Anda di halaman 1dari 40

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Anak sebagai aset Sumber Daya Manusia ( SDM ) dan generasi penerus perlu
diperhatikan kehidupannya. Kecukupan gizi dan pangan merupakan salah satu faktor
terpenting dalam pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia. Kecukupan gizi sangat
mempengaruhi kecerdasan dan produktivitas kerja manusia. Banyak aspek yang
berpengaruh terhadap status gizi antara lain aspek pola pangan, sosial budaya dan
pengaruh konsumsi pangan (Suhardjo, 2003).
Tumbuh berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian
nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang benar. Dalam masa tumbuh kembang tersebut
pemberian nutrisi atau asupan zat gizi pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan
sempurna. Banyak sekali masalah yang ditimbulkan dalam pemberian makanan yang
tidak benar dan menyimpang. Penyimpangan ini mengakibatkan gangguan pada banyak
organ dan sistem tubuh anak (Judarwanto, 2006).
Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun
penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan
kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu
pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.
Masalah gizi meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan,
pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan. Pada
kasus tertentu, seperti keadaan krisis (bencana kekeringan, perang, kekacauan sosial,
krisis ekonomi), masalah gizi muncul akibat ketahanan pangan ditingkat rumah tangga,
yaitu kemampuan rumah tangga untuk memperoleh makanan untuk semua anggotanya.
Menyadari hal ini, peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang
menjamin setiap anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yang cukup dalam
jumlah dan mutunya.
Berbagai masalah kesehatan juga dijumpai dikalangan anak sekolah. Secara
langsung keadaan zat gizi dipengaruhi oleh kecukupan asupan makanan dan keadaan
individu. Kedua faktor tersebut selain dipengaruhi oleh masalah ekonomi dan pelayanan
kesehatan, juga dipengaruhi pola asuh anak yang tidak memadai.

1
Gizi yang optimal sangat diperlukan pada anak usia sekolah (usia 6-13 tahun) karena
dampaknya secara langsung berkaitan dengan pencapaian sumber daya manusia yang
berkualitas. Gizi yang berkualitas sangat penting, mengingat jumlah anak usia sekolah
yaitu sekitar 15% dari total jumlah penduduk. Pada usia tersebut anak mengalami
tumbuh kembang yang pesat. Selain itu pada anak usia sekolah juga dapat dijadikan
media pembawa perubahan (agent of change) bagi pembentukan perilaku gizi bagi diri
sendiri dan keluarganya
Gizi kurang dapat dialami oleh semua golongan umur dan keadaan ini dapat
mengakibatkan cacat baik fisik maupun psikik yang kadangkala bersifat menetap.
Masalah gizi utama tersebut hampir merata diderita oleh semua golongan umur, tetapi
untuk golongan umur anak usia sekolah lebih memberikan gambaran yang spesifik.
Anak usia sekolah yang mengalami gizi kurang mempunyai ciri-ciri/keadaan yang
spesifik yaitu adanya gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan, adanya
perubahan pola dan selera makan, adanya perubahan atau menurunnya perhatian orang
tua mereka, adanya penyakit infestasi parasit yang diderita sejak usia dini.
Status Gizi penduduk umur 6-14 tahun dapat dinilai berdasarkan IMT. Data Riskesdas
2007, prevalensi kurus adalah 13,3% pada laki-laki dan 10,9% pada perempuan.
Sedangkan prevalensi BB lebih pada anak laki-laki 9,5% dan perempuan 6,4%. Data
tinggi atau panjang badan tidak sebanyak data berat badan antara lain karena ketersediaan
alat ukur masih terbatas.
Berdasarkan data dari Profil Depok 2009, prevalensi gizi kurang pada anak usia
sekolah belum ditetapkan. Hasil wawancara dengan petugas gizi Puskesmas Tugu Kota
Depok mengatakan bahwa pelaksanaan program gizi selama ini dari Dinas Kesehatan
Kota Depok lebih di fokuskan pada program gizi balita. Pelaksanaan program gizi anak
usia sekolah belum dijabarkan secara spesifik dan dalam pelaksanaannya diintegrasikan
dengan pelaksanaan program UKS. Pelaksanaan pengukuran berat badan dan tinggi
badan, selama ini di isi oleh guru/petugas UKS melalui KMS-AS di masing- masing
SD/MI selama 6 bulan sekali kemudian dilaporkan ke petugas puskesmas. Namun dalam
pengisian Kartu Menuju sehat Anak Sekolah (KMS-AS) ini ada kendala dari pihak
sekolah yaitu karena kesibukan petugas, padatnya jadwal sekolah dan kurangnya
pemahaman petugas di sekolah dalam pengisian KMS-AS.
Masalah gizi kurang pada anak usia sekolah dapat berkelanjutan pada masa remaja,
khususnya anak perempuan yang tumbuh menjadi remaja putri karena mengalami
menstruasi setiap bulannya sehingga berisiko anemia gizi besi. Hal ini kalau berlangsung

2
sampai usia subur, maka akan melahirkan anak dengan risiko BBLR, disertai dengan
masalah anemia dan gizi mikro lainnya, seperti kurang yodium, selenium, kalsium, dan
seng. Untuk itu perlu pemberdayaan masyarakat khususnya kader kesehatan, agar
masyarakat mampu berfungsi sebagai pemantau pertumbuhan (Growth Monitoring and
Promotion = GMP) anak usia sekolah (ADB, 2001).
Banyaknya kasus yang mempunyai masalah kesehatan resiko gizi kurang pada
anak usia sekolah di wilayah Kelurahan Tugu membutuhkan peran perawat khususnya
perawat komunitas untuk melakukan praktek keperawatan. Keperawatan komunitas
bertanggung jawab untuk mengutamakan pelayanan yang bersifat upaya promotif,
protektif dan preventif sesuai dengan kewenangannya, berkolaborasi dengan tim lain,
menggerakkan dan memberdayakan masyarakat, sehingga terwujud masyarakat mandiri
yang mampu mengatasi permasalahannya. Community as Partner Model yang
dikembangkan oleh Anderson dan McFarlane (2000) dapat diaplikasi sebagai panduan
dalam mewujudkan gambaran tersebut. Model ini berfokus pada filosofi primary health
care yang dicetuskan oleh WHO sebagai bagian terpenting dari perawatan kesehatan
yang didasarkan pada praktik, keilmuan, metodenya dapat diterima secara sosial dan
menggunakan teknologi universal yang dapat diakses oleh individu, keluarga dan
masyarakat melalui partisipasi penuh dari masyarakat secara keseluruhan untuk
memelihara setiap tahapan pengembangan self reliance dan self determinan.

2.2. Tujuan Penulisan


2.2.1. Tujuan Umum

Memberikan gambaran rancangan perencanaan keperawatan komunitas dalam waktu 3


bulan dengan pendekatan model Community As Partner pada aggregat anak usia sekolah
dengan gizi kurang di Kelurahan Tugu

2.2.2. Tujuan Khusus

a. Teranalisa dan tersintesa data hasil pengkajian pada kelompok anak usia
sekolah dengan pendekatan model Community As Partner pada aggregat anak usia
sekolah dengan gizi kurang di Kelurahan Tugu menjadi diagnosa keperawatan
komunitas.

3
b. Tersusun rancangan perencanaan asuhan keperawatan komunitas dengan
pendekatan model Community As Partner pada aggregat anak usia sekolah dengan
gizi kurang di Kelurahan Tugu.
c. Tersusun rancangan program kerja asuhan keperawatan komunitas dengan
pendekatan model Community As Partner pada aggregat anak usia sekolah dengan
gizi kurang di Kelurahan Tugu.
d. Tersusun rancangan anggaran perencanaan kegiatan asuhan keperawatan
komunitas dengan pendekatan model Community As Partner pada aggregat anak
usia sekolah dengan gizi kurang di Kelurahan Tugu.

