Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Masa kuliah merupakan lingkungan yang utama untuk mengkonsumsi minuman

beralkohol. Walaupun mengkonsumsi minuman beralkohol sudah biasa pada usia ini,

mahasiswa cenderung lebih sering mengkonsumsi minuman beralkohol dibandingkan

mereka yang tidak berkuliah (Papalia, dkk. 2009). Mahasiswa sebagai manusia

pembelajar di perguruan tinggi dituntut supaya mampu mengintegrasikan ilmu

pengetahuan modern dengan cita-cita kebijaksanaan sehingga di dalam

keterlibatannya dalam masyarakat kelak akan mampu menerapkan ilmu pengetahuan

yang didapatkan di bangku perkuliahan sesuai dengan cita-cita kebijaksanaan.

Banyak fenomena yang terjadi di kalangan masyarakat bahwa mahasiswa kurang

mampu mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan sehingga yang

harusnya tercipta baik malah terjadi kebalikannya dimana ditemukan krisis identitas

mahasiswa yang mengakibatkan gejala sakit secara sosial (Irmayanti, 2015).

Efek yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi alkohol dapat dirasakan segera

dalam waktu beberapa menit saja, tetapi efeknya berbeda-beda, tergantung dari

jumlah / kadar alkohol yang dikonsumsi. Dalam jumlah yang kecil, alkohol

menimbulkan perasaan relax, dan pengguna akan lebih mudah mengekspresikan

emosi, seperti rasa senang, rasa sedih dan kemarahan. Bila dikonsumsi lebih banyak

lagi, akan muncul efek rasa yang lebih bebas dalam mengekspresikan diri, tanpa ada

perasaan terhambat menjadi lebih emosional (sedih, senang, marah secara berlebihan)

muncul akibat fungsi fisik - motorik, yaitu bicara cadel, pandangan menjadi kabur,

sempoyongan, inkoordinasi motorik dan bisa sampai tidak sadarkan diri. kemampuan
mental mengalami hambatan, yaitu gangguan untuk memusatkan perhatian dan daya

ingat terganggu (Fajar Anshari, Ni Luh Putu Eka, 2016).

Penyalahgunaan minuman beralkohol sering terjadi dikalangan generasi muda

termasuk di dalamnya para mahasiswa. Laporan Organisasi Kesehatan Dunia / World

Health Organization (WHO) mengenai alkohol dan kesehatan pada 2011

menyebutkan, sebanyak 320.000 orang usia 15-29 tahun meninggal di seluruh dunia

setiap tahun karena berbagai penyebab terkait alkohol. Jumlah ini mencapai 9% dari

seluruh kematian dalam kelompok usia tersebut, sedangkan di Indonesia, dalam

catatan Gerakan Nasional Anti Miras (Genam), setiap tahunnya jumlah korban

meninggal akibat miras mencapai 18.000 orang. Berdasarkan Riskesdas (2018)

jumlah pengkonsumsi alkohol seluruh Indonesia mencapai 3.3 % dan Bali merupakan

jumlah terbanyak kedua konsumsi minuman beralkohol. Berdasarkan data yang

diperoleh di Kepolisian Daerah Bali tahun 2012 menunjukan terdapat 525 kasus

minuman keras. Menurut WHO SEARO (Worl Health Organitation Search-East Asia

Regional Office) Tahun 2011, penyalahgunaan alkohol yang terjadi di Indonesia

tercatat 3,4% pria mengkonsumsi alkohol, sementara untuk wanita tercatat 0,8%.

Hanya sebagian kecil mahasiswa dengan jenis kelamin perempuan yang

mengkonsumsi minuman beralkohol. Hal ini sesuai dengan pendapat Nevid dkk

(2005) yang mengemukakan pendapat bahwa Laki-laki mempunyai kecenderungan

dua kali lebih besar dibanding perempuan (20% : 8%) untuk mengembangkan

gangguan ketergantungan alkohol (Irmayanti, 2015).

