Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

BAB1

PENDAHULUAN

a. latar belakang.......................................................................................................................II

b. rumusan masalah.................................................................................................................III

c. tujuan penulisan...................................................................................................................III

d. manfaat penulisan................................................................................................................III

BAB II

PEMBAHASAN

a. dampak hiv dalam konteks individu....................................................................................IV

b. dampak hiv dalam konteks sosial


budaya................................................................................................................................V

c. dampak hiv dalam konteks keluarga...................................................................................VI

d. dampak hiv dalam konteks komunitas................................................................................VII

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

a. kesimpulan..........................................................................................................................IX

b. saran...................................................................................................................................IX

DAFTAR PUSTAKA

1
BAB I

pendahuluan

A. LATAR BELAKANG

HIV dan AIDS sudah menjadi masalah yang serius untuk negara-negara berkembang maupun
negara maju dalam beberapa tahun terakhir. Sejak awal dekade 20-an, penduduk yang
terinfeksi virus HIV di Indonesia jumlahnya terus bertambah secara signifikan. antara lain
menyebutkan bahwa pada saat sekarang ini negara Indonesia telah menjadi salah satu
negara dengan laju pertumbuhan epidemi HIV paling cepat di Asia1. Namun dibanding
dengan negaranegara di Asia pada umumnya, persentase orang dengan HIV di Indonesia
pada tahun 2009 masih tergolong rendah yaitu sekitar 0,15 persen. Angka ini menunjukkan
bahwa sekitar 186.000 penduduk dewasa Indonesia hidup dengan HIV2. Penyebaran dan
penularan HIV di Indonesia secara cepat pada umumnya terjadi pada populasi Pengguna
Napza Suntik (Penasun). Di lain pihak, peningkatan prevalensi HIV secara signifikan juga
terjadi akibat penularan melalui hubungan seksual yang dilakukan oleh Pekerja Seks (PS)
dan Penasun. Interaksi kelompok PS dan Penasun dalam penyebaran dan penularan HIV
memberikan kontribusi besar terjadinya gelombang epidemi baru yang akan menjadi
pemicu utama meningkatnya epidemi HIV pada masa-masa yang akan datang. Peningkatan
prevalensi HIV pada level makro atau secara nasional belum menimbulkan dampak sosial-
ekonomi yang cukup berarti. Dampak tersebut secara signifikan hanya dapat dirasakan pada
level mikro, antara lain pada level rumah tangga, khususnya rumah tangga yang salah satu
atau beberapa orang anggotanya terinfeksi HIV4. Orang yang hidup dengan HIV (ODHA)

2
serta rumah tangganya cenderung dibebani berbagai masalah antara lain menderita
berbagai penyakit kronis, kehilangan pekerjaan dan pendapatan, peningkatan pengeluaran
untuk kesehatan, menipisnya tabungan atau aset lainnya, tekanan psikologis, diskriminasi
dan pembatasan sosial. Dampak sosial bagi orang yang hidup dengan HIV juga bisa terjadi
karena sikap/perlakuan anggota rumah tangganya

B. RUMUSAN MASALAH

 Apa dampak hiv dalam konteks individu ?


 Apakah dampak hiv dalam konteks keluarga ?
 Apakah dampak hiv dalam konteks komunitas ?
 Apakah dampak hiv dalam konteks sosial budaya ?

C. TUJUAN PENULISAN
 Untuk mengetahui dampak hiv dalam konteks individu.
 Untuk mengetahui dampak hiv dalam konteks keluarga.
 Untuk mengetahui dampak hiv dalam onteks komunitas.
 Untuk mengetahui dampak hiv dalam konteks sosial budaya.

D. MANFAAT PENULISAN

 Agar mahasiswa dapat menjelaskan dampak hiv dalam konteks individu.


