Implikatur yang terdapat pada Tulisan Baju Kaos


Khas Makassar

Desain 1

Gambar 1. Okktos

Desain 1 berjudul “Okkots semuami temanku, saya mami belun”.

Maksud dari tulisan tersebut mengutarakan bahwa keselurhan temannya

dalam berbicara menggunakan Bahasa yang kurang benar atau kekurangan

huruf bahkan huruf yang seharusnya digunakan digantikan dengan huruf

lain, padahal dirinya sendiri juga melakukan hal yang sama.

Desain 2
26

Gambar 2. Inimi Baju Andalangku


Desain 2 berjudul “Inimi baju andalangku kupake kapang saja, dimana

saja”. Maksud dari tulisan tersebut menunjukkan bahwa baju yang

digunakan merupakan baju andalan atau yang paling bagus. Dimana ketika

menggunakan baju tersebut akan merasa percaya diri.

Desain 3

Gambar 3. Pantang Lacci

Desain 3 berjudul “Pantang lacci pacarnya orang”. Maksud dari

tulisan tersebut menunjukkan sikap dan prinsip yang mengenakan baju

tersebut untuk tidak melalukan hal yang tidak baik seperti merebut pacar

orang lain.

Desain 4
27

Gambar 4. Janki Lupa Bahagia

Desain 4 berjudul “Janki lupa bahagia”. Maksud dari tulisan tersebut

menyampaikan kepada orang lain agar tidak lupa untuk bahagia atau

senantiasa berbahagia dalam menghadapi dan menjalani kehidupan.

Desain 5

Gambar 5. Semua Palacci akan dilacci

Desain 5 berjudul “Semua palacci akan dilacci pada waktunya”.

Maksud dari tulisan tersebut menyampaikan bahwa seseorang yang

melakukan perbuatan tidak baik pada akhirnya akan mengalami hal yang

sama, seperti perebut pacar orang lain pada akhirnya juga akan merasakan

pacarnya direbut orang lain juga.


28

Desain 6

Gambar 6. Saya ka tidak ji


Desain 6 berjudul “Saya ka tidak ji, tapi anak-anak ka tawwa”.

Maksud dari tulisan tersebut menyampaikan dalam sebuah urusan atau

permasalah si pengguna naju merasa tidak ada masalah, akan tetapi

bagaimana dengan anak-anak atau teman-teman yang lainya. Dengan

demikian si pengguna baju meminta kepada orang lain untuk memikirkan

pendapat orang lain pula.

Desain 7

Gambar 7. Njo’

Desain 7 berjudul “Njo’”. Merupakan istilah yang banyak digunakan

dikalangan remaja yang menunjukkan ekspresi sesuatu yang tidak


29

diinginkan. Njo’ maksud dari tulisan tersebut biasanya digunakan ketika

terjadi sesuatu yang sudah lama dikhawatirkan terjadi.

Desain 8

Gambar 8. Mahalna
Desain 8 berjudul “Mahalna sendalka padahal murahji”. Istilah ini

menunjukkan ungkapan keluhan jika barang seperti sedal jempit dijual

mahal padahal harga sebenarnya murah.

Desain 9

Gambar 9. Pajaprut

Desain 9 berjudul “Pajaprut”. Istilah ini merupakan singkatan dari

pajappa paruntang yang menunjukkan ungkapan seseorang yang senang

berjalan kaki.

Desain 10
30

Gambar 10. Koro-koroang

Desain 10 berjudul “Koro-koroang”. Istilah ini menunjukkan sikap

seseorang yang suka marah.

Desain 11

Gambar 11. Bahagia

Desain 11 berjudul “Bahagia itu ketika ngumpul sama teman2 baku

calla2 satu sama lain”. Istilah ini menunjukkan sikap seseorang yang suka

marah-marah.

Desain 12
31

Gambar 12. Tabe’

Desain 12 berjudul “Tabe’ Senior”. Istilah ini sering digunakan

sebagai tanda penghormatan terhadap orang lain baik yang lebih muda

maupun yang lebih tua. Kata tabe merupakan Bahasa makassar yang berarti

permisi.

Desain 13

Gambar 13. Jappa-jappa

Desain 13 berjudul “Jappa-jappa ke Makassar”. Istilah ini sering

digunakan sebagai tanda penghormatan terhadap orang lain baik yang lebih

muda maupun yang lebih tua. Kata tabe merupakan Bahasa makassar yang

berarti permisi.
32

Desain 14

Gambar 14. Panggil Saya Daeng

Desain 14 berjudul “Panggil saya daeng”. Kata daeng merupakan

sebuah panggilan kepada laki-laki Makassar. Orang yang menggunakan baju

ini secara tidak langsung mneyatakan dirinya adalah orang makassar,

sehingga menginginkan di panggil dengan kata daeng.

Desain 15

Gambar 15. Coto


33

Desain 15 berjudul “coto dan pallubasa dan konro dan kolesterol”,

merupakan makanan khas orang Makassar yang berbahan dasar daging dan

santan, sehigga dapat menyebabkan kolesterol.

