Anda di halaman 1dari 23

BAB III

PERMASALAHAN DAN RENCANA KEGIATAN

Berdasarkan Pengkajian Sampai Dengan Evaluasi di Ruang Asoka (R. Anak)

Pambalah Batung Amuntai didapatkan hasil sebagai berikut:

A. Permasalahan

Setelah dilakukan analisa situasi dengan menggunakan pendekatan SWOT

maka dapat dirumuskan pernyataan masalah sebagai berikut :

1 Sudah dilakukannya model asuhan keperawatan professional di Ruang Asoka (R.

Anak) Pambalah Batung Amuntai yang berorientasi pada metode modifikasi tim-

primer, namun masih belum optimal pelaksanaannya.

2 Pelaksanaan timbang terima belum terfokus pada permasalahan perawatan yang

di alami klien.

3 Ronde keperawatan belum terealisasi secara optimal.

4 Pelaksanaan supervise sudah dilaksanakan tetapi belum terfokus pada substansi

supervise.

5 Sentralisasi obat sudah dilaksanakan tapi belum seluruhnya optimal.

B. Perencanaan

Berdasarkan aplikasi analisa situasi ruangan tempat aplikasi Model Asuhan

Keperawatan Professional, maka kelompok membuat rencana strategi berdasarkan

analisa SWOT sebagai berikut :


1. Pengorganisasian

a) Pengorganisasian pengelolaan kelompok mahasiswa/i praktek.

Pengorganisasian kelompok ini ditujukan untuk memenuhi keutuhan

kelompok selama melaksanakan praktek manajemen keperawatan.

Pengorganisasian ini dilakukan dengan membentuk struktur kelompok yang

terdiri dari :

- Ketua : H. Maslianor, S.Kep

- Sekretaris : Hj. Mahmudah, S.Kep, Viona Attuner, S. Kep

- Bendahara : Widyasari, S.Kep, Melda Fuitriah,S.Kep

- Seksi Ilmiah : Syahriyadi,S.Kep, Rahmadani, S.Kep, Sri

Asmayanti, S.Kep

- Seksi Humas : Rahmadani,S.Kep, Rabiatul Adawiah, S.Kep,

Lianatus, S.Kep

- Seksi Perlengkapan : Holdeson,S.Kep, M. Maeni,S.Kep, M. Rudi, Arief

Ansari,S.Kep.

b) Pengorganisasian pengelolaan ruangan

Ditujukan untuk pelaksanaan peran dan fungsi pengelola ruangan perawat

selama praktek. Struktur organisasi pengelolaan ruangan dibentuk berdasarkan

rencana pelaksanan Model Asuhan Keperawatan Professional (MAKP) Metode

modifikasi tim-primer yang terdiri dari : Kepala ruangan, perawat primer dan

perawat associate.
Penetapan tugas perawat diatas dilakukan secara bergantian dengan prinsip setiap

mahasiswa/i akan mendapat kesempatan yang sama menduduki posisi dalam

struktur organisasi tersebut.

2. Rencana Kegiatan MAKP

a) Mendiskusikan bentuk dan penerapan Model Asuhan Keperawatan

Professional (MAKP) yang akan dilaksanakan.

b) Mendiskusikan format pengkajian dan pendokumentasian sesuai dengan kasus

di Ruang Asoka (R. Anak) Pambalah Batung Amuntai.

c) Merencanakan kebutuhan tenaga perawat

d) Mengatur tugas dan wewenang perawat.

e) Melaksanakan sentralisasi obat.

f) Melaksanakan timbang terima

g) Melaksanakan ronde keperawatan

h) Melaksanakan supervisi keperawatan

Fokus pelaksanaan MAKP kelompok I – A adalah :

Pengelolaan sentralisasi obat

Pemilihan fokus MAKP ini didasarkan pertimbangan:

a) Kontrolling terhadap penggunaan dan konsumsi obat agar penggunaan obat

benar-benar dapat dikontrol oleh perawat sehingga resiko-resiko kerugian baik

secara materiil maupun nonmaterial dapat dieliminir.


b) Sebagai bentuk tanggung jawab perawat dalam menyelenggarakan kegiatan

keperawatan.