4
BAB 2
ANALISIS SITUASI
2.1. Metode Pengkajian
Populasi dalam pengkajian komunitas ini adalah aggregat anak usia sekolah
dengan gizi kurang di Kelurahan Tugu. Partisipan untuk pengkajian juga melibatkan
tokoh masyarakat, kader, anak usia sekolah, keluarga dan petugas kesehatan terkait
dengan permasalahan resiko gizi kurang pada aggregat anak usia sekolah. Metoda yang
digunakan dalam pengumpulan data antara lain penyebaran angket, wawancara, dan
windshield survey. Data kuantitatif diperoleh dari instrumen yang berisi kuisioner tentang
gizi kurang pada anak usia sekolah berdasarkan komponen pengkajian model Community
As Partner. Secara kualitatif melalui wawancara dengan perorangan selaku sumber
informasi kunci dalam keluarga, anak usia sekolah, kader dan petugas kesehatan melalui
serangkaian tanya jawab yang bersifat terbuka dan mendalam.
Data primer diperoleh langsung dari masyarakat Kelurahan Tugu. Data sekunder
diperoleh dari puskesmas, kelurahan. Selanjutnya dibuat simpulan hasil analisis data
sekunder tersebut . Sampel dipilih dengan menggunakan teknik Purposive Sampling,
dimana sampel di ambil dengan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti (Murti,
2003). Pengkajian dilakukan pada 100 anak usia sekolah berdasarkan data dari Puskesmas
Tugu dan Kelurahan Tugu tentang jumlah anak usia sekolah dengan gizi kurang di RW 1
s.d RW 11. Hasil tahap pengkajian ini adalah teridentifikasinya inti komunitas (data
demografi, vital statistic, dan nilai keyakinan), data lingkungan, data pendidikan,
keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan, pelayanan sosial dan pemerintahan,
komunikasi, ekonomi dan rekreasi.

2.2. Analisis Situasi di Kelurahan Tugu Depok


Berdasarkan hasil pengkajian yang terdapat dalam lampiran makalah ini, setelah
dilakukan analisis situasi diperoleh data tentang masalah gizi kurang pada aggregat anak
usia sekolah seperti yang diuraikan di berikut ini. Hasil wawancara yang telah dilakukan
diperoleh data : petugas kesehatan di Puskesmas Tugu mengatakan bahwa program gizi
bagi anak usia sekolah termasuk dalam program gizi. Pelaksanaan program gizi selama
ini dari Dinas Kesehatan Kota Depok lebih difokuskan pada program gizi balita.
Pelaksanaan program gizi anak usia sekolah belum dijabarkan secara spesifik dan dalam
pelaksanaannya diintegrasikan dengan pelaksanaan program UKS. Menurut petugas

5
puskesmas, hal ini dikarenakan keterbatasan tenaga program gizi dari puskesmas. Dalam
pelaksanaan pengukuran berat badan dan tinggi badan, selama ini di isi oleh guru/petugas
UKS di masing- masing SD/MI selama 6 bulan sekali kemudian di laporkan ke petugas
puskesmas. Namun dalam pengisian Kartu Menuju sehat Anak Sekolah (KMS-AS) ini
ada kendala dari pihak sekolah yaitu karena kesibukan petugas, padatnya jadwal sekolah
dan kurangnya pemahaman petugas di sekolah dalam pengisian KMS-AS.
Kader di RW 4, 7 dan 9 Kelurahan Tugu mengatakan belum ada kegiatan di masyarakat
tentang penanganan gizi kurang pada anak usia sekolah. Kegiatan berupa posyandu, dan
pemberian makanan tambahan hanya di berikan pada balita.
Dari hasil wawancara 4 keluarga yang mempunyai anak usia sekolah diperoleh data: 3
orang tua mengeluh anaknya sulit makan, semua keluarga mengeluh anaknya jarang
makan buah dan sayur dan 2 orang tua mengeluh anaknya sulit makan sayur.
Berdasarkan hasil survey pada bulan Oktober 2011 diperoleh data: status gizi anak
usia sekolah kategori garis kuning dalam KMS 56,7%, Bawah Garis Merah sebesar
14,9%, dari 67 anak usia sekolah, anak yang memiliki lebih dari 2 keluhan dalam tiga
bulan terakhir yang terkait dengan gizi kurang 37,3% , Pendidikan KK yang mempunyai
anak usia sekolah adalah SMP sebesar 59,7%, pendapatan rata-rata di bawah UMR Depok
(Rp. 1.200.000,00) sebesar 61,3%. Hasil survei untuk tingkat pengetahuan masyarakat
terhadap gizi kurang sebesar 89,6% baik, tingkat sikap masyarakat tentang gizi kurang
meliputi tanda dan gejala, perawatan serta akibat gizi kurang 67,6% tinggi, tetapi prilaku
keluarga terhadap gizi kurang sebesar 36,7% kurang. Hasil observasi lingkungan di
wilayah kelurahan Tugu, banyaknya warung-warung di lingkungan rumah masyarakat
Kelurahan Tugu menjual jenis makanan ringan
Data tersebut diatas merupakan alasan dalam pengembangan rancangan perencanaan
program keperawatan komunitas melalui pemberdayaan masyarakat dengan
menggunakan model Community As Partner. Model ini digunakan karena mata rantai
penaggulangan gizi harus melibatkan individu, keluarga, masyarakat dan sektor terkait.
Pada perencanaan program ini, perawat komunitas bertanggung jawab untuk mengelola
seluruh proses dari awal sampai akhir, diikuti dengan pengelolaan implementasi, dan
melakukan evaluasi program secara terus-menerus (Ervin, 2000).

6
2.3. Masalah Kesehatan

Berdasarkan analisis situasi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa masalah


yang mungkin terjadi adalah resiko peningkatan status gizi kurang dari kebutuhan tubuh
pada kelompok anak usia sekolah di Kelurahan Tugu. Oleh karena itu, perlu dilakukan
berbagai tindakan secara menyeluruh yang melibatkan unsur-unsur masyarakat beserta
sistem pendukungnya. Karena penanggulangan gizi harus melibatkan individu, keluarga,
masyarakat dan sektor terkait. Penanggulangan gizi kurang pada anak usia sekolah
dimulai dari perubahan sikap dan perilaku keluarga dalam merawat anak seperti
membiasakan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, menyediakan menu beragam
dan gizi seimbang, membiasakan anak untuk sarapan pagi dan mengawasi jajan yang
aman dan sehat pada anak. Pada anak usia sekolah juga perlu diberi pengarahan tentang
makanan gizi seimbang, pentingnya sarapan pagi dan pengenalan jajan yang aman dan
sehat.
Prinsip dasar yang harus diterapkan dalam penatalaksanaan gizi kurang adalah
pemberdayaan (empowerment) masyarakat, sehingga masalah gizi kurang pada anak usia
sekolah suatu saat bisa dilaksanakan secara mandiri oleh masyarakat (Ervin, 2000).
Pemberdayaan masyarakat dapat berupa tumbuhnya kepedulian dikalangan masyarakat
terhadap kesehatan anak usia sekolah, khususnya anak usia sekolah dengan gizi kurang.

2.3. Hasil Pengkajian Komunitas


2.3.1 Data Int
a. Data Demograf

Tabel 1. Distribusi Frekwensi Anak Usia Sekolah Berdasarkan Usia di RW 01,


RW 02 dan RW 03, RW 04, RW 05, RW 07, RW 08, RW 09, RW 10, RW 11
Kelurahan Tugu Kecamatan Cimanggis Kota Depok Pada Bulan Oktober 2011 (n=67)
N Usia Jumlah Persentase
o
1 6 Tahun 7 10,4%
2 7 Tahun 13 19,4%
3 8 Tahun 14 20,9%
4 9 Tahun 13 19,4%
5 10 Tahun 6 9,0%
6 11 Tahun 8 11,9%
7 12 Tahun 6 9%
JUMLAH 67 100%
Sumber : Survey Mahasiswa Program Magister FIK UI Tahun 2011

7
Analisa : Tabel diatas menunjukkan bahwa anak usia sekolah di RW 1 s.d RW 11
Kelurahan Tugu terbanyak pada usia 8tahun yaitu sebesar 20,9%. Pada usia
tersebut anak lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah dan bermain di
luar rumah. Seringkali asupan nutrisi yang di makan anak dan perilaku jajan yang
tidak bergizi dan tidak aman akan lepas dari pengawasan orang tua. Padahal pada
usia tersebut, gizi sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan masa
usia anak sekolah.
Tabel 2. Distribusi Frekwensi Anak Usia Sekolah Berdasarkan Jenis Kelamin di
RW 01, RW 02 dan RW 03, RW 04, RW 05, RW 07, RW 08, RW 09, RW 10, RW
11 Kelurahan Tugu Kecamatan Cimanggis Kota Depok Pada Bulan Oktober 2011
(n=67)
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1 Laki-Laki 42 62,7%
2 Perempuan 25 37,3%
JUMLAH 67 100%
Sumber : Survey Mahasiswa Program Magister FIK UI Tahun 2011

