Lmbar Koreksi
Lmbar Koreksi
PERCOBAAN VI
INTERFEROMETER
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas
Nugrahan-Nya lah laporan yang berjudul “Interferometer“ ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak, tantangan itu bisa teratasi.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa isi makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.
Semoga laporan yang penulis buat ini dapat bermanfaat dan berguna bagi para
pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
LATAR BELAKANG
1
1.2 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Salah satu alat yang dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi pola interferensi
tersebut adalah interferometer. Alat ini dapat dipergunakan untuk mengukur panjang
gelombang atau perubahan panjang gelombang dengan ketelitian sangat tinggi
berdasarkan penentuan garis-garis interferensi. Walaupun pada awal mula dibuatnya
alat ini dipergunakan untuk membuktikan ada tidaknya eter.
Dalam interferometer ini, kedua gelombang yang berinterferensi diperoleh
dengan jalan membagi intensitas gelombang semula. Contohnya adalah intreferometer
Michelson yang menghasilkan kesimpulan negatif tentang adanya eter, interferometer
ini juga sangat berguna dalam pengukuran indeks bias dan jarak. Prinsip kerja dari
percobaan yang dilakukan oleh A.A Michelson telah menghasilkan beberapa variasi
konfigurasi. Agar pola interferensi yang misalnya berwujud lingkaran-lingkaran gelap-
terang dapat terjadi, hubungan fase antara gelombang-gelombang di sembarang titik
pada pola interferensi haruslah koheren.
Pada percobaan interferometer Michelson ini menggunakan sebuah
interferometer, dimana interferometer itu sendiri berasal dari kata interferensi dan
meter yang berarti suatu alat yang digunakan untuk mengukur panjang atau perubahan
panjang dengan ketelitian yang sangat tinggi berdasarkan penentuan garis-garis
interferensi.
Prinsip reflektansi dan transmisivitas pada eksperimen Interferometer Michelson
ini dapat dijelaskan sebagai berikut: sinar dikirim mundur maju melalui gas beberapa
kali oleh sepasang cermin sejajar, sehingga seperti merangsang emisi berdasarkan
sebanyak mungkin atom yang tereksitasi. Salah satu cermin itu adalah tembus cahaya
sebagian, sehingga sebagian dari berkas sinar itu muncul sebagai berkas sinar ke luar.
Dengan menggerakkan micrometer secara perlahan-lahan sehinggapada jarak dm
tertentu serta menghitung jumlah lingkaran N, berapa kali pola frijin kembali pada pola
awal, maka panjang gelombang cahaya (λ) akan dapat ditentukan dengan menggunkan
persamaan:
4
2 𝑑𝑚
λ= (2.1)
𝑁
l = kdm (2.2)
dimana k adalah tetapan kesebandingan (kalibrasi) yang dapat digunakan dengan
persamaan.
𝑁𝜆
k = 2𝑑 (2.3)
𝑚
Dengan kalibrasi ini maka interferometer dapat digunakan untuk mengukur panjang
gelombang.
Sehingga dapat diketahui bahwa interferensi satu berkas cahaya dapat dipandang
sebagai sebuah gelombang dari medan listrik-magnetik yang berosilasi yaitu yang
diperoleh dengan menjumlahkan gelombang-gelombang tersebut.Hasil penjumlahan
itu akan memberikan intensitas yang maksimum disuatu titik,apabila di titik tersebut
gelombang-gelombang itu selalu sefase. Agar pola interferensi yang misalnya
berwujud lingkaran-lingkaran gelap-terang dapat terjadi, hubungan fase antara
gelombang-gelombang di sembarang titik pada pola interferensi haruslah tetap
sepanjang waktu, atau dengan kata lain gelombang-gelombang itu harus koheren.
Syarat koheren tidak terpenuhi jika gelombang-gelombang itu berasal dari sumber-
sumber cahaya yang berlainan, sebab setiap sumber cahaya biasa tidak memancarkan
gelombang cahaya secara kontinu,melainkan terputus-putus, gelombang
elektromagnetik cahaya dipancarkan sewaktu terjadi dieksitasi atom.
5
BAB III
METODE PENELITIAN
6
4. Mengatur movable mirror sehingga tidak menghalangi lintasan laser ke basic
interferometer base.
