Anda di halaman 1dari 9

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MULYASARI JAKARTA

NOMOR : 021/DIR/SK/X/2018

TENTANG

KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH


DI RUMAH SAKIT MULYASARI JAKARTA

DIREKTUR RUMAH SAKIT MULYASARI JAKARTA

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Mulyasari
dalam pengelolaan limbah yang merupakan salah satu upaya kegiatan
pencegahan dan pengendalian infeksi, maka diperlukan panduan
pengelolaan limbah.
b. Bahwa untuk mewujudkan rumah sakit yang aman, nyaman dan sehat serta
terhindar dari infeksi nosokomial dan resiko pencemaran perlu dilakukan
pengelolaan limbah yang baik dan benar serta memenuhi persyaratan, perlu
adanya peraturan Direktur tentang pemberlakuan panduan pengelolaan
limbah.
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam butir “a”
dan “b”, perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Mulyasari.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah


Sakit;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1438 Tahun 2010
Standar Pelayanan Kedokteran;
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
270/Menkes/SK/III/2007 tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Lainnya.
4. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
382/Menkes/SK/II/2008 tentang Pedoman pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Lainnya.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelayanan Publik;
6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 1994 tentang pedoman
Upaya Peningkatan Mutu Rumah Sakit;
7. Keputusan Dewan Pengurus Perkumpulan Budi Kemuliaan Batam Nomor
17/DPPBKB/SKEP/IX/2018 tentang Pengangkatan Direktur Rumah Sakit
Budi Kemuliaan Batam;
8. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam Nomor
72/Dir/SKep/IV/2018 tentang Pedoman Pelayanan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam;
MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MULYASARI JAKARTA TENTANG


KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH DI RUMAH SAKIT MULYASARI JAKARTA.

Kesatu : Kebijakan Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Mulyasari sebagaimana


tercantum dalam Lampiran Surat Keputusan ini.

Kedua : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan
apabila terdapat kekeliruan dalam penetapannya, akan diadakan perubahan
dan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 9 Oktober 2018
Rumah Sakit Mulyasari Jakarta

Dr. dr. Achmad Hidayat, Sp. B., MARS


Direktur

Surat Keputusan ini dan lampirannya diserahkan kepada :


1. Direktur Utama PT Mulyasari Medical
2. Badan Pengawas RS Mulyasari Jakarta
3. Seluruh Kepala Bidang RS Mulyasari Jakarta
4. Seluruh Kepala Bagian RS Mulyasari Jakarta
5. Dokter Operator RS Mulyasari Jakarta
6. Dokter Anestesi RS Mulyasari Jakarta
7. Dokter Anak RS Mulyasari Jakarta
8. Bagian Keuangan RS Mulyasari Jakarta
9. Bagian Admin RS Mulyasari Jakarta
10. Bagian VK RS Mulyasari Jakarta
11. Bagian OK RS Mulyasari Jakarta
12. Arsip
Lampiran 1.
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Mulyasari Jakarta
Nomor : 021/DIR/SK/X/2018
Tanggal : 9 Oktober 2018

KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH


DI RUMAH SAKIT MULYASARI

PENGERTIAN :
1. Pengelolaan limbah adalah semua kegiatan, baik administratif maupun
operasional (termasuk kegiatan transpormasi), melibatkan penanganan,
perawatan, mengkondisikan, penimbunan dan pembuangan limbah.
2. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah
sakit dalam bentuk padat, cair dan gas.
3. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk
padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat
dan non medis.
4. Limbah medis padat adalah limbah padatyang terdiri dari limbah infeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi,
limbah radioaktif, limbah container bertekanan, dan limbah dengan kandungan
logam berat yang tinggi.
a. Limbah infeksius
Limbah yang diduga mengandung pathogen (bakteri, virus, parasit dan jamur)
dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan penyakit pada pejamu yang
rentan meliputi :
1) Kultur dan stok agen infeksius dari aktivitas laboratorium.
2) Limbah hasil operasi atau otopsi dari pasien yang menderita penyakit
menular.
3) Limbah pasien yang menderita penyakit menular dari bagian isolasi.
4) Alat atau materi lain yang tersentuh orang yang sakit.
b. Limbah Patologis
Limbah patologis adalah limbah yang berasal dari jaringan tubuh manusia
meliputi :
1) Organ tubuh
2) Janin
3) Darah
4) Muntahan, urin dan cairan tubuh yang lain
5) Jaringan tubuh yang tampak nyata (anggota badan dan plasenta yang
tidak melalui penguburan).
c. Limbah Benda tajam
Limbah dengan materi padat yang dapat menyebabkan luka iris atau luka
tusuk meliputi :
1) Jarum suntik
2) Kaca sediaan (preparat glass)
3) Infus zet
4) Ampul/vial obat
5) Pecahan kaca dan lain-lain
d. Limbah Farmasi
Yaitu limbah yang mengandung bahan-bahan farmasi meliputi :
1) Produk farmasi, obat, vaksin, serum yang sudah kadaluarsa, tumpahan
obat dan lain-lain
2) Obat-obat kadaluarsa, obat yang dikembalikan oleh pasien dan limbah
yang dihasilkan selama peracikan/produksi obat.
3) Termasuk sarung tangan, masker, botol/kotak yang berisi residu dan lain-
lain.
e. Limbah Sitotoksis
Limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan pemberian obat
sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan untuk
membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup. Limbah sitotoksik
sangat berbahaya dan bersifat mutagenic, teratogenik, karsinogenik meliputi :
1) Obat-obatan sitostatika
2) Muntahan, urin/tinja pasien diterasi dengan obat-obatan sitostatik, zat
kimia, maupun radioaktif
3) Formaldehid
f. Limbah Kimiawi
Yaitu limbah yang mengandung zat kimia yang berasal dari aktifitas
diagnostic, pemeliharaan kebersihan dan pemberian desinfektan meliputi :
1) Zat kimia fotografis
2) Reagensia
3) Solven dan lain-lain
g. Limbah Radioaktif
Yaitu bahan yang terkontaminasi dengan radioisotop yang berasal dari
penggunaan medis atau riset radionuklida. Limbah ini berasal dari :
1) Tindakan kedokteran nuklir, radioimmunossay
2) Bakteriologis dapat berbentuk padat, cair atau gas
h. Limbah Kontainer Bertekanan
Yaitu limbah medis yang berasal dari kegiatan di instalasi kesehatan yang
memerlukan gas meliputi :
1) Gas dalam tabung
2) Cartridge
3) Kalleng aerosol dan lain-lain
i. Limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi
Limbah medis yang mengandung logam berat dalam konsentrasi tinggi
termasuk dalam sub kategori limbah berbahaya dan biasanya sangat toksik
meliputi :
1) Limbah logam mercuri yang berasal dari kebocoran peralatan kedokteran
(thermometer dan stetoskop)
2) Tambal gigi
5. Limbah Padat non Medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan rumah
sakit diluar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang
dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya
6. Limbah Cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan
rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia yang
beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
7. Limbah Gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan
pembakaran di rumah sakit seperti incinerator, dapur, perlengkapan generator,
anastesi dan pembuatan obat sitotoksis
8. Minimalisasi limbah adalah upaya yang dilakukan rumah sakit untuk mengurangi
jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi bahan, menggunakan
kembali limbah (reusu) dan daur ulang limbah (recycle)
9. Incenerasi adalah proses dengan suhu tinggi untuk mengurangi isi dan berat
limbah. Proses ini biasanya dipilih untuk menangani limbah yang tidak dapat
didaur ulang, dipakai lagi, atau dibuang ketempat pembuangan limbah atau
tempat kebersihan perataan tanah.

Kelompok Utama Yang Beresiko


1. Dokter, pegawai layanan kesehatan dan bagian pemeliharaan
2. Pasien
3. Tenaga pendukung pelayanan, misalnya Binatu, Cleaning service, Pengelola
limbah, masyarakat, pemulung

TUJUAN :
1. Melindungi petugas pembuangan limbah dari perlukaan
2. Melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas kesehatan
3. Mencegah penularan infeksi pada masyarakat sekitarnya
4. Membuang bahan-bahan berbahaya (bahan toksik dan radioaktif) dengan aman

KEBIJAKAN :
A. Pengelolaan limbah
Pengelolaan limbah dapat dilakukan mulai dari sebagai berikut :
1. Identifikasi limbah
a) Padat
b) Cair
c) Tajam
d) Infeksius
e) Non infeksius

