PENDAHULUAN
1
2
1.3. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mendapat gambaran dan pengalaman tentang penetapan proses asuhan
keperawatan secara komprehensif terhadap Kanker Lambung
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan pembelajaran tentang asuhan keperawatan dengan Kanker
Lambung. Maka mahasiswa/i diharapkan mampu :
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan Kanker Lambung
2. Mengetahui definisi Kanker Lambung
3. Mengetahui etiologi Kanker Lambung
4. Mengetahui manifestasi klinis Kanker Lambung
5. Mengetahui patofisiologi Kanker Lambung
6. Mengetahui komplikasi Kanker Lambung
7. Mengetahui penatalaksanaan Kanker Lambung
8. Mengetahui pemeriksaan diagnostik Kanker lambung
9. Membuat ASKEP
Dalam makalah ini dibatasi pada masalah secara umum yang sering terjadi. Bahasan
dalam makalah ini mencakup :
1. Anatomi dan Fisiologi
2. Definisi
3. Etiologi
4. Manifestasi Klinis
5. Patofisiologi
6. Komplikasi
7. Penatalaksanaan
8. Pemeriksaan diagnostik
9. ASKEP
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Lambung merupakan organ yang berbentuk kantong seperti huruf „J‟, dengan
volume 1200-1500ml pada saat berdilatasi. Pada bagian superior, lambung berbatasan
dengan bagian distal esofagus, sedangkan pada bagian inferior berbatasan dengan
duodenum. Lambung terletak pada daerah epigastrium dan meluas ke hipokhondrium
kiri. Kecembungan lambung yang meluas ke gastroesofageal junction disebut
kurvatura mayor. Kelengkungan lambung bagian kanan disebut kurvatura minor,
dengan ukuran ¼ dari panjang kurvatura mayor. Seluruh organ lambung terdapat di
dalam rongga peritoneum dan ditutupi oleh omentum.
Secara anatomik, lambung terbagi atas 5 daerah yaitu: (1). Kardia, daerah
yang kecil terdapat pada bagian superior di dekat gastroesofageal junction; (2).
Fundus, bagian berbentuk kubah yang berlokasi pada bagian kiri dari kardia dan
meluas ke superior melebihi tinggi gastroesofageal junction; (3). Korpus, merupakan
2/3 bagian dari lambung dan berada di bawah fundus sampai ke bagian paling bawah
yang melengkung ke kanan membentuk huruf „J‟; (4). Antrum pilori, adalah bagian
1/3 bagian distal dari lambung. Keberadaannya secara horizontal meluas dari korpus
hingga ke sphincter pilori; dan (5). Sphincter pilori, merupakan bagian tubulus yang
paling distal dari lambung. Bagian ini secara kelesulurhan dikelilingi oleh lapisan otot
yang tebal dan berfungsi untuk mengontrol lewatnya makanan ke duodenum.
Permukaan fundus dan korpus banyak dijumpai lipatan rugae lambung.
3
4
(Cancer Facts and Figures, 1991). Laki-laki lebih sering terserang dan sebagian besar
kasus timbul setelah usia 40. Sekitar 50% kanker lambung terletak pada antrum
pilorus. Sisanya tersebar diseluruh korpus lambung (Patofisiologi: konsep klinis
proses-proses penyakit, hal 385-386).
Kanker lambung adalah suatu keganasan yang terjadi dilambung, sebagian
besar adalah dari jenis adenokarsinoma. Jenis kanker lambung lainnya adalah
leiomiosarkoma (kanker otot polos) dan limfoma. Kanker lambung lebih sering terjadi
pada usia lanjut. Kurang dari 25% kanker tertentu terjadi pada orang dibawah usia 50
tahun (Osteen, 2003).
Kanker lambung adalah salah satu penyakit pembunuh manusia dengan
jumlah kematian 14.700 setiap tahun.Kanker lambung terjadi pada kurvatura kecil
atau antrum lambung dan adenokarsinoma. Factor lain selain makanan tinggi asam
yang menyebabkan insiden kanker lambung mencakup Inflamasi lambung, anemia
pernisiosa, aklorhidria ( tidak adanya hidroklorida ). Ulkus lambung, bakteri H,
plylori, dan keturunan.( Suzanne C. Smeltzer )
Terdapat tiga bentuk umum karsinoma lambung, yaitu karsinoma ulseratif
merupakan jenis yang paling sering terdapat dan harus dibedakan dari tukak lambung
jinak. Karsinoma polipoid tampak seperti kembang kol yang menonjol ke dalam
lumen dan dapat berasal dari polip adenoma. Karsinoma infiltratif dapat menembus
seluruh tebal dinding lambung dan dapat menyebabkan terbentuknya “lambung botol
kulit” (linitis plastika) yang tidak lentur. Karsinoma lambung jarang didiagnosa pada
stadium dini karena gejala timbul lambat atau tidak nyata dan tidak pasti.