Perlakuan Michelson Mode
1. Memasang alat seperti pada gambar berikut
7
Perlakuan pada Fabry-Perot Mode
1. Memasang alat seperti pada gambar di bawah
8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
9
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Fabry-Perot Mode
Keterangan :
1 µm = 1 x 10-6 m
2 𝑥 18𝑥10−6
𝜆1 = = 1,8𝑥10−6 𝑚
20
2 𝑥 19𝑥10−6
𝜆2 = = 1,9𝑥10−6 𝑚
20
2 𝑥 20𝑥10−6
𝜆3 = = 2𝑥10−6 𝑚
20
10
2 𝑥 17𝑥10−6
𝜆4 = = 1,7𝑥10−6 𝑚
20
2 𝑥 19𝑥10−6
𝜆5 = = 1,9𝑥10−6 𝑚
20
2 𝑥 19𝑥10−6
𝜆6 = = 1.9𝑥10−6 𝑚
20
2 𝑥 19𝑥10−6
𝜆7 = = 1,9𝑥10−6 𝑚
20
2 𝑥 18𝑥10−6
𝜆8 = = 1,8𝑥10−6 𝑚
20
2 𝑥 18𝑥10−6
𝜆9 = = 1,8𝑥10−6 𝑚
20
2 𝑥 17𝑥10−6
𝜆10 = = 1,7𝑥10−6 𝑚
20
𝜆1 + 𝜆2 + 𝜆3 + 𝜆4 + 𝜆5 + 𝜆6 + 𝜆7 + 𝜆8 + 𝜆9 + 𝜆10
𝜆̅ =
10
(1,8 + 1,9 + 2 + 1,7 + 1,9 + 1,9 + 1,9 + 1,8 + 1,8 + 1,7)10−6
𝜆̅ =
10
= 1,84x10-6
𝜆𝑙𝑖𝑡 − 𝜆̅ 632,8𝑛𝑚 − 1840𝑛𝑚
%𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | | 𝑥100% = | | 𝑥100%
𝜆𝑙𝑖𝑡 632,8𝑛𝑚
= 99,702%
11
b. Fabry-Perot Mode
2𝐷𝑚
𝜆𝑛 =
𝑁
2 𝑥 9𝑥10−6
𝜆1 = = 9𝑥107 𝑚
20
2 𝑥 8𝑥10−6
𝜆2 = = 8𝑥10−7 𝑚
20
2 𝑥 7𝑥10−6
𝜆3 = = 7𝑥10−7 𝑚
20
2 𝑥 6𝑥10−6
𝜆4 = = 6𝑥10−7 𝑚
20
2 𝑥 7𝑥10−6
𝜆5 = = 7𝑥10−7 𝑚
20
2 𝑥 6𝑥10−6
𝜆6 = = 6𝑥10−7 𝑚
20
2 𝑥 6𝑥10−6
𝜆7 = = 6𝑥10−7 𝑚
20
2 𝑥 6𝑥10−6
𝜆8 = = 6𝑥10−7 𝑚
20
2 𝑥 7𝑥10−6
𝜆9 = = 7𝑥10−7 𝑚
20
2 𝑥 7𝑥10−6
𝜆10 = = 7𝑥10−7 𝑚
20
𝜆1 + 𝜆2 + 𝜆3 + 𝜆4 + 𝜆5 + 𝜆6 + 𝜆7 + 𝜆8 + 𝜆9 + 𝜆10
𝜆̅ =
10
(9 + 8 + 7 + 6 + 7 + 6 + 6 + 6 + 7 + 7)10−7
𝜆̅ = = 6,9𝑥10−7 𝑚
10
𝜆𝑙𝑖𝑡 − 𝜆̅ 632,8𝑛𝑛𝑚 − 690𝑛𝑚
%𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | | 𝑥100% = | | 𝑥100%
𝜆𝑙𝑖𝑡 632,8𝑛𝑛𝑚
= 9,0%
12
4.3 Pembahasan
Interferometer adalah alat yang di gunakan untuk mengukur panjang gelombang
atau perubahan panjang gelombang dengan ketelitian yang sangat tinggi berdasarkan
penentuan garis-garis interferensi. Sebelumnya telah di lakukan percobaan oleh
Thomas Young yang mendisain metode untuk menghasilkan pola interferensi. Thomas
menggunakan sebuah berkas cahaya tunggal (monokromatis) dan celah sempit yang
memancar menuju dua celah sempit atau sejajar dan jaraknya berdekatan, celah-celah
young dapat di gunakan untuk menentukan pola interferensi. Setelah itu A Michelson
melakukan percobaan dengan disain dan prinsip yang sama seperti milik Young berupa
percobaan celah ganda, awalnya percobaan interferometer Michelson di gunakan untuk
membuktikan adanya eter, namun tidak terbukti, akhirnya interferometer Michelson di
gunakan untuk menentukan panjang gelombang cahaya dan untuk menentukan jarak
yang sangat pendek serta untuk mengamati sifat medium optic.