 Agar mahasiswa dapat menjelaskan dampak hiv dalam konteks keluarga.
 Agar dapat mahasiswa dapat menjelaskan dampak hiv dalam onteks komunitas.
 Agar mahasiswa dapat menjelaskan dampak hiv dalam konteks sosial budaya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. DAMPAK HIV DALAM KONTEKS INDIVIDU

Individu yang terinfeksi HIV mengalami keyakinan diri yang rendah dan
menyebabkan penderita mengalami hypochondria. Dimana penderita seringkali memikirkan
mengenai kehilangan dan kesepian,. Seorang yang telah didiagnosis HIV positif dan
mengetahuinya, kondisi mental penderita akan mengalami fase yang sering disingkat SABDA
(Shock, Anger, Bargain, Depressed, Acceptance).

a. Shock

Pada tahap ini individu yang terinfeksi hiv mengalami ketakutan akan kematian
karena tidak ada obat yang dapat penyembuhkan penyakit tersebut dan seseorang yang
terinfeksi penyakit ini berakhir dengan kematian.

b. Kemarahan (anger)

Individu yang mengidap hiv akan marah pada dirinya sendiri dan perawat. Pasien
menjadi penuntut, cerewet, cemberut, tidak bersahabat, kasar, menentang, tidak mau
kerjasama, mudah tersinggung, meminta banyak perhatian jika keluarga mengunjungi
mereka, sikap menolak sehingga mengakibatkan keluarga segan untuk datang, hal ini
menyebabkan keagresifan ( hudak dan gallo, 1996).

c. Sikap tawar menawar (bargaining)

4
Setelah fase marah-marah berlalu, pasien akan berpikir dan merasakan bahwa
protesnya tidak berarti. Pasien mulai timbul rasa bersalah, pasien mulai berdoa dab
berjanji akan menjadi lebih baik bila dia sembuh (Aher Yani 1990)
d. depresi
Cichocki (2009, dalam Kusuma, 2011) menemukan dalam studinya bahwa pasien
HIV/AIDS sangat rentan mengalami tanda dan gejala depresi mulai ringan hingga berat
dimulai sejak 1 bulan setelah terdiagnosa HIV yang selanjutnya fluktuatif dan
berkembang seiring perjalanan penyakit.
Depresi dapat timbul pada penderita HIV/AIDS yang dapat disebabkan oleh beberapa
hal berikut (Chandra, 2005 dalam Saragih, 2008) :
 Invasi virus HIV ke Susunan Saraf Pusat (SSP), dimana menghasilkan
perubahan neuropatologis pada bangsal ganglia, thalamus, nucleus, batang
otak yang menyebabkan disfungsi dan akhirnya akan menyebabkan gangguan
pada mood dan motivasi.
 penderita mengalami reaksi penolakan dari pekerjaan, keluarga maupun
masyarakat.

B. DAMPAK HIV DALAM KONTEKS SOSIAL BUDAYA

sebenamya tingginya prwalensi paryakit HIV disebabkan karena perubahan tata nilai,
norma-norma, perilaku, kebiasaan atau gaya hidup ,dan adat istiadat yang terdapat dalam
masyarakat. Para ahli kesehatan sepakat bahwa dampak hiv dalam konteks sosial dan budaya
(Peter Piot and Per Pinstrup Andersen : 2002). Yaitu :
 HIV membunuh kelompok masyarakat yang paling produktif dan aktif bereproduksi.
 HIV secara sosial tidak terlihat, namun kerusakan yang ditimbulkannya nyata di
mana-mana. Sementara itu ketabuan seks dan pola budaya, menyebabkan 90
persen para penderitanya tidak terakses oleh pelayanan kesehatan. Hal ini tentu
merupakan hambatan besar dalam upaya pencegahan dan pengurangannya.
 HIV memiliki masa inkubasi yang panjang, di mana selama rentang waktu antara
masa infeksi sampai timbulnya gejala penyakit, virusnya dapat menyebar. Dengan
sifatnya yang tidak terlihat, maka kemungkinan transmisinya akan semakin tinggi.

5
 HIV dapat menyerang berbagai strata demografi dan sosial masyarakat baik pria-
wanita, kaya-miskin, desa-kota, dan negara maju-berkembang.
 Sisi lain, walaupun HIV dapat menimpa jenis kelamin pria dan wanita, namun
penyakit ini tidaklah netral gender. Wanita, terutama kelompok usia muda, secara
biologis lebih cendrung terkena HIV dibanding pria dalam suatu hubungan seksual.

Hukuman sosial atau stigma oleh masyarakat di berbagai belahan dunia


terhadap pengidap HIV AIDS terdapat dalam berbagai cara, antara lain tindakan-
tindakan pengasingan, penolakan, diskriminasi, dan penghindaran atas orang yang
diduga terinfeksi HIV (UNAIDS : 2006).