Budaya merupakan faktor yang mendominasi alasan mengkonsumsi alkohol,

selain itu ketagihan dan unsur kesenangan juga menjadi faktor konsumsi. Mahasiswa

sebagai penerus bangsa dituntut untuk berperan aktif, menjadi individu-individu yang
tangguh dan kompeten di bidangnya masing-masing, sehingga dapat mendukung

pembangunan bangsa. Perilaku mengkonsumsi minuman beralkohol pada tenaga

kesehatan sangat berpengaruh pada perannya dimana tenaga kesehatan khususnya

perawat yang setiap harinya berada disamping pasien harus memberikan contoh yang

baik bagi pasien dan masyarakat pada umumnya. Globalisasi membuka pengetahuan

masyarakat mengenai dunia kesehatan dan keperawatan. Peningkatan pengetahuan

masyarakat berpengaruh terhadap meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu

pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan keperawatan. Oleh karena itu, citra seorang

perawat kian menjadi sorotan. Profesionalitas mengacu kepada sikap para anggota

profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka

miliki dalam rangka melakukan pekerjaannya.

Menurut Papalia (2009), banyak mahasiswa yang mulai berkuliah memiliki ide-

ide yang kaku tentang kebenaran, mahasiswa tidak bisa melahirkan jawaban kecuali

jawaban yang “benar”. Sejalan dengan mahasiswa yang mulai berhadapan dengan

ruang gagasan dan pandangan yang luas, mereka berlayar di lautan ketidakpastian.

Mahasiswa cenderung mudah memiliki tekanan seperti: penugasan yang banyak,

jadwal perkuliahan yang padat dan aktivitas yang berlebihan dimana mengkonsumsi

minuman beralkohol akan menjadi suatu hiburan.

Mahasiswa merupakan kaum intelektual yang dapat berpikir secara logis.

Mahasiswa keperawatan dapat diartikan seseorang yang sedang menjalankan studi

atau sedang belajar tentang keperawatan dan kesehatan di sebuah institusi pendidikan.

Kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol yang masih dilakukan oleh

mahasiswa terjadi karena adanya faktor-faktor, persepsi dan motivasi yang berbeda.

Jika kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol ini masih dipertahankan maka


akan sangat ironis dengan arti mahasiswa keperawatan itu sendiri. Sangat baik jika

mahasiswa keperawatan sadar dengan perilaku konsumsi minuman beralkohol bisa

dihindari bahkan dihilangkan, dengan demikian tercapainya profesionalitas perawat

akan lebih jelas terlihat.

Tidak semua mahasiswa memulai mengkonsumsi minuman beralkohol sejak

mereka menjadi mahasiswa. Berdasarkan hasil kategorisasi dan analisis data

penelitian Fajar Anshari, Ni Luh Putu Eka, Lasri (2016) awal mula mahasiswa

mengkonsumsi minuman beralkohol adalah saat mahasiswa duduk dibangku Sekolah

Menengah Atas (SMA). Pada saat individu duduk di bangku sekolah menengah atas

usia individu tersebut sekitar 15-18 tahun, menurut Hurlock (2002) pada usia ini

individu sedang dalam tahap perkembangan remaja. Remaja lebih banyak

menghabiskan waktu dengan teman sebaya dan sedikit dengan keluarga (Papalia dkk,

2009). Remaja lebih sering bermain dengan temannya dan jarang berada di rumah.

Oleh karena itu tidak heran pada awal proses penyalahgunaan minuman keras, subjek

dalam penelitian ini banyak dipengaruhi oleh teman sebayanya. Tekanan yang berupa

ajakan maupun paksaan membuat subjek sungkan untuk menolak ajakan

mengkonsumsi minuman beralkohol yang dilakukan oleh teman-teman sebayanya.

Cara berfikir remaja semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia.