Analisa : Tabel diatas menunjukkan bahwa anak usia sekolah di RW 01 s.d RW


11 Kelurahan Tugu terbanyak pada kelompok laki-laki sebesar 62,7%. Pada anak
usia sekolah laki-laki membutuhkan banyak bimbingan dan pemantauan yang
lebih mendalam tentang gizi seimbang karena anak laki-laki lebih cenderung
banyak bermain di luar rumah.
b. Nilai dan Keyakinan

Tabel 3. Distribusi Frekwensi Anak Usia Sekolah Berdasarkan Suku di RW 01,


RW 02 dan RW 03, RW 04, RW 05, RW 06, RW 07, RW 08, RW 09, RW 10, RW
11 Kelurahan Tugu Kecamatan Cimanggis Kota Depok Pada Bulan Oktober 2011
(n=67)
No Suku Bangsa Jumlah Persentase
1 Jawa 45 67,2%
2 Sunda 5 7,5%
3 Betawi 10 14,9%
4 Lainnya 7 10,5%
JUMLAH 67 100%
Sumber : Survey Mahasiswa Program Magister FIK UI Tahun 2011

Analisa : Tabel diatas menunjukkan bahwa suku bangsa anak usia sekolah di RW
01 s.d RW 11 Kelurahan Tugu terbanyak Jawa sebesar 67,2%. Suku bangsa akan

8
mempengaruhi anak usia sekolah dalam aturan dan tata nilai yang berhubungan
dengan kebiasaan-kebiasaan keluarga dan anak usia sekolah dalam menyajikan
dan mengkonsumsi makanan dengan menu gizi seimbang .

Tabel 4. Distribusi Frekwensi Anak Usia Sekolah Berdasarkan Agama di RW 01,


RW 02 dan RW 03, RW 04, RW 05, RW 06, RW 07, RW 08, RW 09, RW 10, RW
11 Kelurahan Tugu Kecamatan Cimanggis Kota Depok Pada Bulan Oktober 2011
(n=67)
No Agama Jumlah Persentase
1 Islam 63 94%
2 Kristen 2 3%
3 Katolik 2 3%
JUMLAH 67 100%
Sumber : Survey Mahasiswa Program Magister FIK UI Tahun 2011

Analisa : Tabel diatas menunjukkan bahwa agama anak usia sekolah di RW 01 s.d
RW 11 Kelurahan Tugu. Agama anak usia sekolah terbanyak Islam sebesar 94%
Aspek spritualitas sangat berperan bagi individu dalam berperilaku.
Pengendalian perilaku makan yang tidak sehat anak usia sekolah
dapat dilakukan melalui mempertebal iman dan mengamalkan ajaran agama.

Tabel 5. Distribusi Frekwensi Berdasarkan Pengetahuan Keluarga Tentang Gizi


Kurang di RW 01, RW 02 dan RW 03, RW 04, RW 05, RW 06, RW 07, RW 08,
RW 09, RW 10, RW 11 Kelurahan Tugu Kecamatan Cimanggis Kota Depok Pada
Bulan Oktober 2011 (n=67)

No Pengetahuan Keluarga Jumlah Persentase


1 Pengertian gizi Benar 58 86,6
Salah 9 13,4
Jumlah 67 100
2 Gizi seimbang Benar 64 95,5
Salah 3 4,5
Jumlah 67 100
3 Penyebab gizi kurang Benar 56 83,6
Salah 11 16,4
Jumlah 67 100
4 Menu bergantian Benar 63 94
Salah 4 5

9
Jumlah 67 100
5 Cara pengolahan Benar 60 95,5
Salah 7 4,5
Jumlah 67 100
6 Keuntungan Benar 64 95,5
pengolahan yg baik Salah 3 4,5
Jumlah 67 100
7 Pemilihan jenis Benar 66 98,5
makanan Salah 1 1,5
Jumlah 67 100

8 Tanda gizi kurang Benar 47 70,1


makanan Salah 20 29,9
Jumlah 67 100
9 Pentingnya BBTB Benar 66 98,5
Salah 1 1,5
Jumlah 67 100
10 Ciri jajanan sehat Benar 56 83,6
Salah 11 16,4
Jumlah 67 100
11 Akibat gizi kurang Benar 63 94
Salah 4 6
Jumlah 67 100
12 Akibat gizi kurang, Benar 60 89,6
mudah sakit Salah 7 10,4
Jumlah 67 100
13 Tempat Benar 62 92,5
penimbangan
Salah 5 7,5
Jumlah 67 100
Sumber : Survey Mahasiswa Program Magister FIK UI Tahun 2011

Analisa : Tabel diatas menunjukkan bahwa pengetahuan keluarga tentang gizi


kurang di RW 01 s.d RW 11 Kelurahan Tugu. Pengetahuan tentang gizi kurang
menunjukkan 62% tidak tahu tentang gizi seimbang dan makanan yang beragam

10
untuk keluarga. Pengetahuan tentang gizi kurang kemudian dikategorikan seperti
pada tabel 11 berikut ini:
Tabel 6. Distribusi Frekwensi Berdasarkan Kategori Tingkat Pengetahuan
Keluarga Tentang Gizi Kurang di RW 01, RW 02 dan RW 03, RW 04, RW 05,
RW 06, RW 07, RW 08, RW 09, RW 10, RW 11 Kelurahan Tugu Kecamatan
Cimanggis Kota Depok Pada Bulan Oktober 2011 (n=67)

No Tingkat Pengetahuan Jumlah Persentase


1 Baik 49 73,1

2 Kurang 18 26,9
JUMLAH 67 100%
Sumber : Survey Mahasiswa Program Magister FIK UI Tahun 2011
Analisa : Tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan keluarga tentang
gizi kurang di RW 01 s.d RW 11 Kelurahan Tugu. Tingkat pengetahuan tentang
gizi kurang menunjukkan 73,1 % baik.

Tabel 7. Distribusi Frekwensi Berdasarkan Sikap Keluarga Tentang Gizi Kurang


di RW 01, RW 02 dan RW 03, RW 04, RW 05, RW 06, RW 07, RW 08, RW 09,
RW 10, RW 11 Kelurahan Tugu Kecamatan Cimanggis Kota Depok Pada Bulan
Oktober 2010 (n=67)
No Sikap Keluarga Jumlah Persentase
1 Gizi kurang berbahaya Setuju 57 88,1
Tidak setuju 10 11,9
Jumlah 67 100
2 Makan tdk perlu Setuju 60 89,5
teratur Tidak setuju 7 10,5
Jumlah 67 100
3 Dibutuhkan sarapan Setuju 64 95,5
pagi Tidak setuju 3 4,5
Jumlah 67 100
4 Anak boleh jajan Setuju 64 95,5
sesuai selera Tidak setuju 3 4,5
Jumlah 67 100
5 Jaga kebersihan dlm Setuju 66 99,5
mengolah, menyaji Tidak setuju 1 1,5
Jumlah 67 100
6 Pilih mknan yg baik Setuju 67 100
sebelum diolah Tidak setuju 0 0

11
Jumlah 67 100
7 Variasi menu Setuju 63 95,5
Tidak setuju 4 4,5
Jumlah 67 100
8 Menyiapkan bekal utk Setuju 65 97
sekolah Tidak setuju 2 3
Jumlah 67 100
10 Makanan cepat saji Setuju 54 80,6
adalah praktis
Tidak setuju 13 19,4
Jumlah 67 100
11 Anak gizi krg, tdk naik Setuju 31 46,3
kels Tidak setuju 36 53,7
Jumlah 67 100
12 Klg hars mengetahui Setuju 59 88
BBTB Tidak setuju 8 12
Jumlah 67 100
Sumber : Survey Mahasiswa Program Magister FIK UI Tahun 2011
Analisa : Tabel diatas menunjukkan bahwa Sikap keluarga tentang gizi kurang di
RW 01 s.d RW 11 Kelurahan Tugu. Sikap tentang gizi kurang menunjukkan
53,7% menyatakan tidak setuju bahwa anak gizi kurang tidak naik kelas. Sikap
tentang gizi kurang kemudian dikategorikan seperti pada tabel 8 berikut ini:

Tabel 8. Distribusi Frekwensi Berdasarkan Kategori Sikap Keluarga Tentang Gizi


Kurang di RW 01, RW 02 dan RW 03, RW 04, RW 05, RW 06, RW 07, RW 08,
RW 09, RW 10, RW 11 Kelurahan Tugu Kecamatan Cimanggis Kota Depok Pada
Bulan Oktober 2011 (n=67)
No Sikap Jumlah Persentase
1 Positif 43 64,2
2 Negatif 24 35,8
JUMLAH 67 100%
Sumber : Survey Mahasiswa Program Magister FIK UI Tahun 2011

Analisa : Tabel diatas menunjukkan bahwa Sikap keluarga dalam pengelolaaan


gizi kurang di RW 01 s.d RW 11 Kelurahan Tugu. Sikap tentang gizi
menunjukkan 64,2 % positif.
Tabel 9. Distribusi Frekwensi Berdasarkan Perilaku Keluarga Tentang Prilaku
keluarga terhadap Gizi Kurang di RW 01, RW 02 dan RW 03, RW 04, RW 05,

12
RW 06, RW 07, RW 08, RW 09, RW 10, RW 11 Kelurahan Tugu Kecamatan
Cimanggis Kota Depok Pada Bulan Oktober 2011 (n=67)

No Perilaku Keluarga Jumlah Persentase


1 Menyiapkan sarapan Selalu 36 53,7
pagi Sering 19 28,4
Kadang-kadang 9 13,4
Tidak pernah 3 4,5
Jumlah 67 100
2 Menyiapkan makanan Selalu 26 38,8
dg gizi seimbang Sering 26 38,8
Kadang-kadang 11 16,4
Tidak pernah 4 6
Jumlah 67 100
3 Keluarga melakukan Selalu 13 19,4
pengukuran BBTB Sering 10 14,9
Kadang-kadang 30 44,8
Tidak pernah 14 20,9
Jumlah 67 100
4 Keluarga Selalu 37 55,6
memperhatikan jenis Sering 17 25,4
makanan (sarapan
Kadang-kadang 8 11,9
pagi, jajan)
Tidak pernah 4 1,5
Jumlah 67 100
5 Keluarga menjaga Selalu 48 71,6
kebersihan dlm Sering 15 22,4
mengolah dan
Kadang-kadang 4 6
menyajikan
Tidak pernah 0 0
Jumlah 67 100
6 Keluarga memilih Selalu 51 76,1
makanan yang baik Sering 11 16,4
Kadang-kadang 4 6
Tidak pernah 1 1,5
Jumlah 67 100

13
7 Keluarga menyiapkan Selalu 36 53,7
menu yg variatif Sering 17 25,4
Kadang-kadang 13 19,4
Tidak pernah 1 1,5
Jumlah 67 100
8 Keluarga menyiapkan Selalu 21 31,3
bekal anak sekolah Sering 22 32,8
Kadang-kadang 18 26,9
Tidak pernah 6 9
Jumlah 67 100
9 Keluarga mempunyai Selalu 30 44,8
kebiasaan uang jajan > Sering 21 31,3
Rp. 5000,-
Kadang-kadang 6 9
Tidak pernah 10 14,9
Jumlah 67 100
10 Keluarga mengizinkan Selalu 25 37,3
anak jajan di jalan Sering 30 44,8
Kadang-kadang 6 9
Tidak pernah 6 9
Jumlah 67 100
11 Keluarga memberi Selalu 11 16,4
stimulasi nafsu makan Sering 10 14,9
Kadang-kadang 32 47,8
Tidak pernah 14 20,9
Jumlah 67 100
12 Keluarga diskusi Selalu 9 13,4
dengan petugas Sering 10 14,9
kesehatan tentang gizi
Kadang-kadang 33 49,3
kurang
Tidak pernah 15 22,4
Jumlah 67 100
Sumber : Survey Mahasiswa Program Magister FIK UI Tahun 2011

Analisa : Tabel di atas menunjukkan bahwa perilaku keluarga dalam usaha


mengutamakan gizi kurang di RW 01 s.d RW 11 Kelurahan Tugu. Perilaku

14
tentang memberikan uang jajan menunjukkan 44,8% selalu memberikan uang
jajan lebih dari Rp. 5000, Hal ini akan memberi peluang bagi anak untuk
mengonsumsi jajanan lebih banyak, sehingga akan emempengaruhi pola makan
yang teratur.
Perilaku tentang gizi kurang kemudian dikategorikan seperti pada tabel 10 berikut
ini:

Tabel 10. Distribusi Frekwensi Anak Usia sekolah Berdasarkan Kategori Praktik
tentang Gizi Kurang di di RW 01, RW 02 dan RW 03, RW 04, RW 05, RW 06,
RW 07, RW 08, RW 09, RW 10, RW 11 Kelurahan Tugu Kecamatan Cimanggis
Kota Depok Pada Bulan Oktober 2011 (n=67)

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase


1 Cukup 34 50,7
2 Kurang 33 49,3
JUMLAH 67 100%
Sumber : Survey Mahasiswa Program Magister FIK UI Tahun 2011
Analisa : Tabel di atas menunjukkan bahwa kategori perilaku keluarga tentang gizi
kurang di RW 01 s.d RW 11 di Kelurahan Tugu terbanyak cukup sebesar 50,7 %.
c. Vital Statistik
Tabel 11. Distribusi Frekwensi Anak Usia sekolah Berdasarkan Pengukuran
BB/TB menggunakan KMS-AS di RW 01, RW 02 dan RW 03, RW 04, RW 05,
RW 06, RW 07, RW 08, RW 09, RW 10, RW 11 Kelurahan Tugu Kecamatan
Cimanggis Kota Depok. Oktober 2011 (n=67)

No BB/TB KMS-AS Jumlah Persentase


1 BGM 10 14,9%
2 Garis Kuning 38 56,7%
3 Garis Hijau 11 16,5%
4 Di atas garis Hijau 8 11,9
JUMLAH 67 100%
Sumber : Survey Mahasiswa Program Magister FIK UI Tahun 2011
Analisa : Tabel diatas menunjukkan pengukuran Berat badan dan Tinggi Badan
(BBTB) dengan menggunakan pedoman standar KMA-AS di RW 01 s.d RW 11
Kelurahan Tugu. Status Gizi pada anak usia sekolah termasuk kategori di bawah
garis merah sebesar 14,9%. Tingginya prevalensi anak usia sekolah kategori kurus
diatas prevalensi nasional (hasil Riskesdas 2007: prevalensi anak kurus 13,3%)
dikarenakan kurangnya pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak baik

15
dari keluarga, masyarakat dan petugas kesehatan sehingga hal ini membutuhkan
perhatian khusus.
Tabel 12. Distribusi Frekwensi Anak Usia Sekolah Berdasarkan Keluhan Yang
Paling Sering Dirasakan dalam 3 bulan terakhir di RW 01, RW 02 dan RW 03, RW
04, RW 05, RW 06, RW 07, RW 08, RW 09, RW 10, RW 11 Kelurahan Tugu
Kecamatan Cimanggis Kota Depok Pada Bulan Oktober 2011 (n=67)
No Keluhan Jumlah Persentase
1 BB tidak naik Ada 4 6
2 Penurunan konsentrasi Ada 5 7,5
belajar
3 Penurunan nafsu Ada 1 1,5
makan
4 Campuran (> dari 1 Ada 38 56,7
keluhan)
5 Mudah lelah Ada 3 4,5
6 Tidak ada keluhan Ada 15 22,4
Jumlah 67 100
Sumber : Survey Mahasiswa Program Magister FIK UI Tahun 2011
Analisa : Tabel di atas menunjukkan keluhan yang paling dirasakan oleh anak di
RW 01 s.d RW 11 Kelurahan Tugu. Keluhan yang mengarah pada tanda dan
gejala gizi kurang yang paling dirasakan oleh anak 56,7% lebih dari 1 keluhan.
Ada keluhan yang lebih dari satu tersebut sangat diwaspadai pada anak yang
kurang memenuhi asupan makan. Selain itu juga menunjukkan adanya kerentanan
terhadap penyakit sehingga bisa mempengaruhi status gizi anak usia sekolah.