3. Pengaturan Rencana Kegiatan

Rencana kegiatan kelompok I – A dilaksanakan dalam waktu 2 minggu

dengan pengaturan kerja sebagai berikut :

Tabel 3.1 Rencana Kegiatan Harian

HARI URAIAN PERENCANAAN KEGIATAN


1 s.d 5 1. Pembuatan struktur organisasi kelompok.
2. Orientasi ruangan dan perkenalan.
3. Pengumpulan data Ruang Asoka (R. Anak)
Pambalah Batung Amuntai
4. Analisa situasi dan perumusan pernyataan
masalah.
5. Penyusunan program kerja
6. Penyusunan proposal pelaksanaan MAKP
7. Penyusunan jadwal dan rancangan pembagian
peran dalam penerapan Model Praktek Keperawatan
Professional.
8. Penyusunan format pengkajian khusus Ruang
Asoka (R. Anak) Pambalah Batung Amuntai dan
system dokumentasi Asuhan Keperawatan.
9. Penyusunan proposal prosedur sentralisasi obat
dan kelengkapan administrasinya.
10. Penyusunan format supervisi
11. Penyusunan format timbang terima.
12. Penyusunan format penunjang kegiatan lainnya,
misalnya format kegiatan harian.
13. Desiminasi hasil
14. Uji coba peran
15. Persiapan penyelenggaraan rotasi dinas dalam 24
jam
16. Persiapan seminar manajemen keperawatan
6 s.d 10 1. Penerapan MAKP: Aplikasi peran, pendelegasian
tugas dan proses pendokumentasian keperawatan.
2. Penyempurnaan format pengkajian dan
pendokumentasian keperawatan.
3. Penyelenggaraan supervisi keperawatan
4. Penyelenggaraan ronde keperawatan
5. Penyelenggaraan sentralisasi obat.
6. Penyelenggaraan timbang terima
7. Penyelenggraan rotasi dinas dalam 24 jam.
8. Penerapan semua program
9. Evaluasi penerapan MAKP

11 s.d 12 1. Penerapan MAKP: Aplikasi peran, pendelegasian


tugas dan proses pendokumentasian keperawatan.
2. Penyempurnaan format pengkajian dan
pendokumentasian keperawatan.
3. Penyelenggaraan timbang terima

Lanjutan . . .

HARI URAIAN PERENCANAAN KEGIATAN


4. Penyelenggaraan supervisi keperawatan
5. Penyelenggaraan ronde keperawatan
6. Penyelenggraan rotasi dinas dalam 24 jam.
7. Penerapan semua program
8. Evaluasi penerapan MAKP
9. Responsi
10.Persiapan dan pelakanaan hasil akhir manajemen
keperawatan
11. Penyusunan laporan

4. Sistem Ketenagaan

Bedasarkan analisa tingkat ketergantungan klien kebutuhan tenaga

keperawatan Ruang Asoka (R. Anak) Pambalah Batung Amuntai terdiri dari :

Tabel 3.2 Sistem Ketenagaan Perawat

Kebutuhan Perawat
Tanggal
Pagi Sore
21 Agustus 2010
4 3
23 Agustus 2010
4 3
24 Agustus 2010
4 3
25 Agustus 2010 4 3
26 Agustus 2010 4 3

Rencana pelaksanaan MAKP adalah mahasiswa STIK MB yang

berjumlah 7 orang ditambah dengan perawat yang bertugas di Ruang Asoka

(R. Anak) Pambalah Batung Amuntai.

5. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan

Berdasarkan beberapa pertimbangan khususnya setelah dilakukan

analisis SWOT, maka kelompok menerapkan Model Asuhan Keperawatan

Professional Metode Modifikasi: MAKP Tim - Primer.