2.3. ETIOLOGI
Walaupun tidak ada penyebab khusus kanker lambung yang telah diketahui,
beberapa faktor dihubungkan dengan perkembangan penyakit ini. Penelitian terbaru
menunjukkan bahwa adanya H. Pylori di lambung meningkatkan kejadian kanker
lambung. Kanker lambung sering berkembang bersama dengan gastritis atrofi kronis
dan mengenai individu yang tinggal didaerah urban, memiliki status ekonomi rendah,
makan ikan atau daging asap dan memiliki riwayat pejanan terhadap latar belakang
radiasi atau jejak logam dalam tanah.
Perubahan pada mukosa mungkin mengakibatkan peningkatan absorbsi
karsinogen dari diet, seperti makanan yang diasinkan, ikan asin dan nitrat. Faktor
etiologi lain termasuk aklorhidria, anemia pernisiosa dan merokok. Mungkin juga ada
8
faktor genetis karena penyakit ini terlihat terjadi dalam keluarga. Penambang batu
bara, tukang roti, pekerja yang bekerja pada kerajinan logam dan mereka yang bekerja
ditempat yang berdebu, berasap dan lingkungan yang mengandung sulfur dioksida
berada pada resiko tinggi. asap kayu atau tembakau, pengawet makanan nitrit, dan
produk lemak panas dapat menyebabkan klien rentan terhadap kanker lambung.
Konsumsi makanan yang diasinkan, diasap atau yang diawetkan. Beberapa
studi menjelaskan intake diet dari makanan yang diasinkan menjadi faktor utama
peningkatan kanker lambung. Kandungan garam yang masuk kedalam lambung akan
memperlambat pengosongan lambung sehingga memfasilitasi konversi golongan
nitrat menjadi carcinogenic nitrosamines di dalam lambung. Gabungan kondisi
terlambatnya pengosongan asam lambung dan peningkatan komposisi nitrosamines
didalam lambung memberi kontribusi terbentuknya kanker lambung (Yarbro, 2005).
Infeksi H.pylori. H.pylori adalah bakteri penyebab lebih dari 90% ulkus
duodenum dan 80% tukak lambung (Fuccio, 2007). Bakteri ini menempel di
permukaan dalam tukak lambung melalui interaksi antara membran bakteri lektin dan
oligosakarida spesifik dari glikoprotein membran sel-sel epitel lambung (Fuccio,
2009). Sosioekonomi. Kondisi sosioekonomi yang rendah dilaporkan meningkatkan
risiko kanker lambung, namun tidak spesifik.
Mengonsumsi rokok dan alkohol. Pasien dengan konsumsi rokok lebih dari 30
batang sehari dan dikombinasi dengan konsumsi alkohol kronik akan meningkat
risiko kanker lambung (Gonzales, 2003) . NSAIDs. Inflamasi polip lambung bisa
terjadi pada pasien yang mengonsumsi NSAIDs dalam jangkan waktu yang lama dan
hal ini (polip lambung) dapat menjadi prekursor kanker lambung. Kondisi polip
lambung akan meningkatkan risiko kanker lambung (Houghton, 2006).
Faktor genetik. Sekitar 10% pasien yang mengalami kanker lambung memiliki
hubungan genetik. Walaupun masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi adanya
mutasi dari gen E-cadherin terdeteksi pada 50% tipe kanker lambung. Adanya riwayat
keluarga anemia pernisosa dan polip adenomatus juga dihubungkan dengan kondisi
genetik pada kanker lambung (Bresciani, 2003) . Anemia pernisiosa, Kondisi ini
merupakan penyakit kronis dengan kegagalan absorpsi kobalamin (vitamin B12),
disebabkan oleh kurangnya faktor intrinsik sekresi lambung. Kombinasi anemia
pernisiosa dengan infeksi H.pylori memberikan kontribusi penting terbentuknya
tumorigenesis pada dinding lambung (Santacrose, 2008).