2. Pemisahan
a) Pemisahan dimulai dari awal penghasil limbah
b) Pisahkan limbah sesuai dengan jenis limbah
c) Tempatkan limbah sesuai dengan jenisnya
d) Limbah cair segera dibuang kewastafel

3. Labeling
a) Limbah padat infeksius : Plastik kantong kuning
b) Limbah padat non infeksius : Plastik kantong warna hitam
c) Limbah benda tajam : Wadah tahan tusuk dan air
d) Limbah Farmasi/B3 : Plastik kantong merah
e) Limbah Khusus : Plastik kantong putih bening

4. Packing
a) Tempatkan dalam wadah limbah tertutup
b) Tutup mudah dibuka, sebaiknya bisa dengan menggunakan kaki
c) Kontainer dalam keadaan bersih
d) Kontainer terbuat dari bahan yang kuat, ringan dan tidak berkarat
e) Tempatkan setiap container limbah pada jarak 10-20cm
f) Ikat limbah jika sudah terisi ¾ penuh
g) Kontainer limbah harus dicuci setiap hari

5. Penyimpanan
a) Simpan limbah ditempat penampungan sementara khusus
b) Tempatkan limbah dalam kantong plastik dan ikat dengan kuat
c) Beri label pada kantong plastik limbah
d) Setiap hari limbah diangkat dari tempat penampungan sementara
e) Mengangkut limbah harus menggunakan kereta dorong khusus
f) Kereta dorong harus kuat, mudah dibersihkan dan tertutup
g) Tidak boleh ada yang tercecer
h) Sebaiknya lift pengangkut limbah berbeda dengan lift pasien
i) Gunakan alat pelindung diri ketika menangani limbah
j) Tempat penampungan sementara harus diarea terbuka, terjangkau (oleh
kendaraan), aman dan selalu dijaga kebersihannya dan kondisi kering.

6. Pengangkutan
a) Mengangkut limbah harus menggunakan kereta dorong khusus
b) Kereta dorong harus kuat, mudah dibersihkan, tertutup
c) Tidak boleh ada yang tercecer
d) Sebaiknya lift pengangkut limbahberbeda dengan lift pasien
e) Gunakan alat pelindung diri ketika menangani limbah.

7. Treatment
a) Limbah infekisus di masukkan dalam incinerator
b) Limbah non infeksius dibawa ketempat pembuangan limbah umum
c) Limbah benda tajam dimasukkan dalam incinerator
d) Limbah cair dalam wastafel di ruang spoelhok
e) Limbah faeces dan urine kedalam WC.

B. Penanganan Limbah Benda Tajam


1. Jangan menekuk atau mematahkan benda tajam
2. Jangan meletakkan limbah benda tajam sembarang tempat
3. Segera buang limbah benda tajam ke Safeti box yang tersedia tahan tusuk
4. Selalu buang sendiri oleh si pemakai
5. Tidak menyarungkan kembali jarum suntik habis pakai
6. Safeti box benda tajam diletakkan dekat lokasi tindakan
7. Membuang Benda-benda Tajam
Benda-benda tajam sekali pakai (Jarum suntik, jarum jahit, silet, pisau
scalpel)memerlukan Penanganan khusus karena benda-benda ini dapat
melukai petugas kesehatan dan pengangkut sampah.

C. Penanganan Limbah Pecahan Kaca


1. Gunakan sarung tangan rumah tangga
2. Gunakan kertas Koran untuk mengumpulkan pecahan benda tajam tersebut,
kemudian bungkus dengan kertas
3. Masukkan dalam container tahan tusukan beri label

D. Unit Pengelolaan Limbah Cair


1. Kolam equalisasi air limbah (An aerob)
2. Tangki Aerator Biofilter 1 (Aerob)
3. Tangki Aerator Biofilter 2 (Aerob)
4. Tangki separator
5. Uji kolam Biologis
6. Bak Desinfeksi

E. Pembuangan Limbah Terkontaminasi


Pembuangan limbah terkontamiasi yang benar meliputi :
1. Insenerasi (pembakaran) untuk menghancurkan bahan-bahan sekaligus
mikroorganismenya (ini merupakan metode terbaik untuk pembuangan
limbah terkontaminasi. Pembakaran juga akan mengurangi volume limbah
dan memastikan bahwa bahan-bahan tersebut tidak akan dijarah dan dipakai
ulang). Bagaimanapun juga pembakaran akan dapat mengeluarkan kimia
beracun ke udara.
2. Mengubur limbah terkontaminasi agar tidak disentuh lagi

