Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS (PGK)


DENGAN PENATALAKSANAAN HEMODIALISA (HD) DI RUANG
HEMODIALISA RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal 6 Juni – 8 Juni 2017

Oleh:
BERNADETTA GERMIA ARIDAMAYANTI, S.Kep
NIM. 16309332005

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2017
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : Bernadetta Germia Aridamayanti, S. Kep

NIM : 16309332005

JUDUL LP : Asuhan Keperawatan Pasien Penyakit Ginjal Kronis (PGK)


dengan Penatalaksanaan Hemodialisa (HD) di Ruang
Hemodialisa RSUD Ulin Banjarmasin

Banjarmasin, Juni 2017

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

…………………………………………. …………………………………….
NIP. ……………………………………. NIP……………………………….
PENYAKIT GINJAL KRONIS (PGK) DAN HEMODIALISIS
Penyakit dari ginjal Penyakit di luar ginjal:
a. Penyakit pada glomerulus : glomerulonefritis. a. Penyakit sistemik : diabetes miletus, hipertensi,
b. Infeksi kuman : pyelonefritis, ureteritis. kolesterol tinggi.
c. Nefrolitiasis. b. Dyslipidemia.
d. Kista di ginjal : polcystis kidney. c. Infeksi di badan : TBC paru, sipilis, malaria, hepatitis.
e. Trauma langsung pada ginjal. d. Pre eklamsi.
f. Keganasan pada ginjal. e. Obat-obatan.
g. Obstruksi : batu, tumor, penyempitan / striktur. f. Kehilangan cairan yang mendadak (luka bakar).

Penyakit Ginjal Kronik (PGK)


Kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan
elektrolit akibat detruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa
metabolit (toksik uremik) di dalam darah. Kerusakan ginjal kronis terjadi >3 bulan.

stadium 1: stadium 2: stadium 3: stadium 4:


kerusakan ginjal kerusakan kerusakan kerusakan
stadium 5: gagal
dengan LFG ginjal dengan ginjal dengan ginjal dengan
ginjal, LFG (<15
normal atau sedikit penurunan penurunan
ml/mnt)
meningkat (<90 penurunan LFG sedang LFG besar LFG (15-
ml/mnt) (60-89 ml/mnt) (30-59 ml/mnt) 29 ml/mnt)

Manifestasi Klinis: Faktor Pemeriksaan Tatalaksana Pencegahan: Komplikasi:


1. Fatigue dan Risiko: Penunjang a. Penanganan 1. Pengobatan 1. Tekanan Darah
lemah (akibat a. Diabetes 1. Urine test hipertensi hipertensi tinggi
anemia dan melitus 2. Blood test: dengan terapi (makin rendah 2. Hiperfosfatemia
akumulasi dari atau 3. Ultrasound ACE inhibitor tekanan darah 3. Hipokalsemia
produk sisa hipertensi 4. Biopsi b. Penatalaksanaa makin kecil 4. Anemia
metabolisme) b. Obesitas n konservatif, risiko 5. Hiperparatiroid
2. Loss of atau Meliputi penurunan 6. Hipertensi
appetite, perokok pengaturan diet, fungsi ginjal), 7. Hiperhomosisti
nausea, dan c. Berumur cairan dan 2. Pengendalian nemia
vomiting lebih dari garam, gula darah, 8. Malnutris
3. Edema 50 tahun memperbaiki lemak darah 9. Asidosis
4. Gatal, mear, d. Individu ketidakseimban anemia, Metabolik
dan kulit pucat dengan gan elektrolit 3. Penghentian 10. Hiperkalsemia
5. Sakit kepala, riwayat dan asam basa, merokok, 11. Dislipidemia
peripheral penyakit mengendalikan 4. Peningkatan 12. Gagal jantung
neurophaty, diabetes hiperensi, aktivitas fisik 13. Uremia
gangguan tidur, melitus, penanggulanga dan
dan gangguan hipertensi, n asidosis, 5. Pengendalian
status mental dan pengobatan berat badan
(encephalopaty penyakit neuropati,
karena uremia) ginjal deteksi dan
6. hipertensi dalam mengatasi
7. Edema keluarga komplikasi.
pulmonal c. Penatalaksanaa
8. Urin n pengganti
mengandung diantaranya
protein dialysis
9. Hasil lab (hemodialisis,
(Kreatinin darah peritoneal
meningkat, Hb dialysis)
turun, urin transplantasi
mengandung ginjal.
protein)
HEMODIALISA

PENGERTIAN :
Hemodialisa adalah tindakan invasive yang membutuhkan kanulasi arteri dan vena
(biasanya dilengan) untuk membuat sirukulasi ekstrakorporeal sementara.
Hemodialisa juga diartikan sebagai suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari
tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin di luar tubuh yang disebut
dialyzer.