9
Kram abdomen.
Darah yang nyata atau samar dalam tinja.
Pasien mengeluh rasa tidak enak pada perut terutama sehabis makan.
2.5. PATOFISIOLOGI
Kanker lambung paling sering muncul dari lapisan mukosa lambung. Sebagian
besar kanker ini terjadi di kurvatura minor lambung didaerah pilori dan antral.
Prognosis lebih baik untuk kanker lambung yang melibatkan lesi polipoid dan
prognosis buruk bagi ulserasi kanker, prognosis terburuk jika terjadi infiltrasi.
Kanker lambung menyebar dengan perluasan langsung ke pankreas melalui
limfatik dan dengan infiltrasi hematogen menyebar ke hati, paru-paru dan tulang.
Rute khusus tergantung pada lokasi dan jenis tumor. Beberapa tumor menembus,
beberapa berulserasi dan beberapa menyebar sepanjang bidang jaringan.
Kanker lambung berstadium menggunakan klasifikasi tumor, nodus, dan
metastasis (TNM) dengan stadium I sampai IV. Kanker dapat direseksi pada stadium
awal sebelum ia menyebar ke dinding lambung.
Stadium kanker lambung dengan mengunakan sistem TNM.
Tis Carcinoma in situ tumor N0 Kelenjar getah bening M0 Tidak ada metastasis
intraepitel regional tidak jauh.
terlibat.
T4 Invasi ke struktur
sekitar.
11
Stadium 1 T1 N0 M0 85%
Stadium II T1 N2 M0 65%
T2 N1 M0
T3 N0 M0
T3 N1 M0
T4 N0 M0
Stadium IV T4 N 1-3 M0 5%
Setiap T N3 M0
Setiap T Setiap N M1
2.6. PATHWAY
TERLAMPIR
2.7. KOMPLIKASI
1. Ulkus berulang
Kegagalan untuk mencapai pengurangan adekuat dalam produksi asam lambung
bisa menyebabkan ulserasi berulang setelah operasi, suatu keadaan yang lebih
12
sering terlihat setelah operasi bagi penyakit ulkus duodeni dibandingkan penyakit
ulkus ventrikuli. Ulkus berulang terletak pada sisi enterik anastomosis setelah
reseksi, tetapi ia bisa timbul dengan frekuensi yang sama didalam usus dan
lambung setelah tindakan reseksi. Diagnosis tidak sulit kebanyakan pasien
mengalami mulainya nyeri ulkus peptikum khas yang berulang. Komfirmasi
diagnosis dibuat secara endoskopi. Pemeriksaan barium terkenal tak dapat
diandalkan, karena anatomi pascabedah berubah. Pemotongan vagus tak lengkap
menjadi sebab terlazim ulkus berulang, yang bertanggung jawab bagi lebih dari 80
persen kasus. Kebanyakan ulkus berulang mudah diterapi yang menggunakan agen
penghambat reseptor H2. Bila ini gagal, maka revagotomi dengan reseksi atau re-
reseksi di indikasikan, kecuali pada pasien gastrinoma, seperti yang dibicarakan
sebelumnya.
2. Dumping “pascamakan dini”
Dumping pascamakan dini merupakan sindroma pasca gastrektomi terlazim, yang
timbul sampai dalam 50 persen pasien setelah gastrektomi sebagian, dalam 30
persen pasien setelah vagotomi sel parietalis. Sindrom ini terdiri dari kumpulan
gejala dan tanda gastrointestinalis dan vasomotor yagng timbul dalam setengah jam
pertama setelah makan suatu makanan. Komponen gastrointestinalis mencakup
kepenuhan epigastrium, mual, nyeri abdomen kram, muntah dan diare eksplosif.
Komponen vasomotor mencakup berkeringat, kelemahan, kepucatan yang diikuti
“flushing”, palpitasi, dan takikardia. Sindrom ini timbul sebagai akibat
pengosongan lambung yang cepat bagi chyme hiper osmolar dari sisa lambung
kedalam usus halus. Kemudian ia menyebabkan gerakan cairan ekstrasel kedalam
lumen usus dalam usaha mencapai isotonisitas. Penurunan akibatnya dalam volum
plasma yang bersirkulasi telah didalilkan sebagai bertanggungjawab bagi
komponen vasomotor sindrom ini. Disamping tetapi itu bukti belakangan ini
menggambarkan bahwa distensi usus halus proksimal membebaskan berbagai
senyawa humoral (misalnya : serotonin, bradikinin, dan enteroglukagon) yang bisa
bertanggungjawab bagi flushing wajah, peningkatan motilitas usus halus serta diare
eksplosit yang ditemukan dalam kasus parah.
