2013
Vol. 2 (1): 1 – 6
Abstrak
Gunung Semahung kaya akan berbagai jenis tumbuhan yang memiliki nilai ekonomi tinggi, salah satunya
adalah kantong semar (Nepenthes spp). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis – jenis,
keanekaragaman dan pola distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila
Kabupaten Landak. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai bulan Februari 2011.
Penentuan lokasi penelitian berdasarkan stratifikasi. Pengambilan sampel menggunakan Teknik Sampling
Kuadrat. Hasil penelitian menunjukkan adanya 3 spesies Nepenthes di Gunung Semahung yaitu Nepenthes
ampullaria, Nepenthes mirabilis dan Nepenthes gracilis. Keanekaragaman jenis Nepenthes Gunung
Semahung di setiap ketinggian tergolong rendah. Pola distribusi N. ampullaria, N. gracilis dan N. mirabilis
mengelompok.
1
Protobiont
2013
Vol. 2 (1): 1 - 6
Parameter Pengamatan
Gambar 2. Metode pengambilan sampel Indeks Keanekaragaman Jenis (H’)
Menurut Shannon-Wiener dalam Odum (1996),
Pengambilan Sampel Nepenthes
untuk menentukan indeks keanekaragaman jenis
Pengambilan sampel Nepenthes menggunakan
spesies Nepenthes digunakan rumus sebagai
Teknik Sampling Kuadrat dengan membuat jalur
berikut:
transek pengamatan ukuran 20 m x 20 m sebanyak
5 petak pengamatan. Setiap petak pengamatan
H′ = − (ni/N) log (ni/N)
dibuat plot kecil ukuran 2 m x 2 m sebanyak 5 kali
2
Protobiont
2013
Vol. 2 (1): 1 – 6
Gambar 3. Plot varians terhadap ukuran blok untuk pola; A. acak, B. Teratur, dan C. mengelompok (Ludwig dan
Reynolds, 1988)
HASIL DAN PEMBAHASAN Indeks kemerataan tertinggi pada elevasi 232 – 464
m dpl (Tabel 2).
Hasil
Keberadaan Kantong Semar (Nepenthes spp) Kondisi Habitat Kantong Semar (Nepenthes spp)
Hasil penelitian di Gunung Semahung Kecamatan Hasil pengamatan menunjukkan bahwa nilai
Sengah Temila Kabupaten Landak, menunjukkan masing-masing parameter lingkungan yang diamati
bahwa terdapat tiga jenis Nepenthes yaitu dari lokasi pengamatan ada perbedaan (Tabel 3).
Nepenthes mirabilis, Nepenthes ampullaria dan
Nepenthes gracilis dengan jumlah total 194
individu (Tabel 1). Berbeda dengan dua jenis Tabel 1. Jumlah individu kantong semar (Nepenthes spp) yang
lainnya, N. gracilis ditemukan pada tiga elevasi ditemukan. I: ketinggian 0 – 232 m dpl;
II: ketinggian 232 – 464 m dpl; III: ketinggian 464 –
yang berbeda sedangkan N. ampullaria hanya 495 m dpl
dijumpai di elevasi 0 – 232 m di atas permukaan
laut (dpl).
Elevasi
Keanekaragaman Jenis Kantong Semar (m dpl)
(Nepenthes spp) No Spesies Jumlah
I II III
Nilai indeks keanekaragaman, indeks Simpson dan
indeks kemerataan jenis pada elevasi yang berbeda 1 N. ampullaria 129 - - 129
menunjukan perbedaan nilai. Indeks 2 N. gracilis 12 8 4 24
keanekaragaman tertinggi pada elevasi 0 – 232 m 3 N. mirabilis 28 13 - 41
dpl, dan terendah pada elevasi 464 – 495 m dpl. Jumlah 169 21 4 194
3
Protobiont
2013
Vol. 2 (1): 1 - 6
Varian (PQV)
No Elevasi H’ D e 50 0 - 232 m dpl
(m dpl) 232 - 464 m dpl
1 0 – 232 0,300 0,615 0,63
2 232 – 464 0,287 0,528 0,96 0
3 464 – 695 0 1 0
0 2 4 6
Ukuran Blok
Tabel 3. Rerata Nilai Parameter Lingkungan pada Jalur
Pengamatan. KT: kelembaban tanah; pH: pH tanah;
Gambar 6. Bentuk pola plot varian terhadap ukuran blok
TU: temperatur udara; ST: suhu tanah; IC:
intensitas cahaya pada N. mirabilis (mengelompok)
400
0 - 232 m dpl spesies pada suatu transek adalah tinggi.