2.3.2. Data Subsistem


a. Lingkungan Fisik

Lingkungan perkampungan di Kelurahan Tugu tampak padat dengan sepanjang


jalan setapak yang terbuat dari semen. Beberapa RW di Kelurahan Tugu tampak
kondisi wilayahnya dengan permukaan tanah yang naik dan turun. Kelurahan Tugu
terutama di RW 09 dekat dengan Kampus Gunadarma, sehingga tampak yang
lumayan padat penduduk dengan bentuk rumah petak dan kos-kosan dengan kondisi
ventilasi yang kurang. Daerah terbuka terdapat tempat olah raga sepak bola
mini/bola voli.
b. Pendidikan
Tabel 13. Distribusi Frekwensi Berdasarkan Pendidikan Orang Tua

16
di RW 01, RW 02 dan RW 03, RW 04, RW 05, RW 06, RW 07, RW 08, RW 09,
RW 10, RW 11 Kelurahan Tugu Kecamatan Cimanggis Kota Depok Pada Bulan
Oktober 2011 (n=67)

N Pendidikan Jumlah Persentase


o
1 Tidak Sekolah 2 3
2 SD 14 20,9
3 SMP 11 11,9%
4 SMA 40 59,7%
5 PT 0
0
JUMLAH 67 100%
Sumber : Survey Mahasiswa Program Magister FIK UI Tahun 2011
Analisa : Tabel diatas menunjukkan tingkat pendidikan orang tua di RW 01 s.d
RW 11 Kelurahan Tugu. Pendidikan orang tua 59,7% SMA. Pendidikan orang tua
mempengaruhi pengetahuan dan perilaku dalam menyediakan menu gizi seimbang
untuk anak. Selain itu juga landasan pendidikan orang tua mempengaruhi cara
berfikir dan kemampuan menyerap informasi kesehatan.
c. Pelayanan Kesehatan dan Sosial

Tabel 14. Distribusi Frekwensi Berdasarkan Persepsi Penggunaan Pelayanan


Kesehatan Terkait Masalah Gizi Kurang di RW 01, RW 02 dan RW 03, RW 04,
RW 05, RW 06, RW 07, RW 08, RW 09, RW 10, RW 11 Kelurahan Tugu
Kecamatan Cimanggis Kota Depok Pada Bulan Oktober 2011 (n=67)

No Persepsi Pelayanan Kesehatan Jumlah Persentase


1 Keluarga Selalu 14 20,9
menggunakan fasilitas Sering 45 67,2
kesehatan (Puskesmas,
Kadang-kadang 6 9
Posyandu, UKS) untuk
kontrol BB dan TB anak Tidak pernah 2 3
minimal setiap 6 bulan
sekali
Jumlah 67 100

Sumber : Survey Mahasiswa Program Magister FIK UI Tahun 2011

Analisa : Tabel diatas menunjukkan bahwa persepsi penggunaan fasilitas


pelayanan kesehatan di RW 1 s.d RW 11 Kelurahan Tugu terkait dengan masalah
pengelolaan gizi kurang. Keluarga sering menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan terkait dengan mengontrol BB dan TB anak usia sekolah sebesar 67,2

17
%. Fasilitas kesehatan seperti puskesmas mudah dijangkau oleh masyarakat
karena jalan di Kelurahan Tugu mayoritas beraspal dan jarak ke puskesams terjauh
max 3 km. Fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Posyandu dan UKS
dapat digunakan oleh keluarga dan anak usia sekolah untuk mendapatkan
informasi dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara baik dan benar sehingga
deteksi dini terhadap permasalahan gizi kurang dapat dilakukan di fasilitas
kesehatan.

d. Ekonomi
Tabel 15. Distribusi Frekwensi Anak Usia Sekolah Berdasarkan Pekerjaan Orang
Tua di RW 01, RW 02 dan RW 03, RW 04, RW 05, RW 06, RW 07, RW 08, RW
09, RW 10, RW 11 Kelurahan Tugu Kecamatan Cimanggis Kota Depok Pada
Bulan Oktober 2011 (n=67)

No Pekerjaan Jumlah Persentase


1 Pegawai Negeri 3 4,3
2 Wiraswasta 21 30,4
3 Petani 4 5,8
4 Karyawan 12 17,4
5 Lain-lain 16 23,2
6 Tdk punya pekerjaan 11 15,9
JUMLAH 67 100%
Sumber : Survey Mahasiswa Program Magister FIK UI Tahun 2011

Analisa : Tabel diatas menunjukkan bahwa pekerjaan orang tua anak usia sekolah
remaja di RW 01 s.d RW 11 Kelurahan Tugu terbanyak wiraswasta sebesar 30,4
%. Pekerjaan ini dapat mempengaruhi pada penghasilan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan keluarga terutama pemenuhan gizi pada anak usia sekolah.

Tabel 16. Distribusi Frekwensi Anak Usia Sekolah Berdasarkan Penghasilan


Orang Tua Tua di RW 01, RW 02 dan RW 03, RW 04, RW 05, RW 06, RW 07,

18
RW 08, RW 09, RW 10, RW 11 Kelurahan Tugu Kecamatan Cimanggis Kota
Depok Pada Bulan Oktober 2011 (n=67)

No Penghasilan Jumlah Persentase


1 ≤ Rp. 1.200.000 41 61,2
2 > Rp. 1.200.000 19 28,4
3 Tdk mengisi penghasilan 7 10,4
JUMLAH 67 100%
Sumber : Survey Mahasiswa Program Magister FIK UI Tahun 2011

Analisa : Tabel diatas menunjukkan bahwa penghasilan orang tua anak usia

sekolah di RW 01 s.d RW 11 09 Kelurahan Tugu terbanyak > Rp. 1.200.000

sebesar 28,4 %. Penghasilan ini dapat mempengaruhi pada pemenuhan kebutuhan

sehari-hari keluarga terutama dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi dan gizi

seimbang pada anak usia sekolah.

e. Transportasi

Jenis alat transportasi yang digunakan untuk menjangkau sarana kesehatan adalah
angkutan kota, ojek dan becak serta berjalan kaki bagi yang dekat dengan
Puskesmas/klinik pengobatan. Jenis alat transportasi yang ada di Kelurahan Tugu
adalah sepeda, sepeda motor, taksi, mobil dinas, mobil pribadi, angkot, ojek dan
truk. Alat transportasi tersebut digunakan oleh warga masyarakat untuk tujuan
keluar daerah dapat dengan mudah dijangkau karena dekat dengan jalan raya
Akses UI dan jalan raya Bogor.

f. Politk dan Pemerintahan

Permasalahan gizi anak usia sekolah belum mendapatkan perhatian dari


pemerintah. Prioritas program gizi pemerintah yang ada masih terfokus pada
kesehatan balita dan ibu hamil pencapaian RW siaga.
Hasil wawancara yang telah dilakukan diperoleh data : petugas kesehatan di
Puskesmas Tugu mengatakan bahwa program gizi bagi anak usia sekolah
termasuk dalam program gizi. Pelaksanaan program gizi selama ini dari Dinas

19
Kesehatan Kota Depok lebih di fokuskan pada program gizi balita. Pelaksanaan
program gizi anak usia sekolah belum dijabarkan secara spesifik dan dalam
pelaksanaannya diintegrasikan dengan pelaksanaan program UKS. Menurut
petugas puskesmas, hal ini dikarenakan keterbatasan tenaga program gizi dari
puskesmas. Dalam pelaksanaan pengukuran berat badan dan tinggi badan, selama
ini diisi oleh guru/petugas UKS di masing- masing SD/MI selama 6 bulan sekali
kemudian di laporkan ke petugas puskesmas. Namun dalam pengisian Kartu
Menuju sehat Anak Sekolah (KMS-AS) ini ada kendala dari pihak sekolah yaitu
karena kesibukan petugas, padatnya jadwal sekolah dan kurangnya pemahaman
petugas di sekolah dalam pengisian KMS-AS.

