Anda di halaman 1dari 9

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP MEDIK


2.1.1 Pengertian
Cheryl, L.et al.(2009) mendefnisikan penyakit Buerger sebagai peradangan nonatherosklerotik,
keadaan bendungan yang menganggu sirkulasi pada kaki dan tangan, menyebabkan lesi segmental dan
pembentukan thrombus pada arteri kecil dan sedang, kadang-kadang pada vena. Penyakit ini
mempunyai insiden terbanyak pada laki-laki muda dengan riwayat pengguna tembakau.
Penyakit Buerger (Tromboangitis obliterans) adalah penyumbatan pada arteri dan vena
yang berukuran kecil sampai sedang, akibat peradangan yang dipicu oleh merokok. Berdasarkan studi
cohort, pria perokok sigaret berusia 20-40 tahun lebih banyak yang menderita penyakit Buerger
dibandingkan dengan siapapun.

Penyakit Buerger atau Tromboangitis Obliterans (TAO) adalah suatu penyakit vaskulitis dari
pembuluh darah yang paling sering ditemukan pada perokok pria yang berusia pertengahan. Sering
ditemukan feblitis superficial rekurens, sedangkan vena-vena dalam jarang terkena. Penyakit
pembuluh darah arteri dan vena ini bersifat segmental pada anggota gerak dan jarang pada alat-alat
dalam.

Penyakit Tromboangitis Obliterans merupakan kelainan yang mengawali terjadinya obstruksi