C. DAMPAK HIV DALAM KONTEKS KELUARGA

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Jadi apabila terdapat salah
anggota keluarga yang terinfeksi hiv maka berisiko tertular pada anggota keluarga lainnya.
Misalnya seorang suami yang sering melakukan hubungan seksual pada orang lain dan
positif terinfeksi hiv maka istrinya juga beresiko terinfeksi hiv .selain itu Akibat yang
ditimbulkan HIV dalam konteks keluarga atau di kalangan rumah tangga yaitu Penderita HIV
tidak dapat melakukan pekerjaannya secara maksimal, atau bahkan harus kehilangan pekerjaan
karena kondisi fisiknya yang kurang baik, sehingga berpotensi kehilangan pendapatan. Di
samping itu, penderita HIV harus mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk perawatan medis,
sehingga untuk memenuhi kebutuhan biaya tersebut, beberapa di antara penderita HIV harus
mengeluarkan anggaran untuk perawatannya. hal ini akan berdampak pada penurunan kualitas
kehidupan rumah tangga penderita HIV AIDS.

D. DAMPAK HIV DALAM KONTEKS KOMUNITAS

Komunitas merupakan suatu kelompok sosial yang saling berhubungan dan


berinteraksi mencakup (masyarakat, teman dekat, keluarga, dll ). Pada kelompok sosial
sangat rentang tertular hiv disebabkan karena pergaulan bebas, minum-minuman keras,
penyalahgunaaan napza, dan sex bebas dan pengguanaan jarum suntik yang idak steril.

6
Penyebaran penyakit menular HIV berpengaruh pada kehidupan masyarakat antara
lain:

 Pengaruhnya terhadap pola trend dan sebab kematian. Penyebaran penyakit


ini selain akan menurunkan angka harapan hidup rata-rata,juga akan
menurunkan rata-rata lama hidup yang dilalui dalam keadaan sehat. Karena
ketika seseorang sudah mulai terjangkit HIV, dia sudah mulai sakit-sakitan,
walaupun secara fisik mereka masih dapat bekerja dan relatif tampak sehat.
Mereka terinfeksi HIV dan telah memasuki pada tahap AIDS maka daya
tahan tubuhnya menjadi sangat lemah. Pada saat itu penyakit-penyakit yang
semula tergolong ringan menjadi berbahaya dan dapat menyebabkan
kematian.
 Pengaruhnya terhadap angkatan kerja. Dengan adanya peledakan HIV yang
melanda pada kelompok usia produktif (20-49 tahun) maka akan
mempengaruhi komposisi angkatan kerja, yaitu komposisi angkatan kerja akan
dibanjiri oleh mereka yang berusia tua dengan kata lain semakin sulit mencari
tenaga kerja muda, dan pelaksanaan pembangunan akan lebih mengandalkan
pada tenaga kerja tua yang secara praktis tingkat produktifitasnya sudah mulai
menurun. Dengan demikian pertumbuhan angkatan kerja akan rendah dengan
mutu yang rendah pula.
 Pengaruhnya terhadap beban ekonomi keluarga dan negara. Penyakit HIV
membutuhkan masa inkubasi kurang lebih sekitar 10 tahun. Pada awalnya
seseorang terkena infeksi HIV, ditandai dengan penurunan kondisi kesehatan
yang kemudian penurunan kesehatan tersebut akan semakin cepat pada masa
memasuki tahap AIDS, dimana orang yang bersangkutan sudah tidak dapat
terobati lagi secara medis. Diperkirakan seorang penderita AIDS
membutuhkan biaya sekitar 33 juta rupiah, yang terdiri dari 3 juta rupiah
biaya langsung dan 30 juta rupiah biaya tidak langsung. Jika beban tersebut
harus dipikul oleh pemerintah maka akan merupakan beban pembangunan
yang tidak ringan, sehingga akan mempengaruhi stabilitas pembangunan
negara baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