Metode ini menggunakan modifikasi tim-primer, metode penugasan

dimana satu orang perawat bertugas penuh 24 jam terhadap asuhan

keperawatan mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong

praktik kemandirian perawat ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan

dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan

terus menerus antara pasien dengan perawat ditugaskan untuk merencanakan,

melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.

Sedangkan konsep untuk metode MAKP tim-primer ini, yaitu perawat

primer sebagai perawat professional harus mampu menggunakan berbagai

teknik kepemimpinan, pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas

rencana keperawatan terjamin. Perawat associete harus menghargai


kepemimpinan supervisor/perawat primer. Dan peran kepala ruangan penting

dalam model modivikasi tim-primer. Model modifikasi tim-primer akan

berhasil baik bila didukung oleh kepala ruangan.

Gambar 3.1 Struktur Pengorganisasian MAKP – Tim Primer

Kepala Ruangan

Supervisor

Perawat Primer Perawat Primer

Perawat Associate
Perawat Associate

Pasien / Klien
Pasien / Klien
Kelebihan dan kelemahan :

Kelebihan :
 Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
 Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
 Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan

memberi kepuasan kepada anggota tim


 Bersifat kontinuitas dan komprehensif
 Perawatan primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil,

dan memungkinkan pengembangan diri.


 Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit

(Gillies, 1989)

Kelemahan :
 Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi

tim yang biasanya membutukan waktu dimana sulit untuk melaksanakan

pada waktu-waktu sibuk.


 Hanya dapat oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan

yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan

mengambil keputusan yang tepat menguasai keperawatan klinis,

akuntebel, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.

6. Supervisi Keperawatan

Persiapan penyelenggaraan supervise

Penanggung jawab : Eka Hesti, S.Kep. Ns

a. Supervisi keperawatan adalah proses pemberian sumber yang dibutuhkan

perawat untuk menyelesaikan tugas dalam rangka pencapaian tujuan


b. Tujuan
Pemenuhan dan peningkatan kepuasan pelayanan klien dan keluarga.

Dalam proses supervisi, dilakukan :


 Apa yang dilakukan perawat agar dia dapat mengetahui tugasnya dan

dapat melakukan tugasnya.


 Membantu perawat untuk mengembangkan keterampilan yang

diperlukan dalam melakukan tugasnya.


 Mempunyai kemampuan penuh yang dapat dikembangkan lebih lanjut.

c. Pelaksana Supervisi
1. Kepala ruangan
a) Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan untuk

klien
b) Kepala ruangan merupakan ujung tombak penentu tercapai atau

tidaknya tujuan pelayanan kesehatan di rumah sakit.


c) Kepala ruangan mengawasi perawat pelaksana dalam melakukan

praktik keperawatan.
2. Pengawas perawatan
Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan pada

kepala ruangan yang ada pada SMF.


3. Kepala Seksi Perawatan
Kasi mengawasi pengawas SMF dalam melaksanakan tugas secara

langsung dan seluruh perawat secara tidak langsung.


4. Kepala Bidang Perawatan
Kabid bertanggung jawab untuk supervisi pada kasi perawatan secara

langsung.
d. Prinsip Supervisi Perawatan
1) Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi.
2) Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan

hubungan antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip

manajemen.
3) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi, dan dinyatakan

melalui petunjuk, peraturan atau kebijakan dan uraian tugas standart.


4) Supervisi adalah proses kerja sama yang demokratis antara supervisor

dan staf perawat.


5) Supervisi menggunakan proses manajemen termasuk menerapkan visi,

misi, dan rencana spesifik untuk mencapai tujuan.


6) Supervisi menciptakan lingkungan yang mendukung komunikasi

efektif, merangsang kreatifitas dan motivasi.