Kader di Kelurahan Tugu mengatakan belum ada kegiatan di masyarakat tentang


penanganan gizi kurang pada anak usia sekolah. Kegiatan berupa posyandu, dan
pemberian makanan tambahan hanya di berikan pada balita. Selama ini dukungan
terhadap program pengelolaan gizi kurang pada anak usia sekolah dari pemerintah
masih dirasakan kurang oleh masyarakat.
g. Komunikasi

Sumber informasi anak usia sekolah mengenai masalah gizi di peroleh dari guru
di sekolah, orang tua dan masyarakat sekitar. Jenis alat komunikasi yang sering
digunakan oleh masyarakat Kelurahan Tugu adalah telepon, baik telepon kabel
atau seluler. Adapun sarana komunikasi yang ada adalah : pemancar radio, Orari,
telepon umum, pesawat telepon, TV, pesawat radio, antena parabola.

h. Rekreasi

Jenis sarana rekreasi yang ada di sekitar wilayah Kelurahan Tugu, meliputi Giant,
Detos, Mall Depok, Plaza Depok dan ITC Depok, dengan jam buka mulai pukul
09.00 s.d pukul 21.00 WIB. Tarif atau harga masuk gratis, kecuali pada bentuk
permainan anak-anak atau dewasa dengan tarif berkisar antara Rp. 5.000 – Rp.
10.000. Frekuensi kunjungan masyarakat ke sarana rekreasi relatif sering, minimal
satu minggu sekali karena dekat atau mudah dijangkau dengan satu kali naik
angkutan kota (Sumber Data : Data primer, 2011)

20
2.3.3. Persepsi
Dari hasil wawancara dengan 10 anak usia sekolah diperoleh data : 8 anak usia
sekolah suka makan chiki dan permen, 8 orang jarang minum susu dan buah, 5
orang jarang sarapan pagi, 6 orang jarang cuci tangan sebelum dan sesudah
makan. 7 dari 10 anak usia sekolah menganggap bahwa gizi kurang adalah berat
badannya kurus. 7 dari 10 anak usia sekolah beranggapan bahwa akibat gizi
kurang maka anak mudah terserang penyakit.

2.4 ANALISA DATA

No Kelompok Data Diagnosis Keperawatan

1. Hasil Angket : Peningkatan status gizi


 Prevalensi anak kurus 14.68% (menggunakan kurang pada kelompok
standar Depkes, 2005) melebihi angka anak usia sekolah di
nasional 12% kelurahan Tugu
 Prevalensi anak kurus 10% (menggunakan Belum optimalnya
standar WHO, 2007) pelaksanaan gizi pada
 Keluhan gizi kurang lebih dari 2 keluhan agregat anak usia sekolah
sering dirasakan yaitu 56,7 %
 Pendapatan rata-rata keluarga dibawah UMR
kota Depok 61,23 %
 Tingkat pendidikan KK 20,9 % adalah SD
 44,8 % responden tidak tahu tentang
pentingnya pengukuran BBTB
 56% berat badan anak usia sekolah berada di
garis kuning
 14,9 % berat badan AUS di bawah berada
digaris merah
 53,7 % menyatakan tidak setuju akibat gizi
kurang tidak naik kelas
 95,5 % Sikap orang tua setju jika anaknya
jajan sesuai selera
Hasil wawancara dengan petugas
puskesmas:
 Program gizi lebih di prioritaskan untuk
balita. Program gizi untuk anak usia sekolah
belum dijabarkan secara spesifik, karena
dalam pelaksanaannya program
diintegrasikan dengan program UKS.

21
 Tidak adanya alokasi anggaran secara
eksplisit untuk program penanganan gizi
kurang anak usia sekolah.
 Pelaksanaan penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan di UKS masing-
masing sekolah melalui KMS-AS kurang
berjalan optimal karena pihak sekolah kurang
memahami cara pengisian KMS-AS, jadwal
kegiatan sekolah yang padat.
Hasil wawancara dengan kader:
 Posyandu di tiap RW lebih ditekankan pada
penimbangan balita. Belum ada kegiatan
masyarakat untuk gizi anak usia sekolah
Hasil Wawancara dengan anak usia
sekolah:
Dari hasil wawancara dengan 10 anak usia
sekolah diperoleh data : 8 anak usia sekolah
suka makan chiki dan permen, 8 orang jarang
minum susu dan buah, 5 orang jarang sarapan
pagi, 6 orang jarang cuci tangan sebelum dan
sesudah makan. 7 dari 10 anak usia sekolah
menganggap bahwa gizi kurang adalah berat
badannya kurus. 7 dari 10 anak usia sekolah
beranggapan bahwa akibat gizi kurang maka
anak mudah terserang penyakitanak mudah
terserang penyakit

22
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

RENCANA KEGIATAN EVALUASI


No DX KEP KOM TUJUAN
STRATEGI INTERVENSI KRITERIA STANDAR EVALUATOR
1. Peningkatan status TUM :
gizi kurang pada anak Setelah intervensi keperawatan KIE 1. Penyuluhan/pendi- Pengetahuan Keluarga mampu
usia sekolah di selama 3 bulan, peningkatan dikan kesehatan dan mengelola berbagai Mahasiswa
kelurahan Tugu status gizi kurang tidak terjadi pada kader tentang ketrampilan masalah anak usia sekolah
pada kelompok anak usia gizi seimbang dan keluarga dengan gizi kurang
sekolah di kelurahan Tugu pengelolaan gizi meningkat
kurang
TUK :
Tujuan Khusus:
Setelah dilakukan tindakan KIE 2. Penyuluhan/pendidi
keperawatan selama 3 bulan -kan kesehatan pada
diharapkan terjadi: masyarakat tentang Pengetahuan Masyarakat mampu Mahasiswa
ketrampilan mengelola berbagai Kader
gizi seimbang dan
1. Peningkatan pengetahuan, masyarakat masalah anak usia sekolah
pengelolaan gizi meningkat dengan gizi kurang
dan ketrampilan keluarga
kurang.
dan masyarakat tentang gizi
kurang dan menu makanan
dengan gizi seimbang. 1. Demonstrasi
KIM penyajian menu gizi
seimbang untuk
anak usia sekolah. Asupan Peningkatan kemampuan Mahasiswa
nutrisi keluarga dalam Kader
dengan gizi menyediakan menu yang
seimbang beragam dan menarik
pada anak dengan gizi seimbang
usia sekolah untuk meningkatkan
2. Monitoring asupan meningkat asupan nutrisi pada anak
nutrisi anak dan usia sekolah.
KIM
2. Peningkatan asupan nutrisi inisiasi kebijakan di
Asupan Perbaikan/peningkatan Mahasiswa
dengan gizi seimbang pada keluarga tentang nutrisi Kader
asupan nutrisi dan gizi
anak usia sekolah dan kebiasaan sarapan dengan gizi

23
inisiasi kebijakan di pagi dan jajan yang seimbang seimbang pada anak usia
komunitas aman pada anak sekolah
usia sekolah
meningkat

3. Peningkatan support Kelompok 1. Penyegaran kader Pengetahuan Kader mampu mendeteksi Mahasiswa
komunitas secara mandiri tentang gizi dan dini gizi kurang Kader
dalam menyediakan seimbang dan ketrampilan
kader tentang
makanan dengan gizi pengelolaan gizi
deteksi dini
seimbang dan mengelola kurang. gizi kurang di
masalah gizi kurang masyarakat
meningkat

Kelompok Ketrampilan Kader aktif dalam Ketua Kader


2. Supervisi kader kader dalam memberikan penyuluhan,
tentang gizi memberikan pencegahan dan deteksi
seimbang dan pendidikan dini (case finding) gizi
pengelolaan gizi kesehatan kurang kepada
kurang. upaya masyarakat.
pencegahan
dan deteksi
dini gizi
kurang
meningkat.