pada pembuluh darah tangan dan kaki. Pembuluh darah mengalami konstriksi atau obstruksi sebagian
yang dikarenakan oleh inflamasi dan bekuan sehingga mengurangi aliran darah ke jaringan.
2.1.2 Etiologi
Penyebabnya tidak jelas, tetapi biasanya tidak ada faktor familial serta tidak ada hubungannya
dengan penyakit Diabetes Mellitus. Penderita penyakit ini umumnya perokok berat yang kebanyakan
mulai merokok pada usia muda, kadang pada usia sekolah . Penghentian kebiasaan merokok
memberikan perbaikan pada penyakit ini. Walaupun penyebab penyakit Buerger belum diketahui,
suatu hubungan yang erat dengan penggunaan tembakau tidak dapat disangkal. Penggunaan maupun
dampak dari tembakau berperan penting dalam mengawali serta berkembangnya penyakit tersebut.
Hampir sama dengan penyakit autoimune lainnya, Tromboangitis Obliterans dapat memiliki sebuah
predisposisi genetik tanpa penyebab mutasi gen secara langsung. Sebagian besar peneliti mencurigai
bahwa penyakit imun adalah suatu endarteritis yang dimediasi sistem imun.
2.1.3 Tanda Dan gejala Syndrom Burger
1. Rasa Nyeri
a) Klaukadikasio intermiten, yaitu bila pasien jalan, pada jarak tertentu akan merasa nyeri pada
ekstremitas, dan setelah istirahat sebentar dapat berjalan lagi. Gejala tersebut biasanya
progresif.
b) Nyeri spontan berupa rasa nyeri yang hebat pada jari dan daerah sekitarnya, lebih hebat pada
waktu malam. Biasanya merupakan tanda awal akan terjadinya ulserasi dan gangren.Rasa
nyeri ini lebih hebat bila ekstremitas ditinggikan dan berkurang bila direndahkan.
c) Bila terjadi osteoporosis kaki akan sakit bila diinjakkan. Karena saraf juga terganggu, akan
ada perasaan hipererestesia.
2. Pulsasi arteri pada arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior biasanya menghilang.
3. Terjadi perubahan warna pada jari - jari yang terkena menjadi merah, normal, atau sianotik,
tergantung dari lanjutnya penyakit.
4. Suhu kulit pada daerah yang terkena akan lebih rendah pada palpasi.
5. Ulserasi dan gangren, sering terjadi spontan atau karena mikrotrauma. Gangren biasanya unilateral
dan terdapat pada ujung jari.
6. Tromboflebitis superfisial biasanya mengenai vena kecil dan sedang
2.1.4 Patofisiologi
Peradangan arteri perifer akan menyebabkan suatu oklusi arteri. Respons peradangan hampir
sama seperti peradangan di tempat lain dengan manifestasi akhir adalah terjadi penyembuhan dengan
disertai lesi trombosis yang menyebabkan obstruksi vaskular. Fenomena oklusi arteri ini sesuai dengan
daerah dimana arteri ini mengalami penyumbatan. Umumnya yang terken adalah ekstremitas bawah,
namun arteri pada ekstremitas atas dan visera dapat juga terlibat. Mungkin terdapat tromboflebitis
superficial sebagai manifestasi pembentukan trombus kecil yang menyerang arteri kecil.
Apabila penyakit berlanjut, akan terjadi kemerahan atau sianosis bila ekstremitas dalam posisi
tergantung perbuhan warna kadang hanya mengenai satu ekstremitas atau hanya beberapa jari. Respon
oklusi pada arteri ini dilanjutkan dengan terhentinya aliran darah secara lokal dan terjadi iskemia
jaringan lokal sesuai distribusi aliran darah yang mengalami penyumbatan yang lama kelamaan dapat
berkembang menjadi ulkus. Apabila manisfestasi ini tidak segara dilakukan intervensi, maka akhrinya
terjadilh ulkus dan gangren.
Syndrome Buerger disebabkan karena faktor merokok yang dapat menimbulkan peningkatan
asam pada penyakit buerger. Sehingga Imun meningkat dan tubuh mengalami hipersensitivitas yang
menyebabkan kepekaan seluler serta meningkatkan enzim dan serum anti endotenial. Karena
meningkatnya enzim dan serum anti endotenial menyebabkan vaskuler melemah sehingga terjadilah
peningkatan HLA-A9, HLA-A54, dan HLA-B5, dan akan mengakibatkan disfungsi vaskuler yang
menimbulkan peradangan pada arteri dan vena sehingga terbentuklah gangren dan akhirnya akan di
amputasi.
Akibat iskemia pembuluh darah (terutama ekstremitas inferior), akan terjadi perubahan patologis:
 otot menjadi atrofi atau mengalami fibrosis
 tulang mengalami osteoporosis dan bila timbul gangren maka terjadi destruksi tulang yang
berkembang menjadi osteomielitis
 terjadi kontraktur dan atrofi
 kulit menjadi atrofi
 fibrosis perineural dan perivaskular
 ulserasi dan gangren yang dimulai dari ujung jari.
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Rontgen anggota gerak untuk melihat :
a) Tanda – tanda osteoporosis tulang – tulang.
b) Tanda – tanda klasifikasi arteri
2. Arteriografi
Ciri khas dari gambaran arteriografi pada tromboangitis obliteran’s yaitu bersifat segmental, artinya
sumbatan terdapat pada beberapa tempat, tapi segmen diantara tempat yang tersumbat itu normal.
Pada kasus lanjut, biasanya terjadi kolateralisasi.
3. Pemeriksaan Doppler
Dapat membantu mengetahui kecepatan aliran darah dalam pembuluh.Metode penggambaran
secara modern, seperti computerize tomography (CT) dan Magnetic resonance imaging (MRI) Pada
pasien dengan ulkus kaki yang dicurigai Tromboangitis Obliterans, Allen test sebaiknya dilakukan
untuk mengetahui sirkulasi darah pada tangan dan kaki.
4. Angiografi
2.1.6 Komplikasi
1. Gangren
Gangren adalah kematian bagian jaringan tubuh. Gangren biasanya disebabkan oleh suplai
darah tidak adekuat, tetapi kadang kala disebabkan oleh cedera langsung (gangren traumatik) atau
infeksi (gas gangren – lihat di bawah). Suplai darah yang buruk dapat disebabkan oleh:
• Penekanan pada pembuluh darah (misalnya, turniket, balutan yang terlalu ketat, dan
pembengkakan ekstremitas);
• Obstruksi di dalam pembuluh darah yang sehat (misalnya, emboli arteri, kerusakan
jaringan akibat suhu rendah, jika kapiler menjadi tersumbat);
• Spasme dinding pembuluh darah (misalnya toksisitas ergot);
• Trombosis yang disebabkan oleh penyakit dinding pembuluh darah
(misalnya,arteriosklerosis pada arteri, flebitis pada vena).
Gangren kering terjadi jika aliran darah dari area yang terkena menjadi hitam dan
emasiasi. Gangren lembap terjadi jika aliran vena tidak adekuat sehingga jaringan
mengalami pembengkakan akibat cairan.
2. Ulkus
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan Ulkus adalah ke-
matian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut
menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan
perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer.
3. Kemerahan
4. Sianosis
Diskolorasi kebiruan pada kulit dan membran mukosa akibat konsentrasi yang berlebihan
hemoglobin tereduksi dalam darah yang lebih dari 5 g%. (Kamus Kedokteran Dorland).

2.1.7 Penatalaksanaan Medis dan Penanganan

1. Tindakan untuk menghentikan progresifitas penyakit, antara lain pasien mutlak harus berhenti
merokok.
2. Tindakan untuk menimbulkan vasodilatasi:
a) Simpatektomi lumbal, yaitu dengan mengangkat 2-3 buah ganglion simpatik LI dan LIII
(LI – LIV).Tindakan ini masih kontroversi.
b) Mencegah vasokontriksi dengan menjaga suhu.

3. Bagian kepala dari tempat tidur dapat ditinggikan 15-20 cm diatas balok, sehingga gaya gravitasi
membantu mengalirkan darah menuju arteri-arteri.
4. Tindakan untuk menghilangkan rasa nyeri pada klaudikasio intermiten ialah dengan jangan banyak
jalan.
5. Pencegahan dan pengobatan terhadap ulserasi/ gangren dengan cara:
a) Mencegah trauma /infeksi penting untuk memelihara kebersihan kaki.
b) Direndam dengan larutan permanganat kallikus 1/5000 selama 20 menit setiap hari.
c) Antibiotik.
6. Pengobatan spesifik.
Dari pengobatan spesifik yang telah ditemukan belum ada yang diterima secara luas,
walaupun antikoagulan, dekstran, fenilbutazon, piridinolkarbanat, inositol niasinat dan steroid
direkomendasikan. Lebih baru lagi dikatakan terapi dengan prostaglandin (PGA1 ) dan defibrotide
sama baiknya dengan zat pencegah agregasi platelete.
Iskemia tangan yang berat akibat trombosis akut pada tromboangitis obliterans, secara dramatis
membaik dengan infus Urokinase intra arteri yang dilanjutkan dengan angioplasty dengan kateter
balon. Pada pembuluh darah kecil dan pemberian antikoagulasi.
7. Lakukanlah perawatan lebih awal dan secara agresif pada lula-luka ektremis untuk menghindari
infeksi
9. Penderita dengan gangren, luka-luka atau nyeri ketika beristirahat, perlu menjalani tirah baring.
10. Penderita harus melindungi kakinya dengan pembalut yang memiliki bantalan tumit atau dengan
sepatu boot yang terbuat dari karet.
Penderita juga harus menghindari:
- Pemaparan terhadap dingin
- Cedera karena panas, dingin atau bahan (seperti iodine atau asam) yan digunakan untuk
mengobati kutil dan kapalan
- Cedera karena sepatu yang longgar/sempit atau pembedahan minor
- Infeksi jamur
- Obat-obat yang dapat mempersempit pembuluh darah.

2.2 KONSEP KEPERAWATAN


ASUHAN KEPERAWATAN
SYNDROM BUERGER
2.2.1 Pengkajian
Fokus pengkajian keperawatan pada area yang mendapat suplai darah dari pembuluh darah
yang mengalami penyumbatan. Pada pengkajian keperawatan didapat adanya keluhan kram pada kaki
(terutama di telapak) atau tungkai sehabis latihan (klaudikasi intermiten) yang dapat dihilangkan
dengan istirahat terkadang rasa nyeri semakin parah akibat gangguan emosi, merokok atau kedinginan.
Nyeri adalah gejala utama pada penyakit buerger. Keluhan nyeri pada istirahat, perasaan
terbakar, atau sensitif terhadap dingin mungkin merupakan gejala awal.
Nyeri istirahat terjadi terus menerus. Sifat nyeri berubah meskipun pada saat istirahat yang
dilanjutkan dengan berbagai jenis parestesia dan perubahan pada denyut nadi melemah atau
menghilang. Pada pengkajian fisik klien yang sudah masuk fase kronis sering di dapatkan adanya
kerusakan integritas kulit seperti ulkus dan luka gangren dan bersifat lokal.

2.2.2 Diagnosa
1. Nyeri yang berhubungan dengan penurunan suplai darah ke jaringan sekunder dari adanya oklusi
pembuluh darah perifer.
2. Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan adanya ulkus dan gangren ekstremitas
sekunder akibat terhentinya aliran darah ke ekstremitas.
3. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan nyeri dan kram pada kaki.
4. Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman, atau perubahan kesehatan.
2.2.3 Intervensi
Dx 1 : Nyeri yang berhubungan dengan suplai darah ke jaringan sekunder dari
adanya oklusi pembuluh darah perifer.
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam terdapat penurunan dari ekstremitas.
Kriteria Hasil : secara subjektif klient mengatakan penurunan rasa nyeri, secara objektif
didapatkan TTV dalam batas normal dan wajah rileks.
INTERVENSI RASIONAL
Cacat karakteristik, lokasi, Variasi penampilan dan perilaku klien karena nyeri
intensitas, lama dan terjadi sebagai temuan pengkajian.
penyebarannya.
Lakukan manajemen Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan
keperawatan. oksigen ke jaringan yang mengalami iskemia.
1. Atur posisi fisiologis
2. Istirahatkan klien Istirahat akan menurunkan kebutuhan oksigen
jaringan perifer sehingga akan menurunkan
kebutuhan jaringan yang membutuhkan oksigen
untuk menurunkan iskemia.
3. Manajemen lingkungan : Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus
lingkungan tenang dan nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung akan
batasi pengunjung. membantu meningkatan kondisi oksigen ruangan
yang akan berkurang apabila banyak pengunjung
yang berada di ruangan.
4. Ajarkan tekhnik Meningkatkan asupan oksigen sehingga akan
relaksasi pernafasan menurunkan nyeri sekunder dan dari iskemia
dalam jaringan.
5. Ajarkan tekhnik Distraksi ( pengalihan perhatian ) dapat
distraksi apada saat menurunkan stimulus internal dengan mekanisme
nyeri peningkatan produksi endorfin dan enkefalin yang
dapat memblok reseftor nyeri untuk tidak di
kirimkan ke korteks serebri sehingga menurunkan
persepsi nyeri.
6. Lakukan manajemen Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa
sentuhan sentuhan dukungan psikologis dapat membantu
menurunkan nyeri. Masase ringan dapat
meningkatkan aliran darah serta dengan otomatis
membantu suplai darah dan oksigen ke area nyeri
dan menurunkan sensasi nyeri.
Kolaborasi pemberian analgetik Analgetik akan menurunkan sensasi nyeri dengan
menghambat stimulus nyeri agar jangan sampai di
kirimkan ke korteks serebri.
Dx 2 : Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan adanya ulkus dan
gangren pada ekstermitas sekunder dari terhentinya aliran darah ke ekstremitas.
Tujuan : 7 x 24 jam integritas kulit membaik secara optimal.
Kriteria Hasil : pertumbuhan jaringan meningkat, keadaan luka membaik, pengeluaran
pus pada luka tidak ada lagi, luka menutup.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji kerusakan jaringan Menjadi data dasar untuk memberikan informasi
lunak yang terjadi pada intervensi perawatan luka, alat apa yang digunakan dan
klien. jenis larutan apa yang akan digunakan
Lakukan perawatan luka : Perawatan luka dengan teknik steril dapat mengurangi
1. Lakukan dengan kontaminasi kuman langsung ke area luka.
tekhnik steril
2. Kaji keadaan luka Manajemen membuka luka dengan menguyur larutan
dengan teknik NaCl ke kasa dapat mengurangi stimulus nyeri dan
membuka balutan menghindari terjadinya perdarahan pada luka ulkus
mengurangi stimulus akibat kasa yang kering karena ikut mengering bersama
nyeri, bila melekat pus yang diserap kasa juga ikut mengering.
kuat perban diguyur
dengan NaCl

3. Lakukan pembilasan Teknik membuang jaringan dan kuman diarea luka


luka dari arah dalam diharapkan keluar dari area luka
ke luar dengan
cairan NaCl
4. Tutup luka dengan NaCl merupakan larutan fisiologis yang lebih mudah
kasa steril atau diabsorpsi oleh jaringan di bandingkan dengan larutan
dikompres dengan antiseptik serta dengan dicampur dengan antibiotik
NaCl dan antibiotik dapat mempercepat penyembuhan luka akibat infeksi
dari osteomelitis
5. Lakukan nekrotomi Jaringan nekrotik dapat menghambat proses
pada jaringan yang penyembuhan luka
sudah mati
6. Rawat luka setiap Memberikan rasa nyaman pada klien dan dapat
hari atau setiap kali membantu meningkatkan pertumbuhan jaringan luka
pemblut basah atau
kotor
7. Evaluasi pembebat Pemasangan perban elastis yang terlalu kuat dapat
terhadap resolusi menyebabkan edema pada daerah distal dan juga
edema menambah rasa nyeri pada klien.

Evaluasi kerusakan, Adanya waktu selama 7x24 jam dalam melakukan


perkembangan, dan perawatan luka klien osteomielitis menjadi tolak ukur
pertumbuhan jaringan. keberhasilan dan intervensi yang di berikan. Apabila
Lakukan perubahan masih belum mencapai kriteria evaluasi, maka sebaiknya
intervensi bila setelah waktu perlu dikaji ulang faktor-faktor apa yang menghambat
yang ditetapkan tidak ada pertumbuhan luka jaringan.
perkembangan
pertumbuhan jaringan yang
optimal

Dx 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan kram pada kaki


Tujuan : Aktivitas klien mengalami peningkatan
Kriteria Hasil : Dalam waktu 3x24 jam aktivitas klien mengalami peningkatan. Klien
tidak mengeluh pusing, alat dan sarana untuk memenuhi aktivitas tersedia dan mudah
klien jangkau. TTV dalam batas normal, CRT < 3 detik, urine > 600 ml/hari
INTERVENSI RASIONAL
Catat frekuensi dan irama jantung, Respons klien terhadap aktivitas dapat
serta perubahan tekanan darah mengindikasikan respons nyeri yang parah
selama dan sesudah aktivitas.
Tingkatkan istirahat, batasi Menurunkan kerja kebutuhan oksigen jaringan
aktivitas, dan berikan aktivitas
senggang yang tidak berat.
Jelaskan pola peningkatan Aktivitas yang maju memberikan kontrol jantung,
bertahap dari tingak aktivitas, meningkatkan regangan, dan mencegah aktivitas
contoh : bangun dari kursi bila tak berlebih
ada nyeri, ambulasi, dan istirahat
selama 1jam setelah makan.

Dx 4 : Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman, atau
perubahan kesehatan
Tujuan : Kecemasan klien berkurang
Kriteria Hasil : Dalam waktu 1x24 jam kecemasan klien berkurang, klien menyatakan
kemcemasan berkurang, mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi penyebab atau
faktor yang memengaruhinya, kooperatif terhadap tindakan, serta wajah rileks.
INTERVENSI RASIONAL
Bantu klien mengekspresikan Cemas berkelanjutan memberikan dampak
perasaan marah, kehilangan dan serangan jantung selanjutnya
takut.
Kaji tanda verbal dan nonvebal Reaksi verbal atau nonverbal dapat menunjukan
kecemasan, dampingi klien dan rasa agitasi, marah dan gelisah
lakukan tindakan bila klien
menunjukan perilaku merusak
Mulai melakukan tindakan untuk Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak
mengurangi kecemasan. Beri perlu
lingkungan yang tenang dan
suasana penuh istirahat
Beri kesempatan kepada klien Dapat menghilangkan ketegangan terhadap
untuk mengugkapkan ansietasnya kekhawatiran yang tidak diekspresikam
Kolaborasi dokter : berikan Meningkatkan relaksasi dan menurunkan
anticemas sesuai indikasi kecemasan

2.2.4 Impementasi
Dx 1: Nyeri yang berhubungan dengan penurunan suplai darah ke jaringan sekunder
dari adanya oklusi pembuluh darah perifer
1. Mencacat karakteristik, lokasi, intensitas, lama dan penyebarannya.
2. Melakukan manajemen keperawatan luka
3. Mengistirahatkan klien
4. Memanajemen lingkungan : lingkungan tenang dan batasi pengunjung.
5. Mengajarkan tekhnik relaksasi pernafasan dalam
6. Mengajarkan tekhnik distraksi apada saat nyeri
7. Kolaborasi pemberian analgetik

Dx 2 :Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan adanya ulkus dan


gangren pada ekstermitas sekunder dari terhentinya aliran darah ke ekstremitas.
1. Mengkaji kerusakan jaringan lunak yang terjadi pada klien.
2. Melakukan perawatan luka :
 Melakukan dengan tekhnik steril
 Mengkaji keadaan luka dengan teknik membuka balutan mengurangi
stimulus nyeri, bila melekat kuat perban diguyur dengan NaCl
 Melakukan pembilasan luka dari arah dalam ke luar dengan cairan NaCl
 Menutup luka dengan kasa steril atau dikompres dengan NaCl dan
antibiotic
 Melakukan nekrotomi pada jaringan yang sudah mati
 Merawat luka setiap hari atau setiap kali pemblut basah atau kotor
3. Mengevaluasi pembebat terhadap resolusi edema
4. Mengevaluasi kerusakan, perkembangan, dan pertumbuhan jaringan.
Lakukan perubahan intervensi bila setelah waktu yang ditetapkan tidak ada
perkembangan pertumbuhan jaringan yang optimal
Dx 3 :Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan nyeri dan kram pada kaki.
1. Mencatat frekuensi dan irama jantung, serta perubahan tekanan darah
selama dan sesudah aktivitas.
2. Meningkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikan aktivitas senggang
yang tidak berat.
3. Menjelaskan pola peningkatan bertahap dari tingak aktivitas, contoh :
bangun dari kursi bila tak ada nyeri, ambulasi, dan istirahat selama
1jam setelah makan.

Dx 4 : Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman, atau
perubahan kesehatan
1. Memantu klien mengekspresikan perasaan marah, kehilangan dan takut.
2. Mengkaji tanda verbal dan nonvebal kecemasan, dampingi klien dan lakukan tindakan
bila klien menunjukan perilaku merusak
3. Melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan. Beri lingkungan yang tenang dan
suasana penuh istirahat
4. Memberi kesempatan kepada klien untuk mengugkapkan ansietasnya
5. Kolaborasi dokter untuk memberikan anticemas sesuai indikasi

Anda mungkin juga menyukai