Adapun tujuan yang hendak dicapai pada percobaan ini yaitu memahami prinsip
kerja interferometer, menentukan panjang gelombang cahaya, membandingkan
panjang gelombang yang di peroleh dengan menggunakan Michelson mode dan Fabry-
perot mode.
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu Adjustable Mirror
adalah cermin yang dipasang dengan posisi tetap. Cermin ini berfungsi untuk
memantulkan sumber cahaya kembali ke beam splitter yang kemudian sumber cahaya
ini akan menuju layar. Lensa konveks (lens 18 mmFL) dalam percobaan interferometer
Michelson berfungsi untuk memfokuskan cahaya sehingga sumber cahaya yang
melewati tepat terfokus pada beam Splitter. Layar atau Viewing screen adalah alat
yang digunakan untuk menangkap terjadinya peristiwa interferensi, dengan layar ini
akan terlihat cincin-cincin yang berupa garis terang dan gelap yang merupakan hasil
interferensi. Layar juga bersifat semi transaparan yang bertujuan agar peristiwa
interferensi dapat dilihat dari sisi sebaliknya Beam Splitter dalam percobaan
interferometer Michelson digunakan untuk membagi berkas cahaya. Movable Mirror
adalah cermin yang bisa digerakan artinya cermin ini tidak dipasang dengan posisi
13
tetap. Cermin ini juga berfungsi untuk memantulkan sumber cahaya kembali ke beam
Splitter yang kemudian sumber cahaya ini akan menuju layar. Bangku laser He Ne
adalah suatu alat yang digunakan untuk meletakkan sumber cahaya yang akan
digunakan dalam percobaan. Laser He Ne berfungsi sebagai sumber cahaya pada
percobaan ini. Meja interferometer (interferometer precision) berfungsi sebagai tempat
meletakkan perlengkapan interferometer Michelson. Compensator memilki fungsi
menyamakan fasa gelombang yang berasal dari sumber cahaya (laser He Ne) dan
Componen Holder digunakan untuk melihat pola interferensi.
Pada percobaan ini melakukan 20 kali putaran, sehingga pada hasil perhitungan
diperoleh panjang gelombang rata-rata untuk metode Michelson dan metode Fabry-
perot berturut-turut yaitu 1,84 x 10-6 m atau 1840 nm dan 6,9 x 10-7 m atau 690 nm.
Adapun persentasi kesalahan yang diperoleh pada percobaan ini berturut-turut adalah
190% dan 9,0 %. Nilai yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan literature yang
bernilai 632,8 nm pada percobaan Febry-perot namun pada percobaan Michelson mode
sangat berbeda jauh dari literatur, serta persentasi kesalahan yang diperoleh sangat
besar, hal ini disebabkan karena sinar tidak tepat berada tengah lensa, sehingga
menyebabkan tidak jelasnya sinar yang dipantulkan ke layar. Selain itu juga dapat di
sebabkan oleh kurang telitinya praktikan dan kurang terampilnya praktikan dalam
menggunakan alat seperti memutar micrometer.
Prinsip kerja dari interferometer yaitu seberkas cahaya monokromatik (satu
warna) dipisahkan menjadi dua berkas yang dibuat dengan melewati dua lintasan yang
berbeda dan kemudian di perpadukan kembali. Karena adanya perbedaan panjang
lintasan yang di tempuh kedua berkas, maka akan tercipta suatu pola interferensi.