7) Supervisi mempunyai tujuan utama atau akhir yang memberi

keamanan, hasil guna dan daya guna pelayanan keperawatan yang

memberi kepuasan klien, perawat, dan manajer.


e. Peran dan Fungsi Supervisi Keperawatan
Peran dan fungsi manajer dalam supervisi terutama adalah

mempertahankan keseimbangan manajer pelayanan keperawatan, sumber

daya dan managemen anggaran yang tersedia.

1) Manajemen Pelayanan Keperawatan

Supervisi terlibat dalam mendukung pelayanan keperawatan,

rencana sesuai program keperawatan, implementasi dan evaluasi

sistem pelayanan keperawatan. Hasil pelayanan dicapai melalui

kerjasama dengan disiplin ilmu lain dengan biaya seminimal mungkin.

Tanggung jawab supervisor adalah :

a) Menetapkan dan mempertahankan standart praktik keperawatan.


b) Menilai kualitas asuhan dan pelayanan yang diberikan dengan

membandingkan dengan standart keperawatan.


c) Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan

keperawatan, bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain yang

terkait. Hal ini diperlukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan

yang ada.
d) Memantapkan kemampuan perawat.
e) Memastikan praktik keperawatan profesional dilaksanakan.
2) Managemen Sumber Daya

Supervisor membantu seleksi, latihan dan mempertahankan staf

keperawatan yang handal. Supervisor membantu staf menggunakan

sumber-sumber dan fasilitas secara ekonomis. Perawat merupakan

tenaga kesehatan yang paling banyak terlibat dalam penggunaan dan

pemeliharaan alat kesehatan.

3) Manajemen Anggaran
Manajer keperawatan berperan aktif dalam membantu

perencanaan, pengembangan dan penggunaan anggaran untuk area

tanggung jawab.

Supervisor berperan dalam :


a) Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan dana

tahunan yang tersedia, mengembangkan tujuan unit yang dapat

dicapai sesuai dengan tujuan RS.


b) Membantu mendapatkan informasi statistik untuk merencanakan

anggaran keperawatan.
c) Memberi justifikasi proyeksi anggaran keperawatan.

Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat terjadi begitu

tetapi memerlukan praktik dan evaluasi penampilan agar dapat dijalankan

dengan tepat. Kegagalan supervisi dapat menimbulkan kesenjangan dalam

pelayanan keperawatan.

f. Teknik Supervisi
Proses supervisi praktik keperawatan, meliputi 3 elemen :
 Standart praktik keperawatan sebagai acuan.
 Fakta pelaksanaan praktik perawatan sebagai pembanding untuk

menetapkan pencapaian dan kesenjangan.


 Tindak lanjut baik mempertahankan kualitas maupun upaya

memperbaiki.
Area Supervisi :
1) Pengetahuan dan pengertian tentang klien.
2) Ketrampilan yang dilakukan disesuaikan dengan standart.
3) Sikap penghargaan terhadap pekerjaan misalnya kejujuran, empati.
Cara Supervisi :
a. Langsung
Supervisi keperawatan dilaksanakan pada kegiatan yang sedang

berlangsung. Pada supervisi modern diharapkan supervisor terlibat

dalam kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak


dirasakan sebagai perintah. Umpan balik dan perbaikan dapat

dilakukan saat supervisi.


Proses Supervisi Langsung :
 PA melakukan secara mandiri suatu tindakan keperawatan

didampingi supervisor.
 Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan, reinforcement

dan petunjuk.
 Setelah selesai, supervisor dan PA melakukan diskusi yang

bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai dan memperbaiki

apa yang belum/kurang sesuai.


b. Tidak langsung

Suvervisi dilakukan melalui laporan tertulis maupun lisan, supervisor

tidak melihat langsung apa yang terjadi dilapangan, sehingga

memungkinkan terjadinya kesenjangan fakta/data. Umpan balik dapat

dilaksanakan secara tertulis.