F. Penanganan Limbah Terkontaminasi


1. Untuk limbah terkontaminasi, pakailah wadah kantong-kantong plastic yang
berwarna digunakan untuk membedakan limbah umum (yang tidak
terkontaminasi dengan yang terkontaminasi) pada sebagian besar fasilitas
kesehatan.
2. Gunakan wadah (safety box) tahan tusukan untuk pembuangan semua benda-
benda tajam (benda-benda tajam yang tidak akan digunakan kembali)
3. Tempatkan wadah limbah dekat dengan lokasi terjadinya limbah itu dan
mudah dicapai oleh pemakai (mengangkat-angkat limbah kemana-mana
meningkatkan resiko infeksi pada pembawanya). Terutama penting sekali
terhadap benda tajam yang membawa resiko besar kecelakaan perlukaan
terhadap petugas kesehatan dan staf
4. Peralatan yang dipakai untuk mengumpulkan dan mengangkut limbah tidak
boleh dipakai untuk keperluan lain
5. Cuci semua wadah limbah dengan larutan pembersih disinfektan (larutan
klorin 0,5%+sabun) dan bilas teratur dengan air
6. Gunakan APD ketika menangani limbah misalnya sarung tangan utilitas dan
sepatu pelindung tertutup
7. Cuci tangan antiseptic berbahan dasar alcohol tanpa air setelah melepaskan
sarung tangan apabila menangani limbah.

G. Membuang limbah Berbahaya


Bahan-bahan kimia termasuk sisa-sisa bahan-bahan sewaktu pengepakan, bahan-
bahan kadaluarsa atau kimia dekomposisi, atau bahan kimia yang tidak dipakai
lagi. Bahan kimia yang tidak terlalu banyak dapat dikumpulkan dalam wadah
dengan limbah terinfeksi dan kemudian diincenerasi, enkapsulasi atau dikubur.
Pada jumlah yang banyak, tidak boleh dikumpulkan dengan limbah terinfeksi
karena tidak ada metode yang aman dan murah, maka pilihan penanganannya
adalah sebagai berikut :
1. Insenerasi pada suhu tinggi merupakan opsi terbaik untuk pembuangan
limbah kimia
2. Jika ini tidak mungkin, kembalikan limbah kimia tersebut kepada pemasok

H. Limbah Farmasi
Dalam jumlah yang sedikit limbah farmasi (obat dan bahan obat-obatan), dapat
dikumpulkan dalam wadah dengan limbah terinfeksi dan dibuang dengan cara
yang sama insenerasi. Perlu dicatat bahwa suhu yang dicapai dalam insenerasi
kamar tunggal seperti tong atau insenerator dari bata adalah tidak cukup untuk
menghancurkan total limbah farmasi ini sehimgga tetap berbahaya. Sejumlah kecil
limbah farmasi, seperti obat-obatab kadaluarsa (kecuali sitotoksik atau antibiotic)
dapat dibuang ke Instalasi Pengelolaan Air Limbah tapi tidak boleh dibuang
kedalam sungai,kali, telaga atau danau.
Jika jumlahnya banyak, limbah farmasi dapat dibuang secara metode sebagai
berikut :
1. Sitotoksik dan antibiotic dapat diinsenerasi, sisanya dikubur ditempat
pemerataan tanah (gunakan insenerator seperti untuk membuat semen yang
mampu mencapai suhu pembakaran hingga 800 derajat Celsius)
2. Bahan yang larut, campuran ringan bahan farmasi seperti larutan vitamin,
obat batuk,cairan intravena, tetes mata dan lain-lain dapat diencerkan dengan
sejumlah besar air lalu dibuang dalam tempat Intalasi Pengelolaan Air Limbah.
3. Jika itu semua gagal , kembalikan kepemasok, jika mungkin.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 9 Oktober 2018
Rumah Sakit Mulyasari Jakarta

Dr. dr. Achmad Hidayat, Sp. B., MARS


Direktur

Anda mungkin juga menyukai