3. Obstruksi gelung eferen
Obstruksi gelung eferen juga suatu komplikasi bedah lambung yang jarang di
temukan. Ia terlazim timbul dalam masa pasca bedah segera, tetapi dapat
bermanifestasi sendiri bertahun-tahun setelah tindakan asli. Biasanya obstruksi
13
suatu akibat herniasih interna bagi ekstremitas eferen, biasanya posterior terhadap
anastomosis gastroentrik. Pasien mengeluh nyeri epigastrium kolik yang serupa
sifatnya dengan yang terlihat pada obstruksi usus halus. Pemeriksaan radiografi
bisa menunjukkan bukti obstruksi usus halus tinggi, terapi bedah hampir selalu
diperhatikan, jika seperti biasanya terjadi ditemukan suatu hernia retroanastomotik,
maka ia harus direforsisi dan ruang retroansomotik harus ditutup.
4. Rasa kenyang dini
Rasa kenyang dini yang juga dikenal sebagai sindroma lambung kecil, merupakan
akibat kehilangan fungsi reservoar lambung yang berlebihan. Lebih besar reseksi,
maka lebih besar kemungkinan akan timbul sindrom ini, khas pasien mengeluh
suatu sensasi penuh sangat tak menyenangkan setelah makan hanya sedikit
makanan. Biasanya timbul muntah, jika pasien mencoba meningkatkan masukan
oral. Dalam kasus parah, hanya sedikit makanan cair yang dapat ditoleransi.
Berbagai tindakan nonbedah telah dinasehatkan tidak satupun mencapai
keberhasilan yang mencolok mata atau penerimaan pasien. Kenyataanya telah
diperkirakan bahwa rasa kenyang dini merupakan sindrom pasca gastrektomi yang
paling refrakter terhadap terapi non bedah. Bila dilakukan operasi, maka tindakan
ini bertujuan menciptakan reservoar lambung pengganti yang adekuat, yang
menggunakan berbagai kantong yang dibuat dengan pembedahan. Sayangnya
tidak ada tindakan bedah dapat menghilangkan seluruh gejala kenyang dini.
Sehingga terapi terbaik sindrom lambung kecil dengan mencegahnya dalam tempat
pertama.
5. Diare pascavagotomi
Peningkatan dalam frekuensi tinja bisa dialami oleh sebanyak 30 persen pasien
setelah transeksi nervus vagus. Pada kebanyakan kasus, keadaan ini sembuh sendiri
atau mudah ditata laksana secara non bedah.
6. Gastritis refluks alkali
Refluks berlebihan isi usus atas ke dalam lambung setelah gastrektomi atau
tindakan ablasi pylorus telah dilibatkan sebagai kelompok spesifik gejala dan tanda
pascabedah: nyeri medio-epigastrium terbakar yang tak dapat dihilangkan dengan
antasid dan sering diperburuk oleh makanan, muntahan, empedu, hipokloridria,
gastritis endoskopi (eritema keseluruhan membran mukosa lambung), penurunan
berat badan dan anemia.
7. Kanker tunggul lambung
14
Karsinoma tunggul lambung timbul dalam sekitar 3 persen pasien yang menjalani
gastrektomi, insiden yang jauh lebih besar dari pada yang diamati dalam individu
sebanding, tetapi tidak dioperasi.
8. Keadaan lain
Ekspresi lemak di dalam tinja lebih dari jumlah normal relatif lazim terjadi setelah
semua jenis tindakan bedah atas lambung. Pada kebanyakan kasus, kecil jumlah
mutlak kehilangan lemak tinja dan tanpa akibat klinik. Tetapi dalam beberapa
kasus malabsorpsi lemak bisa menyebabkan diare diinduksi asam lemak dan
difisiensi bermakna dalam ambilan vitamin larut lemak.
2.8. PENATALAKSANAAN
Pencegahan
Tindakan pencegahan hanya bermanfaat bila dilakukan sebelum terjadinya
penyakit kanker lambung itu. Ditinjau dari segi pendekatan penyembuhan herbal,
manfaat buah pisang dapat digunakan untuk mencegah penyakit kanker lambung.