Pertama cahaya akan ditembakkan melalui laser, kemudian oleh permukaan beam
splitter (pembagi berkas) cahaya laser. Sebagian dipantulkan ke kanan dan sisanya di
transmisikan ke atas. bagian yang ke kanan di pantulkan oleh cermin datar, cahaya
akan di pantulakan oleh cermin datar 2 juga akan dipantulkan kembali kebeam
splitter, kemudian bersatu dengan cahaya dari cermin 1 menuju layar, sehingga kedua
14
sinar akan berinterferensi yang ditunjukkan dengan adanya pola-pola cincin gelap-
terang (frinji).
Interferensi ialah penggabungan secara superposisi dua gelombang atau lebih
yang bertemu dalam satu titik di ruang. Interferensi gelombang dari dua sumber tidak
akan teramati kecuali sumbernya koheren, atau perbedaan fase di antara gelombang
konstan terhadap waktu. Karena berkas cahaya pada umumnya adalah hasil dari jutaan
atom yang memancar secara bebas, dua sumber cahaya biasanya tidak koheren.
Koherensi dalam optika sering dicapai dengan membagi cahaya dari sumber tunggal
menjadi dua berkas atau lebih, yang kemudian dapat digabungkan untuk menghasilkan
pola interferensi. Pembagian ini dapat dicapai dengan memantulkan cahaya dari dua
permukaan yang terpisah.
Adapun syarat-syarat terjadinya interferensi adalah yang pertama kedua sumber
cahaya harus koheren yaitu keduanya harus memiliki beda fase yang selalu tetap,
karena itu keduanya harus memiliki frekuensi yang sama, kedua ini boleh nol tetapi
tidak harus nol. Syarat kedua, kedua gelombang cahaya harus memiliki amplitudo yang
hampir sama jika tidak interferensi yang di hasilkan kurang kontras.
Pola interferensi yang diperoleh dari percobaan ini berupa pola interferensi gelap
terang. Mirip dengan deretan cincin-cincin lingkaran terang dan gelap. Pola
interferensinya terdapat lingkaran gelap di pusat bola, ini menandakan kedua sinar
yang terinferensi saling menghancurkan. Panjang gelombang dari sumber cahaya laser
setelah mendapatkan pengukuran dari jarak perpindahan cermin (dm) diperoleh
panjang gelombang (sinar laser) rata-rata berturut-turut sebesar 1,84x10-6 m dan
0,69𝑥10−6 𝑚. Jika dibandingkan dengan teori yang sebenarnya panjang gelombang
sinar laser itu sendiri 0,6328.10-6 m sehingga hampir mendekati dengan nilai teori
tersebut.
Pola interferensi menyebabkan adanya perbedaan fase yang menimbulkan pola
gelap terang pada layar. Pola terang terjadi ketika pergeseran pada panjang lintasan
gelombang cahaya mencapai 𝜆 dan terjadi interferensi konstruktif. Namun bila
15
pergeserannya hanya sejauh 1/4 yang sama artinya dengan berkas menempuh lintasan
1
/2 maka akan terlihat pola gelap.
16
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat di ambil pada percobaan ini adalah sebagai
berikut:
1. Adapun prinsip kerja dari interferometer adalah ketika cahaya mengenai Kristal
anisotropik, cahaya dibagi menjadi dua komponen. Ini terpolarisasi tegak satu sama
lain dan melintasi kristal dengn kecepatan yang berbeda.
2. Panjang gelombang cahaya dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan:
2𝑑𝑚
= 𝜆
𝑁
3. Nilai panjang gelombang yang diperoleh untuk:
Michelson Mode yaitu 1,84x10−7 , dengan persentase kesalahan 99,702%.
Fabry-Perot Mode yaitu 6,9𝑥10−7 𝑚, dengan persentase kesalahan 9,0%.
5.2. Saran
Dalam melakukan percobaan ini praktikan lebih teliti lagi saat menghitung
pergantian pola cincin gelap terang (frinji) dan pemutaran mikrometer sekrupnya.
Kerena akan berpengaruh pada penentuan dm , dan akan mempengaruhi perhitungan
analisa data.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
BIOGRAFI
19