Menurut Piaget (Papalia dkk, 2009), remaja memasuki tingkat perkembangan kognitif

tertinggi saat mereka mengembangkan kapasitas untuk berfikir secara abstrak. Masa

kritis seorang individu semakin meningkat saat memasuki masa remaja. Pada fase

remaja ini pula remaja ingin mengetahui banyak hal. Oleh karena itu sebagian besar

remaja memiliki rasa penasaran terhadap minuman beralkohol dan membuatnya

mencoba minuman beralkohol. Penasaran dan rasa ingin tahu yang remaja miliki
akhirnya memudahkan pengaruh buruk pada remaja sehingga pada fase dewasa muda

atau mahasiswa, seseorang sudah terjerumus ke dalam perilaku mengkonsumsi

minuman beralkohol meskipun sedang menjalankan studi di bidang kesehatan

khususnya program studi ilmu keperawatan.

Berdasarkan masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang gambaran persepsi mahasiswa pria program studi ilmu keperawatan terhadap

konsumsi minuman beralkohol terkait profesionalitas perawat.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang diangkat dalam penelitian

ini adalah “Gambaran Persepsi Mahasiswa Pria Program Studi Ilmu Keperawatn

Terhadap Perilaku Konsumsi Minuman Beralkohol Terkait Profesionalitas Perawat”.

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran persepsi mahasiswa pria program studi ilmu

keperawatan terhadap perilaku konsumsi minuman beralkohol terkait

profesionalitas perawat

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik responden yang mengkonsumsi minuman

beralkohol terkait profesionalitas perawat.

2. Mengidentifikasi gambaran persepsi mahasiswa pria program studi ilmu

keperawatan terhadap perilaku konsumsi minuman beralkohol terkait

profesionalitas perawat.
1.4.Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Praktis

1.4.1.1. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil peneliian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi tenaga

kesehatan khususnya perawat dalam menekan perilaku mengkonsumsi minuman

beralkohol.

1.4.1.2. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan menjadi informasi serta motivasi bagi

mahasiswa mengenai gambaran persepsi mahasiswa pria program studi ilmu

keperawatan terhadap perilaku konsumsi minuman beralkohol terkait

profesionalitas perawat.

1.4.2. Manfaat Teoritis

1.4.2.1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai gambaran

persepsi mahasiswa pria program studi ilmu keperawatan terhadap perilaku

konsumsi minuman beralkohol terkait profesionalitas perawat, sehingga

penelitian ini bisa menjadi acuan khusus bagi institusi untuk menanggulangi

permasalahan yang dihadapi mahasiswa.

1.4.2.2. Bagi Peneliti

Memiliki pemahaman mengenai gambaran persepsi mahasiswa pria

program studi ilmu keperawatan terhadap perilaku konsumsi minuman beralkohol

terkait profesionalitas perawat.


1.5.Keaslian Penelitian

Berdasarkan pengetahuan peneliti, penelitian mengenai gambaran persepsi

mahasiswa pria program studi ilmu keperawatan terhadap perilaku konsumsi

minuman beralkohol terkait profesionalitas perawat belum pernah dilakukan,

sehingga keaslian penelitian ini dapat di pertanggungjawabkan. Adapun penelitian

terkait yang pernah dilakukan dan sejenis dengan penelitian ini adalah :

1.5.1. Penelitian yang dilakukan oleh Irmayanti, Annisa (2015) dengan judul penelitian

“Penyalahgunaan Alkohol di Kalangan Mahasiswa”. Penelitian ini menggunakan

metode deskriptif kualitatif dengan alat pengumpulan data berupa kuesioner

terbuka-tertutup. Subjek pada penelitian ini adalah mahasiswa dengan usia 17-25

tahun yang dicari menggunakan metode snow ball sampling. Jumlah subjek yang

digunakan adala 43 orang dengan jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Hasil