Instrument Supervisi Keperawatan

Beberapa instrument supervisi yang dapat digunakan supervisor :

Tabel 3.3 Format Instrumen Supervisi Keperawatan


Tujuan Tercapai Tidak tercapai Keterangan

Lanjutan . . .
Standar SB B CB KB Keterangan
1) Laporan supervisor
Tabel 3.4 Format Laporan Harian
Supervisor Tanggal
Masalah Tujuan Rencana saat Rencana yang akan
ini datang

Tabel 3.5 Format Laporan Mingguan


MASALAH RENCANA PENYELESAIAN

g. Analisa Supervisi Keperawatan

Analisa situasi keperawatan dilakukan untuk menilai tingkat pelaksanaan

kegiatan masing-masing perawat. Baik langsung maupun tidak langsung.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa supervisi keperawatan

dilakukan dalam rangka kontroling, bimbingan dan konseling sehingga

tujuan dapat dicapai, yaitu terlaksananya pemberian asuhan keperawatan,

maupun asfek pendukung kegiatan yang bersifat administrative.

Kelompok merencanakan kegiatan supervisi pada hari keempat.

7. Pelaksanaan Ronde Keperawatan

Ronde Keperawatan pada dasarnya merupakan suatu pendekatan yang

digunakan antar perawat primer yang difasilitasi oleh perawat konsultan


dalam rangka menyelesaikan masalah klien. Hal ini direncanakan

pelaksanaannya dimulai pada hari keenam.

Persiapan penyelenggaraan ronde

Penanggung jawab : Minati Mandasari, S.Kep

Deskripsi

Persiapan yang diperlukan dalam penyelenggaraan ronde meliputi

penentuan klien yang akan dijadikan subjek ronde keperawatan, penentuan

strategi ronde, menghubungi pihak terkait dalam hal ini perawat senior

sebagai konsultan, perawat primer, materi yang dibutuhkan dan laporan

dokumentasi hasil ronde.

8. Timbang Terima

Timbang Terima merupakan cara menyampaikan dan menerima suatu

laporan yang berkaitan dengan keadaan klien

Tujuan Timbang terima adalah sebagai berikut :

a) Menyampaikan kondisi dan keadaan klien.

b) Menyampaikan hal-hal yang sudah dilakukan dalam asuhan keperawatan

pada klien.

c) Menyampaikan permasalahan keperawatan klien yang masih ada dan yang

sudah terselesaikan.

d) menyampaikan hal-hal penting yang harus ditindak lanjuti oleh dinas

berikutnya.

e) Menyusun rencana untuk dinas berikutnya.


Timbang Terima yang efektif dapat dilakukan secara lisan atau tulisan

timbang terima yang baik bila semua perawat dapat mengikuti perkembangan

klien secara kontinu dan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi

perawat, kerjasama yang bertanggung jawab antar anggota tim perawat.

Ketentuan dalam timbang terima itu adalah sebagai berikut

a) Dilaksanakan pada setiap pergantian shift.


ALUR TIMBANG TERIMA
b) dipimpin oleh perawat primer sebagai penanggung jawab.

c) diikuti perawat, mahasiswaKlien


dinas yang telah maupun yang akan berdinas.

d) terdapat unsur bimbingan dan pengarahan dari penanggung jawab.


Diagnosa Diagnosa keperawatan
medis/masalah
e) informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis,
kolaboratif
menggambarkan keadaan klien
Rencana saat ini dan tetap menjaga kerahasiaan
tindakan

klien.
Yang akan dilakukan
Yang telah dilakukan
f) timbang terima yang dilakukan harus berorientasi pada permasalahan

keperawatan, rencana, tindakan dan perkembangan kesehatan klien.