Kampa-nye Perubahan Disepakatinya bentuk Terselenggara


perilaku kampanye gizi seimbang nya kampanye
3. Kampenye gizi sehat pada kesehatan gizi
seimbang masyarakat seimbang

No DX KEP KOM TUJUAN RENCANA KEGIATAN EVALUASI

24
STRATE
INTERVENSI KRITERIA STANDAR EVALUATOR
GI
2 Belum optimalnya TUM :
penatalaksanaan gizi Setelah intervensi keperawatan KIE 3. Penyuluhan/pendi- Pengetahuan Keluarga mampu
pada agregat anak usia selama 3 bulan, tidak terjadi dikan kesehatan pada dan mengelola berbagai Mahasiswa
sekolah di Kelurahan gangguan nutrisi kurang dari keluarga tentang gizi ketrampilan masalah anak usia sekolah
Tugu kebutuhan tubuh pada seimbang dan keluarga dengan gizi kurang
kelompok anak usia sekolah di pengelolaan gizi meningkat
kelurahan Tugu kurang

TUK :
Tujuan Khusus: KIE 4. Penyuluhan/pendidi- Pengetahuan Masyarakat mampu
Setelah dilakukan tindakan kan kesehatan pada ketrampilan mengelola berbagai Mahasiswa
keperawatan selama 3 bulan masyarakat tentang masyarakat masalah anak usia sekolah Kader
diharapkan terjadi: meningkat dengan gizi kurang
gizi seimbang dan
3. Peningkatan pengetahuan, pengelolaan gizi
dan ketrampilan keluarga kurang.
dan masyarakat tentang
gizi kurang dan menu 4. Demonstrasi penyajian
makanan dengan gizi KIM menu gizi seimbang Asupan Peningkatan kemampuan
seimbang. untuk anak usia nutrisi keluarga dalam Mahasiswa
sekolah. dengan gizi menyediakan menu yang Kader
seimbang beragam dan menarik
pada anak dengan gizi seimbang
usia sekolah untuk meningkatkan
meningkat asupan nutrisi pada anak
usia sekolah.
5. Monitoring asupan
nutrisi anak dan Asupan Perbaikan/peningkatan
KIM nutrisi asupan nutrisi dan gizi Mahasiswa
inisiasi kebijakan di
dengan gizi seimbang pada anak usia Kader
keluarga tentang seimbang sekolah
4. Peningkatan asupan nutrisi kebiasaan sarapan pagi pada anak
dengan gizi seimbang pada dan jajan yang aman usia sekolah
anak usia sekolah dan meningkat

25
inisiasi kebijakan di
komunitas

6. Peningkatan support Kelompok 4. Penyegaran kader Pengetahuan Kader mampu mendeteksi Mahasiswa
komunitas secara mandiri tentang gizi seimbang dan dini gizi kurang Kader
dalam menyediakan dan pengelolaan gizi ketrampilan
kader tentang
makanan dengan gizi kurang.
deteksi dini
seimbang dan mengelola gizi kurang di
masalah gizi kurang masyarakat
meningkat
5. Supervisi kader tentang
Kelompok Ketrampilan Kader aktif dalam Ketua Kader
gizi seimbang dan kader dalam memberikan penyuluhan,
pengelolaan gizi memberikan pencegahan dan deteksi
kurang. pendidikan dini (case finding) gizi
kesehatan kurang kepada
upaya masyarakat.
pencegahan
dan deteksi
dini gizi
kurang
meningkat.

Kampa- 6. Kampenye gizi Perubahan Disepakatinya bentuk Terselenggara


nye seimbang perilaku kampanye gizi seimbang nya kampanye
sehat pada kesehatan gizi
masyarakat seimbang

Rencana Kerja (Plan Of Action/Poa) Program “Aku Anak Sehat Anak Cerdas”

26
Sumber Daya
No Kegiatan Tujuan Penanggung Waktu Tempat Alokasi Kelanjutan
Jawab Dana
1. Pendidikan Kesehatan Peningkatan pengetahuan dan Mahasiswa, Swadaya Satu bulan
tentang gizi seimbang kesadaran masyarakat tentang Kader masy dan sekali, minggu
gizi seimbang Sponsorship ke 3
2 Pendidikan Kesehatan Peningkatan pengetahuan dan Mahasiswa, Swadaya
dengan kader kesadaran masyarakat tentang Kader masy dan
gizi seimbang Sponsorship
3. Kegiatan support group Peningkatan pengetahuan Mahasiswa, Swadaya
masyarakat AUS dan kader masy dan
tentang gizi seimbang dan Sponsorship
kesadaran dalam deteksi dini gizi
seimbang
4. Kampanye gizi Tersosialisasinya pentingnya gizi Mahasiswa, Swadaya
seimbang seimbang pada masyarakat masy dan
Sponsorship

27
BAB 3

RANCANGAN PERENCANAAN PROGRAM

3.1. Identitas Program

Program yang diarahkan untuk mengatasi permasalahan gizi kurang pada anak usia
sekolah di Kelurahan Tugu adalah suatu program perubahan perilaku untuk melakukan
tindakan pencegahan gizi kurang yang bernama ”Anak Sehat, Anak Cerdas”. Pencegahan
gizi kurang merupakan hal penting dalam penatalaksanaan gizi kurang. Beberapa keadaan
yang diperoleh dari masyarakat yang menunjang timbulnya gizi kurang seperti keluarga
kurang menyadari bahwa anaknya termasuk kategori gizi kurang atau berisiko terjadinya
gizi kurang, perilaku keluarga juga yang kurang peduli dengan kesehatan dan kebiasaan
anak mengonsumsi makan yang sehat, apalagi bila juga ditunjang oleh faktor sosial ekonomi
dan tingkat pendidikan keluarga yang kurang. Apabila anak yang berisiko gizi kurang atau
dengan gizi kurang tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan gizi buruk dan komplikasi
sampai dapat menimbulkan kematian.

3.2. Tujuan

Tujuan dari program diatas adalah


1. Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang gizi seimbang
2. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pengelolaan gizi seimbang
3. Meningkatkan kemampuan masyarakat secara mandiri dalam menyediakan
menu gizi seimbang.
3.3. Aktvitas Dalam Pencapaian Tujuan

Program ini diimplementasikan dengan keterlibatan seluruh unsur masyarakat beserta


sistem pendukungnya seperti kader. Bentuk kegiatan berupa pendidikan kesehatan tentang
gizi kurang dan demonstrasi pemberian makanan dengan gizi seimbang pada keluarga binaan
dan masyarakat, penyegaran kader tentang gizi seimbang, dan kampanye dengan
menyebarluaskan leaflet di wilayah yang strategis di Kelurahan Tugu, sehingga program
dapat dikembangkan dan dijalankan dengan pengawasan yang baik.

28
1). Pendidikan Kesehatan

Strategi Intervensi :
a. Pembuatan media untuk pendidikan kesehatan tentang pengetahuan gizi seimbang
pada Anak Usia Sekolah menu gizi seimbang dan penanganan gizi kurang dalam
bentuk leaflet, lembar balik, dan flipchart.
b. Pendidikan kesehatan kepada kader
c. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang demonstrasi menu gizi seimbang
Karena hasil survei terhadap pengetahuan tentang gizi kurang menunjukkan 89,6% baik,
maka pendidikan kesehatan tentang gizi kurang ditekankan pada penanganan gizi kurang
dan demonstrasi menu gizi seimbang.

2). Pendidikan kesehatan dengan kader

Strategi intervensi :

a. Melibatkan kader yang ada

Peserta penyegaran kader adalah ibu-ibu kader di RW VII yang telah mendapatkan

pelatihan tentang gizi dan ibu-ibu kader yang belum pernah mendapatkan pelatihan

tentang gizi. Jumlah peserta 10-15 orang.

b. Proses pelaksanaan penyegaran kader

Materi penyegaran kader tentang cara komunikasi yang efektif dalam penyuluhan, dan
materi tentang gizi seimbang serta penatalaksanaan gizi kurang. Materi tentang gizi
seimbang dan penatalaksanaan gizi kurang meliputi ciri-ciri gizi kurang pada anak
usia sekolah, cara penghitungan mengisi KMS-AS, cara memilih makanan, cara
mengolah makanan, cara mengatasi anak sulit makan, kebutuhan nutrisi anak usia
sekolah (6-13 tahun), pengaturan menu makanan, ciri jajanan aman dan bergizi, dan
demonstrasi menu makanan yang aman dan bergizi.

3) Kegiatan Support Group


Pelaksanaan Kegiatan tersebut melibatkan orangtua anak usia sekolah, dan anak usia
sekolah baik yang belum maupun pernah dengan status gizi kurang.