200
Keanekaragaman jenis spesies Nepenthes di
0 Gunung Semahung bernilai H’ < 1 (Tabel 2). Nilai
0 2 4 6 ini menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis
Ukuran Blok
spesies rendah di semua lokasi penelitian.
Keanekaragaman jenis spesies suatu ekosistem
Gambar 4. Bentuk pola plot varian terhadap ukuran dipengaruhi oleh keberadaan komponen jenis
blok pada N. ampullaria (mengelompok) Nepenthes yang ditemukan serta adanya perubahan
vegetasi tumbuhan di lokasi penelitian akibat dari
aktivitas masyarakat. Menurut Soerianegara dan
20 Indrawan (1982) bahwa keanekaragaman jenis
disebabkan oleh perubahan vegetasi yang terjadi
Varian (PQV)
dominansi jenis tertentu, yaitu didominasi oleh N. gracilis merupakan Nepenthes dataran rendah yang
gracilis. Menurut Sutisna (1981), spesies dikatakan mampu hidup di elevasi 0 – 1100 m dpl.
dominan apabila jenis tersebut terdapat dalam
N. ampullaria, N. gracilis dan N. mirabilis
jumlah yang besar, tersebar merata, mampu
memiliki pola penyebaran mengelompok di semua
bersaing, mempunyai toleransi yang tinggi
ketinggian. Pola distribusi mengelompok
terhadap kondisi lingkungan dan cocok dengan
dipengaruhi oleh faktor lingkungan biotik maupun
habitatnya dibandingkan spesies lain.
abiotik seperti kondisi habitat tempat tumbuhnya,
Indeks kemerataan jenis (e) di elevasi 0 – 464 m tekstur tanah, pola reproduksi baik secara generatif
dpl mendekati 1 berarti kemerataan jenis yang maupun vegetatif.
diamati relatif sama. Nilai ini menunjukkan
Reproduksi generatif dengan menggunakan biji
keberadaan Nepenthes di elevasi ini tersebar
dibantu oleh angin dan serangga, biji-biji yang
merata. Nilai e di elevasi 464 – 695 m dpl e = 0,
tertiup angin jatuh tidak jauh dari induknya karena
berarti kemerataan jenis di daerah yang diamati
keberadaan pohon-pohon di sekitarnya dapat
rendah. Nilai e = 0 menunjukkan bahwa
membatasi gerak penyebaran biji sehingga
keanekaragaman jenis yang ditemukan sedikit.
Nepenthes tumbuh secara berkelompok. Pola
Spesies Nepenthes banyak ditemukan di elevasi 0 – reproduksi vegetatif Nepenthes dengan
232 m dpl yaitu 169 individu yang terdiri dari 3 pembentukan tunas juga dapat menyebabkan
jenis, individu yang paling banyak ditemukan yaitu adanya pertumbuhan individu baru dan akan
N. ampullaria sebanyak 129 individu. Kondisi terbentuk secara mengelompok. Sesuai dengan
faktor lingkungan Gunung Semahung di elevasi 0 pendapat Michael (1990) dan Indriyanto (2006)
– 232 m dpl memiliki nilai rata-rata intensitas dan bahwa suatu jenis tumbuhan yang
cahaya yang tinggi dengan nilai 1416,6 lux yang bereproduksi secara vegetatif akan hidup secara
disebabkan oleh kondisi habitat yang terbuka akan mengelompok pada suatu daerah tertentu.