FREKUENSI :
Frekuensi dialisa bervariasi, tergantung
kepada banyaknya fungsi ginjal yang
tersisa, tetapi sebagian besar penderita
menjalani dialisa sebanyak 3
kali/minggu.

TUJUAN :
1) Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa
metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang
lain.
2) Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya
dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
3) Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.
4) Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain.

KOMPLIKASI
1. Kram otot
Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya hemodialisa sampai mendekati waktu berakhirnya
hemodialisa
2. Hipotensi
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat, rendahnya dialisat natrium, penyakit jantung
aterosklerotik, neuropati otonomik, dan kelebihan tambahan berat cairan.
5. Hipoksemia
Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu dimonitor pada pasien yang mengalami gangguan fungsi
kardiopulmonar.
6. Perdarahan
Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat dinilai dengan mengukur waktu perdarahan.
Penggunaan heparin selama hemodialisa juga merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan.
7. Gangguan pencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang disebabkan karena hipoglikemia. Gangguan
pencernaan sering disertai dengan sakit kepala.

8. Pembekuan darah
INDIKASI
Pembekuan: darah disebabkan karena dosis pemberian heparin KONTRA INDIKASI
yang tidak : ataupun kecepatan putaran darah yang
adekuat
lambat.
1. Indikasi Segera a) Akses vaskular sulit.
Encephalopathy, pericarditis, neouropati perifer, b) Instabilitas
hiperkalemi dan asidosis metabolic, hipertensi maligna, hemodinamik.
edema paru, oligouri berat atau anuri. c) Koagulopati.
d) Penyakit Alzheier.
2. Indikasi Dini e) Dementia multi infark.
a. Gejala uremia f) Sindrom hepatorenal.
Sindroma uremia, penyakit tulang, gangguan g) Sirosis hati berlanjut
pertumbuhan. dengan enselopati.
h) Keganasan lanjut.
b. Laboratorium abnormal
Asidosis, azotemia (kreatinin 8-12 mg %) dan Blood
Urea Nitrogen (BUN) : 100 – 120 mg %, TKK : 5
ml/menit.
Patways Penyakit Ginjal Kronik (PGK)

Etiologi

Jmh nefron fungsional menurun

Nefron yang terserang hancur
↓ ↓ ↓
90% Nefron hancur 75% nefron hancur nefron masih utuh
↓ ↓ ↓
tidak dapat mengkonpensasi
GFR Mrnurun (BUN &
(ketidakseimbangan cairan adaptasi
Kreatinin meningkat
elektrolit)
↓ ↓ ↓
GFR Menurun 10% dari normal
adaptasi nefron hiperteopi
(BUN & Kreatinin meningkat)
↓ ↓ ↓
kecepatan filtrasi & filtrasi meningkat, beban solut
kegagalan proses filtrasi
beban solut meningkat, reabsorpsi meningkat
↓ ↓ ↓
ketidakseimbangan
keeimbangan cairan elektrolit di
oliguri dlm glomerulus &
pertahankan
tubulus
↓ ↓ ↓
penumpukan kristal urea di kulit poliuri, nokturi fungsi ginjal rendah
↓ ↓
pruritus insufiensi ginjal Hormon Renin Meningkat
↓ ↓
Rasa gatal SDM menurun
Tekanan Darah Meningkat
 ↓
pucat, fatigue, malaise,
Gangguan Rasa Nyaman angiostensin menigkat
anemia
↓ ↓
Keletihan retensi NA+

kelebihan volume cairan

PENATALAKSANAAN


HEMODIALISA

Tindakan pertama kali Risiko Infeksi Insersi penusukan arteri dan vena

Ansietas Nyeri Akut


Asuhan Keperawatan Penyakit Ginjal Kronik (PGK) dengan penatalaksanaan Hemodialisa

Asuhan Keperawatan
Penyakit Ginjal Kronik (PGK)
dengan penatalaksanaan hemodialisa

PENGKAJIAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Identitas 1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan metrabolisme regulasi Gangguan
2. Riwayat kesehatan 2. Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
3. Pemeriksaan fisik 3. Keletihan berhubungan dengan status penyakit
4. Pola fungsi kesehatan 4. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan
5. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik
6. Risiko Infeksi dengan faktor risiko prosedur infasive