Dan sebaiknya banyak mengkonsumsi makanan yang berserat dan menggunakan
sayuran, buah-buahan sebanyak mungkin dalam asupan sehari-hari. Juga
dianjurkan agar melakukan banyak gerakan seperti olahraga secara teratur.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang berhasil menangani karsinoma lambung kecuali
mengangkat tumornya. Bila tumor dapat diangkat ketika masih terlokalisasi di
lambung, pasien dapat sembuh. Bila tumor telah menyebar ke area lain yang dapat
dieksisi secara bedah, penyembuhan tidak dapat dipengaruhi. Pada kebanyakan
pasien ini, paliasi efektif, untuk mencegah gejala seperti obstruksi. Bila
gastrektomi subtotal radikal dilakukan, puntung lambung dianastomosiskan pada
jejenum, seperti pada gastrektomi untuk ulkus. Bila gastrektomi total dilakukan
kontinuitas gastrointestinal diperbaik dengan anastomosis diantara ujung esofagus
dan jejenum. Bila ada metastasis pada organ vital lain, seperti hepar, pembedahan
dilakukan terutama untuk tujuan paliatif dan bukan radikal. Pembedahan paliatif
dilakukan untuk menghilangkan gejala obstruksi atau disfagia.
Untuk pasien yang menjalani pembedahan namun tidak menunjukkan perbaikan,
pengobatan dengan kemoterapi dapat memberikan kontrol lanjut terhadap penyakit
atau paliasi. Obat kemoterapi yang sering digunakan mencakup kombinasi 5-
15
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri b.d agen injuri(fisik)
b. Ketidakseimbangan nutrisi kerang dari kebutuhan tubuh b.d ketidak mampuan
untuk memasukan atau mencerna nutrisi oleh faktor biologis
c. Ansietas b.d faktor keturunan, krisis situasional, stress, perubahan status
kesehatan, ancaman kematian, perubahan konsep diri, kurang pengetahuan dan
hospitalisasi
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Kanker lambung adalah suatu keganasan yang terjadi dilambung, sebagian
besar adalah dari jenis adenokarsinoma. Jenis kanker lambung lainnya adalah
leiomiosarkoma (kanker otot polos) dan limfoma. Kanker lambung lebih sering terjadi
pada usia lanjut. Kurang dari 25% kanker tertentu terjadi pada orang dibawah usia 50
tahun (Osteen, 2003).
Perubahan pada mukosa mungkin mengakibatkan peningkatan absorbsi
karsinogen dari diet, seperti makanan yang diasinkan, ikan asin dan nitrat. Faktor
etiologi lain termasuk aklorhidria, anemia pernisiosa dan merokok. Mungkin juga ada
faktor genetis karena penyakit ini terlihat terjadi dalam keluarga. Penambang batu
bara, tukang roti, pekerja yang bekerja pada kerajinan logam dan mereka yang bekerja
ditempat yang berdebu, berasap dan lingkungan yang mengandung sulfur dioksida
berada pada resiko tinggi. asap kayu atau tembakau, pengawet makanan nitrit, dan
produk lemak panas dapat menyebabkan klien rentan terhadap kanker lambung.
Tidak ada pengobatan yang berhasil menangani karsinoma lambung kecuali
mengangkat tumornya. Bila tumor dapat diangkat ketika masih terlokalisasi di
lambung, pasien dapat sembuh. Bila tumor telah menyebar ke area lain yang dapat
dieksisi secara bedah, penyembuhan tidak dapat dipengaruhi. Pada kebanyakan pasien
ini, paliasi efektif, untuk mencegah gejala seperti obstruksi. Bila gastrektomi subtotal
radikal dilakukan, puntung lambung dianastomosiskan pada jejenum, seperti pada
gastrektomi untuk ulkus
3.2. SARAN
Untuk Instansi
o Untuk pencapaian kualitas keperawatan secara optimal secara optimal
sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan secara berkesinambungan
21
22
Black, Joyce M., Hawks Jane Hokanson. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen
Klinis untuk Hasil yang diharapkan. Edisi 8-Buku 2. CV Pentasada Media Edukasi.
Diana, Nur. Pathway Kanker Gaster.
(http://scribd.com/doc/219887294 , diunduh pada tanggal 30 mai 2014)
Pearce, Evelyn C. (2011). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama.
Wilkinson, Judith M. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi IX. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran (EGC).
23