mempengaruhi kelembaban tanah rendah dengan Distribusi Nepenthes secara mengelompok juga
nilai 69,7% sedangkan suhu tanah tinggi sebesar dapat disebabkan oleh sekelompok spesies yang
27,30C dan suhu udara tinggi sebesar 32,50C memiliki kebutuhan cahaya, kelembaban, air dan
(Tabel 3). unsur hara yang sama dan dimungkinkan hanya
dapat hidup di daerah tertentu dan sifat masing-
Pada elevasi 232 – 464 m dpl ditemukan 2 jenis
masing jenis Nepenthes dalam merespon kondisi
Nepenthes yaitu N. gracilis sebanyak 8 individu
lingkungan yang berbeda-beda. Nepenthes yang
dan N. mirabilis sebanyak 13 individu. N. mirabilis
ditemukan selama penelitian berada di bawah
lebih menyukai kondisi habitat yang terbuka dan
naungan dan semak-semak sehingga Nepenthes
vegetasi hutan tidak terlalu rapat dengan intensitas
yang tumbuh membentuk koloni.
cahaya sedang. Kondisi lingkungan Gunung
Semahung di elevasi 232 – 464 m dpl dengan
intensitas yaitu 1038,8 lux, intensitas cahaya di
UCAPAN TERIMA KASIH
ketinggian 232 – 464 m dpl dipengaruhi oleh
kondisi vegetasi. Vegetasi di ketinggian ini Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
merupakan perkebunan karet masyarakat setempat, Yuyun, S.Si yang telah membantu dalam
sehingga susunan vegetasi tampak tidak terlalu pengambilan sampel di lapangan.
rapat sehingga cahaya matahari yang masuk cukup
optimal. Sesuai dengan pendapat Mansur (2006)
dan Clarke (2007) bahwa N. mirabilis umumnya
ditemukan di tempat terbuka dengan kondisi tanah DAFTAR PUSTAKA
basah maupun kering pada elevasi kurang dari 500
m dpl. Arisandi, P., 2002, Mangrove Akar Kehidupan Bagi
Kehidupan Laut, Lembaga Kajian Ekologi Dan
Pada elevasi 464 – 695 m dpl ditemukan 1 jenis
Konservasi Lahan Basah.
Nepenthes yaitu N. gracilis sebanyak 4 individu. Dwi M. P., dan Hary W., 2007, Keanekaragaman
Kondisi Gunung Semahung di elevasi 464 – 695 m Nepenthes di Suaka Alam Sulasih Talang-
dpl memiliki vegetasi rapat sehingga intensitas Sumatera Barat, J. Biodiversitas 8(2).
cahaya rendah yaitu 537,2 lux menyebabkan Fachrul, M. F., 2006, Metode Sampling Bioekologi,
kelembaban tanah tinggi yaitu 75,3%, suhu udara Bumi Aksara.
rendah 30,40C dan suhu tanah rendah yaitu 24,20C. Indriyanto, 2006, Ekologi Hutan, PT. Bumi Aksara,
Sesuai dengan pendapat Mansur (2006) bahwa N. Jakarta.
5
Protobiont
2013
Vol. 2 (1): 1 - 6
Ludwig, J. A., dan Reynolds, J. F., 1988, Statistical Shanon, C. E. and Weaver, 1963, The Mathematical
Ecology a Primer on Methods and Computing, Theory of Communication, University of Illinois Press,
John Wiley and Sons, New York. Urbana.
Michael, P., 1990, Metode Ekologi untuk Penyelidikan Simpson, E. H., 1949, Measurement of Diversity,
Ladang dan Laboratorium, Universitas Nature.
Indonesia, Jakarta. Soegianto, A., 1994, Ekologi Kuantitatif, Usaha
Odum, E. P., 1994, Dasar-Dasar Ekologi, edisi ketiga, Nasional, Surabaya.
Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Suin, N. M., 2003, Metoda Ekologi, Universitas
Pielou, E. C., 1966, The Measurement of Diversity in Andalas, Padang.
Different Types of Biological Collection,
Theoret, Biol.