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan Keletihan berhubungan dengan status penyakit
metrabolisme regulasi gejala terkait penyakit
NOC: FLUID BALANCE NOC : Energy conservation
KH: NOC : Comfort Status: Physical Self Care : ADLs
1. TD dalam rentang yang diharapkan
2. Nadi perifer teraba Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x
3. Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x
60 menit masalah gangguan rasa nyaman pasien
4. Berat badan stabil 24 jam masalah intoleransi aktifitas pasien teratasi
teratasi dengan kriteria hasil:
5. Tidak ada asites dengan kriteria hasil:
1. Klien dapat mengontrol gejala
2. Relaksasi dari otot klien 1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa
MANAJEMEN CAIRAN disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan
1. Pertahankan posisi tirah baring selama masa akut RR
NIC : Pruritis Management
2. Tinggikan kaki saat berbaring 2. Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs)
1. Menentukan penyebab dari rasa gatal yang
3. Buat jadwal masukan cairan secara mandiri
ditimbulkan
4. Timbang BB secara berkala
2. Menggunakan krim dan lotion anti pruritis
5. Monitor TTV NIC : Energy Management
sesuai dengan medikasi
6. Pantau haluaran urine (karakteristik, warna, ukuran) 1. Observasi adanya pembatasan klien dalam
3. Menginstruksikan klien untuk menghindari
7. Keseimbangan cairan secara 24 jam melakukan aktivitas
keringat dg
8. Monitor tanda dan gejala asites dan edema 2. Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan
4. menghindari cuaca panas dan aktivitas yg
9. Ukur lingkaran abdomen, awaaaasi tetesan infus terhadap keterbatasan
berlebihan
10. Pantau albumin serum 3. Kaji adanya factor yang menyebabkan
5. Menggunakan krim antihistamin
kelelahan
4. Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat
5. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan
emosi secara berlebihan
6. Monitor respon kardivaskuler terhadap
aktivitas
7. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat
pasien

Cemas b.d perubahan dalam status kesehatan Nyeri akut b.d agen cedera fisik Risiko Infeksi

NOC : anxiety self control NOC: NOC: Infection control


Pain Control Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 24 jam pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria
mamapu mengontrol cemas, dengan kriteria: 3x24 jamt nyeri klien akan berkurang dengan hasil :
kriteria hasil klien akan:  Suhu dan TTV normal
 Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala 1. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,  Hasil lab : leukosit dalam batas normal
cemas frekuensi, dan hal yang memperberat nyeri)
 Vital sign dalam batas normal 2. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, NIC:
 Mengidentifikasi mengungkapkan dan menunjukan tekhnik mampu menggunakan teknik nonfarmakologi control infection
untuk mengurangi nyeri) 1. Monitor tanda-tanda vital
NIC : 3. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri 2. Observasi tanda infeksi : perubahan suhu, warna
berkurang kulit, iritabilitas
Menurunkan kecemasan 3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah aktivitas
1. Gunakan ketenangan dalam pendekatan untuk menenagkan NIC: perawatan pasien
klien Pain Management 4. Mempertahankan lingkungan aseptik yang optimal
2. Jelaskan seluruh prosedir tindakan kepada klien dengan 1. Kaji tingkat nyeri pada pasien dengan 5. Memastikan teknik perawatan luka yang tepat
perasan yang mungkin muncul pada saat melakukan menggunakan alat self-report pasien yang valid 6. Anjurkan istirahat
tindakan dan reliable, seperti skala tingkat nyeri numerik 7. Ajarkan pasien dan anggota keluarga cara
3. Berikan informasi tentang diagnose,prognosis,dan tindakan 0-10. mencegah infeksi
4. Anjurkan kepada keluarga selalu menemani klien 2. Kaji nyeri pasien secara rutin dengan interval 8. Ajarkan kepada keluarga tentang tanda dan gejala
5. Motivasi klien utnuk mengungkapkan perasaan, pengharap waktu yang konsisten bersama dengan dari infeksi dan melaporkan pada pelayanan
dan ketakutan pengukuran vital sign. kesehatan
6. Ajarkan klien tekhnik relaksasi 3. Ajarkan intervensi nonfarmakologi
4. Sebagai tambahan pemberian analgesik,
dukung klien untuk menggunakan metode
nonfarmakologi untuk membantu mengontrol
nyeri, seperti distraksi, imagery, relaksasi.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin E. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Price S. A., Wilson L. M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Reksoprodjo S. 2000. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Binarupa Aksara, Jakarta.

Smeltzer S. C., Bare G. B. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 1. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

NANDA International. 2014. Nursing Diagnosis: Definitions and Classification 2015 – 2017. Oxford: Wiley
Blackwell

Moorhead Sue, Jhonson Marion, Maas Meridean L. Et all. 2004. Nursing Outcomes Classification. Mosby.

Moorhead Sue, Jhonson Marion, Maas Meridean L. Et all. 2004. Nursing Interventions Classification. Mosby.

Anda mungkin juga menyukai