Perkembangan keadaan klien

Perencanaan : teratasi keseluruhan, sebagian, belum teratasi dan terdapat masalah baru

MEKANISME TIMBANG TERIMA

Kepala ruangan membimbing, mengarahkan dan menyelesaikan masalah/problem solving


Gambar 3.2 Alur dan Mekanisme Timbang Terima

Diskusi di nurse station (karu, ketua tim, staff perawat) kondisi klien

Timbang terima disamping klien, karu, katim, staff perawat

Penanggung Jawab: Mukhlis, S.Kep


Persiapan timbang terima

Deskripsi

Timbang terima meliputi teknik timbang terima, pembuatan alat sarana,

penentuan materi timbang terima dan pendokumentasian hasil timbang terima.


9. Sentralisasi obat

Setelah dievaluasi sentralisasi obat di ruang intensive telah dilakukan

sudah bagus, sehingga diharapkan dapat dipertahankan lebih lanjut.

Pengelolaan Sentralisasi Obat

Tujuan umum:

a) Meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien, terutama dalam pemberian

obat.

b) Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat secara hukum maupun secara

moral.

c) Mempermudah pengelolaan obat secara efektif dan efisien.

Tujuan Khusus :

a) Menyeragamkan pengelolaan obat.

b) mengamankan obat-obat yang dikelola.

c) mengupayakan ketepatan pemberian obat dengan tepat kepada pasien,

dosis, waktu, cara.

Teknik Pengelolaan Sentralisasi Obat

Teknik pengelolaan sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana

seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan sepenuhnya

kepada perawat. Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh

perawat

1. Penanggung jawab pengelolaan sentralisasi obat adalah kepala ruangan;

yang secara operasional dapat didelegasikan pada staf yang ditunjuk.


2. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat
3. Penerimaan obat
a. Obat yang telah diresepkan dan telah diambil oleh keluarga diserahkan

kepada perawat dengan menerima lembar serah terima obat


b. Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan

sediaan (bila perlu) dalam kartu control; dan diketahui oleh keluarga

atau keluarga dalam buku masuk obat. Keluarga atau klien selanjutnya

mendapatkan penjelasan kapan/bilamana obat tersebut akan habis.


c. Pasien atau keluarga untuk selanjutnya mendapatkan salinan obat yang

harus diminum beserta kartu sediaan obat


d. Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat dalam

kotak obat.
4. Pembagian obat
a. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar

pemberian obat
b. Obat-obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh

perawat dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar

pemberian obat;dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi di

instruksi dokter dan kartu obat yang ada pada pasien


c. Pada saat pemberiaan obat, perawat menjelaskan macam obat,

kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping. Usahakan tempat atau

wadah obat kembali ke perawat setelah obat di konsumsi. Pantau

adanya efek samping pada pasien.


d. Sediaan obat yang ada selanjutnya dicek tiap pagi oleh kepala ruangan

atau petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam buku masukan

obat. Obat-obat yang hampir habis akan diinformasikan pada keluarga

dan kemudian dimintakan kepada dokter penanggung jawab pasien.


5. Penambahan obat baru
a. Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau

perubahan rute pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukkan


dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu

sediaan obat
b. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin maka dokmentasi hanya

dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya diimformasikan pada

keluarga dengan kartu khusus obat


6. Obat khusus
a. Obat dikatakan khusus apabila; sediaan memiliki harga yang cukup

mahal, memiliki rute pemberian yang cukup sulit, memiliki efek

samping yang cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu

atau sewaktu saja


b. Pemberian obat khusus dilakukan dengan menggunakan kartu khusus

obat, dilaksanakan oleh perawat primer


c. Informasi yang diberikan pada pasien; nama obat, kegunaan obat,
Dokter
waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab pemberian dan

Pendekatan
wadah oabat sebaiknya diserahkan/ditunjukkan pada perawatsetelah
keluarga
Surat persetujuan sentasentralisasi
obat dari perawat
pemberian. Usahakan terdapat saksi dari keluarga saat pemberian obat.