4). Kampanye Gizi Kurang


29
Kampanye Gizi Kurang bertujuan untuk menyebarkan informasi tentang gizi seimbang

dan penanganan gizi kurang melalui leaflet yang disebarkan atau didistribusikan kepada

masyarakat saat kegiatan-kegiatan kemasyarakatan seperti pengajian, arisan, dan

posyandu.

d. Rencana Strategi Implementasi Aktivitas

Rencana strategi implementasi melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) berupa

pendidikan kesehatan dan demonstrasi tentang gizi seimbang, kampanye gizi seimbang,

penyegaran kader dan kegiatan support group.

e. Rencana Budget Program.

No Kegiatan Vol Sat Biaya Jumlah


Pendidikan Kesehatan dan
1 Demonstrasi Tentang Gizi Seimbang 500,000
a. Sewa LCD 1x1 Jam 50,000 50,000
b. Dokumentasi 1 pkt 30,000 30,000
c. Konsumsi 1 x 50 orang 6,000 300,000
d. Penggandaan format evaluasi 1 x 50 Lbr 200 10,000
e. Pembelian alat tulis 1 x 50 buah 2,000 100,000
f. Copy leaflet 1 x 50 lbr 200 10,000

Pendidikan kesehatan dengan kader


2 Tentang Gizi Seimbang 515,000
a. Sewa LCD 1x2 jam 50,000 100,000
b. Dokumentasi 1 pkt 30,000 30,000
c. Konsumsi 1 x 25 orang 6,000 150,000
d. Penggandaan format evaluasi 1 x 25 Lbr 200 5,000
e. Pembelian alat tulis 1 x 25 buah 2,000 50,000
f. Copy leaflet 1 x 25 Lbr 200 5000
g. Sertifikat 1 x 25 lbr 7000 175.000

3 Kampanye 590,000
a. Leaflet 200 buah 200 40,000

b. Poster 10 buah 50,000 500,000


b. Dokumentasi 1 Pkt 50.000 30,000
4 Kegiatan support group 500,000
30
a. Sewa LCD 1x1 jam 50,000 50,000
b. Dokumentasi 1 pkt 30,000 30,000
c. Konsumsi 1 x 50 orang 6,000 300,000
d. Penggandaan format evaluasi 1 x 50 lbr 200 10,000
e. Pembelian alat tulis 1 x 50 buah 2,000 100,000
f. Copy leaflet 1 x 50 lbr 200 10,000
T OT A L 2.105.000

31
DAFTAR PUSTAKA

Allender, J.A and Spreadley, B.W. (2001). Community health nursing: concepts and
practice. (5th Ed.), Philadelphia : Lippincott.

Ali, M & Asroji (2004). Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik, Cetakan
pertama. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Alimul H, A.A. (2003). Riset keperawatan & teknik penulisan ilmiah. Jakarta: Salemba
Medika

Anderson, E.T and McFarlane, J. (2000). Community as partner: theory and practice in
nursing. (3rd Ed.), Philadelphia ; Lippincott.

Depkes, RI. (2005). Pedoman perbaikan gizi anak sekolah dasar dan madrasah
ibtidaiyah. Jakarta: Dirjen Binkesmas Direktorat Gizi Masyarakat.

Ervin, N,F. (2002). Advanced community health nursing practice: population- focused
care. USA; Prentice Hall.

Guyton. (2000). Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, alih bahasa: Andrianto.
Jakarta: EGC

Nancy P. (2002). Tumbuh Kembang Anak, Masa Remaja, edisi kesatu. Jakarta: PT.
Sagung Seto

Nursalam. (2000). Metode Penelitian dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Helvie, C.O. (1998). Advanced practice nursing in community. London: Sage


Publications.

Hitchcock, J.E., Schubert, P.E., Thomas, S.A. (1999). Community health nursing: caring
in action. Albani : Delmas Publisher.

Lemeshow, S., Hosmer Jr, D.W., Klar, J. (1990). Adequacy of sample size in health
studies. WHO: John Wiley & Sons

Khomsan, A. (2000). Teknik pengukuran pengetahuan gizi. Bogor: Jurusan gizi


masayarakat dan sumberdaya keluarga Fakultas Pertanian IPB

Murti, B. (2006). Desain dan ukuran sampel untuk penelitian kuantitatif dan kualitatif di
bidang kesehatan. Yogyakarta: UGM

Nies, M.A., and McEwan, M. (2001). Community health nursing: promoting the health of
population. (3rd Ed.), Philadelphia: Davis Company

Sugiyono. (2006). Statistika untuk penelitian. Bandung: CV Alfabeta

32
Supariasa, I.D.N., Bakri, B., Fajar, I. (2002). Penilaian status gizi. Jakarta: EGC

Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak dan Permasalahannya. Cetakan kesatu. Jakarta:


Sagung Seto

Stanhope, M. & Lancaster, J. (1996). Community health nursing :


Promoting health of agregates, families and individuals, 4 th ed.
St.Louis : Mosby, inc.

33
INSTRUMEN EVALUASI

1. Pendidikan kesehatan dan demonstrasi tentang gizi seimbang

PELAKSANAAN
NO ITEM EVALUASI KETERANGAN
ADA TIDAK
1 Input
 Alat dan media

 Tersedia tempat kegiatan

 Ketersediaan dana

- Masyarakat

- Donatur

2 Proses
 Jadwal kegiatan dan materi
pendidkan kesehatan

 Keterlibatan :

- Puskesmas

- Kader

3 Hasil
 Peserta yang mengikuti
kegiatan sampai selesai

 Ketertarikan peserta

 Kontrak kegiatan yang akan


datang

34
2. Penyegaran kader dan demonstrasi tentang gizi seimbang

PELAKSANAAN
NO HAL YANG DINILAI KETERANGAN
ADA TIDAK
1 Input
 Alat dan media

 Tersedia tempat kegiatan

 Ketersediaan dana

- Masyarakat

- Donatur

2 Proses
 Jadwal kegiatan dan materi
pendidkan kesehatan

 Komunikasi :

a. Ramah
b. Bahasa
Jelas
c. Tangga
p dengan suasana
pengunjung
d. Langsu
ng mengarah pada hal yang
disampaikan
e. Terbuka
dan diterima dengan baik
oleh pendengar

 Keterlibatan :

a. Puskesmas
b. Kader
 Ketrampilan :

a. Percaya
diri
b. Ucapan
kata-kata jelas dan perlahan
c. Tarik
nafas dalam-dalam (2-3 kali)
untuk mengurangi
ketegangan
d. Hindari

35
Ehm..Ah…Au…
Barangkali….Anu …..

3 Hasil
 Peserta yang mengikuti
kegiatan sampai selesai

 Ketertarikan peserta

 Kontrak kegiatan yang akan


datang

36
SOAL PRE TEST DAN POST TEST
PENDIDIKAN KESEHATAN GIZI SEIMBANG

Nama : ………………………………….
Alamat : ………………………………….
Berilah Tanda ( V ) pada jawaban yang Anda anggap benar atau salah !
No Pertanyaan Benar Salah

1 Gizi seimbang adalah makanan yang dimakan anak dalam


sehari cukup untuk tubuhnya.

Pengetahuan tentang penyebab gizi kurang

2 Gizi kurang dapat disebabkan karena faktor keturunan

3 Adanya penyakit pada anak dapat menyebabkan gizi


kurang

4 Kurang makan bisa menimbulkan gizi kurang

Pengetahuan tentang tanda dan gejala gizi kurang

5 Gizi kurang pada anak ditandai dengan anak kurus

6 Gizi kurang pada anak ditandai rambut anak mudah rontok

Gizi kurang pada anak ditandai kulit anak keriput dan


kering

7 Gizi kurang pada anak ditandai wajah anak seperti orang


tua

8 Gizi kurang pada anak ditandai bengkak pada tangan dan


kaki

Pengetahuan tentang cara mengatasi gizi kurang

9 Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan anak


setiap minimal 6 bulan secara teratur

10 Makan aneka ragam makanan

11 Jajan yang bergizi dan aman

12 Sarapan pagi

Pengetahuan tentang akibat anak gizi kurang dalam waktu yang lama

13 Anak pendek

14 Anak mudah terserang penyakit

37
15 Anak kurang cerdas

38
39
40

Anda mungkin juga menyukai