7
 Pengaruhnya terhadap upaya pengentasan kemiskinan Kebanyakan
kelompok berisiko tinggi, adalah kelompok berpendidikan rendah dan berasal
dari kelompok yang secara ekonomi diharapkan masih produktif. Jika terjadi
ledakan HIV/AIDS maka kelompok penduduk miskin dan kelompok yang
dekat dengan garis kemiskinan yang akan banyak mengalami penderitaan.
Oleh karena itu akan mengganggu upaya-upaya untuk mengentaskan
kemiskinan yang selama ini menjadi prioritas utama
Kemensos (2011) menyatakan, seseorang yang terjangkit HIV AIDS dapat berdampak
sangat luas terhadap kelompok sosial(komunitas), termaksud keluarga, hubungan dengan teman-
teman, dan jaringan kerja akan berubah baik kuantitas maupun kualitas. Orang-orang yang
terjangkit HIV AIDS secara alamiah hubungan sosialnya akan berubah. Dampak yang paling
berat dirasakan oleh keluarga dan orang-orang dekat lainnya. Perubahan hubungan sosial
dapat berpengaruh positif atau negatif pada setiap orang. Reaksi masing-masing orang
berbeda, tergantung sampai sejauh mana perasaan dekat atau jauh, suka dan tidak suka
seseorang terhadap yang bersangkutan.

pengidap HIV mengalami proses “labelling” oleh masyarakat dimana mereka


mendapatkan label buruk sebagai “orang-orang yang tidak berguna”. maka secara tidak
langsung akan mengurangi stigma buruk di masyarakat. Selain hal-hal seperti yang
disebutkan di atas, ada hal lain yang perlu diperhatikan akibat dari kurangnya pengetahuan
dan pemahaman terhadap penyakit HIV, kebanyakan masyarakat berasumsi ODHA itu
berbahaya, pembawa sial, orang hina, tidak berguna, dan segala caci maki yang menusuk
hati. Oleh karena itu, sangat perlu sosialisai tentang penyakit HIV AIDS pada masyarakat
umum, terutama pada masyarakt desa. Sosialisasi itu perlu agar masyarakat bisa sadar dari
persepsi buruk mereka terhadap ODHA, dan yang terpenting adalah menghindari perilaku-
perilaku yang bisa menyebarluaskan epidemi HIV terhadap masyarakat luas.

8
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPILAN

Individu yang terinfeksi HIV mengalami keyakinan diri yang rendah dan
menyebabkan penderita mengalami hypochondria. Dimana penderita seringkali memikirkan
mengenai kehilangan dan kesepian,. Seorang yang telah didiagnosis HIV positif dan
mengetahuinya, kondisi mental penderita akan mengalami fase yang sering disingkat SABDA
(Shock, Anger, Bargain, Depressed, Acceptance). Hukuman sosial atau stigma oleh masyarakat di
berbagai belahan dunia terhadap pengidap HIV AIDS terdapat dalam berbagai cara, antara lain
tindakan-tindakan pengasingan, penolakan, diskriminasi, dan penghindaran atas orang yang diduga
terinfeksi HIV.

B. SARAN

Selesainya penyusunan makalah ini penulis berharap agar pembaca dapat memahami isi dari
makalah ini dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari yaitu menghindari sex bebas
sembarang pasangan dan menghindari penyalahgunaan napza termaksud minum-minuma keras.

9
DAFTAR PUSTAKA

 Horton Paul B., Hunt E.L, 1980, Sosiologi, Alih bahasa Aminuddin Ram dan Tita
Sobari, Jakarta: Airlangga.
 Hurlock, E.B, 1992, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Pen. Erlangga.
 Ikawati, dkk, 1999, Penelitian Evaluatif Kebernasilan Lentera Dalam Usaha
Penyebaran dan Pemberian Informasi Mengenai Bahaya dan Pencegahan AIDS di
Masyarakat, Yogyakarta: B2P3KS.
 Departemen Sosial RI 1997, Petunjuk Pemantauan Program Nasional Pemberantasan
dan pencegahan AIDS. World Health Organization Genewa.
 Departemen Sosial RI 1997, Petunjuk Penatalaksanaan Perawatan untuk orang-
orang Terinfeksi HIV, atas ijin Woild Health Organization Genewa.
 Departemen Sosial RI 1997, Petunjuk Pencegahan Human Immuno Deficiency Virus
(HIV) Secara seksual, World Health Organization Genewa.

10
TUGAS KELOMPOK 3

MAKALAH DAMPAK HIV DALAM KONTEKS INDIVIDU, KELUARGA DAN SOSIAL BUDAYA

oleh
NAMA : DAHRING (P201401173)
PURNAMA SARI (P201401144)
KELAS : N4
JURUSAN : S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MANDALA WALUYA
KENDARI
2016

11
12

Anda mungkin juga menyukai