2. Fungsi Implikatur yang terdapat pada Tulisan Baju Kaos Khas


Makassar

Implikatur dapat dikatakan memberikan penjelasan yang eksplisit atau

secara nyata mengenai cara memaknai lebih dari sekadar “apa yang

sebenarnya diucapkan”. Dengan kata lain implikatur memberikan gambaran

tindak tutur tertentu. Implikatur percakapan juga merupakan adanya

keterkaitan antara ujaran-ujaran yang diucapkan antara dua orang yang

sedang bercakap-cakap. keterkaitan ini tidak tampak secara literal, tetapi

hanya dipahami secara tersirat. Berikut implikatur yang terkandung dalam

tulisan pada baju Kaos khas Makassar:

a. Fungsi menyatakan (deklaratif)

Fungsi deklaratif adalah kalimat yang berisi pernyataan. Kalimat

Deklaratif berfungsi untuk memberikan informasi atau berita tentang

sesuatu.

Dalam ungkapan atau kalimat yang terdapat pada kaliamt di baju kaos

khas kota Makassar yang mengandung fungsi deklaratif yaitu:

1) “coto dan pallubasa dan konro dan kolesterol”

Apa yang dituliskan dalam kalimat “coto dan pallubasa dan konro

dan kolesterol bertujuan memberikan informasi kepada pembaca


34

bahwa makanna tersebut merupakan makanana khas Makassar yang

dapat penyebabkan adanya kolesterol dalam tubuh karena terbuat dari

daging dan campuran santan yang banyak mengandung lemak dan

minyak yang merupakan penyebab kolesterol.

2) “Panggil saya daeng”

Kalimat panggil saya daeng merupakan fungsi deklaratif yang

menyampaikan bahwa orang Makassar jika dia seorang laki-laki

maka panggil dengan kata daeng. Hal ini memberikan informasi

kepada pembaca bahwa kata daeng merupakan panggilan laki-laki

suku Makassar.

3) “Koro-koroang”

Kata koro-koroang merupakan istilah dalam Bahasa Makassar yang

berate suka marah atau mudah emosional. Kata koro-korang akan

disematkan kepada orang selalu marah atau mudah tersulut emosi.

Kata koro-koroang masuk dalam fungsi deklaratif yakni memberikan

informasi kepada pembaca mengenai makna adanya istilah koro-

koroang ini.

4) “Okkots semuami temanku, Saya mami belun

Ungkapan okkots semuami temanku, saya mami belun, menunjukkan

bahwa si yang pengguna ingin memberitahukan kepada pembaca

bahwa teman-temannya sering menggunakan kata-kata yang kurang

benar dengan istilah okkots. Adanya deklaratif tersebut, juga tanpa


35

disadari sang pengguna pakaian bahwa dirinya juga ternyata juga

okkots.

5) “Inimi baju andalangku, kapang saja dimana saja”

Kalimat ini menunjukkan bahwa baju yang dikenakan

6) “pajaprut (Pajappa paruntang)”

7) “Bahagia itu ketika ngumpul sama teman2 baku calla2 satu sama

lain”

8) “Jappa-jappa ke Makassar”

b. Fungsi menanyakan (interogatif)

Adalah kalimat yang berisi pertanyaan. Kalimat Interogatif berfungsi

untuk meminta informasi tentang sesuatu. Dalam ungkapan atau kalimat

yang terdapat pada kaliamt di baju kaos khas kota Makassar yang

mengandung fungsi introgatif yaitu:

1) “Okkot ka’, Siapa Bilan?

Kata okkot ka’, merupakan Bahasa makassar yang berarti kata yang di

katakana tidak sesuai dengan bunyi yang seharusnya, apakah

kekurangan huruf atau justru kelebihan atau bahkan huruf mengganti

huruf yang tidak sesuai. Kalimat diatas selanjutnya diikuti kata siapa

bilan?, kalimat tanya ini yang seharusnya adalah siapa bilang?, namun

pada tulisan ini kata bilang kekurangan hurug g, hal inilah yang di

istilahkan okkot oleh orang Makassar.

2) “Saya ka tidak ji, tapi anak-anak ka tawwa”


36

Pada kalimat ini fungsi menanyakan terletak pada kalimat “anak-

anakka tawwa” yang secara tidak langsung meminta agar

menanyakan terlebih dahulu kepada anak-anak yang lainnya, karena

yang bersangkutan merasa tidak keberatan, namun anak-anak yang

lain belum tentu setuju.

3) “Mahalna sendalka pahal murahji”

c. Fungsi menyuruh (imperatif)

Adalah kalimat yang mengandung perintah. Kalimat Imperatif berfungsi

untuk meminta atau melarang seseorang untuk melakukan sesuatu.

Dalam ungkapan atau kalimat yang terdapat pada kalimat di baju kaos

khas kota Makassar yang mengandung fungsi imperative yaitu:

1) “Janki lupa bahagia

Kalimat diatas, termasuk pada kalimat menyuruh untuk jangan lupa

bahagia.

2) “Semua palacci akan dilacci pada waktunya”. Kalimat semua

palacci akan dilacci pada wkatunya. Kalimat tersebut secar atidak

langsung menuruh agar tidak melakukan hal demikian karena pada

akhirnya apa yang dilakukakn terhadap orang lain akan kembali pada

diri sendiri. Dalam hal ini fungsi menyuruh tidak melalukan hal

demikian atau melarang.

3) “Tabe, Senior”
37

Pada kalimat ini menunjukkan fungsi meminta siapapun untuk selalu

sopan dalam segala hal. Untuk kata permisi atau meminta izin dalam

bahasa Makassar adalah tabe.

4) Pantang lacci pacarnya orang

5) Njo’

B. PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai