Anda di halaman 1dari 7

Telah dilakukan penelitian di propinsi Jawa Barat dan Bali, tentang kenakalan

remaja yang meliputi sifat dan perilaku remaja dalam mengendarai kendaraan
bermotor dengan kecepalan tinggi (ngebut). keterlibatan perkelahian antar pelajar,
termasuk keinginan untuk tidak mengikuti pelajaran di sekolah (membolos),
meninggalkan rumah tanpa seizin orang tua, dan melakukan coret-coret di dinding,
tindakan kriminal termasuk pemerasan, pencurian serta perusakan gedung.

Responden adalah remaja berumur 13—19 tahun yang masih sekolah atau sudah
putus sekolah, belum menikah dan berada di wilayah puskesmas terpilih. Jumlah
responden 1110 remaja di Jawa Barat (Bandung dan Cianjur) dan 877 remaja di
propinsi Bali (Denpasar dan Gianyar). Pengumpulan data kuantitatif dilakukan
dengan menggunakan kuesioner, sedangkan data kualitatif dikumpulkan melalui
diskusi kelompok terarah (DKT). Sebagai hasil penelitian dapat dikemukakan
disini bahwa remaja yang pernah mengendarai kendaraan bermotor dengan
kecepatan tinggi di Jawa Barat-urban sebesar 22,4%, sementara di rural 10,6%.
Sebaliknya di Bali di urban hanya 18,4%, sedangkan di rural 22,4%. Pengalaman
pemah absen tidak mengikuti pelajaran di sekolah tanpa izin guru (membolos) di
Jawa Barat-urban 51,9%, rural 33,7%, sebaliknya di Bali-urban 30,1%, rural
37,1% dan meninggalkan rumah tanpa izin orang tua, secara berturut-turut dapat
dikemukakan sebagai berikut : di Jawa Barat-urban 54,4%, rural 42,3% sementara
di Bali-urban 58,4%, rural 52,7%. Kenakalan remaja berupa coret-coret dinding
baik di propinsi Jawa Barat maupun di Bali cukup tinggi juga. Di propinsi Jawa
Barat hampir seimbang yaitu untuk urban 26,3%, sedangkan di rural 23,6%.
Sebaliknya di Bali-urban 31,7% lebih tinggi daripada di rural 19,6%. Bentuk
kenakalan remaja yang lain kearah kriminalitas, meliputi pemerasan dan pencurian
ditemukan pula melalui penelitian di Jawa Barat-urban, remaja yang pernah
melakukan pemerasan hanya sekitar 2,2%. Nampaknya di rural agak meningkat
yaitu 5,0%. Sementara di propinsi Bali-urban sekitar 7,2%; keadaan ini hampir
sama dengan di rural yaitu 5,8%. Pencurian yang dilakukan oleh remaja juga dapat
dikemukakan di sini, 6,3% remaja di Jawa Barat-urban pernah melakukannya,
sedangkan di rural sedikit meningkat 8,2%. Lain halnya di Bali, di urban 8,9%
lebih rendah daripada di rural 17, 7%. Beberapa gedung menjadi sasaran para
remaja untuk melampiaskan kenakalannya, nampak bahwa di Jawa Barat-urban
12,5% remaja melakukan perusakan gedung, di rural Jawa Barat 5,7%, sedangkan
di Bali-urban 36,9% menyusul di rural 2,2%. Dari data tersebut diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa umur rata-rata remaja yang mulai melakukan kenakalan
tersebut antara 5-9 tahun. Sedangkan remaja yang mulai melakukan coretan di
dinding pada umur <5 tahun. Beberapa faktor yang melatar belakangi kenakalan
remaja antara lain adalah disharmoni keluarga, gangguan fungsi sekolah, sakit hati,
pelampiasan kekesalan, solidaritas kawan dan ketidakpuasan remaja.

Penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang akhir-akhir ini sudah sangat memprihatinkan.
Walaupun usaha untuk menghentikan sudah digalakkan tetapi kasus-kasus penggunaan narkoba
ini sepertinya tidak berkurang. Ada kekhasan mengapa remaja menggunakan narkoba/ napza
yang kemungkinan alasan mereka menggunakan berbeda dengan alasan yang terjadi pada orang
dewasa.

Survei Badan Narkotik Nasional (BNN) tahun 2003 memperkirakan mereka yang pernah
memakai NAZA di kelompok pelajar dan mahasiswa sekitar 5,8%, sedangkan yang pernah
memakai dalam setahun terakhir sebesar 3,9%. Prevalensi pada laki-laki sebanyak 4,6%, jauh
lebih tinggi daripada perempuan yaitu sebanyak 0,4%. Prevalensi penyalahgunaan NAZA lebih
tinggi pada pendidikan SLTA ke atas dibandingkan pendidikan yang lebih rendah.16

Data survei dari Rumah Sakit Ketergantungan Obat tahun 1997 menemukan bahwa usia
pengenalan NAZA semakin muda yaitu menghisap rokok 6 tahun, menghisap ganja pada usia 7
tahun, minum minuman beralkohol usia 9 tahun, pil-pil psikotropika usia 10 tahun, dan
pemakaian opium usia 13 tahun. Data di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya
diperkirakan 30-40% anak-anak jalanan memakai zat-zat yang mempengaruhi kerja otak seperti
lem, pil-pil psikotropika, alkohol, dan ganja. Alkohol merupakan substansi utama yang paling
banyak digunakan remaja dan sering berhubungan dengan kecelakaan kendaraan bermotor yang
merupakan penyebab utama kematian remaja. Pada tahun 1991-1995 prevalensi pemakaian
alkohol dan obat-obatan oleh remaja meningkat dua kali yaitu dari 11% menjadi 21%.6

Centers for Disease Control and Prevention pada tahun 1995 memperkirakan sekitar 5 juta orang
berusia kurang dari 17 tahun meninggal akibat penyakit yang berhubungan dengan rokok.17
Jumlah perokok dari kalangan remaja Indonesia akhir-akhir ini mengalami peningkatan. BPS
mencatat pada tahun 2004 perokok aktif dari kalangan anak-anak ada pada kisaran usia 13-15
tahun dengan jumlah 26,8 % dan pada kisaran 5-9 tahun sebanyak 2,8 %. Komnas Perlindungan
Anak mendapatkan data tentang faktor penyebab daya tarik remaja terhadap rokok. Diperoleh
data, 99,7 % remaja terpengaruh untuk merokok setelah melihat iklan rokok di televisi; 87,7 %
setelah melihat iklan rokok di luar ruang; 76,2 % setelah melihat iklan rokok di koran dan
majalah, dan 81 % setelah mengikuti kegiatan yang disponsori industri rokok.18

Santrock (2003) menemukan beberapa alasan mengapa remaja mengkonsumsi narkoba yaitu
karena ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan
lingkungan, maupun untuk kompensasi

Salah satu bentuk perilaku risiko tinggi yang terjadi dan menjadi masalah masa remaja adalah
perilaku yang berkaitan dengan seks pra nikah. Angka statistik tentang deviasi (penyimpangan)
perilaku seks pra nikah anak remaja dari tahun ke tahun semakin besar. Era tahun 1970,
penelitian mengenai perilaku seks pra nikah menunjukkan angka 7-9%. Dekade tahun 1980,
angka tersebut meningkat menjadi 12-15%. Berikutnya tahun 1990 meningkat lagi menjadi
20%.20

Di era sekarang ini, Pusat Studi Kriminologi Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta
menemukan 26,35% dari 846 peristiwa pernikahan telah melakukan hubungan seksual pra nikah
dimana 50% nya menyebabkan kehamilan. Di Kabupaten Kulon Progo berdasarkan pantauan
Dinas Kesehatan tahun 2006, sekitar 44% calon pengantin baru yang melakukan tes kehamilan
telah diketahui positif hamil.20

Data nasional survei keluarga tahun 1982 sebanyak 65% perempuan muda menggunakan
kontrasepsi yang tidak efektif atau tanpa kontrasepsi sewaktu melakukan hubungan seks
pertama, kejadian tersebut menurun menjadi 41% pada tahun 1988.6 Penelitian oleh Pusat
Ekologi Kesehatan, Badan Litbang Kesehatan, Depkes RI tahun 1990 terhadap siswa-siswa SMA
di Jakarta dan Yogyakarta menyebutkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi remaja untuk
melakukan hubungan seks pranikah adalah membaca buku porno dan menonton blue film (54,3%
di Jakarta dan 49,2% di Yogyakarta). Adapun motivasi utama melakukan senggama adalah suka
sama suka (76% di Jakarta dan 75,6% di Yogyakarta), pengaruh teman, kebutuhan biologis 14-
18% dan merasa kurang taat pada nilai agama sebanyak 20-26%.6,20

Kawin Muda

Semakin muda usia saat perkawinan pertama semakin besar risiko yang dihadapi ibu dan anak.
Salah satu indikator kesejahteraan rakyat adalah angka kematian ibu. Angka kematian ibu di
Indonesia masih tinggi. Laporan UNICEF tahun 2001 menyebutkan angka kematian ibu rata-rata
dari tahun 1980-1999 adalah 450 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan hasil SKRT 1995
menunjukkan penurunan angka kematian ibu sampai 373 per 100.000 kelahiran hidup. Beberapa
penyebab utama kematian tersebut adalah tidak tersedianya perawatan ibu dengan baik, jarak
kelahiran yang terlalu berdekatan, dan pernikahan dini.6

Sebuah survei tahun 1995 mendapatkan 21,5% perempuan Indonesia yang perkawinan
pertamanya dilakukan pada usia 17 tahun. Di daerah pedesaan dan perkotaan perempuan
melakukan perkawinan di bawah umur tercatat masing-masing 24,4% dan 16,1%. Persentase
terbesar kawin muda terdapat di propinsi Jawa Timur 40,3%, Jawa Barat 39,6%, dan Kalimantan
Selatan 37,5%.6

Aborsi

Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum teratasi sampai saat ini. Data
tentang kejadian aborsi dan kematian yang diakibatkannya sangat sulit diperoleh karena menurut
Undang-Undang No.23 tentang kesehatan pasal 15, tindakan aborsi tanpa indikasi medis
merupakan tindakan ilegal dengan ancaman denda dan hukuman penjara bagi pelakunya. Survei
Depkes tahun 1995/1996 pada remaja belum menikah berusia 13-19 tahun sebanyak 1189 orang
di Jawa Barat dan 922 orang di Bali menemukan 7% remaja perempuan di Jawa Barat dan 5% di
Bali mengakui pernah terlambat haid atau hamil. Dan 10.981 pengunjung klinik KB di
Yogyakarta, menurut data sekunder tahun 1996-1997 terdapat 19,3% yang datang dengan
kehamilan tak dikehendaki dan telah melakukan tindakan pengguguran kandungan dengan
sengaja secara tidak aman sekitar 2% berusia <22 tahun.21

Saat ini tiap hari ada 100 remaja yang melakukan aborsi karena kehamilan di luar nikah. Jika
dihitung per tahun, 36 ribu janin dibunuh oleh remaja dari rahimnya. Ini menunjukkan pergaulan
seks bebas di kalangan remaja Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Survei Pusat Penelitian
Kesehatan Universitas Indonesia menemukan jumlah kasus aborsi di Indonesia setiap tahunnya
mencapai 2,3 juta dan 30% di antaranya dilakukan oleh remaja.20,22

Infeksi Menular Seksual

Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami peningkatan kerentanan terhadap berbagai ancaman
risiko kesehatan terutama yang berkaitan dengan kesehatan seksual dan reproduksi termasuk
peningkatan ancaman HIV/AIDS. Depkes RI menunjukkan bahwa sampai Maret 2008 pengidap
HIV/AIDS terbanyak adalah kelompok remaja.4 Sampai dengan tahun 2004 kasus AIDS di
Indonesia yang dilaporkan ditemukan pada kelompok 0-4 tahun sebanyak 12 kasus (1,53%),
umur 5-14 tahun sebanyak 4 kasus (0,3%), dan umur 15-19 tahun sebanyak 78 kasus (5,69%).
Kasus HIV/AIDS di Jawa Tengah dalam 5 tahun terakhir ini mengalami peningkatan yang cukup
berarti, dari 14 kasus pada tahun 2000 menjadi 158 kasus pada tahun 2005.23

Data penyakit infeksi menular seksual (IMS) remaja yang berobat ke RSHS tahun 1998 adalah
19 kasus pria, dan 20 kasus perempuan dari total kunjungan pasien baru 483 orang.6 Pada remaja
pria kasus terbanyak adalah uretritis gonore dan pada perempuan adalah bakterial vaginosis.3 Di
RS Pirngadi Medan selama 2 tahun (1993-1994) untuk penyakit kondiloma akuminata tercatat
35,4% pada kelompok usia 20-24 tahun. Di RS Dr. Kariadi Semarang selama 4 tahun (1990-
1994) tercatat 3.803 kasus IMS pada unit rawat jalan, 1325 kasus (38,8%) diderita oleh remaja
berusia 15-24 tahun. Di RSUP Sanglah Denpasar tercatat 59,1% penderita IMS pada tahun 1995-
1997 adalah kelompok remaja.24

Peningkatan kejadian IMS pada remaja disebabkan oleh kurangnya pengetahuan remaja tentang
IMS dan kurangnya kesadaran remaja untuk menggunakan kondom pada saat melakukan
hubungan seksual dengan pekerja seks komersial. Remaja percaya bahwa IMS dapat dicegah
dengan cara meningkatkan stamina dan meminum antibiotik sebelum berhubungan seks.

MEDAN (Berita): Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BkkbN) Sumut,
Indra Wirdhana SH,MM mengaku prihatin dengan keberadaan remaja saat ini. Sebab menurut
data 2010, baik dari Badan Pusat Statistik (BPS), Bappenas dan UNFPA, sebagian dari 63 juta
jiwa remaja berusia 10 sampai 24 tahun di Indonesia rentan berprilaku tidak sehat.

“Masalah yang paling menonjol dikalangan remaja saat ini, misalnya masalah seksualitas,
sehingga hamil di luar nikah dan melakukan aborsi. Kemudian rentan terinfeksi penyakit
menular seksual (IMS), HIV atau AIDS serta penyalahgunaan Narkoba,” kata Indra Wirdhana
SH,MM saat membuka kegiatan lomba penyuluhan penyiapan kehidupan berkeluarga bagi
remaja tingkat propinsi Sumatera Utara, di Pendopo USU, Selasa (29/06).
Indra mengatakan, saat ini jumlah penduduk Indonesia sebanyak 233 juta jiwa dan 26,8% atau
63 juta jiwa adalah remaja, jika para remaja tidak dibekali dengan ilmu kesehatan reproduksi
remaja (KRR) secara baik, tidak mustahil remaja ditanah air akan terjerumus. Apalagi lembaga
survey di Indonesia menyatakan sebagian dari jumlah remaja di Indonesia berusia 10 sampai 24
tahun berprilaku tidak sehat.

Survey yang dilakukan Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) kata Indra, ternyata
remaja putri berusia 14 sampai 19 tahun, persentasenya lebih tinggi dari pada remaja putra soal
pernah berhubungan seksual yakni 34,7% untuk permpuan dan 30,9% untuk pria. Demikian juga
untuk remaja berusia 20 sampai 24 tahun, remaja perempuan 48,6% dan pria 46,5%. Bahkan
berdasarkan penelitian Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan serta Pusat Pelatihan Bisnis dan
Humaniora selama 3 tahun (1999 – 2002) pada tempat kos mahasiswa di Yogyakarta
menunjukkan 97,05 persen dari 1660 mahasiswa yang diteliti sudah hilang keperawanannya.

Sementara itu kasus aborsi dikalangan remaja, jelas Indra juga tinggai, diperoleh data 2,5 juta
jiwa perempuan pernah melakukan aborsi dan dari jumlah ini 27 persen atau 700 ribu dilakukan
oleh remaja. Untuk Narkoba menunjukkan 1,5% dari jumlah penduduk Indonesia atau 3,2 juta
jiwa pengguna narkoba dan dari jumlah itu 78% dari kalangan remaja. Sedang kasus AIDS
hingga Desember 2009 sebesar 19.973 kasus dan dari jumlah ini 50,3% ditularkan melalui
hubungan heteroseksual.

Dalam hal ini kata Indra salah satu yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah remaja
diantaranya melalui oembentukan Pusat Informasi dan Konseling Remaja/Mahasiswa (PIK
Remaja/Mahasiswa) yang merupakan suatu wadah kegiatan program Penyiapan Kehidupan
Berkeluarga bagi Remaha (PKBR) yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan
pelayanan informasi dan konseling tentang kependudukan dan KB.

“Yang jelas remaja diharapkan dapat menjadi Generasi Berencana (Genre), yaitu generasi yang
dapat menunda usia perkawinan, berprilaku sehat, terhindar dari resiko seksualitas, HIV, AIDS
dan Navza. Kemudian bercita-cita mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera dan menjadi
contoh bagi teman sebayanya,” tegas Indra.

 !
 2. Lembaga Dakwah Sekolah Hizbut Tahrir Indonesia (LDS-HTI) Identitas gak jelas Krisis
Identitas
 3. Lembaga Dakwah Sekolah Hizbut Tahrir Indonesia (LDS-HTI) Krisis Identitas Lembaga
pengawas kepolisian Indonesia, Indonesian Police Watch, mencatat, di Jakarta diperkirakan 60
orang tewas berkaitan aksi geng motor setiap tahunnya. (Radio Australia, 18/04/12) sebanyak
83% remaja Jambi mengaku kalo dirinya sangat mementingkan penampilan. (Jambi
Independent, 04/02/08). tingginya kasus homoseksual di kalangan pelajar di Bandung, 21%
siswa SLTP dan 35 % siswa SMU disinyalir telah melakukan perbuatan homoseksual.
(Swaramuslim.net, 19/12/03) Tahun 2006, 37,3% anak-anak usia 13 -15 tahun di Indonesia
sudah membakar rokok. Bahkan 3 dari 10 pelajar SMP di Indonesia (30,9%) mulai merokok
sebelum umur 10 tahun. (Republika, 02/03/08).
 4. Lembaga Dakwah Sekolah Hizbut Tahrir Indonesia (LDS-HTI) Gaul kian Amburadul Biar
tetep ‘eksis’
 5. Lembaga Dakwah Sekolah Hizbut Tahrir Indonesia (LDS-HTI) Gaul kian Amburadul Data
di Bogor selama 4 tahun terakhir: 88 kasus tawuran pelajar yang menewaskan 10 pelajar dari
93 korban. (Kompas.Com, 7/03/12). 70 % siswa SMP dan SMU di 12 kota besar pernah
mendapatkan tawaran narkoba dari temannya sendiri. 20% dari 4 juta pengguna narkoba di
seluruh Indonesia adalah remaja. (Detik.com, 25/06/06) "Sebanyak 48 persen kekerasan
dilakukan oleh guru, 42 persen oleh teman sekolah dan sisanya dari unsur sekolah lain seperti
penjaga sekolah," kata Arist. (Tempointeraktif.com, 14/12/08) Hasil penelitian Resist Book,
sebanyak 50% uang mahasiswa dihabiskan untuk biaya komunikasi, seperti membeli ponsel
(telepon seluler) dan voucher. (Hidayatullah.com, 25/12/06)
 6. Lembaga Dakwah Sekolah Hizbut Tahrir Indonesia (LDS-HTI) Cinta Berbalut Nafsu TIPIS
BANGET BATASNYA
 7. Lembaga Dakwah Sekolah Hizbut Tahrir Indonesia (LDS-HTI) Cinta Berbalut Nafsu
Survei tahun 2005 dari Sabang hingga Merauke, 40%–45% remaja antara 14–24 tahun
menyatakan secara terbuka bahwa mereka telah berhubungan seks pranikah (Sindo, 10/05/07).
Base line survey yang dilakukan oleh BKKBN LDFE UI (2000), di Indonesia terjadi 2,4 juta
kasus aborsi per tahun dan sekira 21% (700-800 ribu) dilakukan oleh remaja. 43% wanita
melahirkan anak pertama kurang dari 9 bulan sejak tanggal pernikahannya. Dilaporkan pula
angka PMS di kalangan remaja sekira 4,18% serta 50% jumlah penderita HIV/AIDS di Jawa
Barat adalah usia 15-29 tahun (KPAD Jawa Barat, Desember 2001). (Pikiran Rakyat, 01/03/03)
 8. Lembaga Dakwah Sekolah Hizbut Tahrir Indonesia (LDS-HTI) Dikepung Budaya Mesum
DICEKOKI ‘CONTENT’ PORNO
 9. Lembaga Dakwah Sekolah Hizbut Tahrir Indonesia (LDS-HTI) Dikepung Budaya Mesum
“Lebih dari 500 video porno udah dibuat dan diedarkan di Indonesia. Kebanyakan video amatir
hasil rekaman kamera ponsel”. Demikian hasil penelitian seorang Sony Set. Praktisi pertelevisian
sekaligus penulis buku bertajuk, “500 plus, Gelombang Video Porno Indonesia”. “Sebanyak 90
% pembuat video porno itu berasal dari kalangan anak muda, dari SMP sampai mahasiswa.
Sisanya dari kalangan dewasa,” Lanjut Sony. Penelitian yang dilakukan Pusat Studi Hukum
Universitas Islam Indonesia (PSH UII) mengungkapkan, dari 202 responden remaja (15-25
tahun), sekitar 15% nya pernah melakukan hubungan seks terpengaruh oleh tayangan pornografi
baik melalui internet, VCD, TV atau bacaan porno. Bahkan 100 persen dari responden
mendapatkan gagasan dari VCD porno. (Eramuslim, 09/09/03).
 10. Lembaga Dakwah Sekolah Hizbut Tahrir Indonesia (LDS-HTI) Lost Generation,B’Coz.. •
Kehidupan SEKULER • Pergaulan HEDONIS • Lingkungan yang MEMANJAKAN SYAHWAT
• LIBERALISASI media massa • Tak ada INSTITUSI PENJAGA UMAT
 11. Lembaga Dakwah Sekolah Hizbut Tahrir Indonesia (LDS-HTI) Bangun Dong Pren! Kita
ini LAGI DIJAJAH oleh serangan PEMIKIRAN dan BUDAYA BARAT..!!!
 12. Lembaga Dakwah Sekolah Hizbut Tahrir Indonesia (LDS-HTI) Jangan Diem Aja… 1.
Kenali Islam LEBIH DALAM 2. Pake AKAL kita 3. Ridho ALLAH TUJUAN kita 4.
BERGERAK perjuangkan SYARIAH dan KHILAFAH!
 13. Lembaga Dakwah Sekolah Hizbut Tahrir Indonesia (LDS-HTI) Selagi masih ada
waktu “Manfaatkanlah lima perkara sebelum datang lima perkara: masa hidupmu
sebelum matimu, masa sehatmu sebelum masa sakitmu, masa senggangmu sebelum masa
sempitmu, masa mudamu sebelum masa tuamu, dan kayamu sebelum masa miskinmu”
(Al-Hadits

Anda mungkin juga menyukai