Gambar 3.3 Bagan Rute/Alur Klien/keluarga


Pelaksanaan Sentralisasi Obat

Farmasi/apotik

Pasien/keluarga

Lembar serah terima obat


buku serah terima/masuk obat

PP/perawat yang menerima

Pengaturan dan pengelolaan


oleh perawat

Pasien/keluarga
Persiapan sentralisasi obat

Penanggung Jawab: Fitriah, S.Kep

Deskripsi

Kegiatan sentralisasi meliputi melanjutkan pelaksanaan sentralisasi

obat, persiapan sarana yang dibutuhkan, mensosialisasikan lebih lanjut

petunjuk teknis penyelenggaraan sentralisasi obat dan evaluasi

pendokumentasian hasil pelaksanaan sentralisasi obat.

10. Dokumentasi keperawatan

Dokumentasi keperawatan merupakan salah satu pilar utama dalam

pelaksanaan MAKP. Untuk itu kelompok kami mencoba untuk membuat suatu

model pendokumentasian yang aplikatif dan efektif. Kelompok kami

merencanakan pendokumentasian yang mengacu pada data action dan respon

(DAR). Secara garis besarnya model pendokumentasiaan ini terdiri dari


format pengkajian klien dan catatan tambahan (observasi vital sign dan

keadaan umum). Setiap klien dilakukan pengkajian oleh KATIM kemudian

dianalisa. Setelah diagnosa keperawatan ditegakkan kemudian dituliskan pada

lembar perkembangan klien dandituliekan rencana intervensi. Pada lembar

perkembangan tersebut tersedia juga kolom tindakan, jadi setiap melakukan

tindakan dituliskan oleh perawat pelaksana dengan mencantumkan waktu dan

menuliskan respon klien. Untuk observasi tanda vital, pemberian obat

dituliskan di lembar tambahan oleh KATIM. Bagian dari dokumentasi

keperawatan:

a) Format pengkajian khusus


b) Lembar dokumentasi keperawatan dengan system DAR, berisi tentang :
a. Nama klien
b. Umur klien
c. Jenis kelamin
d. Kamar, nomor tempat tidur
e. Nomor register
f. Diagnosa keperawatan
g. Tujuan keperawatan
h. Kolom nomor
i. Kolom tanggal
j. Kolom data
k. Kolom action yang berisi rencana dan tindakan
l. Kolom respon
m. Kolom tanda tangan

Teknik pengisian lembar dokumentasi keperawatan

Format pengkajian

Pengkajian ini dilakukan secara komprehensif dengan menggunakan

pengkajian penyakit bedah.

Lembar dokumentasi keperawatan


a. Pengisian nama, umur, jenis kelamin, nomor tempat todur dan nomor

register klien.
b. Tiap lembar diisi satu diagnosa sekaligus tujuannya.
c. Kolom data.
d. Diisi dengan data subyektif dan data objektif sesuai dengan diagnosa

keperawatan.

Kolom action

Kolom ini terdiri 3 bagian, yaitu perencanaan, waktu tindakan dan tindakan

Kolom rencana

Dituliskan perencanaan keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan

yang dibuat oleh perawat primer. Penulisan rencana keperawatan sesuai

dengan SAK

Kolom jam

Dituliskan waktu pelaksanaan tip rencana keperawatan, diisi oleh PA

Kolom tindakan

Dituliskan nomor rencana keperawatan yang dilaksanakan. Diisi oleh PA

Kolom tindakan

Tanda tangan diisi oleh PP dan PA yang melaksanakan tindakan

Lembar evaluasi akhir

Dituliskan evaluasi akhir sesuai dengan tujuan.

Persiapan pendokumentasian

Penanggung jawab : Rini Marliani, S.Kep

Deskripsi

Yang perlu dipersiapkan antara lain bentuk sistem dokumentasi

keperawatan, format pengkajian, format perencanaan, pelaksanaan dan


evaluasi proses keperawatan. Termasuk dalam persiapan meliputi penyiapan

petunjuk teknis pengisian format dan atau pendokumentasian.

Anda mungkin juga menyukai