dari penelitian ini adalah tentang awal mahasiswa mengkonsumsi alkohol. Mereka

mengkonsumsi alkohol dimulai saat mereka remaja. Kemudian penelitian ini juga

mengungkap kebiasaan mahasiswa dalam mengkonsumsi alkohol seperti jenis

minuman alkohol yang di konsumsi, tempat mahasiswa mengonsumsi minuman

beralkohol dan juga alasan mahasiswa mengoplos minumannya. Mahasiswa

merasakan dampak negatif dalam mengkonsumsi minuman beralkohol dan tidak

menyadari bahwa mengkonsumsi alkohol juga berdampak buruk pada kegiatan

perkuliahan mereka. Perbedaan dengan penelitian ini adalah metode penelitian

yang menggunakan metode kuantitatif dan teknik sampling yang digunakan Non

probability sampling dimana penelitian sebelumnya menggunakan metode


kualitatif dengan teknik snow ball sampling. Persamaannya terletak pada

pengumpulan data yang sama-sama menggunakan kuesioner.

1.5.2. Penelitian yang dilakukan oleh Tebay, Yoseph (2015) dengan judul penelitian

“Gambaran Perilaku Konsumsi Minuman Beralkohol Pada Mahasiswa Asal

Kabupaten Dogiyai Provinsi Papuadi Kota Tomohon Tahun 2015”. Jenis

penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan rancangan potong

lintang cross sectional. Penelitian ini di laksanakan di Asrama Mahasiswa

Kabupaten Dogiyai di Kota Tomohon. Waktu penelitian pada bulan Juni–

September 2014. Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa yang tinggal di

Asrama Mahasiswa Kabupaten Dogiyai Kota Tomohon. Sampel penelitian adalah

total populasi yang berjumlah 68 mahasiswa. Data primer berupa pengetahuan

dan sikap tentang bahaya konsumsi minuman beralkohol serta tindakan konsumsi

minuman beralkohol diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner di

lokasi penelitian. Data sekunder berupa jumlah dan nama mahasiswa yang tinggal

di asrama Kabupaten Dogiyai Kota Tomohon diperoleh dari Badan Pengurus

Kabupaten Dogiyai. Data sekunder pada penelitian ini berupa gambaran umum

68 mahasiswa asal kabupaten dogiyai provinsi papua di kota tomohon. Perbedaan

dengan penelitian ini adalah pada variabel independent dimana penelitian

sebelumnya adalah Perilaku sedangkan dalam penelitian ini adalah Persepsi.

Persamaannya terletak pada subyek peneliti yaitu mahasiswa.

1.5.3. Penelitian yang dilakukan oleh Fajar Anshari, Ni Luh Putu Eka, Lasri (2016)

dengan judul penelitian “Hubungan Pengetahuan Tentang Bahaya Minuman

Beralkohol dengan Sikap Pencegahan Alkoholik Pada Mahasiswa Program Studi

Agribisnis Universitas Tribhuwana Tunggadewi (UNITRI) Malang”. Penelitian


ini menggunakan teknik komputerisasi SPSS 17 for windows, dengan uji statistik

yang digunakan adalah Sperman Rank. Analisa dengan menggunakan teknik ini

dengan tingkat signifikasi (α) sebesar 0,05 dan tingkat kesalahan 95%. Hasil

penelitian univariat tentang pengetahuan responden menunjukan sebagian besar

(64,6%) responden, mempunyai pengetahuan yang baik tentang bahaya minuman

beralkohol sebanyak 31 orang. Hasil penelitian univariat tentang sikap

pencegahan Alkoholik, sebagian besar (58,3%) sikap responden dalam

pencegahan alkoholik masuk kategori positif sebanyak 28 orang. Hasil analisa

bivariat didapatkan pvalue= 0,00, atau pvalue< 0,05 sehingga dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan pengetahuan tentang bahaya minuman beralkohol dengan

sikap pencegahan alkoholik pada mahasiswa Program Studi Agribisnis semester

1 di UNITRI. Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel independent

dimana penelitian sebelumnya adalah Pengetahuan sedangkan dalam penelitian

ini adalah Persepsi. Persamaannya terletak pada metode penelitian yang sama-

sama menggunakan metode kuantitatif.

Anda mungkin juga menyukai